Sesampainya di rumah, Alice langsung membersihkan dirinya dan masuk ke kamar untuk mengerjakan tugas. Setelah selesai dengan semua tugasnya, ia langsung mengambil handphone nya dan berselancar didunia maya untuk menghilangkan rasa penat. Namun sayangnya tak ada hal menarik yang di dapatinya. Iseng, Alice membuka galeri handphone nya dan menemukan video Frans saat pentas sekolah beberapa waktu lalu. Alice mendengar video itu sambil berdecak kagum dalam diamnya, hingga tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar Alice.

“Dek, ntar malem temenin abang yah.”, ternyata Miko yang membuka pintu.

“Kemana?”, tanya Alice sambil bangkit dari posisi rebahannya.

“Ke Mountain Café.”, jelas Miko.

“Ngapain?”, tanya Alice lagi dengan wajahnya yang penuh dengan kepolosan.

“Aduh ni anak banyak tanya. Tugasmu udah pada siapkan? Yaudah temani lah sekali ini aja. Besok abang traktir coklat deh. Janji!”, kata Miko dengan segala bujuk rayunya.

“Malam ini lah. Masa besok sih?”, balas Alice dengan tatapan liciknya.

“Yaudah iyee… Siap-siap dah lu.”, jawab Miko pasrah sambil berlalu dari kamar Alice, sementara Alice tersenyum penuh kemenangan.

Mereka pun sampai di café yang mereka tuju sebelumnya. Ternyata Miko hanya ingin bertemu dengan teman-teman kampusnya, namun hanya Miko yang tak memiliki pasangan, hal itulah yang membuat Alice diajak sebagai pendamping Miko malam itu.

“Wadaaw, cewek lu cantik juga Ko.”, kata salah satu teman Miko.

“Dek, namanya siapa?”, goda yang lainnya.

“Eh!! Jangan sentuh-sentuh dia. Awas aja lu!”, kata Miko kepada teman-temannya itu.

Asap rokok, pembahasan yang membosankan dan tak dimengerti Alice membuat ia merasa tak nyaman berada disana. Namun demi coklat, eh… demi kakak laki-laki yang paling disayanginya ini, Alice harus menahan rasa tak nyamannya itu untuk beberapa waktu ke depan.

Disaat mencoba untuk tetap bertahan ditempat itu, Alice secara jelas mendengar seseorang bernyanyi di café tersebut. Suara itu, tentu Alice sudah mengenalnya. Matanya mencari ke arah sumber suara. Benar saja, itu adalah Frans.

Alice tak lagi fokus kepada rasa ketidaknyamanan nya. Malahan, rasanya Alice tak ingin meninggalkan tempat itu. Sesekali mulut Alice bergerak mengikuti lirik lagu yang dinyanyikan oleh Frans. Untungnya, dimeja itu hanya Miko yang menyadari keanehan sikap adiknya.

“Ko, aku ke toilet dulu ya.”, kata Alice sambil berlalu mencari toilet yang ia sendiri tidak tahu dimana.

“Duh! Udah jauh dari meja lagi! Kok gue gak nanya Miko dulu sih dimana toiletnya? Goblok banget dah!”, gerutu Alice pelan. Namun tiba-tiba ada suara yang memanggil namanya.

“Alice?”, sapa orang itu. Alice langsung berbalik berharap ia bisa bertanya dimana letak toilet.

“Frans?”, Alice kaget seketika.

“Hah? Apaan? Gue dipanggil Frans? Frans tau nama gue?”, Alice membatin.

“Lu ngapain disini?”, tanya Frans lembut yang membuat hati Alice langsung berdegub kencang.

“O-Oh… ini mau ke toilet. Tapi gue gatau toiletnya dimana.”, kata Alice sambil sedikit tersipu malu.

“Hahaha…”, Frans tertawa kecil. Tawa itu pun disambut dengan wajah Alice yang bingung.

“Sebenarnya gue mau nanya, lu ngapain di café? Sama siapa?”, kata Frans memperjelas yang tentu saja membuat Alice semakin malu.

“Aa… Sorry… Sama abang gue, Miko. Di suruh temanin dia aja.”, Alice menunjuk kearah meja mereka dengan pipi memerah.

“Kalo lu ngapain disini? Kerja?”, tanya Alice sambil menunjuk gitar yang dibawa Frans.

“Iyah. Iseng aja kerja part time gini. Biasa, buat nambah uang jajan.”, balas Frans sambil tersenyum. Alice sebenarnya sudah tak tahan ingin buang air kecil, namun hatinya benar-benar sungkan untuk beranjak.

“Oh iya, toiletnya ada disana. Lurus aja, ntar belok ke kiri buat ke toilet cewek.”, jelas Frans yang seolah tau isi hati Alice.

“O-Oh iya… makasih ya…”, ia pun membalikkan badan untuk segera berlalu. Namun langkahnya berhenti sebentar

“Btw, suara mu bagus. Bye…”, Alice mengacungkan jempol dan tersenyum lembut kearah Frans, kemudian segera berlalu.

***

“Kok lu dari tadi senyum mulu? Lu suka ya sama yang nyanyi tadi?”, Miko menginterogasi Alice di dalam mobil menuju perjalanan pulang. Sementara itu, Alice yang ditanyai hanya tersipu malu dan salah tingkah.

“Ternyata Frans kenal sama gue.”, kata Alice dalam hati.

“ARRRGGH!”, tiba-tiba Alice berteriak girang yang membuat Miko kaget dan hampir membanting setirnya.

“ASTAGAA! APAAN SIH ALICE? Sumpah, adek gua udah gila.”, kata Miko sambil melirik sinis kearah adiknya itu. Alice yang tak bisa membendung kebahagiaannya itu pun bercerita kepada Miko.

“Jadi gini, gue itu suka sama temen sekolah gue. Nah dia itu yang tadi nyanyi di café itu. Namanya Frans. Dan gue gak nyangka kalo dia kenal sama gue. Soalnya gue kan jarang bergaul sama teman-teman dari kelas lain tuh, tadi pas mau ke toilet dia panggil nama gue dong. Gue seneng banget, sumpah.”, jelas Alice panjang lebar.

“Iye dah paham gue. Tapi karna gue udah ajak lu ke café, akhirnya lu jadi ketemu dia, yaudah coklatnya batal deh.”, kata Miko dengan tenangnya.

“YA NGGAKLAH! Janji itu tetap janji! Jangan sekali-sekali kau ingari janji mu itu mas!”, kata Alice dengan mata yang agak dicipitkan, badan sedikit mendongak ke arah Miko, mimik dan logat khas ala pemeran sinetron.

“Ih, gasuka gelaay!”, balas Miko yang tentunya diiringi dengan riuh tawa mereka disepanjang perjalanan.

***

Keesokan harinya, dengan penuh semangat Alice datang kesekolah. Senyum diwajahnya tak dapat lagi disembunyikan. Setiap kali mengingat kejadian saat di café, hati Alice berdetak tak karuan. Belum lagi, setiap kali Alice berpapasan dengan Frans, Frans selalu tersenyum kearahnya yang membuat hati Alice semakin “dag dig dug serr” bak berjoget diiringi musik koplo.

“Eh Eh… Lu senyum-senyum sendiri kenapa?”, tanya Luna pada Alice yang tertangkap basah sedang tersenyum sendiri dibangku kosong paling belakang kelasnya.

“Au ah! Ganggu aja lu.”, Alice menepis tangan Luna yang menepuknya.

“Lu lagi mikirin apa coba sampek senyum-senyum dibangku kosong? Awas kesambet lu! Eh.. Apa jangan-jangan…”, Luna menyipitkan mata dan tersenyum aneh kearah Alice.

“Ih, mikir apaan lu? Lu senyum gitu malah mirip pedofil… gue jadi ngeri.”, kata Alice.

“Lu udah ada pacar ya?”, dengan tatapan dan senyuman yang masih sama, Luna mengacungkan telunjuk kearah Alice.

“Woy! Belum ada ih. Sembarangan! Tapi ya, aminin aja dah. Siapa tau pas keluar dari kelas, tiba-tiba ada yang nembak gue.”, kata Alice sambi kembali tersenyum malu.

“Siapaa? Ceritain siapa cowo yang udah buat lu senyum-senyum kayak orang kesurupan gini?”, Luna kembali bertanya sambil membenarkan posisi duduknya menghadap Alice.

“Dih, kepo banget dah. Udahlah, udah bel masuk. Gue mau fokus belajar. BYE!”, kata Alice yang segera berlalu dan kembali ke bangkunya.

“Sok fokus lu! Awas aja kalo ketauan senyum-senyum sendiri lagi!”, balas Luna yang juga ikut kembali ke bangkunya.

Alice menatap kearah pintu kelas dan tanpa sengaja melihat Yuri yang begitu menawan masuk kedalam ruang kelas bersama dengan teman-teman yang lainnya. Tiba-tiba saja, Alice teringat senyuman Frans yang dilemparkan kearah Yuri saat dilapangan.

“Kabar baiknya, akhirnya Frans tau dan tersenyum manis kearah gue. Kabar buruknya, dia bisa membagi senyuman manis itu ke semua orang.”, pikir Alice.429Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9vdxc6SOj3