#11424Please respect copyright.PENANA974ONJCZFl
Malam itu Fauzi sangat bergairah ketika memberikan nafkah batin kepada istrinya, Sahidah. Tidak seperti biasanya, tubuhnya kini terasa lebih bersemangat, staminanya lebih kuat. Sudah setengah jam pasangan suami istri bergelut di atas ranjang.
“Kamu sangat cantik sekali malam ini, sayang,” puji Fauzi sambil menindih tubuh istrinya.
Fauzi melihat aura dari wajah Sahidah lebih terpancar. Wajahnya seperti bercahaya. Sangat berbeda dari sebelumnya. Ia juga melihat lekuk tubuh istrinya terlihat sempurna dan menggoda. Membuatnya malam itu nafsunya tinggi dan tak terbendung.
Aroma wangi tubuh Sahidah juga semerbak memenuhi kamar mereka. “Kenapa pakai minyak wangi banyak banget sayang,” ucap Fauzi di sela-sela berciuman dengan istrinya.
Saking wanginya sekujur tubuh Sahidah, membuat Fauzi ingin mengeksplor seluruh tubuh istrinya. Baru kali ini, Fauzi memainkan lidahnya, menjilati seluruh tubuh istrinya. Dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak ada yang terlewat.
Suara desahan Fauzi dan Sahidah pun menggema di kamar itu. Mereka bercinta hingga puas dan lemas malam itu. “Sayang ini enak sekali,” bisik Fauzi di telinga istrinya.
Namun siapa sangka, itu adalah percumbuan untuk terakhir kalinya antara Fauzi dan istrinya. Keesokan harinya, Sahidah meninggal dunia usai terlibat kecelakan. Fauzi pun sangat terpukul atas kejadian ini.
Fauzi menangis tak henti-hentinya. Mereka baru saja menikah, belum sampai satu tahun dan belum dikaruniai anak. Air mata Fauzi tidak kunjung berhenti. Bahkan setelah pemakaman istrinya, ia terus menangis.
Fauzi tidak menyangka, Sahidah secepat ini meninggalkannya untuk selamanya. Pihak keluarga berusaha menenangkan Fauzi, namun percuma. Tangis Fauzi tak berhenti.
Wajar tangisan Fauzi menja-jadi, karena sebelumnya ia harus menunggu sampai usia 31 tahun baru bertemu Sahidah sebagai jodohnya. Tuhan memberikan jodoh yang tepat baginya. Kala itu Sahidah baru berusia 22 tahun. Dia wanita cantik dan sholeha.
Di tahun pertama pernikahan, Fauzi dan Sahidah hidup sangat bahagia. Tuhan selalu mencukupi rezeki mereka. Tidak ada pertengkaran sekecil apapun yang terjadi dalam rumah tangga mereka.
Kemudian ada satu yang mereka tunggu-tunggu, yakni seorang anak, untuk menyempurnakan kebahagiaan keduanya. Namun hingga Sahidah pergi untuk selamanya, ia masih belum hamil.1424Please respect copyright.PENANADIu2U0b6E0
1424Please respect copyright.PENANABW1IGrD10O
***1424Please respect copyright.PENANAThzG4Z7hIA
Setelah 40 hari kematian istrinya, Fauzi seperti orang linglung. Kondisi Fauzi ini menjadi bahan perbincangan warga masyarakat di desanya. Apalagi Fauzi sangat dikenal luas di desa itu sebagai seorang ustadz. Ia membantu mengajar ngaji di salah satu TPQ di sana.
Fauzi dikenal sebagai orang yang taat beragama. Ia rajin berpuasa dan melakukan amalan-amalan lainnya. Sehingga orang-orang jadi iba melihat kondisi Fauzi saat ini.
Tatapan Fauzi kerap terlihat kosong. Bahkan saat disapa warga, ia tidak merespon. Akhirnya untuk sementara waktu, ia tidak mengajar ngaji. Fauzi masih belum bisa beraktivitas secara normal sejak kematian istrinya.
Namun soal urusan agama, ia masih tetap tekun beribadah. Ia juga tetap melakukan puasa sunah secara rutin dan rajin berdzikir, utamanya saat malam hari. Malah ia lebih rajin beribadah, mendekatkan diri pada Tuhan sejak kematian istrinya. Dengan harapan, hal itu bisa mengurangi kesedihannya.1424Please respect copyright.PENANAfp9kcJplOt
***1424Please respect copyright.PENANAcJvYi92iZZ
Malam ini, setelah Sholat Tahajud di kamarnya, Fauzi duduk bersila di atas sajadah. Ia berdzikir panjang. Ia menutup matanya, bibirnya tak berhenti bergerak, sudah membaca hingga puluhan ribu dzikir.
Di tengah-tengah dzikirnya, masih dalam kondisi ia menutup mata, ia merasa ada cahaya putih yang menyilaukan dari arah tembok di hadapannya. Fauzi pelan-pelan membuka matanya. Benar, ada cahaya yang menyorot ke arahnya.
Fauzi terdiam. “Apa ini?” tanyanya dalam hati. Ia terus melihat ke arah cahaya itu, sambit tangannya ia letakkan di atas matanya, agar tidak silau.
Kamar yang sebelumnya remang-remang, kini menjadi terang benderang.
Makin lama, cahaya itu semakin membesar dan membentuk lingkaran. Fauzi masih belum paham, apa yang sebenarnya terjadi. “Cahaya apa ini?” tanyanya lagi dalam hati.
Lingkaran cahaya itu terus membesar secara perlahan. Kini diameter lingkaran cahaya itu sudah sebesar pintu. Setelah itu, cahaya tersebut berhenti membesar. Fauzi melihat cahaya itu kemudian membentuk seperti lorong ke tempat lain.
Fauzi tambah penasaran apa itu, itu kemudian ingin mendekati lorong cahaya itu. Namun, tiba-tiba saja kakinya tak bisa bergerak. Kakinya seperti lemas, tak bisa beranjak dari tempatnya bersila.
“Ha?” Fauzi kebingungan. Kakinya seperti lumpuh, ia tak bisa berdiri. Akhirnya ia kembali duduk bersila di atas sajadahnya. Ia kemudian hanya bisa memandangi cahaya di depannya itu.
Tak lama berselang seperti ada sosok dengan penuh cahaya di tubuhnya dari dalam lorong cahaya itu. Sosok itu berjalan pelan ke arahnya. Ia tidak bisa melihat jelas, karena pantulan cahaya dari tubuh sosok itu begitu terang.
Sosok itu terus berjalan mendekat hingga akhirnya berhenti dan berdiri di pintu lorong cahaya itu. Pelan-pelan, cahaya dari tubuh sosok itu meredup. Fauzi pelan-pelan bisa melihat sosok di hadapannya itu.
Mata Fauzi kemudian tercengang, sosok itu adalah perempuan muda yang cantik. Ia memakai gaun putih panjang hingga kakinya tertutup. Dari kulit nya masih terpancar cahaya putih namun tak seterang tadi.
Begitu pun di wajahnya, masih memancarkan cahaya. Rambutnya berwarna hitam, lurus, dan panjang hingga pinggul. Kemudian ada mahkota putih di atas kepalanya. Fauzi terus memandangi sosok tersebut.
Fauzi kemudian berusaha bertanya, siapa dia? namun mulutnya seperti terkunci, tak bisa bersuara. “Mmmmmmm.. mmmm… mmm…..” hanya itu yang terdengar dari mulut Fauzi. Ia berusaha ngomong, tetap tak bisa.
“Istrimu masih hidup.” Tiba-tiba wanita itu berkata dengan suara yang lembut.
Mendengar hal itu, Fauzi antara kaget, bingung, dan senang. Namun mulutnya masih tak bisa mengeluarkan suara.
“Kamu mau ketemu istrimu?” tanya perempuan itu lagi.
“Mmmm…. mmmm… mmmm.” Fauzi mau menjawab, namun lagi-lagi ia tak bisa mengeluarkan suara.
Fauzi kemudian hanya bisa menganggukkan kepalanya berkali-kali, untuk menjawab pertanyaan wanita itu. Ia mau bertemu istrinya.
“Aku tahu di mana istrimu. Aku bisa mempertemukan kamu dengan istrimu,” ucap wanita itu lagi.
Fauzi pun sangat senang saat mendengar ucapan wanita itu. Ia sangat ingin bertemu dengan istrinya. Namun, Fauzi masih belum mengeluarkan suara dari mulutnya, untuk menjawab wanita itu.
“Hmmm… mmm…. mmm….,” hanya itu yang keluar dari mulut Fauzi, sambil mengangguk beberapa kali. Tanda ia benar-benar mau bertemu istrinya.
“Perkenalkan namaku Jafiaa. Ayo ikut bersamaku, jika kamu mau bertemu dengan istrimu. Akan aku tunjukan di mana istrimu,” ucapnya.
Fauzi sangat senang dengan apa yang disampaikan oleh Jafiaa. Ia terus mengangguk, tanda mau ikut bersama. Ia masih tak berbicara saat ini.
“Berdirilah, dan ikuti aku,” kata Jafiaa.
Seketika, Fauzi langsung berdiri. Ia kaget, tiba-tiba kakinya bisa kembali normal saat Jafiaa meminta berdiri. Ia pun kemudian berjalan ke arah lorong cahaya itu. Mendekati Jafiaa yang masih tetap berdiri melihatnya.
Fauzi kemudian masuk ke pintu lingkaran bercahaya itu. Ia kini berada di dimensi lain, di sebuah lorong cahaya. Setelah di dalam, ia menoleh ke belakang, pintu lingkaran itu langsung menutup. Ia tak bisa melihat lagi kamarnya. ***
ns 15.158.61.5da2