Fauzi sudah sangat bernafsu sekali pada Jafiaa. Aroma wangi tubuh Jafiaa membuatnya mau berbuat lebih dengan Jafiaa. Kini Fauzi mendorong tubuh Jafiaa hingga terlentang di atas ranjang.
Tubuh Jafiaa masih setengah telanjang. Gaunnya terbuka setengah hingga sampai pinggulnya.
Fauzi kemudian menindih tubuh Jafiaa. Kini ia yang lebih berinisiatif. Diciumnya lebih bernafsu lagi bibir tipis dan merah Jafiaa. Fauzi memainkan lidahnya, ia jilati bibir itu. Rasanya hangat.
Kini mulut Fauzi turun ke leher Jafiaa. Ia cium lehernya dan memberikan gigitan kecil hingga meninggalkan bekas merah di leher Jafiaa. Fauzi kerap melakukan itu pada istrinya. Karena istrinya selalu memakai kerudung ke luar, sehingga orang-orang tidak akan tahu jika lehernya memerah.
“Ahhhhh.” Jafiaa mendesah mendapat perlakuan seperti itu dari Fauzi. Lehernya banyak bercak merah, terlihat sangat jelas. Karena sangat kontras dengan warna kulitnya.
Sambil terus menciumnya, tangan Fauzi mulai meraba payudara ranum Jafiaa. Ia raba dan remas-remas payudara sedikit lebih besar dari punya istrinya. Jari Fauzi juga memainkan puting Jafiaa. Ia pilin-pilin hingga membuat tubuh Jafiaa menggelinjang.
“Sssshhhh…….,” desah Jafiaa.
Tangan kanan Fauzi terus melakukan hal yang sama. Secara bergantian tangannya memainkan payudara kanan dan kiri Jafiaa.
Tak berhenti di situ, mulut Fauzi kini turun ke dada Jafiaa. Bibir dan lidahnya masih melakukan hal yang sama. Hal ini bikin Jafiaa makin meningkat nafsunya. Tangannya kemudian merangkul erat tubuh Fauzi.
Fauzi seakan sudah gelap mata. Ia benar tak mengingat lagi soal zina dan dosa. Gairahnya sudah tinggi, ia terus mencumbu wanita yang bukan muhrimnya. Ia membenarkan apa yang dilakukannya, tidak ada dosa di sini, seperti yang dikatakan Jafiaa.
Mulut Fauzi kini turun ke buah dada Jafiaa. Ia menjilati payudara Jafiaa dengan rakus. Lidahnya terus bergerak menjelajah payudara yang kenyal itu.
“Uhhhhh,” desah Jafiaa lagi saat lidah Fauzi menyentuh putingnya.
Fauzi terus memberikan sentuhan kenikmatan untuk Jafiaa. Baik dengan tangan atau mulutnya.
Ini yang diharapkan Jafiaa. Ini yang ditunggu-tunggu Jafiaa sejak lama. Sudah lama ia menaruh hati pada Fauzi dan ingin bercinta dengannya. Sudah lama ia merencanakan semua ini. Baru hari inilah, hal itu terwujud.
Kemudian Fauzi mengenyot payudara Jafiaa seperti bayi. Tubuh Jafiaa bergetar, merasakan sensasi kenikmatan yang lama ia dambakan dari Fauzi.
Puting Jafiaa makin memerah saat diemut dan dijilati Fauzi. Fauzi sangat menyukainya. Tak berhenti ia terus melakukan itu.
Slurrppp… Slurppp… Slurppp… suara lidah Fauzi.
Beberapa menit kemudian, Fauzi merasa cukup menikmati payudara itu. Kini lidahnya turun ke perut Jafiaa yang sangat ramping. Lidahnya terus membasahi perut Jafiaa hingga kemudian fokus pada pusat Jafiaa.
“Ohhhhhhh.” Jafiaa mendesah makin keras. Fauzi sangat pandai bikin istrinya mendesah. Ini juga yang ia lakukan pada Jafiaa.
Jafia masih setengah telanjang. Gaunnya tetap terpakai setengah hingga di pinggulnya.
Kini Jafiaa memegang kepala Fauzi dan mendorongnya. Memberikan isyarat untuk menghentikan aksinya.
Jafiaa meminta Fauzi untuk berlutut. Jafiaa bangkit dari ranjang. Kemudian membungkuk di hadapan Fauzi. Jafiaa terkesima dengan penis besar dan panjang milik Fauzi, yang ditumbuhi rambut di sekitarnya.
Tangan lembut Jafiaa meraih penis itu. Ia memegangnya, menggenggamnya. Penis Fauzi terasa sangat keras di tangan Jafiaa. Diameter penis Fauzi yang lumayan besar, memuat jari Jafiaa tak bisa menggenggam penis itu seutuhnya.
Jafiaa pelan-pelan mulai mengocok penis Fauzi. Gesekan halus tangan Jafiaa, bikin Fauzi langsung melayang. Hasratnya makin meningkat dan lebih meningkat.
“Ssssshhhhhhh.” Akhirnya Fauzi mendesah.
Jafiaa kini mendekatkan wajahnya ke penis Fauzi. Ia membuka mulutnya, lalu mengarahkannya ke penis Fauzi. Leppp.. penis Fauzi sudah berada di mulut Jafiaa.
Namun mulut Jafiaa tidak muat untuk melahap semua penis Fauzi yang panjang itu. Jafiaa sudah berusaha memasukkan hingga mentok penis Fauzi ke dalam mulutnya. Namun tidak sampai tiga perempatnya yang masuk.
“Uhhhhhhh,” desah Fauzi lagi.
Jafiaa mulai memaju-mundurkan mulutnya. Penis Fauzi basah dan terasa hangat di dalam mulut Jafiaa. Sluppp… Slupp… Slupppp…. suara gesekan penis Fauzi di mulut Jafiaa.
“Ahhhh, enak banget Jafiaa.” Fauzi mendesah sambil menyebut nama wanita itu.
Fauzi sekaan melupakan statusnya sebagai orang terpandang di desanya. Orang yang dikenal taa beragam dan jauh dari maksiat atau hal-hal negatif. Seakan ia lupa statusnya sebagai ustadz. Kini ia terbuai dalam jebakan kenikmatan yang dibuat oleh Jafiaa.
“Ini tidak berdosa kan? Ini bukan zina kan? Tidak ada dosa di sini kan?” ucap Fauzi, bertanya dan seolah membenarkan apa yang dilakukannya. Ia sudah terbuai dengan ucapan Jafiaa.
Mendengar perkataan Fauzi, Jafiaa menghentikan aksinya. Ia mendongakkan wajahnya, melihat Fauzi lalu tersenyum manis. Fauzi juga ikut memandang wajah cantik Jafiaa.
“Iya betul, kami tidak mengenal zina di sini. Semuanya adalah cinta bukan dosa,” ucap Jafiaa, meyakinkan Fauzi.
Fauzi pun tambah yakin, ia tidak salah melakukan ini. Ia kembali menikmati apa yang dilakukan oleh Jafiaa.
Jafiaa kini memainkan lidahnya. Ia jilati penis Fauzi dari ujung kepalanya hingga pangkal batangnya. Begitu terus ia melakukannya. Slupppp… Sluppp… Slurppp… suara lidah Jafiaa.
“Ahhhhh… Jafiaaaaaa….. Enak sekali lidahmu.” Fauzi mendesah dengan sangat keras hingga menggema di kamar itu.
Fauzi seakan sudah lupa istrinya. Kini ia fokus bercinta dengan Jafiaa. Nafsunya makin terus meningkat.
Jafiaa menghentikan permainan mulut dan lidahnya. Kini ia kembali mengandalkan tangannya untuk memberikan kenikmatan pada Fauzi. Tangannya mengocok penis Fauzi yang sudah basah. Sehingga licin dan memudahkannya untuk mengocoknya.
Jafiaa kini sangat cepat mengocok penis itu.
“Uhhhhh,” desah Fauzi.
Mendengar Fauzi yang terus mendesah keenakan, intensitas kocokan tangan Jafiaa makin meningkat lagi.
Hal ini bikin Fauzi seperti akan mendekati klimaks. Penisnya berdenyut-denyut. Namun ia tak mau mencapai orgasme dulu. Ia tak mau permainan ini cepat berakhir.
Fauzi merasa, jika Jafiaa terus melakukan itu, akan segera muncrat spermanya. Ia pun kemudian meminta Jafiaa menghentikan aksinya.
Fauzi kini mendorong tubuh Jafiaa hingga terlentang lagi. Fauzi memegang gaun putih Jafiaa dan menariknya pelan-pelan. Ia tarik dengan hati-hati, takut sobek. Karena ia lihat gaun itu sangat bagus dan terlihat mahal.
Fauzi terus menariknya pelan hingga gaun itu melorot sampai di lutut Jafiaa. Ia lihat Jafiaa ternyata tidak memakai CD. Sehingga langsung terpampang dengan jelas vagina Jafiaa.
Fauzi menelan ludah. Glekkk… Ia menelan ludah. Fauzi terkesima. Matanya melotot, fokus ke vagina Jafiaa. Ia berdecak kagum dengan keindahan bentuk vagina Jafiaa. Sangat berbeda jauh dengan vagina istrinya.
Vagina istrinya adalah satu-satunya vagina yang pernah ia lihat sebelumnya. Ia menilainya itu sudah sangat bagus dan indah. Bikin dia terangsang hebat jika melihatnya.
Namun kini, di hadapannya ada vagina yang lebih bagus lagi dari milik istrinya: vagina Jafiaa. ***
ns 15.158.61.20da2