Mahesa terus memikirkan undangan ki Jayataka yang terlanjur disetujui oleh Savitri. Memikirkan segala akibat yang mungkin timbul bila dia hadir di sana. Teringat kebejatannya di masa lalu terhadap wanita-wanita muda dan cantik. Tidak sedikit korban Mahesa adalah wanita-wanita pendekar muda. Perempuan-perempuan cantik itu dibiarkan begitu saja setelah dinikmati. Ada yang setelah mengalami kejadian buruk itu menjadi gila bahkan ada yang bunuh diri. Tapi lebih banyak yang melanjutkan hidup seraya berjuang untuk melupakan segala kemalangan yang mereka alami. Atau bahkan ada yang bertahan hidup untuk kelak membalas dendam.
Kemungkinan dalam pertemuan pendekar di gunung Merapi nanti akan ada wanita korban Mahesa yang mengenalinya. Itulah yang paling ditakutinya. Karena akan menghancurkan masa depannya bersama Savitri istri yang sangat dicintainya. Padahal kini dia sudah mau bertobat dan memulai hidup baru dengan wanita yang didambakannya sejak remaja.
Memilih mengasingkan diri dari dunia persilatan adalah jalan terbaik bagi Mahesa. Tapi semua menjadi sulit karena Savitri istrinya masih enggan untuk meninggalkan rimba persilatan. Saat ini dia mau sejenak menjauh dari hiruk pikuk dunia kaum pendekar semata karena dalam keadaan hamil.
Masalah makin bertambah dengan kabar gurunya Ki Semar Mesem yang telah menjadi tangan kanan patih Arya Weling. Guru yang begitu dia hormati karena hanya dia satu-satunya yang mau menerima Mahesa sebagai murid. Lima tahun lalu dia terakhir bertemu dengan gurunya yang sedang mendalami ilmu sesat yang sangat berbahaya dari sebuah kitab pusaka langka. Kitab Serat Sukma sebuah kitab yang mengajarkan Ilmu yang bisa didapat dengan memenuhi syarat-syarat berat. Ki Semar Mesum tentu saja tidak kekeberatan untuk memenuhi syarat-syart itu. Karena dia memang menyukainya sesuai dengan nama yang dia sandang.
Ilmu itu bernama Ajian Penyedot Sukma sebuah ilmu yang sangat dahsyat. Pemilik ilmu itu bisa menghisap segala mahluk bernyawa yang ditujunya sehingga menempel dikedua telapak tangannya dan semua kekuatan dari mahluk yang terkena ajian itu akan terhisap dan berpindah ke pemilik ajian penyedot sukma.
Syarat untuk memiliki ilmu itu adalah mencari 100 wanita perawan untuk ditiduri setiap malam satu perempuan. Kemudian dia harus meminum cairan darah perawan itu yang telah bercampur dengan cairan mani. Setelah semua selesai dilanjutkan dengan bersemedi 7 hari 7 malam tanpa henti tanpa makan dan minum barulah mulai mempelajari inti dari ilmu Ajian Penyedot Sukma.
Mahesa saat itu tidak tertarik untuk memiliki ajian penyedot Sukma karena baginya terlalu berat untuk memilih mana perawan atau bukan. Dia lebih tertarik untuk menikmati wanita-wanita cantik entah itu perawan atau bukan yang penting cantik dan mengiurkan. Mahesa juga merasa tak akan sanggup bersemedi 7 hari 7 malam. Jadi dia memilih untuk mengembara di rimba persilatan mencari kepuasan birahi akibat putus asa kekasih hatinya telah menikah dengan lelaki lain.
***
Mentari pagi menembus tirai jendela kamar, Mahesa pun terbangun, dia melihat ke arah kiri, Savitri istrinya masih tertidur pulas, biasanya dia paling rajin bangun pagi mengerjakan kegiatan rumah tangga, mungkin karena dia capek karena menjamu tamu kemarin.
Mahesa saat ini sedang bernafisu. Dia membuka selimut yang menutup tubuh istrinya, lalu dia dekati tubuh Savitri dengan wajahnya, perlahan-lahan dia mencium aroma tubuh istrinya yang sangat membangkitkan gairah Mahesa. Dia sangat menyukai sekali aroma tubuh istrinya sewaktu tidur, karena aromanya alami bukan buatan, itulah salah satunya kenapa Mahesa makin mencintai istrinya,
***
Andini semalam bisa mengendalikan nafsunya meski dengan susah payah. Tapi tidak dengan saat ini. Suasan siang menjelang sore ini setelah berkuda dari pagi mereka sampai di tepi sungai. Disinilah Andini tidak mampu lagi mengendalikan hasrat birahinya.
“Muridku ayok kita mandi disungai itu.”
“Wah asik juga... ayo guru!”
Sembara muda langsung senang. Dia hendak langsung melompat terjun ke dalam sungai.
“Tunggu kamu harus melepas pakaian kamu Sembara!” Seru Andini.
“Tapi...?”
Secara naluri Sembara muda malu untuk telanjang didepan orang lain meski itu gurunya sendiri.
“Tidak usah malu aku kan gurumu!” perintah Andini.
“Baik guru...!”
Sembara kemudian melepas pakaiannya hingga tak tersisa sehelai kainpun ditubuhnya. Kemudian dia segera meloncat ke dalam air untuk mandi.
Andini yang selama perjalanan dengan Sembara muda memakai pakaian biasa seperti wanita pada umumnya dan tidak memakai pakaian kebesarannya kalau beraksi sebagai Bidadari Hati Beku. Kalau dia tampil sebagai Bidadari Hati beku maka dia akan memakai pakain putih dengan bentuk pakaian khas seperti pakaian kaum pendekar wanita tapi dilengkapi cadar putih yang menutup sebagian besar wajahnya kecuali mata indahnya
***
Telasih tak pernah menyesali kehilangan kandungannya akibat persetubuhan yang dia lakukan dengan gurunya. Karena kini dia telah memiliki tenaga dalam tingkat tinggi setaraf dengan gurunya. Kini dia dengan mudah dan cepat bisa menguasai ilmu-ilmu dari kita Pusaka Dewa Angkara. Lagi[ula kehamilannya itu hanyalah hasil perkosaan orang tak dikenal yang wajahnya sampai kini terus terbayang dikepalanya. Dan dia bertekad kelak akan menemukan lelaki jahanam itu untuk melakukan perhitungan.
Dengan ilmu kepandaian yang dia miliki saat ini maka Telasih yakin akan dengan mudah menghukum lelaki bejad itu kalau bertemu. Bahkan dia bisa membunuh lelaki itu dengan kejam. Kini dia hanya butuh berapa purnama lagi untuk menyelasaikan seluruh isi kitab pusaka Dewa Angkara.
“Muridku kini sudah lebiih dari 40 hari sejak kamu kehilangan kandunganmu. Aku harap kamu mau mematuhi keinginan gurumu ini!” Ucap Dewa Maut pada muridnya telasih.
“Apapun keinginan guru akan aku lakukan.”
“Aku waktu itu menyetubuhimu semata demi penyaluran ilmu kesaktian padamu. Jadi aku tidak bisa menikmati dengan seutuhnya tubuh kamu. Apalagi saat itu kamu sedang hamil. Aku takut kamu bisa saja tewas.”
“Aku mengerti suhu!”
“Jadi kamu tahu keinginan aku sekarang?”
“Mengerti guru!”
Dewa maut membelai rambut Telasih seolah dia adalah istrinya. Kemudian Telasih memeluk gurunya yang cacat itu. Perlahan Dewa Maut mulai menciumi bibir muridnya. Telasih mulai terangsang ketika Dewa Maut terus melakukannya dengan lembut. Dia seperti tak peduli bahwa yang mencumbunya saat itu adalah gurunya. Malam ini adalah kesempatan yang telah ditunggu-tunggu oleh Dewa Maut. Anehnya, Telasih seperti tak kuasa menahan hasrat gurunya. Padahal Dewa maut lebih pantas menjadi orang tuanya.
Dewa Maut pun mengulum bibir Telasih beberapa saat. Muridnya itu membalasnya sambil menutup kedua mata menikmatinya. Tangan gurunya yng tinggal sebelah juga tidak mau tinggal diam dengan terus merabai buah dada telasih yang masih terbungkus pakaian.
Telasih lalu membimbing gurunya ke kamar tidur dan direbahkannya di ranjang. Dewa Maut telah terlarut dalam gairah yang menghentak. Tak lama lagi akan terjadi sesuatu yang terlarang di antara mereka berdua.
Telasih mulai melepaskan pakaiannya satu persatu setelah itu dia membantu Dewa Maut menelanjangi diri. Dewa Maut berdebar-debar karena kini mereka sudah sama-sama bugil. Telasih memeperhatikan tubuh gurunya yang cacat. Meskipun sudah berumur namun ototnya masih keras dan kokoh.
Telasih tersentak ketika Dewa maut mulai menciumnya dari leher hingga belahan dada dengan kasar. Rabaan tangannya yang kasar membuat Telasih makin terangsang. Dewa Maut semakin asyik dengan tindakannya. Tiap jengkal tubuh Telasih dijamahnya tanpa terlewatkan seinci pun. Kekuatan Dewa Maut telah menguasai diri muridnya. Telasih mulai berkeringat tidak tahan dan geli bercampur gairah
Telasih telah takluk oleh gelombang gairah yang dipancarkan oleh Dewa Maut. Sangat aneh sebenarnya jika dia akhirnya mau melakukan persetubuhan dengan Dewa Maut yang seusia dengan ayahnya.
Bersambung.
266Please respect copyright.PENANAutEn8pBAzW