Suasana pagi terasa sunyi senyap. Seperti biasanya hanya terdengar suara desir angin dan kicauan burung. Diiringi geresek dedaunan yang tertiup angin.
Di pagi ini terlihat dari wajahnya Dewa maut seperti orang yang sedang dilanda kebimbangan. Lelaki paruh baya ini benar-benar bingung. Di saat dendamnya belum tuntas dia malah mengalami cacat akibat cara pembalasan dendamnya yang terlalu menganggaap remeh musuh-mushnya.516Please respect copyright.PENANAHrTs53PoEa
516Please respect copyright.PENANAdnfLcKL0t9
Dia menyadari kondisinya saat ini yang telah cacat membuat dia tidak bisa dengan sempurna menggunakan ilmu-ilmu kesaktian yang dia miliki. Sementara dia masih harus dan sangat bernafsu untuk membalas dendam. 516Please respect copyright.PENANA9galDNG6pf
516Please respect copyright.PENANAIkbjp9TrH7
Kini harapannya untuk melanjutkan misi balas dendamnya adalah Telasih. Akan tetapi mengajarkan ilmu silat kepada Telasih yang baru diangkatnya jadi murid juga tidak bisa dengan mudah dia lakukan karena keterbatasan tubuhnya yang hanya tinggal punya satu kaki dan satu tangan. Tangan kiri putus dibagian lengan sementara tangan kanan harus menyangga tongkat biar dia bisa berdiri akibat kaki kanannya yang putus dibagian paha.
Dilain pihak Telasih sedang hamil dan usia kehamilannya telah tujuh bulan kini. Walau tubuh Dewa Maut sudah tak sempurna di usianya yang sudah paruh baya tapi dia diam-diam masih memiliki hasrat untuk merasakan tubuh wanita. Dan hasrat itu terus menggoda kala dia bersama muridnya Telasih.
Apalagi dia ingat bahwa ilmu kesaktiannya bisa disalurkan dengan cepat melalui persetubuhan. Sebuah ilmu yang dia ingat bernama ilmu Penyatuan tubuh.
516Please respect copyright.PENANA7iwNPACJ2g
Dengan melakukan totokan dibagian-bagian tertentu ditubuh perempuan yang disetubuhi maka dengan sangat cepat ilmu kesaktian itu berpindah ke tubuh wanita pasangan persetubuhannya. Tentu hanya ilmu tenaga dalam saja yang langsung bisa tersalurkan lewat cara itu. Karena kalau ilmu berupa jurus-jurus pukulan tetap harus dipelajari melalui latihan gerakan. Tapi akan lebih cepat penguasaan ilmu-ilmu itu kalau diawali persetubuhan. Dan latihan gerakan akan dengan mudah dan singkat bisa dikuasi setelah persetubuhan dengan cara-cara menurut petunjuk kitab pusaka Dewa Angkara.
Dewa Maut makin tergoda untuk melakukan itu namun kehamilan Telasih yang mebuat dia ragu. Sebab cara itu sangat membahayakan kehamilan muridnya bahkan bisa mengakibatkan kematian bagi muridnya sekaligus kandungannya. Selain itu Dewa Maut juga ragu apa Telasih mau melakukan persetubuhan dengannya yang telah cacat meski dengan alasan untuk penyaluran ilmu kesaktian.
Setelah menahan godaan sekian lama akhirnya Dewa Maut tak bisa menahan diri lagi. Apalagi setiap hari melihat tubuh telasih yang meski perutnya telah membuncit makin besar tetap saja cantik dan menggiurkan baginya. Hingga akhirnya dia merasa perlu berterus terang pada Telasih tentang hasratnya.
“Muridku ada yang ingin aku bicarakan denganmu.” Ucap Dewa Maut.
“Apa itu guru.”
“Aku harap kamu bisa memahami keinginan gurumu ini!”
“Aku siap guru!”
“Kamu tahu dengan tubuhku yang cacat ini sulit bagiku untuk membalas dendam kepada musuh-musuhku terutama yang membunuh kedua orangtuaku dan yang membuatku cacat. Untuk itulah aku berharap kamu bisa membalaskan dendamku. Tapi dengan tubuh seperti ini sulit bagiku untuk mengajarkan semua ilmu yang aku kuasai.”
“Aku akan berusaha untuk bisa guru!”
“Tapi itu semua baru bisa kamu kuasai kalau berlatih puluhan tahun.”
Telasih terdiam mendengar penjelasan gurunya.
“Ada satu cara untuk bisa menguasai ilmu-ilmu itu dengan cepat!” Dewa Maut menghentikan sejenak kata-katanya.
Telasih menantikan kata-kata gurunya.
“Tapi ini sangat sulit kamu lakukan!’
“Apakah itu guru? Kalau guru perintahkan aku akan lakukan!”
“Ini sangat berbahaya muridku.”
“Demi guru aku akan mau menghadapi bahaya!”
“Kita harus bersetubuh untuk itu muridku!” kata Dewa Maut dengan tegas.
“Apa????”
Telasih kaget tak membayangkan hal itu yang akan dia dengar dari mulut gurunya. Tak pernah terbayang bahwa ada sebuah ilmu bisa dikuasai dengan melakukan hal semacam itu.
“Bagaimana kamu siap?”
Telasih berpikir sejenak sambil menundukan wajahnya. Kemudian dia mengangkat wajahnya menatap sang guru. Setelah mengalami pemerkosaan itu Telasih memang telah pasrah dengan jalan hidupnya. Dia tidak peduli lagi akan menjadi seperti apa masa depannya, apalagi kini dia hamil akiba ulah pemerkosa.
“Aku siap melakukannya guru!”
“Tapi ini berbahaya bagi kehamilanmu.”
“Aku tidak peduli guru. Demi guru aku siap.”
Dewa Maut sangat terharu mendengar ucapan muridnya. Sekaligus hasrat birahinya bangkit. Segera dia mendekati muridnya itu dengan penuh nafsu. Meski dia hanya menggunakan tonggat saat mendekati Telasih muridnya yang cantik. Dia memeluk tubuh telasih dengan tangan kanannya kemudian dia mencium wajah muridnya itu. Wanita itu dengan pasrah membiarkan gurunya melakukan apa yang dia mau.
Tubuh Telasih memerah karena rasa panas yang timbul akibat persetubuhan dengan menggunakan totokan-totokan dari ilmu yang diajarkan dalam kitab pusaka Dewa Angkara.
Tak lama kemudian dia tak sadarkan diri dengan tubuh memerah karena panas yang tinggi.
***
Tak terasa Mahesa telah enam bulan lebih menjadi suami dari Savitri. Sejak menikah pasangan Mahesa dan Savitri memilih untuk tinggal sendiri di bagian lain lereng gunung Lawu karena ingin hanya berdua saja. Meski jaraknya tidak begitu jauh dari padepokan Gunung Lawu.
Setelah hasrat dan angannya untuk meraih cinta Savitri tercapai Mahesa merasa sudah saatnya bagi dia untuk menjadi manusia yang baik. Melupakan masa lalu yang penuh dengan dendam dan kebencian kepada orang lain. Keinginan melecehkan wanita-wanita cantik akibat dendam karena ditolak cintanya diusirnya jauh-jauh. Dendam karena perjuangan untuk menjadi seorang pendekar begitu sulit karena penolakan dari guru-guru silat dan padepokan-padepokan juga mulai dilupakan.
Kini Savitri telah mengandung buah hati mereka. Kehamilan Savitri membuat Mahesa makin memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi. Usia kehamilannya sudah lima bulan. Kehidupan yang tenang, jauh dari gejolak rimba persilatan yang memang kini telah tenang sejak pertempuran di kediaman ki Pawaka benar-benar dinikmati oleh Mahesa.516Please respect copyright.PENANAsoVYYZFipq
Ki Wajrapani pimpinan Padepokan Gunung Lawu sekaligus ayah dari Savitri tentu sangat bahagia dengan perkembangan yang dialami oleh Savitri. Harapannya akan bisa menimang cucu tidak lama lagi akan terwujud. 516Please respect copyright.PENANA3pJZi23v0G
516Please respect copyright.PENANAkLTwfm1I8g
bersambung
ns 15.158.61.48da2