Kota raja masih tiga hari perjalanan dengan kuda, Andini dan Sembara muda telah tiba di kadipaten Wurawari. Setelah kadipaten Wurawari mereka harus melewati kadipaten Parwata dan kadipaten Semboja untuk sampai di Kota Raja.
Mereka kembali mencari penginapan setelah semalam tidur di tengah hutan karena bertemu malam dalam perjalanan. Tentu saja semalam dihutan itu dihiasi dengan beradu kenikmatan bagi mereka berdua. Sejak persetubuhan di sungai itu mereka tidak pernah melewatkan kesempatan untuk beradu birahi yang ternyata sangat disukai oleh Sembara muda.
Kadipaten Wurawari meski masih dua kadipaten lagi untuk sampai ke Kotaraja namun lumayan ramai. Banyak penginapan di sini karena para pedagang dari berbagai wilayah yang mau ke Kotaraja sering singgah dan menginap.
Andini memilih penginapan murah karena memang uang yang dia miliki terbatas. Sebenarnya kalau tidak memikirkan untuk mencari kenyamanan tentu lebih hemat tidur di tempat terbuka seperti di hutan.
Tapi ditengah kota kadipaten tidak sama dengan di hutan jadi mau tidak mau penginapan menjadi pilihan. Setelah menemukan penginapan murah seperti biasa sebelum istirahat di kamar penginapan Andini dan Sembara muda makan dulu di tempat makan yang disediakan oleh penginapan.
Ternyata tempat ini selain penginapan juga merupakan rumah makan yang cukup ramai. Saat sedang makan Andini melihat rombongan orang-orang dari perguruan Padepokan Gunung Semeru memasuki penginapan. Dia mengenalinya dari pakaian khas mereka. Pimpinan padepokan Gunung Semeru bernama ki Sancaka. Saat pertarungan berdarah di kediaman ki Pawaka Padepokan Gunung Semeru tidak terlibat karena mereka tidak datang.
Setelah selesai makan ketika Andini dan Sembara muda hendak pergi menuju ke kamar mereka tiba-tiba terdengar siulan yang panjang. Siulan itu terasa mengandung tenaga dalam yang sangat tinggi.
Wajah Ki Sancaka dan pengikutnya berubah, demikian pula dengan Andini. Mereka merasa ada yang aneh dengan siulan itu. Karena suara siulan mengandung tenaga dalam yang cukup tinggi.
Tidak butuh waktu lama melesatlah kedalam penginapan itu mereka beberapa bayangan tubuh dengan berjumpalitan dan kemudian mereka telah berdiri mengepung penginapan. Jumlahnya puluhan orang.
“Huahahahhahahhahaha.... huahahahhauauauua..!!!” terdengar gelak tawa dibuat-buat yang sangat keras.
Ki Sancaka dan murid-muridnya langsung mengambil sikap waspada. Demikian pula dengan Andini dan muridnya Sembara.
“Akhirnya ketemu juga dengan penghasut pemberontakan...huahahahahhahaha!’
Tampak di depan penginapan seorang yang sedang menunggang kuda berwajah tirus dengan sinar mata licik berkata sambil tertawa.
“Siapakah kisanak sekalian? Kenapa datang-datang langsung mengambil sikap permusuhan?” Ujar ki Sancaka.
“Aku Suraseta senopati pasukan pemburu iblis. Aku akan menumpas kalian semua!”
“Oh kalian anjing-anjing Arya Weling. Kalian mengantar nyawa sia-sia datang kesini.”Bentak seorang murid Ki Sancaka.
Pasukan Pemburu Iblis adalah pasukan bentukan Arya Weling. Pimpinan pasukan bernama Suraseta berkelebat melompat dari kudanya lalu ia menghunuskan pedangnya kearah ki Sancaka.
Pimpinan padepokan gunung Semeru itu melayang bagaikan burung walet yang terbang menghujam menembus awan. Tubuhnya melesat secepat kilat kemudian berbalik menyerang Suraseta dengan jurus kilatan seribu tongkat dari atas kepala sang senopati. Anak buah Arya Weling itu menangkis serangan tongkat Ki Sancaka dengan putaran pedang yang membentuk semacam perisai.
Tapi Ki Sancaka yang merupakan tokoh utama rimba persilatan dengan mudah menembus perisai dari putaran pedang itu dengan tongkatnya yang menerpa bahu kanan Suraseta.
Sementara anak buah Suraseta bergerak merangsek maju ikut menyerang sehingga terjadilah pertempuran sengit di dalam penginapan.
Ki Sancaka dengan berjumpalitan mengeluarkan sebuah jurus tongkat pemukul mentari yang diakui sebagai jurus yang sangat berbahaya miliknya.
“Bunuh mereka semua!” teriak Suraseta kepada anak buahnya.
Teriakan keras itu terdengar ditelinga Andini. Dia dan Sembara telah berada dilantai dua penginapan sambil melihat ke arah pertempuran. Namun mereka tidak mau ikut campur. Andini dapat menduga apa yang akan terjadi sehingga merasa tidak perlu turun tangan. Karena dia mulai merasakan getaran aneh yang menyelimuti seluruh penginapan ini.
Getaran itu berasal dari dengung putaran tongkat Ki Sancaka. Itulah kehebatan jurus tongkat pemukul mentari milik padepokan gunung Semeru. Beberapa pengepung dari pasukan telik sandi terlempar mengenaskan akibat deru angin pukulannya saja. Yang terkena tongkatnya langsung tentu saja lebih parah. Mereka tewas dengan tubuh hancur. Memang sangat dahsyat jurus pukulan tongkat pemukul mentari yang keluar langsung dari ki Sancaka.
Suraseta berusaha kabur akan tetapi langkahnya terhenti. Karena murid-murid Ki Sancaka bukanlah orang lemah. Mereka juga memiliki jurus tongkat yang berbahaya.
Tubuh Suraseta terkena beberapa hantaman tongkat dari murid padepokan gunung Semeru. Dia terhuyung-huyung kepayahan. Ki Sancaka hendak menghabisi orang berwajah licik itu.
“Whuuuuuuuuuut...”
Blarhhhhh.
“akh....!”
Ki Sancaka berteriak menjerit saat tongkatnya bertemu dengan sebuah pukulan hebat membuat tangannya merasakan panas dia terhuyung berapa langkah kebelakang. Suraseta berhasil selamat karena kehadiran seorang tokoh berbadan gemuk berkepala setengah botak berdiri dengan senyum mengejek melindungi Suraseta. Di belakang dia juga telah hadir seorang lelaki kurus tinggi berwajah pucat bersama seorang anak muda tampan dengan kipas dilengan kirinya.
“Oh ini orang yang mau jadi pemberontak itu?” ujar lelaki gemuk setengah botak itu.
“Oh inilah penjilat Arya Weling yang punya nama Ki Semar Mesum. Hemmmm senang bisa jumpa dengan kisanak.” sahut Ki Sancaka.
Andini melesat pergi dengan cepat ke kamarnya meninggalkan Sembara untuk berganti pakaian karena dia tahu dia harus turun tangan karena melihat kehadiran orang yang disapa dengan panggilan Ki Semar Mesum. Dia akan ikut bertempur sebagai Bidadari Hati Beku.
“Tak perlu basa-basi lagi yang mulia!” ujar lelaki muda tampan sambil mengayun-ayunkan kipasnya.
“Hahahhaha gendut botak jelek dipanggil yang mulia!” celetuk Sembara dari lantai dua.
“Hey bocah berani sekali kamu. Mau cari mati ya!” bentak pemuda tampan itu sambil mengibaskan kipasnya kearah Sembara.
Sret...sret..sret... Meluncurlah puluhan jarum dari kipas pemuda tampan itu kearah Sembara.
Jarum-jarum itu rontok dengan mudah dengan kibasan lengan Sembara. Pertempuran kembali pecah Setelah Si Lelaki tinggi kurus hantamkan goloknya ke arah ki Sancaka.
Ki Semar Mesum yang jengkel dengan celetukan Sembara langsung mengeluarkan ilmu andalannya dan tanpa ampun dia mengeluarkan jurus ajian Penyedot Sukma. Sembara yang berada di lantai dua langsung tertarik kearah bawah dan dengan cepat tubuhnya menempel dikedua telapak tangan Ki Semar Mesum.
Bersamaan dengan itu melesat dengan cepat seorang berpakaian serba putih dengan pedangnya menyerang Ki Semar Mesum laksana gulungan ombak dari arah belakang membuat ki Semar Mesum berbalik menangkis serang itu sehingga tubuh sembara yang menempel dikedua telapak tangannya terlepas.
Bersamaan dengan itu ki Sancaka menyerang dengan ganas ke arah Ki Semar Mesum sehingga lelaki gemuk itu kewalahan dan meloncat menghindarkan diri dari serang kedua musuhnya. Untung baginya karena dengan cepat Lelaki kurus tinggi bermuka pucat langsung melindungi
Ki Semar Mesum dengan goloknya berbarengan dengan si pemuda tampan bersenjatakan kipas melakukan serangan balik kepada Ki Sancaka. Orang yang berpakain serba putih dan bercadar itu ternyata Bidadari Hati Beku. Dia dengan cepat mengambil kesempatan menolong Sembara muridnya yang telah terkena ajian Penyedot Jiwa.
Setelah menyambar tubuh Sembara muridnya Bidadari Hati Beku berkelebat lalu menghilang dari tempat pertempuran. Beberapa anak buah Ki Semar Mesum yang mencoba mengejar rubuh dengan tubuh terluka parah karena gulungan angin yang keluar dari putaran pedang yang dilancarkan oleh Bidadari Hati Beku. Hingga pendekar wanita itu bisa lolos tanpa dapat dicegah oleh musuh-musuhnya.
Setelah merasa aman Bidadari Hati Beku berhenti di sebuah tempat di tepi hutan. Dia menidurkan Sembara diatas rumput.
“Guru aku merasa tidak bisa mengerakan tubuhku.” Ujar Sembara dengan suara lemah.
Andini sang Bidadari Hati Beku itu memeriksa tubuh Sembara dengan cemas. Semula dia mengira Sembara hanya terluka dalam parah. Tapi setelah dia memeriksa beberapa bagian tubuh muridnya dia harus menerima kenyataan bahwa muridnya itu telah lumpuh. Itu membuat Andini sangat sedih sekaligus marah. Alangkah marahnya dia karena sadar bahwa muridnya itu telah bena-benar lumpuh.
“Keparat. Ternyata orang jelek itu telah buat kamu lumpuh. Kamu terkena pukulan jahat dari si gendut botak itu. Aku bersumpah akan membalas perbuatan orang jelek itu.”
‘Tapi guru.....benarkah aku lumpuh? Aku memang saat ini tidak bisa bergerak, tapi aku yakin tidak lama lagi akan pulih seperti sedia kala. Aku juga senang guru karena setelah kena pukulan orang jahat itu aku tiba-tiba jadi ingat semuanya guru.”
“Maksud kamu?”
“Aku jadi ingat siapa namaku. Juga semua masa laluku telah aku ingat! Namaku Sadawira.” Ujar muridnya yang selama ini disapa dengan sebutan Sembara.
Mata Andini yang indah itu terbelalak. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh muridnya itu.
“Benarkah itu?”
“Benar guru. Aku sudah ingat semuanya. Ingat bahwa aku anak yatim piatu. Di asuh oleh paman dan bibiku.”
Andini yang sudah sangat sayang pada muridnya itu semakin sedih mendengar semua itu. Bagaimana tidak sedih setelah dia ingat semuanya malah di saat dia sedang lumpuh.
“Setelah ingat semua apa kamu masih mau menjadi muridku?” Tanya Andini.
“Aku sudah jadi muridmu dan akan tetap jadi muridmu sampai kapanpun guru!”
“Hmmmmm.... aku sedih kamu telah lumpuh begini karena si keparat itu. Aku tidak tahu dengan cara apa aku bisa membuat kamu sembuh. ” ucap Andini dengan nada sedih bercampur marah.
“Aku yang salah dengan kemampuan seadanya telah berani mencari gara-gara dengan manusia keji!”
“Tiidak Sadawira akulah yang salah meninggalkanmu hanya sekedar untuk ganti baju. Aku menyesal sekali.”
“Tidak apa guru. Yang penting aku telah bisa ingat semua. Itu suatu hal yang patut disyukuri. Siapa tahu ini hanya kelumpuhan sesaat. Siapa tahu sebentar aku akan sembuh.”
Andini sedih mendengar itu. Karena dia sadar sepenuhnya bahwa Sembara alias Sadawira telah benar-benar lumpuh setelah memeriksa beberapa urat penting ditubuh muridnya itu.
***
Pertarungan maut dipenginapan masih berlanjut dengan makin terdesaknya rombongan Padepokan Gunung Semeru. Ki Sancaka telah terkepung dan dia tidak bisa meloloskan diri lagi selain mengadu jiwa dengan Ki Semar Mesum dan anak buahnya.
Meski ilmunya sangat tinggi dan bisa mengimbangi ke Semar Mesum kalau hanya bertarung satu lawan satu tapi lelaki gendut botak itu dibantu oleh dua lelaki ganas yang punya kemapun hanya sedikit saja dibawah ki Sancaka sendiri.
Dengan bantuan lelaki kurus tinggi bersenjatakan golok yang bernama Turangga dan pemuda tampan berkipas bernama Ranggaweni telah membuat Ki Semar Mesum lebih mudah mengalahkan ki Sancaka. Apalagu Suraseta dan sebagian anggota pasukannya yang masih hidup ikut menyerang ki Sancaka yang telah kehilangan semua muridnya.
Ki Sancaka akhirnya tewas setelah Ajian Penyedot jiwa Ki Semar Mesum tak mampu lagi dia hindari. Tubuhnya terhisap habis hingga dia kehilangan nyawanya.
“Arghhhhhhhhhhh....” Jerit Ki Semar Mesum menerima mengalirnya seluru tenaga dalam milik ki Sancaka berpindah ketubuh gemuknya.
Turangga dan Ranggawuni tertawa terkekeh melihat musuh mereka telah berhasil mereka habisi.
“Ayo kita kejar wanita cantik bercadar tadi. Aku bisa mencium bau tubuhnya kalau dia lari kearah mana.” Kata Ranggawuni.
“Hmmmm kamu memang tidak pernah mau melewatkan wanita cantik!”kata Turangga.
Bersambung.
302Please respect copyright.PENANA6H777EZ5u9