PART 3
BU DIAJENG POV
Namaku Diajeng Wijaya, usiaku saat ini sudah 42 tahun. Aku adalah seorang Ibu rumah tangga sekaligus wanita karier yang mengurusi kegiatan bisnis peninggalan mendiang suamiku, Baroto Wijaya. Ya, suamiku lima tahun yang lalu telah berpulang karena serangan jantung. Semasa hidup, Mas Baroto Aku kenal sebagai lelaki bertanggung jawab dan pekerja keras. Dia merintis bisnis dari nol hingga bisa besar seperti sekarang ini, semuanya atas hasil dari jerih payah dia sendiri.
Meskipun dulu Aku sempat menolak perjodohan kami, tapi lambat laun cinta itu datang dengan sendirinya setelah kami mengarungi suka duka biduk rumah tangga. Dari pernikahan ini, Kami sudah dikaruniai 3 buah hati yang sekarang telah tumbuh dewasa penuh kasih sayang. Nandita Wijaya, putri sulungku, kini sudah menjadi seorang manager di perusahaan keuangan. Adiknya, Angela Wijaya kini sedang mempersiapkan skripsi sebagai syarat kelulusan di fakultas hukum sebuah universitas negeri ternama. Namun si bungsu, satu-satunya anak lelakiku, Rafi Fadlan Faisal sedikit berbeda dengan dua kakak perempuannya yang bergelimang prestasi sejak kecil.
Setelah lulus SMA, Rafi menolak untuk meneruskan jenjang pendidikan ke bangku kuliah. Sudah dua tahun terakhir ini dia lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain game. Berkali-kali Aku menasehati bahkan sampai memarahi Rafi agar merubah kebiasaan buruk seperti itu namun tetap saja anak bungsuku itu tidak berubah.
Semua ini terjadi mungkin karena kesalahanku bersama mendiang Mas Baroto yang terlalu memanjakan Rafi sejak kecil. Sebagai anak bungsu dan satu-satunya anak pria, Rafi mendapat porsi perhatian lebih dari kami dibanding kedua kakak perempuannya. Apapun permintaan Rafi selalu Kami turuti tanpa memberinya tekanan berlebih. Alhasil Rafi tumbuh besar sebagai pribadi yang seenaknya sendiri dan terkesan tidak bertanggungjawab. Sikap serta sifat kerja keras, disiplin, serta tanggung jawab yang dimiliki oleh mendiang Mas Baroto sama sekali tak diwariskan pada Rafi. Tapi ada satu hal yang berhasil diwarisi oleh Rafi dari mendiang Ayahnya.
Ukuran penis yang luar biasa besar...
Sudah sejak SD Aku menyadari hal tersebut. Saat memandikan Rafi Aku bisa melihat ukuran penisnya yang jauh lebih besar jika dibanding milik anak seusianya. Tak hanya besar, tapi juga panjang berurat. Dulu Aku mungkin bisa menahan hasratku pada darah dagingku sendiri, namun setelah kepergian Mas Baroto, perasaan tabu itu lambat laun mulai menggoyahkan norma-norma dalam rumah tangga yang selama ini Aku pegang teguh. Dan puncaknya adalah kejadian pagi ini...
Ketika Aku melewati kamar Rafi, Aku mendengar suara asing dari dalam. Seperti suara desahan serta lenguhan erotis. Penasaran Aku sampai harus menempelkan telingaku pada permukaan pintu kamar untuk memastikannya. Benar saja, telingaku menangkap sebuah suara desahan dan sesekali erangan layaknya seseorang yang sedang bercinta. Makin penasaran, segera Aku buka perlahan pintu kamar putra bungsuku tersebut.
Bak disambar petir di siang bolong, ketika celah pintu terbuka, Aku bisa menyaksikan bagaimana Yanti, salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumahku sedang mengulum batang penis Rafi! Batang penis yang selama ini Aku idamk-idamkan! Dasar Yanti janda binal! Berani-beraninya dia menyentuh putera kesayanganku! Ini tidak bisa dibiarkan!
***
RAFI POV
Aku kembali berdiri dengan kedua lututku, dan mendekatkan penisku ke vagina Ibu. Aku pegang penisku dengan tangan kananku, lalu aku usap-usap bibir vagina dan klitorisnya dengan kepala penisku. Perlahan kudorong penisku untuk masuk ke dalam liang kenikmatannya. Kepala penisku pun berhasil masuk seluruhnya.
Semakin lama semakin dalam kudorong batang kemaluanku ke lubang vagina Ibu. Aku masih sedikit kesulitan memasukkan seluruh batang penisku, karena bentuk penisku yang menggemuk di tengah batangnya. Tangan kanan Ibu berada di bawah perutku, menahan goyanganku supaya penisku tidak masuk lebih dalam lagi.
Kulakukan terus goyanganku yang mendorong dan menarik penisku ke vagina yang semakin lama dindingnya terasa semakin licin. Dengan satu dorongan kuat, kumasukkan seluruh penisku ke dalam liang vagina Ibu. Duk, kepala penisku terasa menubruk sesuatu, diiringi jeritan dari mulut Ibu.
"Aacchh..! Mentok banget Rafi!!!"
Kudiamkan dulu posisi ini, biar vagina Ibu terbiasa dengan penisku. Penisku tidak seluruhnya ditelan vaginanya, masih sekitar tiga sentimeter lagi dari pangkal penis yang berada di luar vaginanya. Setelah beberapa saat, kugoyangkan perlahan maju mundur penisku. Vagina Ibu menjepit rapat penisku. Kupercepat tempo goyanganku dengan kecepatan sedang, dan desahannya pun menjadi semakin kencang.
"Ach ach ach..! Rafi!! Apa itu di kontolmu?? Aaacchh!! Sumpah enak banget!!" Racau Ibu saat merasakan pangkal kepala penisku dan tonjolan urat-urat di batang penisku menggaruk-garuk dinding dan bibir vaginanya. Matanya menatapku sayu, menikmati tusukkan demi tusukkan penisku di lubang kenikmatannya.
Kulingkarkan tangan kananku melalui bawah lututnya kemudian kuremas-remas payudara Ibu yang berukuran besar. Lalu kutundukkan badanku dan kudekatkan wajahku untuk mencium bibirnya dengan tumpuan tangan di atas ranjang. Terus kucium bibir Ibu, kumainkan payudara kirinya, kutusuk vaginanya bertubi-tubi.
"Rafi...Mama pengen di atas.." Pinta Ibuku selang beberapa saat kemudian.
Kami pun berganti posisi. Aku berpindah menuju bagian ujung ranjang, menyandarkan punggungku di bagian ujungnya. Ibu kini di pangkuanku dengan melipat kakinya di kanan kiri pahaku. Di arahkannya penisku ke bibir lubang kenikmatannya dengan tangan kirinya. Kubantu dia dengan memegang pangkal penisku. Dengan hati-hati Ibu memasukkan penisku ke vaginanya. Perlahan namun pasti penisku mulai amblas ditelan vaginanya. Digerak-gerakkan pantatnya mencari posisi yang paling nyaman untyk segera melakukan penetrasi.
"Duuh.. mentok banget Rafi! Sumpah ini lebih gede dari punya Papamu!" Ujar Ibuku lirih. Ibu pun menahan agar penisku tidak masuk seluruhnya dengan menopang pantat di kedua tumitnya. Dirangkulnya leherku dengan kedua tangannya.
"Sshh.... Hhaahh!!"
Suara desahan Ibu kembali terdengar, seiring goyangannya yang tidak lagi naik turun melainkan menjadi kombinasi maju mundur disertai memutarkan pinggulnya, membuat penisku terasa seperti mengaduk-aduk liang kenikmatannya yang semakin lama kembali licin oleh cairan vagina. Kulepaskan ciumanku, dan beralih ke arah payudara. Kuhisap dan kukulum puting Ibu, persis seperti saat Aku masih kecil dulu.
"Ach...Acchh...Aaachh!! Rafi..Ini enak banget!!! Mentok!! Aaachh!!!"
Desahan Ibu terdengar makin lantang seiring gerakan tubuhnya yang makin terlihat begitu erotis. Goyangan Ibu semakin liar, kecepatannya pun semakin bertambah, dan semakin lama interval goyangannya semakin pendek. Vaginanya terasa semakin basah dan berkedut-berkedut. Jepitan vaginanya pun semakin kencang. Lalu kemudian...
"Aaacchhh..!!!"
Ibu memekik keras seiring badannya yang mengejang, dijambaknya rambutku sambil didekapnya kepalaku ke payudaranya dengan posisi setengah duduk sehingga penisku terlepas dari lubang vaginanya, disertai semprotan cairan vaginanya yang menyemprot penisku. Aku bisa merasakan bagaimana dinding vagina Ibu seperti meremas-remas batang kemaluanku dari dalam.
"Aaarghhtt!! Muncrat Rafi!! Muncraattt!!!" Racaunya dengan tetap mendekap tubuhku, menempelkan wajahku pada payudaranya yang berukuran jumbo. Aku menikmati momen seperti ini, suatu kesuksesan dalam bercinta bila bisa membuat pasangan mencapai klimaksnya.
"Udah belum Mah? Ngga bisa nafas nih hehehe..." Candaku beberapa saat kemudian.
Nafas Ibu masih tersenggal-senggal, cairan squirt sukses membasahi sprei ranjangku. Ibu turun dari pangkuanku dan langsung bersiap membelakangi tubuhku, pantatnya yang semok menggoda untuk ditampar beberapa kali.
PLAK
PLAK
PLAK
"Acchhh!! Rafi!! Nakal ih!" Rajuk Ibuku sambil melirik genit. Terlihat bongkahan pantat Ibuku yang bohai dengan lubang anus dan vagina basah kuyup oleh cairan vagina. Aku memposisikan diri di belakangnya. Kuarahkan batang penisku ke vaginanya.
"Pelan-pelan Rafi....Gede banget punyamu....Aaaacchhh!!!"
Tanpa mempedulikan rintihan Ibu, Aku langsung menghujamkan seluruh batang penisku ke dalam liang senggamanya. Melesak kuat hingga menyentuh bagian paling ujung, jemari Ibu bahkan sampai harus meremas permukaan sprei yang basah akibat menahan penetrasi batang kemalauankku.
"Oocchh!! Gila! Gila!! Gede banget sayang!! Aaachh!!!"
Aku mulai menggoyangkan pinggul maju mundur dibantu kedua tanganku yang berada di pinggul sekal Ibu. Sesekali kutampar dan kuremas bongkahan pantatnya. Kupercepat tusukkan penisku ke vaginanya. Payudaranya yang besar pun turut bergoyang hebat sesuai iOm Hendra gerakanku. Aku semakin bernafsu untuk terus menggenjot vagina Ibu dengan penisku. Penisku sudah berkedut-kedut, sebentar lagi aku akan mencapai klimaks. Kupercepat ayunan pinggulku.
"Occhhhh! Mah!! Rafi mau keluar!!!"
Aku menghentakkan tubuh makin cepat, badan Ibuku bahkan sampai terdorong ke depan akibat menahan tumbukan penisku yang melesak cepat seiring kedatangan ejakulasiku. Benar saja selang beberapa saat kemudian penisku berkedut hebat sebelum semprotan sperma menyemprot deras membasahi liang senggama Ibuku.
"Aaarghh!! Rafi!! Kok di dalem sih??" Protes Ibuku sambil bergerak maju hingga membuat penisku terlepas dari vaginanya.
"Duh! Banyak banget lagi pejunya..." Keluh Ibuku ketika melihat ceceran spermaku sampai meluber keluar hingga membasahi bagian luar paha Ibu.
"Hehhehee, maaf Mah, kelepasan.." Ucapkau santai.
"Dasar nakal!"
Ibu langsung bergegas turun dari ranjang lalu melangkah menuju kamar mandi. Tak lama tedengar suara gemercik air , sepertinya Ibu membersihkan spermaku yang sempat masuk ke dalam vaginanya. Seperti belum puas, Aku ikut menyusul ke dalam kamar mandi. Ibu nampak terkejut saat melihatku sudah berdiri di depan pintu kamar mandi dengan senyum mesu.
"Mah, bersihin ini juga dong.." Rajukku sembari menggodanya dengan mengayun-ayunkan batang penisku yang masih sedikit tegang setelah ejakulasi.
"Dasar anak manja! Sini..."
Ibu langsung menarik tanganku, dengan sabar serta telaten dia mulai membasuh batang penisku menggunakan air hangat dari shower. Sesekali kami masih menyempatkan untuk saling mencumbu, berciuman mesra layaknya sepasang kekasih yang kasmaran. Entah bagaimana kisah ini akan berakhir nantinya, hubungan tabu antara Aku dan Ibuku yang sudah kelewat batas. Tapi, jujur Aku begitu menikmati persetubuhan ini, Ibuku adalah cinta pertamaku, guru pertamaku soal sex sejak dulu...
*BERSAMBUNG*
ns 15.158.61.39da2