MBAK YANTI POV
Namaku Yanti Wahyuni, usiaku sekarang 32 tahun. Bersama Pak Kandar, Aku sudah bekerja di kediaman keluarga Baroto sejak lima tahun lalu. Sebelum bekerja di sini, Aku dulunya adalah seorang Ibu rumah tangga biasa yang mengurusi keperluan rumah disaat suamiku, Mas Ramdan, pergi mencari nafkah sebagai seorang sopir bus malam. Namun semua itu harus berubah ketika rumah tanggaku menemui badai yang tak bisa dielakkan.
Mas Ramdan, pria yang hampir enam tahun membina biduk rumah tangga bersamaku tiba-tiba di suatu malam pulang ke rumah dengan membawa seorang perempuan muda berusia belasan tahun dalam keadaan perut membesar. Mas Ramdan mengatakan jika perempuan tersebut adalah istri sirinya, ternyata diam-diam Mas Ramdan menikah lagi tanpa sepengetahuanku sejak beberapa tahun sebelumnya.
Bak disiram bensin, amarahku langsung berkobar malam itu juga. Tanpa tedeng aling-aling Aku langsung meminta untuk bercerai dari Mas Ramdan. Tentu saja Mas Ramdan setengah mati mencegah keinginanku, keributan besar langsung terjadi di rumah petak yang kami tinggali bahkan sampai menjadi pusat perhatian para tetangga hingga akhirnya RT di lingkunganku turut memediasi keributan tersebut.
Keputusanku sudah bulat kala itu, esok harinya Aku langsung mengemasi barang-barangku serta keperluan Adinda, anakku satu-satunya dari perkawinanku bersama Mas Ramdan. Pagi itu Aku langsung memutuskan untuk kembali pulang ke rumah orang tuaku di Jawa Tengah sembari menungggu proses perceraianku. Perasaan dibodohi dan dibohongi serta merta membuat tekadku cukup bulat untuk tidak melanjutkan rumah tangga bersama Mas Ramdan. Hatiku benar-benar sakit.
***
Aku harus memutar otak untuk menghidupi Adinda yang satu tahun lagi akan mulai masuk sekolah. Meskipun selama tinggal di rumah orang tua, semua kebutuhanku serta Adinda masih bisa dipenuhi oleh kedua orang tuaku namun Aku harus mulai bisa mandiri, apalagi Adinda juga mulai beranjak besar. Aku harus mendapatkan sumber mata pencaharian tanpa perlu merepotkan orang tua lagi. Beruntung suatu hari, Pak Kandar, saudara jauh Ibuku sekaligus tetanggaku menawariku sebuah pekerjaan di Ibu kota sebagai seorang pembantu rumah tangga. Tanpa pikir panjang Aku langsung menerimanya, apalagi Pak Kandar juga bekerja di rumah tersebut sebagai seorang sopir. Setidaknya ada orang yang Aku kenal di tempat kerjaku nantinya.
Hari pertama menginjakkan kaki di rumah milik keluarga Baroto yang kaya raya meninggalkan kesan mendalam bagi diriku. Apalagi pada sosok Pak Baroto yang begitu Om Hendrah meskipun dirinya adalah majikanku. Bu Diajeng, istri Pak Baroto, pun demikian walaupun terkesan lebih pendiam dan tenang dibanding suaminya.
Tugasku di rumah keluarga ini adalah mengurusi segala keperluan rumah, mulai dari membersihkan, mencuci, sampai dengan menyiapkan makanan. Sebenarnya ada satu orang lagi pembantu di rumah ini, Imah namanya, namun ketika Aku datang gadis berusia 18 tahun tersebut sedang pulang kampung untuk menjenguk Ibunya. Di rumah mewah lantai tiga ini, selain Pak Baroto dan Bu Diajeng, juga tinggal ketiga anggota keluarga lain. Mereka adalah Mbak Nandita, Mbak Angela, dan Mas Rafi, ketiganya merupakan anak dari pasangan Pak Baroto bersama Bu Diajeng.
Satu bulan pertama bekerja pada keluarga Baroto Aku lalui dengan cukup mulus tanpa masalah sedikitpun. Semua orang di sini memperlakukanku dengan baik hingga membuatku betah dan tentu saja bersemangat saat menjalankan tugas sebagai asisten rumah tangga.
Namun di suatu malam semua itu berubah ketika Pak Baroto tiba-tiba masuk ke dalam kamarku....
***
5 TAHUN LALU
"Yanti...Yanti..."
Suara berat Pak Baroto beriringan dengan ketukan pintu kamar. Yanti yang sudah terlelap beberapa jam sebelumnya langsung terkesiap ketika mendengar pintu kamarnya terketuk dari luar. Setengah mati janda semok itu menyadarkan diri sebelum mulai bangkit dari ranjang.
"Siapa?" Yanti setengah berteriak untuk memastikan seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.
"Saya, Pak Baroto." Sahut orang tersebut yang sontak membuat Yanti langsung bergegas untuk membuka pintu kamarnya.
"Ada apa Pak?" Tanya Yanti ketika sudah berdiri di depan pintu kamar, di hadapannya berdiri seorang pria dengan tubuh tinggi besar dengan brewok serta kumis lebat, sang majikan pria, Pak Baroto.
"Maaf ganggu Kamu malem-malem kayak gini, tapi Saya butuh bantuanmu..." Suara Pak Baroto sedikit tercekat, pandangannya mengarah pada sosok Yanti yang hanya mengenakan daster tipis sebatas lutut.
"Bantu apa ya Pak?" Yanti sepertinya belum sadar jika penampilannya yang lumayan menggoda itu membuat pecah konsentrasi Pak Baroto.
"Saya sepertinya masuk angin, Kamu bisa nggak pijitin sebentar soalnya Ibu sudah tidur." Ujar Pak Baroto beralasan.
"Ooohh, boleh Pak. Mau dipijit dimana Pak?"
"Di sini aja biar cepet." Pak Baroto langsung masuk ke dalam kamar Yanti tanpa menunggu jawaban dari pembantunya tersebut.
"Oh, I-Iya Pak." Yanti gugup, sama sekali tak menyangka jika majikannya tersebut langsung ngeloyor pergi masuk ke dalam kamarnya.
"Mau dipijit sekarang Pak?" Yanti bertanya sambil menatap wajah Pak Baroto yang sudah duduk di tepi ranjang.
"Boleh, Saya mesti gimana nih?" Tanya Pak Baroto sok polos, padahal isi kepalanya sudah penuh akan hal-hal mesum sedari tadi.
"Bapak tengkurap saja, biar Saya ambilkan lotion dulu untuk pelumas." Ujar Yanti.
"Ah, oke..oke.."
Pak Baroto langsung tengkurap di atas ranjang masih dengan pakaian lengkap, kaos dan boxer. Detak jantungnya mulai berakselerasi ketika Yanti mulai mendekati tubuhnya. Yanti memulainya dengan memijit kaki pengusaha kaya raya tersebut, mengoleskan sedikit lotion ke tangannya dan mulai mengurut telapak kaki Pak Baroto. Yanti memijatnya di berapa titik dan kemudian mengurutnya naik dari betis ke paha. Gerakan tangan Yanti begitu nyaman dirasakan, tekanannya cukup kuat namun sama sekali tak membuat Pak Baroto kesakitan.
"Enak banget pijitanmu Yant.." Puji Pak Baroto yang hanya disambut senyuman kecil oleh Yanti.
"Maaf ya Pak..." Jemari Yanti bergerak ke atas hingga akhirnya menekan beberapa bagian di pantat Pak Baroto. Janda tersebut memijat sebentar, sepertinya agak bingung karena Pak Baroto masih mengenakan boxer.
"Pak celananya bisa diturunin dikit biar gampang mijitnya?"
"Ahh.. iya." Pak Baroto lalu menurunkan sedikit boxernya, sehingga setengah pantatnya terlihat.
Yanti melanjutkan mengurut pantat Pak Baroto. Tekanan dan urutan tangan Yanti di daerah pantat mulai mempengaruhi penis Pak Baroto. Pria matang tersebut mencoba mengalihkan perhatian supaya penisnya tidak menjadi tegang. Tapi lama kelamaan pijitan tangan Yanti membuatnya merasa nikmat, sehingga dia tidak bisa melawannya. Akibatnya penisnya menjadi separuh tegang.
"Sekarang balik badan Pak.." Ujar Yanti memberi instruksi beberapa saat kemudian. Tanpa menjawab, Pak Baroto langsung berbalik badan, kali ini menjadi terlentang.
Dengan kondisi penis yang sedang tegang dan hanya terbalut boxer tipis pasti Yanti akan menyadari hal tersebut ketika Pak Baroto mulai terlentang. Benar saja, wajah Yanti langsung tertunduk tak berani menatap wajah Pak Baroto ketika gundukan di atas selangkang pria itu menggembung, memperlihatkan keperkasaan pusaka yang berukuran cukup besar tersebut.
"Kenapa Yant? Gede ya? Hehehehee..." Celetuk Pak Baroto saat menyadari akan rasa canggung yang mendera Yanti saat ini.
"Eh..I-Iya Pak..." Jawab Yanti malu-malu.
"Biar lebih enak mending dilepas semua aja ya." Yanti sama sekali tak menduga jika sepersekian detik berikutnya dia menyaksikan tubuh bagian bawah majikan prianya telah polos. Tanpa rasa malu sedikitpun Pak Baroto memelorotkan celana boxer hingga tuntas lalu melemparkannya ke atas lantai.
"Nah kalo gini kan bisa lega, hehehehhe..." Seloroh Pak Baroto, Yanti makin kikuk namun tak bisa mencegah perilaku cabul dari majikannya tersebut.
Yanti kembali memijit kaki Pak Baroto, sentuhan tangan lembut dipadu dinginnya olesan lotion membuat birahi sang majikan makin terpacu. Apalagi saat tangan Yanti bergerak ke atas hingga menyentuh bagian paha, Yanti menekannya secara lembut, mengurutnya dari bawah hingga ke bagian pangkal. Tak jarang punggung tangan Yanti menyentuh penis Pak Baroto yang sudah keras sempurna.
"Kamu janda kan Yant..?" Tanya Pak Baroto tiba-tiba, seketika membuat Yanti kaget dan makin salah tingkah.
"Eh..I-Iya Pak.." Jawab Yanti lirih sambil terus memijit paha majikannya itu.
"Udah lama dong nggak ngewe?" Pak Baroto tau betul bagaimana caranya menggelitik perasaan canggung Yanti dengan pertanyaan yang menjurus mesum. Meskipun terlihat malu-malu kucing tapi pria matang tersebut meyakini jika sebenarnya Yanti adalah wanita yang open minded pula.
"Lumayan Pak..."
"Wah, nggak gatel tuh memekmu?" Pancing Pak Baroto makin berani, bahkan kali ini dia sengaja sambil mengurut batang penisnya sendiri.
"Ya mau gimana lagi Pak, dikuat-kuatin, kan nggak ada lawannya." Ujar Yanti mulai sedikit terbuka tentang kehidupan pribadinya.
"Punya suamimu dulu segede ini nggak?" Tanya Pak Baroto sambil memamerkan batang penisnya yang berukuran jumbo, di bagian batangnya menyembul urat-urat kekar. Yanti bahkan sampai harus menelan ludahnya sendiri saat melihat itu.
"Nggak Pak...Nggak sebesar itu. Punya Bapak gede banget, baru kali ini Saya liat yang sebesar ini." Jawab Yanti sambil menatap nanar batang penis Pak Baroto.
"Ah masa? Nggak puas dong kalo nggak gede?"
"Udah jodohnya dapet yang ukurannya biasa Pak, jadi ya dinikmatin aja."
Yanti mengalihkan pijitinnya pada bagian perut, gerakan lembut tangan janda cantik itu membuat Pak Baroto reflek membuka kaosnya, kini tubuh pria berbadan besar tersebut sudah telanjang bulat tanpa penutup apapun.
"Kamu nggak pengen megang kontolku Yant? Udah keras banget loh ini..."
"Eh..Bapak...Katanya tadi cuma pijit doang loh.." Rajuk Yanti malu-malu.
"Udah nggak apa-apa..Ayo ini pegang aja dulu."
Pak Baroto menarik tangan Yanti untuk segera menjamah batang penisnya yang sudah mengeras sempurna. Sedikit canggung dan kaku, pada akhirnya Yanti tak punya kuasa untuk menolak permintaan sang majikan. Apalagi lambat laun dirinya pun mulai tergoda dan terseret pada arah obrolan mesum Pak Baroto.
"Gimana Yant? Enak?" Goda Pak Baroto.
"I-Iya Pak, ini gede banget..." Ujar Yanti, satu genggaman tangannya bahkan tak sanggup menjangkau seluruh permukaan batang penis pria matang tersebut.
"Masa cuma dipegang doang sih Yant?"
Yanti akhirnya mulai mengurut penis Pak Baroto secara perlahan dengan sedikit tekanan dari bawah ke atas menggunakan jempolnya. Berbeda dengan sesi pijit, kali ini dia mengurut tanpa menggunakan lotion. Yanti mengulangnya kembali dari bawah ke atas. Penis sang majikan terasa tegang sekali bahkan sesekali Pak Baroto mendesis lirih.
"Cepetin Yant...Kocok yang agak cepet..." Pinta Pak Baroto dengan nafas sedikit terengah.
Yanti menurutinya, gerakan tangan yang awalnya pelan serta perlahan kini mulai dipercepat. Karena agak membungkuk ketika mengurut, Pak Baroto dapat melihat sedikit belahan dada Yanti melalui lubang atas dasternya, membuat sensasi yang dirasakan semakin menjadi.
"Akhhhhhhh.....!! Yant! Aku mau muncrat!!" Pak Baroto mengerang nikmat, memejamkan mata, menegangkan badan ke atas, tangannya meremas sprei.
Seketika Yanti menghentikan urutannya, dia menekan keras batang penis dengan jarinya. Pak Baroto merasakan denyut berulang di sana, ledakan-ledakan kenikmatan menghantam pria gagah tersebut, orgasme.
CROT
CROT
CROT
*BERSAMBUNG*
Cerita "KELUARGA ABSURD" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan di 10471Please respect copyright.PENANAMzzMCNm3yN
TRAKTEER10471Please respect copyright.PENANAnYDEFsDT8G