Author: Ihsan Iskandar
"Hei Nabila, akhirnya kita berhasil study exchange ke universitas bergengsi ini!"
"Yaa, syukurlah akhirnya usaha kita tidak sia-sia"
Namaku adalah Nabila Syahfitri, aku adalah mahasiswa yang berhasil mendapatkan Study exchange ke universitas bergengsi di Amerika ICC.
Yang sedang berbicara denganku adalah Silvia Sari, Dia sama denganku.
"Nabila, aku tau kamu harus memakai jilbab, tapi kenapa harus menakai cadar juga?"
Yang bertanya kepadaku adalah Faisal Pambudi, dari kami bertiga, hanya dia laki-laki diantara kami.
"Ya, itu benar apa yang dikatakan Faisal, aku saja membuka jilbabku selama student exchange ini, karena kau tahukan bagaimana Islam di Negeri ini."
"Ya aku tahu, aku akan memikirkannya"
Memang benar apa yang dikatakan Faisal, Islam mendapat tempat yang kurang baik di Negeri ini, tapi aku percaya karena Amerika "Land Of Freedom". Pasti masih ada yang menghargai kebebasanku untuk memakai cadar.
"Baiklah, ayo Nabila dan silvia ke kelas."
"Mm... tunggu sebentar, aku ingin ke toilet sebentat"
"Kalau begitu aku duluan, Silvi temani Nabila."
Setelah itu aku dan pergi bersama Silvi, tapi karena aku melewati taman dan melihat kucing hitam, aku izin ke Silvi untuk bermain sebentar. Tapi karena Hujan, aku segera meletakkan kucing hitam di bawah kanopi, tapi karena aku sedikit basah Silvia memarahiku. Setelah itu, kami pergi ke kelas.
Sesampainya di kelas, kami bertiga masuk dan memperkenalkan diri satu persatu.
Ketika perkenalan, aku sangat gugup karena hampir mata semua dikelas itu fokus kepada pakaianku, tapi dengan sikap tegap, aku memperkenalkan diri.
Beberapa detik setelah aku menperkenalkan diri, seorang mahasiswa dengan rambut ikal, dab badan yang tinggi kira kira 192 cm. tapi masih terlihat ideal berdiri dan berteriak kepadaku.
Aku hanya bisa terkejut sambil berkata "Pardon, what so you mean?
____
Setelah perkenalan diri itu, kami duduk dan mulai berlajar seperti tang kuperkirakan, bahasa Inggris yang sudah kulatih keras sejak di pesantren Aliyah tidak sia-sia.
Ketika bel berbunyi banyak orang mendarangi kami bertiga, bahkan banyak yang bertanya padaku seperti pakaian, hobi, alasan belajar ke sini, dll. Tapi satu hal yang membuatku senang, mereka mungkin menerima dengan penampilan Islami ku ini.
Tapi sekejap, mahasiswa berambu ikal yang berteriak tadi menerobos kerumunan dan mendatangiku sambil memaksa ku mengikutinya.
Melihat sikapnya yang memaksa seperti itu aku menolak. Bahkan Faisal ikut menolongku, tapi faisal terjatuh didorong pria ikal tersebut, karena marah, aku melemparnya buku catatan yang di meja ku sambil memarahinya.
Setelah itu, pria ikal itu bergegas berlari keluar kelas meninggalkan kesalahpahaman yang akan memberatkan diriku.
Setelah kejadian itu, kami bertiga dipanggil ke ruang Kemahasiswaan. Di ruang berukuran 8x10 meter, dengan dinding yang dihiasi dengan quote dari orang-orang terkenal, salah satunya adalah Bill Gate.
Kami beriga duduk di ruangan tersebut dan dosen Kemahasiswaan yang terlihat sudah tidak nuda, terlihat dari banyaknya rambut putihnya menanyai kami beberapa pertanyaan.
"Jadi begitu, tapi aku takut harus menghukum kamu Nabila karena sudah melempar Andre dengan buku."
"Apa? Bukannya itu adalah salah Andre yang sudah memulai duluan, bahkan menolakku"
Yang meninpali adalah Faisal dengan nada yang lumayan tinggi.
"Aku tahu Faisal, tapi Kalian harus tahu, Andre adalah anak yang spesial disini, jika aku tak menghukum Nabila atas perbuatannya, ini hanya akan mempersulit kalian."
"Tapi kan bukan ka-"
"Baiklah, aku akan menerima hukumannya lalu apa hukumannya Professor?"
Dengan mencoba menimalisir keadaan mmemburuk aku menenangkan faisal dan siao menerima konsenkuensinya.
"Baiklah, Nabila, kau harus melepas hijabmu itu."
"KENAP-"
"Baiklah professor"
Walaupun Faisal tersontak kaget tidak menerima, dan Silvia membujuk ku untuk tidak melakukannya. Dengan tangan bergetar hebat, hatiku yang sangat terasa sesak untuk menanggalkan pakaian agamaku, aku mulai melepaskannya, karena aku tidak mau gara gara aku, mimpi kami menjadi rusak.
Namun, ketika aku ingin melepas hijabku, suara pintu yang terbuka keras diiringi suara yang baru kali ini membuat hatiku berhenti berdetak sepanjang hidupku.
"Berhenti Bodoh!"
Itu adalah Pria berambut ikal yang menjadi biang keladi masalah ini.
"Kalian bertiga keluarlah, dan kau..."
Pria ikal itu langsung menunjukku tatapan yang tajam, aku hanya bisa terdiam karena takut sembari menunduk kan pandanganku seperti seorang bapak memarahi anaknya.
"Kau jangan sekali sekali berani membuka hijabmu, kau dengar?"
("Haa?? Aku gak salah dengar?")
Belum sempat bertanya, Silvia menarik diriku keluar ruangan diikuti oleh Faisal.
Aku hanya bisa melihat punggung lekaki itu dari belakang dan perlahan pintu ruangan itu tertutup, dengan pelan dan sayu aku mengucapkan
"Syukran..."
(Note: Syukran = terima kasih)
ns 15.158.61.20da2