Jen yang saat itu baru keluar dari kelas, lalu berjalan menyusuri koridor ruang kampus lalu ia melihat kekuar ia menatap awan ternyata banyak awan hitam yang menyelimuti. Ia menatapnya dengan serius dan merasakan sesuatu terjadi pada seseorang.735Please respect copyright.PENANAl2imU7ZDtV
*******
Gita terus menggali sesuatu didepannya, sedangkan dirumah tarra mahar sibuk mengetik dengan mesin ketik itu. Nampaknya gita hendak menyelamatkan tarra yang saat itu sudah pingsan. Saat ia hendak mengambil sapu tangan di dalam kantung mantelnya tapi sebuah arloji terjatuh.
Mahar mengambil rokokk milik tarra kemudian ia menyalakannya dengan korek kuno milik tarra itu sekilas ia melihar gambar dibelakang korek tersebut.
*********
" siapa nona?" tanya salah satu pelayanan dirumah itu Disebuah rumah dengan arsitektur belanda di tengah perkebunan gita membawa tarra yang pingsan itu untuk berbaring dikamarnya, lalu para pelayan datang menghampiri gita
" temanku dari jakarta" ucap gita. Lalu ia mengikat seluruh badan tarra dengan tali namun tidak beberapa lama tarra bangun dan terkejut saat ia melihat gita sedang memegang suntikan besar. Membuat mata tarra melotot dan ketakutan
" tolong katakan ini semua mimpi" teriak tarra
" oh sudah bangun rupanya" ucap gita sambil tersenyum dan masih memegang suntikan besar itu ditangannya dan berjalan menuju tarra dengan membawa suntikan besar itu, lalu mengarahkan suntikan itu kemulutnya namun tarra tidak mau membuka mulutnya.
" kau harus makan" ucap gita
" tidak perlu, aku mau pulang saja" jawab tarra
Tapi gita terus memaksanya tapi tetap saja ia tidak mau membuka mulutnya akhirnya gita menutup hidung tarra dan itu berhasil membuat tarra membuka mulut dan saat tarra membuka mulut ia langsung memasukan suntikan itu kemulutnya.
Dalam hati tarra bertanya apa itu,
" itu bubur " jawab gita " tadinya aku ingin menyuapimu dengan sendok namun disini tidak ada sendok" sahut gita lagi
" kau beri aku obat apa?" tanya tarra, di fikirannya itu adalah obat untuk anjing atau kucing atau bahkan untuk hewan lainnya karena gita adalah dokter hewan. Namun beberapa menit kemudian tarra mengantuk dan akhirnya ia tertidur.
*********
Suasana tegang terjadi di kantor penerbit, damar terlihat saat tegang dan jam menunjukan pukul 10.00, suasana tegang terjadi karena ini adalah hari peluncuran pertama novel dari dirgantarra yang baru, yang akan di sebar luaskan melalu aplikasi.
" kau sudah berhasil menghubungi nya??" tanya damar
" masih belum bisa" ucap salah satu karyawannya tentu saja damar lemas mendengarnya. Tapi tiba-tiba mereka mendapatkan fax dari tarra bertuliskan " NOVEL 1928" skrip minggu pertama. Damar menghembuskan nafas panjang dan menyuruh karyawannya untuk menulis kembali tulisan tarra karna saat iya mengirim itu menggunakan mesin ketik bukan lewat email.
" tolong tulis ulang lalu cepat kirim" perintah damar ke karyawannya
Damar pun kembali bersemangat
*****
Suara musik terus mengalun di rumah tarra, terlihat mahar yang sedang sedikit bersantai disana diruangan tarra. Ia membuka laci dimeja lalu menemukan kartu nama gita
*****
Perkebunan itu sangat luas dan terlihat gita yang sedang mencoba menaiki bukit diujung perkebunan itu,
" ayah!!! " teriaknya lalu menggema " ayah!!!" ulangnya dan terus menggema
" ayah aku merindukanmu" teriaknya sambil menangis disana, ia teringat saat ia masih kecil. Ayahnya pernah membuatkan ayunan untuknya di depan halaman rumah kala itu, lalu sang ayah memberikannya sebuah arloji yang ia dapatkan dari ayahnya saat dinas pelatihan militer waktu itu.
" jaga arloji ini " ucap sang ayah ke gita yang saat itu sedang duduk di ayunannya
" ini apa ??" tanya gita ke sang ayah
" jaga arloji ini, umurnya lebih tua dibanding kakekmu sekitar 70 tahunan" ujarnya kala itu, dan sampai saat ini ia masih menyimpan arloji itu dan masih mengingat perkataan sang ayah. Ia merogoh kantung mantelnya namun ia tidak menemukan arloji itu.
*********
Jen datang menghampiri dokter hewan di klinik itu sambil membawa makan siang. Keadaan klinik sedang sepi, lalu jen mendekati kakanya itu,
" hei" ucapnya
" oh hallo" jawab sang kakak
" gita ke rumahnya" ujar jen mengatakan ke si kakak, yang sejak kemarin menerornya dengan deretan pesan whatsapp menanyakan kemana gita
" oh, syukurlah" ucapnya " ini hari ayahnya ya" tanya si kakak
" hmm iya " angguknya " tapi berita buruknya, tempat itu terisolasi karena longsor jadi kemungkinan dia gak bisa pulang tepat waktu" sahut jen dan terlihat muka khawatir dari si kakak itu mendengar kabar bahwa gita harus berdiam di tempat yang terisolir itu.
********
Tarra terbangun dari tidurnya, ia sudah tidur lama sekali karena efek obat yang gita berikan padanya. Namun keadaannya makin membaik, ia berjalan mengambil ponselnya dan hendak menghubungi polisi tapi sayang di wilayah itu tidak ada sinyal. Ia melihat ada sebuah telephone kabel dan buru-buru mendekati telephone itu namun ia kabel dari telpon itu terputus. Lalu seseorang masuk sambil membawa nampan makanan ke kamar tarra dan melihat tarra sudah berdiri dan sudah sehat
" sudah mendingan tuan?" tanya seseorang itu sambil meletakan makanan itu di meja
" siapa kamu?" tanya tarra
" saya *verzorgenya non gita" ucap seseorang itu
" pelayan?" tanya tarra lagi,
" iya, nona gita. Maaf tuan nona gita bilang tuan jangan banyak bergerak dulu takutnya ada saraf yang cidera" ujarnya
" dimana dia sekarang?" tanya tarra dan tidak lama kemudian gita masuk ke dalam kamar itu dan melihat pelayannya sedang berbicara dengan tarra.
" oh kau mau kabur rupanya" ucap gita dengan keadaan yang basah kuyup karena di luar masih hujan
" tidak " ucap tarra sambil ketakutan
" makasih ya sri, nanti biar saya yang bawa piring dan gelas kotornya sendiri kebelakang" ucap gita ke pelayan itu, ia lalu si pelayan itu meninggalkan ruangan itu dan membiarkan tarra dan gita disana
" kamu gak bisa kabur dari sini, karena diwilayah ini sedang terisolir karena tanah longsor" ucap gita sambil mengambil bubur yang sudah di buatkan si pelayan dan membawanya mendekati tarra
" ja-jangan mendekat" ucap tarra yang masih ketakutan " apa itu? Kau mau meracuni aku kan?" tanyanya
" hahahaha .. Halusinasi mu luar biasa ya, ini bubur kau harus makan setidaknya aku tidak mau kamu mati dirumah kakekku " ucap gita sambil mengambil satu sendokan penuh bubur di sendok
" itu sendok" ujar tarra sambil menunjuk sendok yang di pegang gita,
" ini kotor sudah buat bubur" ucap gita yang beralasan " ayo cepat makan" teriak gita
" aku bisa makan sendiri" ujar tarra. Lalu gita menaruh mangkuk bubur itu dan mengambil sekopnya lalu berjalan keluar tarra mengikutinya
" mau kemana kamu" tanya tarra
" ingin menggali sesuatu" ucap gita
" kau menggali kuburan untukku?" ucap tarra terkejut
" hahahaha halusinasimu benar-benar luar biasa ya" ucap gita sambil tertawa
" gimana kamu tau kalo aku kecelakaan disana?" tanya tarra penasaran
" hei, pak tua! Ini tempat keluargaku! Aku sedang berada disini lalu tiba-tiba ada seorang penulis frustasi yang sedang mengendarai mobil lalu terjun ke bawah jurang dan bertemu dengan seseorang yang dia tuduh sebagai kaki tangan si pembunuh itu, dan kau tau? Si seseorang itu dengan bodohnya menyelamatkan nyawa penulis itu dan membawanya kerumah!!" ucap gita sambil terlihat emosi " dan aku sekarang sedang mencari warisan dari ayahku yang hilang ketika aku menyelamatkan kamu" ucap gita lagi dan lalu pergi sambil membanting pintu meninggalkan tarra yang hanya terdiam itu
Gita pergi ketempat jatuhnya mobil tarra ia mulai mencari arloji pemberian dari ayahnya itu.
**********
Tarra sedang duduk terdiam diujung ranjang tempat tidur itu, pikirannya melayang-melayang entah kemana. Tiba-tiba ia teringat perkataan damar jika ia gagal maka ia akan kehilangan 10 juta dollar. Tarra akhirnya kembali berusaha untuk mencari sinyal dan segera menghubungi damar.
Ia melihat ke arah meja depan terjejer photo-photo masa kecil gita disana dengan sang ayah dan kakeknya, ia lalu melihat kesampimg dan menemukan buku yang ia tulis, buku pertama yang ia tulis dan buku itu adalah cetakan pertama yang sudah sangat langka ia membuka buku tersebut dan menemukan fotonya 10 tahun yang lalu ia menatap photo tersebut dan teringat gita pernah mengatakan bahwa ia pernah bertemu sebelumnya.
*********
[FlashBack]
Disebuah restoran terlihat tarra sedang menulis dipaling belakang restoran dan menghadap jendela, sambil sekali melihat keluar melihat orang-orang yang berlalu lalang melewati restoran. Tarra melempar kertas demi kertas ke lantai dan terlihat pusing dengan tulisannya itu. Gita berjalan kearah tarra sambil membawa minuman lalu ia mengganti minuman tarra dengan yang baru. Kemudian tarra mengambil minuman itu dan meminumnya ia merasa ada yang berbeda dengan gelas tersebut saat ia melihat ke gelas tersebut berisi tulisan " aku akan jadi penggemar pertamamu" tulis gita di gelas itu namun tidak di sadari oleh tarra, tarra menengok ke kanan dan ke kiri namun tidak menemukan siapapun yang memberikannya minum tersebut. Namun ternyata gita memperhatikan itu dari jauh, tarra meminum minuman tersebut dengan tersenyum dan diam-diam gita mengambil photo ketika tarra sedang tersenyum itu.
Sambil terus melihat photo dirinya ia mengetahui akhirnya bahwa gita memang penggemar pertamanya.
Malam tiba, hujan masih terus mengguyur disana tapi gita masih terus mencari arloji yang jatuh itu tapi tetap saja ia tidak menemukannya. tarra melihat gita dari atas jurang ia berjalan terus mendekati gita sampai pada akhirnya gita menginjak batu dan membuatnya menjadi tidak seimbang dan hampir terjatuh untungnya tarra menyelamatkannya. Mereka saling menatap dalam diam. Mata mereka saling melihat
" terima kasih sudah menyelamatkan ku" ujar tarra yang sedang melihat gita yang masih ada di dalam dekapannya saat itu, lalu gita pun melepaskan diri dari tarra dengan terburu-buru dan sedikit menjauh dari tarra " terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku, jadinya aku bisa menyelamatkan mu juga" ucap tarra. Saat ia hendak berjalan namun kakinya keselo dan jadilah tarra membantu gita berjalan. Saat itu hujan turun dengan deras mengguyur mereka di sana tarra memeluk gita dan memegang tangannya membantunya agar dia bisa berjalan.
" kita terlalu dekat" ujar tarra ke gita , namun gita hanya melihat tarra dari balik tudung mantelnya
" kalau ini hanya trikmu saja, habislah kau" ucap tarra lagi. Gita hendak melepaskan peganggan tarra tapi tarra tidak membiarkannya.
" maaf untuk kejadian waktu itu dan terima kasih sudah menyelamatkan ku terus" ucap tarra pelan, gita hanya tersenyum mendengarnya " jantungmu berdetak kencang. Kau tidak merasakannya? " ucap tarra lagi. Lalu cepat-cepat gita melepaskan diri dari pelukan tarra dan berjalan sendiri.
*******
Sampai dirumah gita langsung membersihkan dirinya dan tarra langsung masuk kekamarnya, tidak lama kemudian gita datang membawakan sup untuk tarra makan dan obat agar tarra tidak terlalu merasakan sakit.
" aku taro meja ya" ujar gita sambil meletakan nampan makanan di meja dan berbalik untuk keluar dari kamar
" disini aja" ucap tarra .
Suara petir terus menabrakan dirinya kekaca dan bersaut-sautan di langit air hujanpun tambah deras turun di luar dirumah itu hanya ada gita dan tarra pelayan itu sudah pulang sejak sore hari.
Rumah itu luas dengan ornamen jaman belanda yang masih kental disana, lukisan-lukisan piringan hitam banyak photo di dindingnya dengan tumpukan cd-cd klasik tahun 80'an yang tersusun di rak rumah itu. Ada piano besar di ruang tengah yang dulu sering gita mainkan dengan sang kakek, lalu ada sepeda ontel milik ayahnya dan senapan laras panjang yang tergantung di sudut rumah.
" ini rumahmu?" tanya tarra sambil menyuap makanan yang sudah gita siapkan
" bukan. Ini rumah kakek dari ayahku" ucapnya sambil mengambil salah satu buku yang ada disana
" kakekmu pejuang?" tanyanya lagi
" hmm, orang tua kakekku bangsawan pada saat itu" ucap gita sambil membuka halaman perhalaman dibuku yang ia ambil itu " tapi kakekku kolonel " sambung gita
" oh pantes kamu punya pelayan" sahut tarra
" namanya sri, ayah dan ibunya sudah jadi pelayan keluargaku sejak dulu" ucap gita
" lalu dia jadi pelayan lagi? " tanya tarra
" dia bukan pelayan. Dia temanku, aku dulu suka kesepian saat aku sering di tinggal dinas oleh ayahku dan kakekku jarang pulang kerumah ini, aku cuma punya dia. Dia temanku bukan verzorge-ku " ucap gita yang tiba-tiba duduk dihadapan tarra
" kau tidur disini saja" ucap tarra
" hah? Kau gila"sahut gita yang kaget mendengar perkataan tarra
" kau bisa tidur dikursikan?" tanyanya lagi, sehingga membuat gita makin kaget " aku tidak akan berbuat yang engga-engga kok" ucap tarra
" oke kalo gitu aku ngambil selimut dulu ya! Jangan lupa obatnya diminum dulu" sahut gita, lalu ia pergi keluar sambil membawa mangkuk makanan yang sudah kosong itu kedapur
Malam makin larut hanya terdengar sisa-sisa rintikan hujan yang jatuh dari atas plavon rumah dan suara jangkrik yang sedang berbicara dengan temannya, dan suara jam yang terus berbunyi melewati setiap detiknya malam itu. sepi sunyi malam di perdesaan itu. Angin menghembus masuk lewat sela-sela jendela di kamar itu membuat kamar itu makin terasa dingin.
Malam itu tarra tidur di kasur sedangkan gita tidur dikursi saling sama-sama gelisah. Saling berbalik tarra melihat gita dan begitupun sebaliknya, merasa makin tidak nyaman . Gita lalu menaikan selimutnya.
" aku sudah merasa hampir putus asa pada tahun itu" ucap tarra sambil melihat langit-langit kamar itu " hampir menyerah dengan kehidupanku sekarang. Aku sudah cukup merasakan rasanya dibuang oleh orang-orang yang aku sayang, di lupakan oleh orang-orang yang aku cinta bahkan aku di tipu oleh orang-orang yang aku berikan kepercayaan. Maaf ketika pertemuan kita lagi aku kurang bersikap sopan padamu, maaf ketika pertemuan kita waktu itu aku malah terus menuduhmu. Karena aku sudah banyak kecewa dengan orang-orang, aku takut kamu salah satu dari mereka. Aku takut kamu hanya ingin memanfaatkanku, meninggalkanku bahkan menipuku pada saat itu aku minta maaf dan aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan nyawaku lagi. Dan nanti aku akan balas kebaikanmu dan membalas menyelamatkan nyamamu juga, semoga aku tidak terlambat kali ini" ujar tarra yang malam itu. Lalu ia melihat kearah gita yang ternyata sudah tertidur
" selamat malam penggemar pertamaku" ucap tarra lalu ia mematikan lampu.
Malam sudah larut gita membuka selimutnya ternyata ia belum tertidur ia bangun dari kursi itu dan berjalan kearah tarra melihat kondisi tarra yang saat itu sedang panas dingin. Ia panik dan hendak keluar untuk meminta pertolongan tapi tarra menahannya
" jangan pergi" ujar tarra lirih " aku baik-baik aja kok, aku gak apa-apa dalam keadaan begini" ucapnya. Gita sedih mendengarnya sambil menangis ia keluar dari rumah di luar sedang hujan badai gita terus berlari kerumah sri untuk mendapatkan pertolongan agar bisa membawa tarra pulang kerumahnya
******
Tarra terbangun di kamarnya ia bingung kenapa ia ada disana, Ia mendengar sebuah suara dan menemukan makanan di atas meja, ia kebingungan lalu ia berjalan menuju ruang kerjanya dan menemukan sebuah skrip di atas mejanya yang di ketik dengan mesin ketik itu, tarra masing kebingungan melihat itu
" siapa yang mengerjakan ini?" tanya tarra kebingungan, namun kemudian ia teringat perkataan damar tentang ghostwriter. Tidak lama kemudian damar datang dan menemui tarra di ruang kerjanya sedang kebingungan sambil memeganh skrip itu
" selamat pagi anakku, adikku kekasihku" ucap damar sambil memeluk tarra, " bagaimana keadaanmu? Kau tau aku hampir mati kena serangan jantung saat melihat keadaanmu tadi malam! " sahut damar lagi
" ini !! Ini siapa yang menulis katakan padaku siapa!!!" teriak tarra sambil menarik kerah baju damar, ia terlihat sangat emosi
" k-kau yang menulis itu" ucap damar terbata-bata " sadarkan dirimu dirgantara mungkin ini karna pengaruh obat penenang itu, kau jadi lupa" ucap damar yang masih ketakutan, namun tarra melepaskan cengkraman tangannya dari kerah baju damar, lalu damar merapikan bajunya. Tarra masih menggenggam skrip novel itu
" kau dirgantara yang mengirim naskah novel serinya padaku, kau yang mengirim itu lewat mesin fax-mu alamat mesin fax-mu" ucap damar yang menjelaskan hal itu ke tarra. Lalu tarra terduduk di kursi kerjanya lemas karena ia merasa bahwa bukan dia yang menulis itu semua, tapi seluruh jalan ceritanya sama seperti yang ada di fikirannya.
" benar aku?" ucap tarra memastikan
" iya dirgantara" ucap damar
********
Di halaman depan mahar sudah menunggu ceo keluar dari rumah tarra, ia menghampirinya namun Si ceo masih sibuk dengan ponselnya ia sedang menelpon dokter pribadi tarra untuk menentukan jadwal untuk tarra berkonsultasi
" apa dia sudah mau?" ujar mahar ke ceo itu,
" sulit sekali membujuknya, menggunakan ghostwriter!! Kalau dia mau kan aku gak jadi ribet kaya gini!! Dirgantara awas kau!!" ucap damar sambil keluar dari halaman rumah tarra dan berjalan menuju mobil bersama dengan mahar
" iya! Dia keras kepala sekali, harusnya kau berhasil membujuknya!!!" ucap mahar yang saat itu berjalan bersama ceo damar masuk ke mobil.
**********
Tarra saat itu masih kebingungan, ia membaca cerita itu berulang-ulang ia masih bingung apakah ia yang menulisnya dan apa yang ada di cerita itu adalah cerita yang ingin dia tulis.
Lalu tarra mengambil obat penenang di lacinya dan meminumnya lalu ia melihat mesin ketik itu dan mengambilnya. Namun ia malah ketiduran di meja kerjanya hingga akhirnya ia terbangun karena suara ponselnya yang terus berdering dan itu dari CEO.
" dirgantara" teriak ceo dari balik telpon
" hmm" jawabnya
" novel-mu, lebih dari satu juta orang pembaca" ucap dengan semangat dari ceo
" serius??" jawab tarra sambil terlihat senang
" serius!! Coba kau cek! Selamat datang lagi wahai tangan dewa ku" ucap damar
Lalu tarra mengecek halaman novelnya dan membaca satu persatu komentar-komentar tentang novelnya, hal itu membuat ia yakin dan ia menyakinkan dirinya bahwa ia yang membuat cerita tersebut.
" kau! Besok harus datang ke konfrensi pers untuk proyek novel mu ini" ucap damar.
**********
Konfrensi pers kali ini berbeda untuk tarra, ia terlihat lebih bahagia dari biasanya ia menyakini dirinya sendiri bahwa ia yang menulis cerita itu, ia yang mempunyai ide cerita itu.
Mahar melihat itu dari kejauhan, lalu reporter firman datang dan duduk disamping mahar.
" ck, seharusnya ia jadi aktor saja bukan jadi penulis" ucap reporter firman " lagi pula cerita ini bukan idenya, dia menggunakan ghostwriter!! " ucapnya lagi dan mahar mendengar itu semua ,
" apa kau mau menyebar gosip?" tanya mahar ke reporter firman
**********
Setelah konfrensi pers sekretaris mina datang menghampiri tarra yang saat itu masih melayani pertanyaan dari para wartawan yang menanyakan sekitar 2 bulan ini ia jarang berada di rumah atau berada di layar televisi ternyata tarra sedang menulis novel terbaru. Saat para reporter mulai berkurang sekretaris membacakan jadwal kegiatan tarra hari ini
" tuan hari ini ada makan malam dengan para tokoh pencinta satra di jakarta, lalu hari ini tuan ada syuting iklah layanan masyatakat dengan adnan" ucap sekretaris mina sambil memerhatikan raut wajah tarra yang tiba-tiba berubah saat iya mengucap nama adnan. Tarra tentu saja tidak senang mendengarnya, walaupun begitu ia tetap melakukan syuting iklan tersebut dengan adnan.
Setelah syuting iklan itu selesai ia langsung meninggalkan tempat syuting dan langsung pergi namun saat hendak pergi tarra berpapasan dengan adnan
" hei dirga" teriak adnan
" hallo" ucap tarra
" selamat atas serial novel barumu, sangat seru dan kau rupanya merubah gaya menulismu juga ya di novel barumu. Awalnya aku pikir itu bukan kau yang menulis tapi saat aku lihat pengarangnya itu kamu, sangat beda aku sampai tidak bisa menyamakannya dengan novel-novel mu yang lain! Hebat" ujar adnan ke tarra,
" maksudmu apa?" jawab tarra
" kau kan bukan tipikal seorang yang bisa menulis cerita cinta seperti di novel terbaru mu! Sangat aneh ketika aku tau bahwa sekarang kau berminat untuk bercerita tentang cinta " ucap adnan lagi, namun tarra mengalihkan pembicaraan
" kau juga rupanya tertarik untuk memotong rambut depanmu, kau bukan tipikal penulis yang berambut gondrong kan? Potonglah sampai kau punya ide baru untuk novel barumu" ujar tarra lalu ia meninggalkan adnan yang hanya terdiam mendengar perkataan tarra
**********
Laki-laki itu sedang duduk dimeja kerjanya sambil membuka satu persatu halaman di naskah yang ia lihat saat itu lalu mencoret bagian-bagian yang salah, mencoret lagi, mencoret lagi hingga membuat ia kesal karna terlalu banyak bagian yang salah dari naskah itu.
Lalu adnan datang dan bertemu dengan sang ayah yang sedang mengoreksi skrip novelnya
" kau itu tidak bisa menulis! Berhenti meniru tarra" ucap laki-laki sambil melemparkan naskah yang sudah penuh coretan itu ke adnan, adnan hanya terdiam lalu mengambil naskah itu dari lantai.
" kau tidak bisa melakukannya lagi, kau bukan tarra!! Tulisanmu tidak akan sebagus novelmu pertama" ucap laki-laki itu lagi. Hal itu membuat adnan kesal lalu ia langsung pergi dari ruangan itu. Wajah kecewa terlihat dari sang ayah, yang kecewa terhadap sikap anaknya itu.
Dengan wajah kesal adnan membanting tubuhnya ke kursi kerjanya lalu membuang naskahnya ke tempat sampah. Anna kucingnya terus melihat ke adnan sesekali mengeong dan mungkin anna kesepian karena adnan jarang bermain dengannya, adnan menghampiri anna lalu ia melempar kucing itu ke arah kaca lalu kaca itu pecah terdengar anna mengeong kesakitan disana namun adnan hanya diam.
" kucing sial" ujarnya
********
Gita berjalan pulang kerumahnya namun ia mampir ke klinik terlebih dahulu, namun ia melihat jen yang sedang di marahi oleh dokter.
" selamat pagi semua" teriak gita di dalam klinik, semua yang ada di dalam klinik kaget saat melihat siapa yang datang.
" gitaaaa" teriak jen yang tiba-tiba berlindung di belakang tubuh gita
" ada apa ini" tanyanya ke dokter
" dia! Dia bilang melihat sesuatu yang jahat mendekati gita " ucap dokter itu, namun si dokter kaget saat ia melihat yang bertanya padanya itu gita
" ah gitaa!!!!!" teriak nya sambil memeluk gita
Akhirnya perang kakak dan adik berakhir dengan makan siang di klinik
" apa yang kamu lakukan dirumah itu?" tanya dokter
" berkunjung" ucap gita sambil terus memakan burger nya
" kau bilang kalau kau kesana akan melihat masa lalu mu" tanya jen
" ia terkadang. Tapi kemarin aku merasa semuanya baik-baik saja mungkin karena" belum selesai gita berbicara jen sudah memotongnya
" gimana kabarnya tarra? Dia baik-baik saja?" tanya jen
" loh kok? Kamu tau? Darimana?? " tanya gita yang kaget saat mendengar jen tau kalau kemarin ia bersama tarra dirumah itu.
" kamu sama tarra disana?" tanya dokter ke gita
" iya, dia " ucap gita yang hendak bilang sebenarnya kemarin tarra kecelakaan dan ia yang menolongnya tapi ia takut mereka tidak percaya jadi gita memilih untuk diam
" di sudah mempublikasikan novel barunya" ucap jen sambil tersenyum ke gita. Tentu saja itu membuat gita senang.
*******
Tarra yang sedang duduk di meja kerjanya hendak menulis kelanjutan novelnya tiba-tiba teringat perkataan adnan dan itu membuat tarra tak bisa berkonsentrasi
Ia merebahkan kepalanya di meja lalu ia mendengar seseorang memanggilnya
"dirgantara" ucap seseorang itu lagi
Lalu tarra berlari keluar ruangan kerjanya dan saat ia keluar dari ruangan itu dan melihat kabut tebal dan seseorang datang menghampirinya terlihat selintas cahaya dari korek api itu berjalan menjauhinya
"s-siapa" ucapnya sambil berteriak saat ia melihat seseorang itu menjauh pergi namun seseorang itu terus menjauhi tarra
" hei amar" ucap seseorang yang lewat di dalam sebuah kereta itu melewati tarra yang saat itu masih bingung dengan keadaan di sekitarnya. hei amar sastrodiharjo ucapnya lagi
Lalu ia melihat cahaya itu menghilang dari pandanganya begitupun kereta itu, yang membawa seseorang itu, lalu seseorang itu menyalakan korek apinya lagi dan tarra-pun mengikutinya. Suasana berkabut masih terasa disana ia hanya di terangi dengan cahaya yang di hasilkan oleh korek api yang di bawa seseorang itu,
"excuseer mij" tiba-tiba seseorang menyuruhnya minggir itu adalah orang yang menarik kereta itu dan tiba-tiba lampu menyala dan suasanya sangat berbeda. Ia kembali kejaman indonesia di tahun 1928. Tarra-pun kebingungan ia melihat ke kanan dan ke kiri memastikan dimana dirinya berada banyak sekali orang-orang berlalu lalang di depannya namun sangat berbeda dengan jaman sekarang banyak bangsawan disana yang sedang berlalu-lalang di jalan batavia kala itu, tiba-tiba gita menarik tangan tarra dan mengajaknya pergi sambil berlari suara tembakan terus terdengar di belakang peluru-peluru terus terdengar menghancurkan setiap yang menghalangi namun sayang arlojinya terjatuh dari saku gita. Gita berhenti untuk mengambil arloji itu lalu kembali menarik tangan tarra dan kembali berlari. Di belakang gita ia terlihat di kejar oleh tentara-tentara belanda. Lalu akhirnya mereka bersembunyi di samping toko yang sudah tutup , tarra hendak menengok tapi gita menyudutkannya mendorong tarra ke tembok dan mereka saling berhadapan, gita membekap mulut tarra dan tarra terlihat kebingungan.
" kau apa-apaan sih ujar tarra sambil melepasan bekapan tangannya "
" ssstt- diam jangan berisik ucap gita sambil menengok ke kenan dan kiri melihat tentara penjaga yang masih mencarinya. kau bilang kau mau membantu memperjuangkan negarakan? Dari pada kau menulis kisah cinta murahan" tentara itu melewati gita dan tarra, namun satu dari mereka ada yang melihat gita, gita lalu melepas topinya dan ia mendekati wajahnya ke arah tarra lalu ia menciumnya untuk menyelamatkan diri dari tentara belanda itu. dan malam itu mereka berhasil menyelamatkan diri dari tentara belanda itu.
Gita melepaskan ciumannya dan mereka saling berhadapan dengan rasa kesal tarra mendorong gita menjauh dari dirinya.
" a-apa yang kau lakukan?" tanya tarra yanga saat itu masih terkejut dengan apa yang gita lakukan padanya
"sudahlah, kau juga sudah sering berciuman dengan banyak wanita publikan" ucap gita sambil memakai lagi topinya "dasar mata keranjang ucapnya lagi". Ia memberikan arlojinya ke tarra " ini punyamu. Warisan dari ayahmukan? Untung saja aku bisa mendapatkannya lagi" ucap gita yang membuat tarra bingung "gara-gara arloji ini kau membuat kerusuhan dan membuat aku susah, ck memangnya arloji ini istrimu" ucap gita lagi sambil hendak berjalan pergi meninggalkan tarra yang masih kebingungan, tarra menahan ia melihat tangan gita berdarah
"kau, kenapa dikejar-kejar" ucap tarra sambil memegang tangan gita yang ia tutupi dengan mantelnya itu735Please respect copyright.PENANAiw2Vwio94a
" hahaha kau pura-pura peduli padaku? Sudahlah jangan berharap aku akan menyukaimu. Aku melakukan ini karena untuk revolusi negara kita" ucap gita, sambil pergi menjauh meninggalkan tarra yang masih kebingungan itu
Kemudian tarra terbangun dari tidurnya dan sudah menemukan skrip novel terbaru dan isi skrip itu sama dengan apa yang hendak tarra tulis. Tarra ragu-ragu untuk mengambil skrip, di dalam hatinya mengatakan itu bukan tulisannya, ia melihat layar laptopnya yang masih kosong tanpa tulisan.
Pintu ruang kerja tarra terbuka terlihat sekretaris mina berjalan mengampiri tarra yang masih kebingungan itu.
" selamat pagi tuan, hari ini penerbit meminta skrip terbaru untuk terbit minggu depan" ucap sekretaris mina yang saat itu sudah melihat skrip terbaru novel sudah di pegang oleh tarra. Ia ragu untuk memberikannya ke sekretaris mina namun sekretaris mina langsung mengambil skrip itu.
" kau menulisnya dengan mesin ketik lagi tuan? Kalau begitu biar saya salin dan saya kirimkan ke ceo damar" lalu sekretaris mina keluar dari ruangan itu dengan membawa skrip terbaru itu
************
"firman" ucap ibu adnan saat melihat reporter firman masuk kedalam restoran, ternyata sedang menunggu reporter firman direstoran milik temannya gita itu, lalu reporter firman duduk didepan ibunya adnan itu
" terima kasih loh kamu menyempatkan datang" ucap ibunya adnan
"tidak masalah" ujar reporter firman
"terima kasih juga kau sudah membuat artikel tentang penguntit tarra" ujar ibunya adnan lagi, ibu adnan memberikan amplop ke reporter firman aku ingin kau melakukanya satu kali lagi untukku ujarnya
" kita buat skandal saja tentang tarra, kita buat seolah-olah dia menggunakan jasa ghost writer atau kita buat tarra seolah-olah sedang berkencan dengan seseorang " ucap reporter firman
" aku suka dengan ide itu" jawab ibu adnan
********
Tarra yang masih penasaran dengan skrip itu lalu berkendara dengan mobilnya menuju kantor penerbit. Sampai disana ia melihat damar ada di kantornya sedang makan siang, tarra langsung membuka pintu ketika itu nampak damar yang hendak memakan makanannya namun di urungkan karena tarra masuk dengan raut wajah yang marah.
" kau yang melakukannya kan!!" ujar tarra yang saat itu benar-benar emosi
" melakukan apa??" ucap damar
" ghostwritter itu!! Kau yang menyewanya kan?" teriak tarra
" bagaimana kau tau" ucap damar terkejut
" kan sudah aku bilang aku akan mengerjakannya sendiri!!! Tanpa lewat deadline! Aku akan menulis ceritaku sendiri, dengan ideku sendiri!!!!! " ucap tarra yang saat itu meninggikan nada suaranya di depan damar , lalu ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya sambil sesekali menahan amarahnya " siapa? Siapa penulis itu " tanyanya ke damar
" raka " ucap damar pelan dan ketakutan " tapi sudah aku batalkan " sambung damar namun tetap saja tarra tidak percaya. Lalu ia pergi meninggalkan ruangan damar dengan wajah marah, ia mengendarai mobilnya keliar dari kantor itu tiba-tiba ada kabut tebal, tarra tetap menjalankan mobilnya ia pun tiba-tiba sampai di tempat ia kecelakaan raut wajah kebingingan mengapa ia berada disana, lalu ia melihat sesuatu bersinar dibawah.
Ia turun kebawah dan menghampiri yang bersinar itu dan ia melihat sebuah arloji kuno terjatuh disana lalu ia mengambilnya.
******
Jen sedang menulis sebuah cerita untuk penggemar onlinenya di apartemen gita, dan gita terlihat sedang berbaring dengan gelisah dan itu membuat jen terganggu.
" aku kehilangan arlojiku" ucap gita yang tiba-tiba bangun dan terduduk di tempat tidurnya, membuat jen kaget.
" kau! Untung aku tidak punya serangan jantung!" ucap jen " lagi pula mustahil menemukannya, di tengah perkebunan lagi. Hmm atau arlojinya itu kembali ke si pemilik aslinya" sambung jen lagi
Di tempat yang berbeda tarra yang menemukan arloji itu lalu melihatnya dan menurutnya arloji ini tidak asing baginya lalu ia teringat pada gita jaman dulu yang berlari mengambil arloji ini dan mengingat perkataan gita kemarin kalau ia mencari arloji warisan dari ayahnya, lalu tarra membuka tutup depan arloji itu dan tiba-tiba saja jarum arloji itu hidup kembali.
Gita yang masih terlihat murung lalu menarik bantal dan menutupi wajahnya dengan bantal lalu dia bergumam ke jen
" tapikan ayahku bilang arloji itu sudah berumur hampir 80 tahunan jadi kira-kira si pemilik kalo masih hidup orang itu pasti sudah berumur 90 tahun atau lebih " ucap gita kesal.
*******
Malam hari tiba tarra akhirnya kembali kerumahnya saat ia memasuki rumahnya ia mendengar seseorang sedang mengetik diruang kerjanya. Ia berjalan kearah asal suara dengan langkah hati-hati ia memasuki ruang kerjanya ia membuka pintu dan terdengar suara derit pintu terbuka namun seseorang itu masih terus mengetik dengan mesin ketik itu dan saat tarra hampir dekat dengan meja kerjanya ia menemukan seseorang sedang mengetik dengan mesin ketik itu. Ia kaget bukan kepalang begitu juga dengan mahar yang kaget karena ia ketahuan dengan tarra.
" tertangkap basah " ujar mahar yang saat itu kaget saat melihat tarra menghampirinya
" k-kau siapa?" ujar tarra
" aku ghostwrittermu" jawab mahar sambil tersenyum ke arah tarra yang saat itu terlihat sangat kesal dengannya
" siapa namamu? siapa yang mengirimmu kerumahku" teriak tarra karena kesal karena sedang memergoki mahar yang sedang mengetik dimesin ketiknya.
" aku " ucap mahar sambil berfikir untuk menyebutkan namanya lalu ia melihat koran diatas meja tarra " dika" ucapnya sambil tersenyum lebar kearah tarra.
Di tempat berbeda ceo damar sedang asik berkumpul dengan para karyawan telihat panik saat ponselnya berdering dan ia melihat ke layar ponselnya bahwa yang menelpon itu adalah tarra.
" hallo anakku" ujarnya dengan senang bahkan ia meloadspeaker percakapan mereka kedepan karyawannya
" kau yang mengirim ghostwriter ini kerumah ku" teriak tarra lalu membuat damar panik dan ketakutan, lalu ia berjalan keluar menghindar dari karyawannya
" apa maksudmu? Kan sudah aku bilang aku sudah membatalkannya" ucap damar
" hah? Membatalkannya, aku jelas-jelas sedang bersama penulis bayanganmu itu disini dirumahku, diruang kerjaku menggunakan mejaku dan mesin ketik punyaku" ucap tarra kesal namun mahar hanya diam sambil terus tersenyum menatap tarra yang sedang menelpon itu " aku mau kau segera kesini dan lihat sendiri kalau kau tidak datang aku tidak akan memperpanjang kontrak!!! " ucap tarra lalu ia mengakhiri panggilannya, membuat damar panik lalu ia bergegas kerumah tarra.
Tarra mengikat mahar di kursinya namun terlihat mahar yang tersenyum-senyum dan menahan tawa ketika melihat kelakuan tarra padanya.
" kenapa? " tanya tarra
" tidak, aku hanya malu karena tertangkap basah olehmu" ucap mahar sambil tersenyum
Suara bel berbunyi lalu tarra membalikan tubuhnya dari hadapan mahar, namun ia membalikan tubuhnya lagi
" kau!!! Diam disana jangan mencoba kabur dariku!!" ucap tarra dan kemudian ia berjalan keluar dan membukankan pintu, terlihat damar yang terengah-engah di balik pintu itu.
" ka-kauu mengganti kode rumahmu" ujarnya terengah-engah
" aku tidak percaya lagi padamu!! Kau membiarkan seseorang masuk kerumahku tanpa seizinku!!!" ujar tarra
" sudah aku bilang, aku sudah membatalkannya" ucap damar sambil berjalan dan masuk keruang kerja tarra . Sampai disana mahar sudah tidak ada disana, hanya tersisa tali-tali yang tergeletak ditanah bekas ikatannya itu
" kau! Kau yang membantunya untuk kabur ya??" tanya tarra menuduh ke damar
" aku? Aku bahkan tidak tau siapa yang kamu maksud" ucap tarra tegas
" aku menangkap basah penulis bayangan itu!!! Disini dimeja ini sedang mengetik" ucap tarra sambil menunjuk kursi yang mahar pakai untuk menulis itu. Hal ini membuat damar kesal lalu ia mengambil ponselnya lalu menghubungi raka untuk menyelesaikannya
" hallo raka" ucap damar yang me-load speakerkan panggilannya
" oh hallo ceo damar" sahut raka di balik telpon " maaf aku sedang di italy bisa kau jangan memghubungiku dulu beberapa waktu " ucap raka
" oke, oke thank ya raka" ucap damar lalu memutus sambungan telponnya
" puas kau?" ucapnya lagi
" siapa namanya??" tanya tarra
" raka, dirgantara" jawabnya . Tarra tertegun diam lalu setaunya nama penulis itu dika lalu ia melihat koran disana dan tertulis nama dika di bagian pengarang cerita sontak membuat tarra marah dan murka
" dikaaaaa" teriaknya. Membuat damar kaget dan memilih keluar ruangan, karena tarra sepertinya murka dan itu membuatnya ketakutan.
" hallo dokter?? Aku ingin membuat janji untuk piskoterapi tarra kira-kira kapan??" ujar damar sambil berjalan pergi
Setelah damar menjauh pergi dari rumah dika keluar dari persembunyiannya, ia berharap untuk tidak terjebak disanaa tapi ia bingung apa yang harus ia lakukan. Sedangkan tarra terlihat pusing memikirkan siapa sebenarnya dika, ia lalu melihat ketikan dika di mesin ketiknya. Lalu ia terlihat sangat kesal sampai-sampai merobeknya dan membuangnya. Namun dika muncul mendekat ke arah tarra dan melihatnya yang sedang merobek naskah itu dengan ia terlihat sangat kecewa.
" kau sudah berubah ya temanku" ucap dika
**********
Adnan sudah menunggu lama di kantor penerbit ia duduk didalam ruangan damar menunggu damar datang. Ia terus menggulung-gulung kertas menjadi robek-robekan kecil di meja dan tidak lama setelah itu damar datang dengan muka sangat kesal, ia masih kesal dengan tarra semalam. Namun ia kaget saat melihat adnan yang langsung berdiri ketika melihatnya itu,
" oh hallo" ucap damar
" pagi pak" ujar tarra
" pagi, bagimana skripnya? Kau sudah menyelesaikannya ?? " ujar damar tanpa basa-basi lagi
" aku membuangnya dan aku akan membuatnya ulang" ucap adnan sambil terus menggulung kertas-kertas kecil dimeja hingga membuat meja berantakan karna serpihan-serpihan kertas yang tergulung kecil itu
" tapi kau harus memberikannya padaku hari ini" ucap damar yang mulai kesal
" novel itu perlu sedikit jiwa" ucap adnan, tapi hal itu membuat damar heran
" novel yang akan kau tulis adalah cerita tentang paranormal atau seseorang yang menjadi dukun?" ucap damar yang ingin sekali menanyakan hal itu ke adnan
" bukan. Tapi boleh aku minta tenggang waktu lagi? Aku akan pergi seminggu untuk melakukan penelitian untuk ceritaku" ucapnya ke adnan
" sudahlah kau kirim saja novel yang kau buang itu padaku sekarang" ujar damar kesal
" aku tidak bisa mengirimnya padamu, karna aku ingin novel itu sempurna. Ini adalah novel-ku lagi setelah 5 tahun " ucap adnan hingga membuat damar kesal dan pusing.
********
Gita keluar dari apartemennya lalu berjalan sambil menelpon ia terlihat sangat terburu-buru, sedikit berlari meninggalkan apartemennya dan dari kejauhan dika memperhatikannya.
Akhirnya gita sampai ke klinik ia datang karna hari ini sedang menggantikan kakaknya jen,
" ah aku minta maaf ya git, suamiku mendadak mengajak aku pergi" ucap kakaknya jen
" ia gak apa-apa kok, lagi pula hari ini aku tidak ada jadwal kuliah jadi aku bisa membantumu" ucap gita sambil mengambil jas yang tergantung di samping loker
" terima kasih banyak ya, aku buru-buru " ucap kakaknya jen sambil terburu-buru meninggalkan klinik hewan itu.
Saat kakaknya jen pergi meninggalkan klinik dika pun datang dan berdiri melihat gita dari luar.
Mulailah gita memeriksa satu persatu hewan-hewan yang ada disana, namun ia merasa seperti ada yang sedang memperhatikannya dari jauh ia menoleh kebelakang namun tidak ada siapapun lalu ia pergi keluar untuk memastikan.
Saat ia keluar ia melihat adnan datang sambil membawa anna yang terlihat kesakitan itu .
" apa anna sakit?" ucap gita sambil mendekati adnan
" hallo anna juga" sapa adnan
" apa dia sakit? Dia terlihat murung" tanya gita
" ya mungkin, dia tidak semangat jarang bergerak seperti dulu" ucap adnan sambil menyerahkan kucingnya pada gita, lalu mereka masuk kedalam klinik dan gita mulai melakukan pemeriksaan pada anna
" wah!!" ucap gita, membuat adnan kaget
" ada apa? Apa dia sakit??" ucapnya
" anna pernah jatuh ya dari tempat yang tinggi??" tanya gita
" aku tidak begitu tau, karena aku jarang bermain dengannya lagi" ucap adnan
" kaki depan sebelah kirinya patah dan kita harus melakukan operasi" ucap gita lagi
" anna" ucap adnan pelan Pura-pura bersedih ketika mendengar itu, padahal ia tau kalau anna terluka karena ia telah melakukan kejahatan pada anna waktu itu.
Gita pun membawa anna keruang operasi dan segera melakukan tindakan ke anna dibantu dengan para perawat lainnya, operasi berjalan hampir 2 jam saat itu dika masih terus memperhatikan gita dan adnan dari jauh. Gita keluar dari ruangan operasi dan menghampiri adnan yang duduk gelisah
" Hai" sapa gita yang ikut duduk di depannya
" gimana anna?" tanyanya
" dia membaik. Kucing hebat" ucap gita
" syukurlah, oh ya apa kau dokter hewan?" tanyanya ke gita
" bukan, aku hanya menggantikan dokter disini" ujar gita
" tapi kau ada di fakultas kedokteran?" sahut adnan
" hehehe aku ketahuan" ujar gita
" sebenarnya aku ingin menitipkan anna sementara waktu disini, karna aku mau pergi mengumpulkan bahan untuk novel baru ku" ucap adnan
" ya sudah kalau begitu, biar anna kita rawat sampai dia benar-benar sembuh dan kau bisa pergi mencari bahan dengan tenang" ucap gita
" hehe terima kasih ya dokter gita" ucap adnan sontak membuat gita kaget
" oh ya kau kapan selesai bekerja? Aku ingin mengajakmu keluar. Sebagai rasa terima kasihku karna telah mengobati anna" ujar adnan
" aku selesai pukul tujuh" jawab gita
**********
Tarra terus gelisah ia berjalan mondar mandir diruang kerjanya karena fikirannya sedang buntu ia menoleh ke koran di mejanya dan akhirnya membuang koran itu dan meninggalkan ruang kerjanya berjalan masuk kekamarnya untuk tidur.
Ia mengambil obatnya dan meminumnya namun ketika hendak tidur ia diganggu oleh bunyi jam yang sangat kencang, ia kesal dan mencari sumber suara ia pergi ketempat penyimpanan bajunya dan menemukan arloji gita di salah satu bajunya.
********
Di sebuah restoran di pinggir kota gita dan adnan memutuskan untuk makan malam bersama, ia duduk di meja pinggir jendela dengan lilin di setiap meja di restoran itu, adnan melihat ke arah gita dan gita terlihat malu-malu saat adnan terus menatapnya.
" Aku ingin meminta bantuan lagi padamu" ucap adnan sambil meminum wine " aku ingin kau jadi asisten-ku" ucap adnan
" hahaha aku bukan seorang penulis" jawab gita sambil tertawa
" bukan-bukan seorang penulis, tapi tetap menjadi dokter hewan" ucap adnan
" kau ingin aku menjadi pengasuh anna ya?" tanya gita
" tidak! Bukan juga, aku butuh kamu. Aku hanya ingin mengetahui tentang kedokteran hewan" sahut adnan
" aku akan merekomendasikan orang lain kalau begitu padamu, yang lebih paham " ucap gita " kau tau kan aku bahkan belum lulus dari fakultas itu" sahutnya lagi
" tidak apa-apa aku butuh kamu " ucap adnan
" lagi pula aku tidak akan melanjutkannya ketika aku lulus" ujar gita sambil menyuap makanan yang ada di meja itu
" kenapa?" tanya adnan
" akan aku beritahu kalau kita sudah dekat ya" ujar gita sambil tersenyum
" kalau begitu kita akan menjadi dekat mulai sekarang" gitapun tertegun ketika mendengar perkataan adnan
" permisi, saya pesan orange jusnya lagi" ucap gita sedang mengalihkan pembicaraan itu
" hehehe kau memang tidak pandai berbohong ya" ujar adnan dan kemudian berbincang-berbincang mengenai novel yang akan adnan tulis tapi kemudian gita terdiam
" maaf aku bukannya tidak mau membantumu, tapi aku cuma tidak mau lagi menjadi dokter hewan" ucap gita
" kenapa emangnya? Kau sudah hampir wisuda dan kau juga sudah bekerja di klinik, kenapa kau mau berhenti" tanya adnan dengan penasaran ke gita, gita terus memutar-mutar jarinya di bibir gelas dan ragu untuk berbicara ke adnan
" waktu itu aku pernah menjadi relawan dokter hewan di salah satu desa, aku melihat banyak sapi yang sakit dan tersebarnya banyak virus disana, jalan satu-satunya adalah membunuh sapi-sapi itu. Lalu aku melakukan suntik mati ke semua sapi di desa itu. Aku benci melakukannya pada saat itu, aku ingin mengobati mereka tapi ternyata aku lebih banyak membunuh hewan dari pada mengobati mereka" akhirnya gita mengatakan ke adnan mengapa ia tidak mau membantunya untuk menulis novel itu.
735Please respect copyright.PENANACI2oxyQ1XW
*******
Malam makin larut pukul 11 malam, jarum itu berputar-putar di pergelangan tangan gita, ia pun berjalan pulang ke apartemennya. Namun seseorang sudah berdiri di depan gedung apartemennya, gita lalu menghampirinya ia melihat tarra disana sedang menunggunya, tarra mendongakan kepala dan melihat kearah gita yang sedang berjalan dan ternyata dika mengikuti gita dari belakang ke apartemen. Namum tarra buru-buru pergi sebelum gita makin mendekat, gita menengok kekanan dan kekiri ia merasa tadi seperti melihat tarra sedang berdiri menunggunya namun ia buru-buru tersadar dari halusinasinya dan berjalan masuk ke dalam lift.
Tarra keluar dari tempat persembunyiannya dan saat itu ia masih melihat dika ada disana ia melihat dika yang saat itu mendongak kesalah satu kamar yang baru menyalakan lampu itu, terlihat wajah sendu dari raut wajah dika ia seperti seseorang yang sedang merindukan kekasihnya yang sudah hilang bertahun-tahun yang lalu.
" kenapa kau ada disini" ucap tarra ke dika yang tiba-tiba menengok ke arahnya sambil menghapus airmatanya dengan sapu tangan dari kantung jasnya.
" aku yang seharusnya bertanya padamu, sedang apa kau disini??" dika menanya balik ke tarra
" aku yang duluan sampai disini!!! Jadi aku yang seharusnya bertanya padamu" ucap tarra kesal lalu tarra mendekati dika dan ia menarik kerah baju dika
" siapa kau sebenarnya" teriak tarra di depan muka dika yang kaget itu, namun dika hanya tersenyum saat tau tarra memperlakukannya seperti itu
" aku jatuh cinta pada pandangan pertama" ucap tarra kaget ia menjauhkan dirinya dari dika " bukan padamu, tapi pada gita" sambung dika sambil tertawa saat melihat tarra yang salah tingkah padanya.
Gita sedang menutup tirai kamarnya lalu jen masuk kedalam kamar.
" kau sedang apa?" tanya jen sambil melempar tasnya ke tempat tidur lalu jen membaringkan tubuhnya ke tempat tidur namun ia tiba-tiba terbangun dan berjalan mendekati gita. Tiba-tiba jen melihat kearah luar gita pun mengikutinya ia melihat tarra sedang berbicara sendiri disana.
" dirgantarra? Sedang apa dia disana??" tanya gita yang mengintip juga dari balik tirai itu
" cepat ambil kacang merah" ucap jen sambil menyuruh gita ke dapur untuk mengambil kacang merah dan gitapun berjalan mengambilnya
" untuk apa?" tanya gita yang sudah mengambil kacang merah dari dapur,
" ayo ikut aku" ucap jen sambil menarik tangan gita keluar dari kamar gita kelihatan kebingungan .
" kenapa?? Ada apa sih jen?" tanya gita yang makin penasaran, ia sudah berada di dalam lift tangan jen masih menggenggam tangan gita dan terlihat panik
" aku merasakan sesuatu yang jahat dan ada dua tapi aku tidak yakin yang mana" ucap jen namun gita hanya menggelengkan kepalanya tidak mengerti.
Diluar tarra masih berdebat dengan dika, yang saat itu hanya tersenyum-senyum melihat tarra marah dan itu membuat tarra makin kesal
" dimana kau mengenal gita?" tanya tarra marah ke dika
" ketika aku baru sampai diindonesia dari belanda dan ternyata aku jatuh cinta padanya dari pandangan pertama" jawab dika, namun tarra ragu karena melihat penampilan dika yang cukup kuno, Yang saat itu menggunakan jas lusuh dan sepatu kulit yang sudah usang. Tiba-tiba dika panik saat merasakan sesuatu akan datang ia bahkan sampai berlari menghindar dan bersembunyi.
Lift terbuka tangan gita ditarik oleh jen keluar dari gedung apartemen dan saat itu jen melihat tarra yang menengok ke arah mereka. jen langsung melempar tarra dengan kacang merah yang membuatnya dan gita kaget saat tahu itu adalah dirgantarra jen lalu terdiam dan lemas, gita buru-buru menyanggah tubuh jen agar ia tidak jatuh ke tanah.
" kau kenapa jen?" tanya gita yang saat itu khawatir pada jen
" biarkan aku sendiri " ucap jen lalu ia jongkok dan menundukan kepalanya. Kemudian tarra menyeret gita pergi menjauh dari jen ia akhirnya berjalan menjauh dari jen yang masih terduduk lemas disana
" kau! Apa-apan ini lepaskan aku" ucap gita sambil terus mencoba melepaskan cengkraman tangannya dari genggaman tarra " kau merindukanku ya?" ucap gita tapi tarra terus mengelak
Jen masih terduduk di tanah ia mendongakan kepalanya dan saat itu ia melihat dika yang sedang memunguti kacang merah yang bercecer di tanah dengan sapu tangannya, jen kaget. Saat melihat dika tersenyum manis padanya. Ia langsung terpesona saat melihat dika tersenyum dan jen juga tersenyum padanya. Dika mengambil satu persatu kacang merah itu dari tanah dan tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan itu membuat jen semakin malu, lalu mereka sama-sama berdiri dan menuangkan kacang merah dari sapu tangannya ke tempat yang sudah jen pegang itu, jantung jen berdegup kencang ia berharap bahwa waktu berhenti padanya hari ini dan saat ini, lalu mata mereka saling beradu pandang membuat jen makin malu dan sampai membuat ia membuang muka dari tatapan dika.
" aku menyukaimu" ucap jen pelan namun terdengar oleh dika dan nampaknya dika kaget
" apa?" ucap dika
" siapa namamu?" tanya jen penasaran
" aku tidak bisa memberi tahukan namaku padamu" ucap dika sambil tersenyum
" kenapa?" tanya jen dengan kecewa
" kau bisa memanggilku kakak" ucapnya
*********
" kenapa kau bisa kenal dika?" tanya tarra yang akhirnya menghentikan langkah kaki mereka, gita diam menatap tarra keheranan karena ia bingung siapa yang tarra maksud
" dika? Siapa? Aku tidak mengenalnya" ucap gita yang masih kebingungan atas apa yang tarra tanyakan padanya,
" kau bohong" tutur tarra emosi, namun ia belum melepaskan pegangannya dari tangan gita. Mata gita melirik kearah pergelengannya kemudian tarra buru-buru melepaskannya dan gita hanya tersenyum malu
" aku serius" ucap gita, namun seolah tarra tidak memperdulikan jawabannya gita ia membalikan tubuhnya dan berjalan menjauh dan gita yang melihat tarra salah tingkah itu hanya tertawa, namun tarra berbalik kearah gita dan memberikan arloji milik gita itu.
" kau? Temukan dimana ini??" tanya gita yang terlihat senang saat tarra memberikannya arloji itu
" dijalan" ucap tarra sambil berjalan pergi menjauh
" aku akan traktir kau makan" teriak gita namun tarra hanya melambaikan tangannya dan berjalan menjauh namun gita berlari menghampirinya dan menarik tangan tarra sambil berlari kecil, tarra tertawa kecil saat melihat kelakuan gita yang menarik tangannya itu sambil tertawa-tertawa. Kilasan masa lalu terlihat ia melihat gita yang saat itu menggunakan dress merah menari bersamanya dan bersama dika di bar saat itu, ia melihat gita menarik tangannya dan menarik tangan dika membuat lingkaran lalu mereka menari. Ia menghentikan langkahnya memejamkan mata gita yang melihat hal itu menjadi khawatir.
" kau kenapa?" tanya gita
" tidak, ayo jalan lagi" ucap tarra sambil menarik tangan gita, namun gita masih diam di tempat itu tarra menengok kearahnya kemudian gita menarik tangan tarra sehingga membuat tarra mendekat kearah gita lalu mereka saling berhadapan dan saling diam, tangan mereka yang awalnya hanya menggenggam menjadi makin terikat, tarra membiarkan jari tangan gita masuk kesela-sela jari tangannya, gita pun memejamkan matanya dan tarra mendekat ke wajahnya.
" kau pikir, aku akan menciummu?" bisik tarra di telinga gita membuat gita membuka matanya dan langsung mendorong tarra menjauh, ia terlihat malu akhirnya gita berjalan mendahului tarra yang saat itu sedang terus tersenyum kearahnya itu membuat gita makin malu. Namun tarra mengalungkan tangannya keleher gita membuatnya berjalan bersama gita, sambil sedikit menundukan kepalanya melihat muka gita yang memerah
" kenapa kau malu?" ucap tarra sambil tersenyum
" diam" jawab gita datar,
" kau malu?" tanyanya lagi
" diam " jawab gita
" kamu mau?" ujar tarra yang menghentikan langkah gita, gita menatap tarra dengan tatapan sinis ke arah tarra " baiklah" lalu tarra mencium bibir gita, membuat gita terdiam matanya membulat dan membesar wajahnya menjadi merah dan jantungnya terdengar berdebar ia diam mematung tarra melihat reaksi dari gita hanya tertawa lalu ia berlari
" kejar aku, kalau kau kalah kau harus mentraktirku 2 kali" ucap tarra, lalu gita sadar dan berlari mengejarnya.
********
Mereka pergi kerestoran awal mereka bertemu, mereka memesan namun tarra terus melihat wajah gita yang terus memerah seperti mau meledak itu, lalu ia tertawa.
" kau penggemar yang beruntung" ucap tarra sambil mengacak-acak rambut gita, namun suasan di restoran menjadi tidak nyaman banyak pengunjung restoran yang mengambil gambar tarra diam-diam dan itu membuat tarra risih
" kita pergi saja yu" ajak tarra gita hanya memanggutkan kepalanya tanda setuju.
Saat mereka hendak keluar restoran dari kejauhan ada seseorang yang mengambil gambar mereka berdua diam-diam tapi tarra dan gita tidak mengetahui hal itu.
Akhirnya mereka pergi ke taman kota, gita duduk disebelah tarra sambil menatap langit malam itu, langit jakarta cerah bintang-bintang masih terlihat disana. Tapi tarra tidak pernah melepaskan pandangannya dari gita.
" kau bisa berhenti tidak, jangan tatap aku seperti itu. Kau buat aku seolah-olah mencuri sesuatu darimu" ucap gita sambil menggigit burgernya itu
" kau mencuri ciumanku" ucap tarra tersenyum ke arah gita dan gita langsung tersedak mendengarnya. " hei, ini minum " ucap tarra panik ia lalu memberikan minum ke gita sambil tertawa " aku ingat, kau pernah jadi pekerja paruh waktu di restoran itukan " ucapnya " kau juga yang memberikanku coklat panas dan mengambil photoku 10 tahun lalu" sambung tarra , namun gita hanya mengangguk setuju
" seberapa jauh kau mengenalku?" tanya tarra, gita langsung terdiam saat tarra bertanya itu padanya
" aku membaca tulisan yang kau buang waktu itu" ucap gita sambil melirik ke arah tarra
[flashback]
Saat itu gita sedang menyapu kertas-kertas dilantai yang dibuang oleh tarra, gita membuka salah satu kertas itu dan melihat tulisan tarra tapi tarra keburu datang dan gita langsung pergi membawa kertas-kertas tersebut kebelakang lalu ia membacanya.
Tarra-pun terus memperhatikan gita yang masih terus makan saat itu, wajahnya belepotan karena saus
" kau seperti wanita di misery " ucap tarra sambil mengusap bekas saus diujung bibir gita
" tapi aku tetap penggemar pertamamu" ujar gita " waktu itu kita juga pernah mengobrol" sambung gita lagi
" hahaha kalau itu tidak mungkin" ucap tarra sambil tertawa
" aku serius" ujar gita
[flashback]
Gita berjalan menghampiri tarra yang masiih menulis pada saat itu, ia memberikan tarra coklat panas dan meletakannya di meja
" aku berharap kau punya hari yang baik" ucap gita sambil tersenyum ke arah tarra dan tarra membalas tersenyum juga " apa kau seorang penulis?" tanya gita saat itu,
" calon penulis" tarra menjawabnya waktu itu,
" kau ingin menjadi penulis seperti apa?" tanya gita lagi
" aku ingin menjadi penulis yang berbeda dari orang lain" jawab tarra
" penulis original" tanya gita lagi
" bukan, aku ingin menjadi penulis yang orang lain tidak bisa tiru" ucap tarra waktu itu,
Tarra berjalan dengan gita, di sepanjang jalan tarra hanya terdiam. Gita terus melihatnya
" kau marah padaku?" tanya gita, tapi kemudian gita terdiam saat melihat iklan di televisi yang menampilkan adnan dan tarra,
" wah ka adnan" ucap gita langsung mengenalinya " ah dia lebih baik aslinya " ucap gita membuat tarra berbalik badan dan melihat iklan itu juga
" kau pernah bertemu adnan?" ucap tarra penasaran
" aku sudah bertemu beberapa kali dengannya, bahkan hari ini aku habis makan siang dengannya" ucap gita " dia pria yang baik" ucapnya lagi. Tentu saja hal itu membuat tarra kesal.
" bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya tarra kesal
" dia datang ke klinik hewan tempat aku bekerja" ucap gita pelan
" aku tidak terima" ucap tarra saat itu membuat gita makin bingung " kau fans pertamaku" ucap tarra seperti kesal
" kau tetap jadi idola pertamaku kok, idola keduaku itu baru adnan" ucap gita yang saat itu tertawa melihat wajah tarra yang cemburu pada adnan
" bagaimana denganku? Kau kan sudah bertemu denganku secara langsung dan melihatku di tv menurutmu aku bagaimana?? " tanya tarra sambil menyeringai ke arah gita
" kau ya?? Kau lebih baik dari adnan secara langsung dan di tv. Kau terlihat lebih tampan secara langsung maupun di tv" ucap gita jujur. Tarra kemudian tersenyum lalu mengacak-acak rambut gita lagi, hal itu membuat gita sebal, namun tiba-tiba suara bidikan kamera terdengar mereka lalu berdiam tarra menundukan kepalanya ia mulai sadar kalau ada yang mengikutinya.
" ada yang memotret kita" ucap gita pelan
" kau bisa berlari cepatkan?" tanya tarra, lalu gita hanya mengangguk kemudian mereka langsung berlari menjauh tarra menarik tangan gita jadilah mereka berlari bersama.
Arloji gita terjatuh, gita berhenti lalu berbalik untuk mengambil arloji itu, tarra melihat itu seperti mimpinya yang berlari dengan gita jaman dulu dan saat itu pula arlojinya terjatuh dan gita jaman dulu itupun berbalik mengambilnya dan setelah itu gita mengajakntarra berlari lagi dan itu mirip dengan kejadian di mimpi tarra.
Lalu mereka sampai didepan apartemen gita, tarra melihat gita, kemudian ia mendekat ke arah gita
"kau sebenarnya siapa? Kenapa kau terus muncul di depanku! Dimimpiku! Di fikiranku dan juga di novelku!! Kau ini sebenarnya siapa" ucap tarra sepertinya ia frustasi gita pun terdiam dia tidak berkata apa-apa lalu tarra memilih untuk pergi meninggalkan gita disana
" dia kenapa sih? Kebanyakan baca novel web atau gimana sih" ujar gita sambil masuk ke dalam lift apartemennya
******
Tarra pulang kerumah dengan keadaan bingung ia pergi keruang kerjanya ia menatap mesin ketiknya setelah itu pergi.
Tidak lama tarra pergi dika keluar dari balik tembok dan melihat pintu yang mau tertutup
" maaf aku harus tinggal sementara disini, aku tidak punya tempat lain" ucap dika
*******
Gita terus menatap arlojinya dan mengingat rentetan kejadian hari ini menyusunnya menjadin satu meja puzzle besar di otaknya ia tersenyum malu-malu karena teringat perkataan tarra yang mengatakan kalau gita selalu muncul di mimpinya dan di pikirannya. Gita tersenyum menatap arloji itu dan mengingat bahwa malam ini ia di cium oleh tarra, hal itu membuatnya malu. Disebelah ada jen yang juga terus teringat perkataan dika sambil tersenyum-senyum sendiri.
Gita kaget melihat arlojinya bergerak
" arloji ini bergerak dia berfungsi lagi" tanya gita ke jen,
" hati ku juga bergerak" jawab jen sambil tersenyum-senyum
" tapi kata tukang jam arloji ini tidak bisa di perbaiki lagi" ucap gita
Lalu kilasan masa lalu muncul saat ia terlihat menangis sambil memegang pistol di tangannya ia melihat arloji itu berada di samping mesin ketik milik tarra saat itu. Lalu terdengar suara tembakan.
Gita bingung dengan apa yang terjadi ia lalu terduduk di sambil menggenggam arloji itu ditangannya
" ini kisah dari arloji ini kan?" ucapnya meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat barusan adalah cerita dari si pemilik arloji ini
Diruang kerja tarra terlihat dika yang sedang bersantai di meja kerja tarra sambil sesekali bersiul.
Paginya , kakaknya jen berkunjung ke apartemen gita dan mengajak jen dan gita sarapan bersama, tapi jen terlihat murung dan ia terus melamun dimeja makan.
" Jen" teriak kakanya menyadarkan jen dari lamunannya
" iya" ujarnya
" cepat kau harus kekampus" ucap kakaknya menyuruh jen makan dengan benar
Lalu kemudian gita terdiam dan tidak melanjutkan makanya, jen dan kakaknya heran
" aku mau bertanya padamu, bu dokter" ucap gita ke kakanya jen yang saat itu tersedak saat gita memanggilnya dokter
" waktu aku kecil , ibuku pernah datang menemuimu ya" ucapnya membuat mata kakanya jen membesar karena kaget
" kenapa kau bertanya? Aku sudah lupa" jawabnya
" karena aku mengatakan hal yang aneh-aneh" tanya gita lagi
" aku sudah lupa. Lagian kenapa kau bertanya ?" tanya kakaknya jen
" aku ingin tau, kau jawab apa ke ibuku" ucap gita
" ah aku sudah lupa" ujarnya.
Namun pembicaraan harus terpotong karena ponsel gita berdering, ia melihat layar ponselnya ternyata chef yang menelpon
" hallo" ucapnya dengan suara sendu " apa benar kau tinggal di rumah kakekmu dengan tarra?" ucap chef sambil memotong-motong kertas yang berisi tanda tangan tarra dengan pisau,
" bagaimana kau tau?" tanya gita kaget, jen langsung mencari di internet dan menemukan berita tentang tarra lalu ia memperlihatkannya ke gita. Ternyata tarra-pun juga membaca berita tersebut
.
Dikantor damar tertawa mendengar berita tersebut.
" firman brengsek" ucapnya kesal
Ternyata ayah adnan-pun membaca berita tersebut, isi berita itu menjelaskan bahwa gita itu bukan kekasih tarra melainkan ghostwrittenya tarra.
Dan ternyata itu adalah ulah dari ibunya adnan, saat itu jen yang sudah pulang kuliah mengunjungi restoran milik temannya itu, ia melihat ibunya adnan dan seorang reporter yaitu reporter firman sedang duduk untuk memesan makan siang, ia duduk mendekati mereka dan menguping pembicaraannya.
" kalau perlu kita menginstal kamera candid di kamar tarra" ucap firman
" kau urus saja hal itu, aku ingin dia jatuh se jatuh-jatuhnya" jawab ibu adnan membuat jen kesal. Ternyata pembicaraan mereka itu di dengar juga oleh ayahnya adnan yang langsung datang menghampiri mereka
" k-kau lagi?" ucap ayahnya adnan saat melihat istrinya dengan reporter firman sedang merencanakan sesuatu yang jahat untuk tarra
" kau mau membela anak sial itu?" teriak ibu adnan membuat seluruh pengunjung restoran melihat ke arahnya, begitu juga jen yang kaget melihat mereka
" ini sudah keterlaluan, kau sudah menghancurkan hidupnya berulang-ulang kali!" teriak ayahnya adnan
" aku? Kau! Yang membuat hidupnya makin sengsara!! Seharusnya anak itu dibiarkan mati saja di jalanan" ucap ibu adnan sambil meninggalkan meja dan keluar dari restoran itu.
*****
Tarra menjadi tidak tenang akan berita yang menyebar luas itu, ia teringat dengan gita yang menjadi incaran wartawan hari ini, ia lalu keluar untuk membuat coklat hangat tapi tiba-tiba ponselnya berdering
" kau sedang apa?" tanya damar
" membuat coklat hangat" ucap tarra sambil mengaduk-aduk coklat itu dengan sendoknya
" kau harus terus menulis" ucap damar
" aku sedang melakukannya" jawab tarra sambil berjalan lagi keruang kerjanya " kau sudah urus berita itu?" tanya nya sambil melihat berita itu di komputernya
" akan aku urus" jawab damar
" jaga gita" ucapnya
" iya pasti, tapi aku harus tau dulu kalian ada hubungan apa??" tanya damar penasaran
" tidak perlu terlalu jauh mengetahuinya, kau urus berita itu dan jaga saja gita" ucap tarra lalu mematikan panggilan telpon itu,
" ck, dasar bocah! Tinggal bilang saja kau berpacaran dengannya apa susahnya sih" gerutu damar " junedi" teriak damar memanggil salah satu karyawannya
" iya pak" ucap karyawan itu sambil datang menghampiri damar
" cepat kau hubungi pengacara hans" ucap damar menyuruh karyawannya menghubungi pengacara pribadi tarra " ah! Dan juga tolong selidiki siapa itu gita" perintahnya lalu karyawan itu meninggalkan ruang kerja damar.
********
Tarra mulai mengetik tapi selalu dihapus olehnya ia terlihat sangat frustasi, ia lalu mengingat saat dika mengetik dengan mesin ketiknya dengan lancar, tarra menatap mesin tik nya dan mengambilnya, ia mulai untuk mengetik dengan mesin tik itu tapi tetap saja tidak bisa ia bahkan sampai stress dibuatnya ia memutuskan untuk menenangkan diri dengan merendam kepalanya dibawah air.
Ia teringat dengan pertanyaan gita
" apakah kau menikmati menulis?" tanya gita
" tidak" jawab tarra saat ini
" kau ingin menjadi penulis seperti apa?" tanya gita waktu itu
" seorang penulis yang tidak mendapatkan ide" jawab tarra saat ini yang sedang frustasi
Tarra berjalan lagi menuju ruangannya dan ia mendengar seseorang mengetik dengan mesin tiknya, saat itu ia langsung menemukan dika di ruang kerjanya sedang mengetok dengan mesin tik itu, dika kaget saat melihat tarra sudah berada di depannya
" apa aku tertangkap lagi??" tanyanya namun tarra sangat emosi dengan pertanyaan dika
" apa yang kau lakukan disana" ucap tarra sambil menyeret dika untuk menjauh dari meja kerjanya
" aku sedang?? Oh ia mengetik ulang naskah yang kau robek" ucap dika
" pergi kau dari rumah ku" teriak tarra kemudian ia terdiam dan menarik nafas panjang " duduk kau" ucap tarra yang menyuruh dika untuk duduk " bagaimana kau bisa masuk?" tanya tarra ke dika
" aku menyelinap datang tadi malam, saat kamu tidak ada dirumah" ucap dika dengan santai sambil melipat kakinya " aku tidak punya tempat untuk pergi" ucapnya
" aku ingin sekali membunuhmu dika, tapi aku akan bersabar" ucap tarra " bagaimana kau bisa masuk" tanyanya ulang ke dika
" aku pernah terlibat dengan dunia gelap dan membobol pintu sangat mudah" jawab dika santai
" siapa yang menyuruhmu kesini?" tanyanya lagi
" damar" ucapnya
" siapa?" tanya tarra mengulang
" CEO damar" jawab dika namun tarra tidak percaya karena ia tau damar tidak mengirim dika " aku menyuruh diriku datang sendiri" dikapun menjawab lagi . Tarra-pun mencari sesuatu lalu ia melihat ada sebuah ukiran dari batu untuk memukul dika, sontak saja dika kaget lalu bangun dari kursinya dan memohon pada tarra
" jangan!! Jangan itu berbahaya jangan kau pukul aku" ucap dika ketakutan
" aku tidak peduli" ucap tarra
" nanti kau bisa pingsan" jawab dika
" apa yang kau inginkan" tanya tarra sontak membuat dika bingung
" apa aku harus memiliki tujuan??" jawab dika membuat tarra makin kesal, dika lalu berfikir
" aku hanya ingin menjadi teman, ia temanmu dan aku ingin tinggal disini denganmu karena yang aku tau hanya kau" ucap dika sambil terengah-engah karena kelelahan
" keluar!" ucap tarra " keluar dari sini" sambil menyeret dika keluar dari ruangannya
" aku tidak punya rumah untuk pulang" ucap dika, tapi tiba-tiba bel pintu berbunyi tarra menarik kembali dika keruangan tarra
" kau tetap disini! Jangan kemana-mana" ujar tarra lalu meninggalkan dika diruang kerjanya
Tarra membukakan pintu ternyata yang datang adalah ayahnya adnan, tarra terdiam dan mempersilahkannya masuk.
" ada apa kau kemari" tanya tarra
" memastikan keadaan mu" ucapnya pelan
" kau khawatir padaku?" tanya tarra
" pemberitaan tentangmu, pasti sangat membuatmu tertekan kan??" ujar ayahnya adnan
" aku harus hidup seperti hantu" ucap tarra, " itu yang istrimu bilang padaku, jadi sekarang aku sedang hidup tenang seperti hantu" jawab tarra
Saat tarra dan ayah adnan mengobrol dika sibuk membaca buku di rak buku tarra, saat ia menaruh buku ia melihat sebuah naskah dan mengambilnya judulnya adalah " fate-rancangan pertama" lalu dika mencari buku yang sama dengan judul naskah tersebut dan menemukan cerpen adnan yang berjudul sama lalu dika membandingkan isinya.
Dika sibuk membaca naskah tarra di atas kursi dan sampai membuatnya jatuh ayah adnan mendengar suara itu dan berjalan mendekati ruangan tarra, dika berusaha bersembunyi, ia bersembunyi di bawah meja tapi sayang dika ketahuan oleh ayahnya adnan ia menatap mata ayahnya adnan begitupun ayahnya adnan dan tepat saat itu tarra datang, dan terlihat kesal melihat ayahnya adnan masuk keruang kerjanya
" sedang apa kau disini!!" tanya tarra emosi
" aku akan menganggap tak pernah melihat kejadian ini" ucap ayahnya adnan seolah-olah kecewa dengan tarra, dan dengan apa yang ia lihat. Ayahnya tarra lalu berjalan pergi keluar dari rumah.
Tarra sangat marah kepada dika sampai ia menyeretnya keluar dari bawah meja lalu melemparnya kedepan rak buku hingga tubuhnya menabrak rak buku tersebut
" puas kau" teriak tarra emosi
" apa aku berbuat salah??" tanya dika kebingungan
" kau!!! Apa mau mau?" teriak tarra
" aku ingin menjadi temanmu" ucap dika namun hal itu makin membuat tarra kesal san marah lalu ia mangambil naskah yang diketik dika kemudian ia membakar naskah itu di hadapan dika lalu membuangnya dihadapan dika.
Selamat datang temanku Apa kabarmu?
Jen yang saat itu baru keluar dari kelas, lalu berjalan menyusuri koridor ruang kampus lalu ia melihat kekuar ia menatao awan ternyata banyak awan hitam yang menyelimuti. Ia menatapnya dengan serius dan merasakan sesuatu terjadi pada seseorang.
*******
Gita terus menggali sesuatu didepannya, sedangkan dirumah tarra mahar sibuk mengetik dengan mesin ketik itu. Nampaknya gita hendak menyelamatkan tarra yang saat itu sudah pingsan. Saat ia hendak mengambil sapu tangan di dalam kantung mantelnya tapi sebuah arloji terjatuh.
Mahar mengambil rokokk milik tarra kemudian ia menyalakannya dengan korek kuno milik tarra itu sekilas ia melihar gambar dibelakang korek tersebut.
*********
" siapa nona?" tanya salah satu pelayanan dirumah itu
Disebuah rumah dengan arsitektur belanda di tengah perkebunan gita membawa tarra yang pingsan itu untuk berbaring dikamarnya, lalu para pelayan datang menghampiri gita
" temanku dari jakarta" ucap gita. Lalu ia mengikat seluruh badan tarra dengan tali namun tidak beberapa lama tarra bangun dan terkejut saat ia melihat gita sedang memegang suntikan besar. Membuat mata tarra melotot dan ketakutan
" tolong katakan ini semua mimpi" teriak tarra
" oh sudah bangun rupanya" ucap gita sambil tersenyum dan masih memegang suntikan besar itu ditangannya dan berjalan menuju tarra dengan membawa suntikan besar itu, lalu mengarahkan suntikan itu kemulutnya namun tarra tidak mau membuka mulutnya.
" kau harus makan" ucap gita
" tidak perlu, aku mau pulang saja" jawab tarra
Tapi gita terus memaksanya tapi tetap saja ia tidak mau membuka mulutnya akhirnya gita menutup hidung tarra dan itu berhasil membuat tarra membuka mulut dan saat tarra membuka mulut ia langsung memasukan suntikan itu kemulutnya.
Dalam hati tarra bertanya apa itu,
" itu bubur " jawab gita " tadinya aku ingin menyuapimu dengan sendok namun disini tidak ada sendok" sahut gita lagi
" kau beri aku obat apa?" tanya tarra, di fikirannya itu adalah obat untuk anjing atau kucing atau bahkan untuk hewan lainnya karena gita adalah dokter hewan. Namun beberapa menit kemudian tarra mengantuk dan akhirnya ia tertidur.
*********
Suasana tegang terjadi di kantor penerbit, damar terlihat saat tegang dan jam menunjukan pukul 10.00, suasana tegang terjadi karena ini adalah hari peluncuran pertama novel dari dirgantarra yang baru, yang akan di sebar luaskan melalu aplikasi.
" kau sudah berhasil menghubungi nya??" tanya damar
" masih belum bisa" ucap salah satu karyawannya tentu saja damar lemas mendengarnya. Tapi tiba-tiba mereka mendapatkan fax dari tarra bertuliskan " NOVEL 1928" skrip minggu pertama. Damar menghembuskan nafas panjang dan menyuruh karyawannya untuk menulis kembali tulisan tarra karna saat iya mengirim itu menggunakan mesin ketik bukan lewat email.
" tolong tulis ulang lalu cepat kirim" perintah damar ke karyawannya
Damar pun kembali bersemangat
*****
Suara musik terus mengalun di rumah tarra, terlihat mahar yang sedang sedikit bersantai disana diruangan tarra. Ia membuka laci dimeja lalu menemukan kartu nama gita
*****
Perkebunan itu sangat luas dan terlihat gita yang sedang mencoba menaiki bukit diujung perkebunan itu,
" ayah!!! " teriaknya lalu menggema " ayah!!!" ulangnya dan terus menggema
" ayah aku merindukanmu" teriaknya sambil menangis disana, ia teringat saat ia masih kecil. Ayahnya pernah membuatkan ayunan untuknya di depan halaman rumah kala itu, lalu sang ayah memberikannya sebuah arloji yang ia dapatkan dari ayahnya saat dinas pelatihan militer waktu itu.
" jaga arloji ini " ucap sang ayah ke gita yang saat itu sedang duduk di ayunannya
" ini apa ??" tanya gita ke sang ayah
" jaga arloji ini, umurnya lebih tua dibanding kakekmu sekitar 70 tahunan" ujarnya kala itu, dan sampai saat ini ia masih menyimpan arloji itu dan masih mengingat perkataan sang ayah. Ia merogoh kantung mantelnya namun ia tidak menemukan arloji itu.
*********
Jen datang menghampiri dokter hewan di klinik itu sambil membawa makan siang. Keadaan klinik sedang sepi, lalu jen mendekati kakanya itu,
" hei" ucapnya
" oh hallo" jawab sang kakak
" gita ke rumahnya" ujar jen mengatakan ke si kakak, yang sejak kemarin menerornya dengan deretan pesan whatsapp menanyakan kemana gita
" oh, syukurlah" ucapnya " ini hari ayahnya ya" tanya si kakak
" hmm iya " angguknya " tapi berita buruknya, tempat itu terisolasi karena longsor jadi kemungkinan dia gak bisa pulang tepat waktu" sahut jen dan terlihat muka khawatir dari si kakak itu mendengar kabar bahwa gita harus berdiam di tempat yang terisolir itu.
********
Tarra terbangun dari tidurnya, ia sudah tidur lama sekali karena efek obat yang gita berikan padanya. Namun keadaannya makin membaik, ia berjalan mengambil ponselnya dan hendak menghubungi polisi tapi sayang di wilayah itu tidak ada sinyal. Ia melihat ada sebuah telephone kabel dan buru-buru mendekati telephone itu namun ia kabel dari telpon itu terputus. Lalu seseorang masuk sambil membawa nampan makanan ke kamar tarra dan melihat tarra sudah berdiri dan sudah sehat
" sudah mendingan tuan?" tanya seseorang itu sambil meletakan makanan itu di meja
" siapa kamu?" tanya tarra
" saya *verzorgenya non gita" ucap seseorang itu
" pelayan?" tanya tarra lagi,
" iya, nona gita. Maaf tuan nona gita bilang tuan jangan banyak bergerak dulu takutnya ada saraf yang cidera" ujarnya
" dimana dia sekarang?" tanya tarra dan tidak lama kemudian gita masuk ke dalam kamar itu dan melihat pelayannya sedang berbicara dengan tarra.
" oh kau mau kabur rupanya" ucap gita dengan keadaan yang basah kuyup karena di luar masih hujan
" tidak " ucap tarra sambil ketakutan
" makasih ya sri, nanti biar saya yang bawa piring dan gelas kotornya sendiri kebelakang" ucap gita ke pelayan itu, ia lalu si pelayan itu meninggalkan ruangan itu dan membiarkan tarra dan gita disana
" kamu gak bisa kabur dari sini, karena diwilayah ini sedang terisolir karena tanah longsor" ucap gita sambil mengambil bubur yang sudah di buatkan si pelayan dan membawanya mendekati tarra
" ja-jangan mendekat" ucap tarra yang masih ketakutan " apa itu? Kau mau meracuni aku kan?" tanyanya
" hahahaha .. Halusinasi mu luar biasa ya, ini bubur kau harus makan setidaknya aku tidak mau kamu mati dirumah kakekku " ucap gita sambil mengambil satu sendokan penuh bubur di sendok
" itu sendok" ujar tarra sambil menunjuk sendok yang di pegang gita,
" ini kotor sudah buat bubur" ucap gita yang beralasan " ayo cepat makan" teriak gita
" aku bisa makan sendiri" ujar tarra. Lalu gita menaruh mangkuk bubur itu dan mengambil sekopnya lalu berjalan keluar tarra mengikutinya
" mau kemana kamu" tanya tarra
" ingin menggali sesuatu" ucap gita
" kau menggali kuburan untukku?" ucap tarra terkejut
" hahahaha halusinasimu benar-benar luar biasa ya" ucap gita sambil tertawa
" gimana kamu tau kalo aku kecelakaan disana?" tanya tarra penasaran
" hei, pak tua! Ini tempat keluargaku! Aku sedang berada disini lalu tiba-tiba ada seorang penulis frustasi yang sedang mengendarai mobil lalu terjun ke bawah jurang dan bertemu dengan seseorang yang dia tuduh sebagai kaki tangan si pembunuh itu, dan kau tau? Si seseorang itu dengan bodohnya menyelamatkan nyawa penulis itu dan membawanya kerumah!!" ucap gita sambil terlihat emosi " dan aku sekarang sedang mencari warisan dari ayahku yang hilang ketika aku menyelamatkan kamu" ucap gita lagi dan lalu pergi sambil membanting pintu meninggalkan tarra yang hanya terdiam itu
Gita pergi ketempat jatuhnya mobil tarra ia mulai mencari arloji pemberian dari ayahnya itu.
Tarra sedang duduk terdiam diujung ranjang tempat tidur itu, pikirannya melayang-melayang entah kemana. Tiba-tiba ia teringat perkataan damar jika ia gagal maka ia akan kehilangan 10 juta dollar. Tarra akhirnya kembali berusaha untuk mencari sinyal dan segera menghubungi damar.
Ia melihat ke arah meja depan terjejer photo-photo masa kecil gita disana dengan sang ayah dan kakeknya, ia lalu melihat kesampimg dan menemukan buku yang ia tulis, buku pertama yang ia tulis dan buku itu adalah cetakan pertama yang sudah sangat langka ia membuka buku tersebut dan menemukan fotonya 10 tahun yang lalu ia menatap photo tersebut dan teringat gita pernah mengatakan bahwa ia pernah bertemu sebelumnya.
*********
[FlashBack]
Disebuah restoran terlihat tarra sedang menulis dipaling belakang restoran dan menghadap jendela, sambil sekali melihat keluar melihat orang-orang yang berlalu lalang melewati restoran. Tarra melempar kertas demi kertas ke lantai dan terlihat pusing dengan tulisannya itu. Gita berjalan kearah tarra sambil membawa minuman lalu ia mengganti minuman tarra dengan yang baru. Kemudian tarra mengambil minuman itu dan meminumnya ia merasa ada yang berbeda dengan gelas tersebut saat ia melihat ke gelas tersebut berisi tulisan " aku akan jadi penggemar pertamamu" tulis gita di gelas itu namun tidak di sadari oleh tarra, tarra menengok ke kanan dan ke kiri namun tidak menemukan siapapun yang memberikannya minum tersebut. Namun ternyata gita memperhatikan itu dari jauh, tarra meminum minuman tersebut dengan tersenyum dan diam-diam gita mengambil photo ketika tarra sedang tersenyum itu.
Sambil terus melihat photo dirinya ia mengetahui akhirnya bahwa gita memang penggemar pertamanya.
Malam tiba, hujan masih terus mengguyur disana tapi gita masih terus mencari arloji yang jatuh itu tapi tetap saja ia tidak menemukannya. tarra melihat gita dari atas jurang ia berjalan terus mendekati gita sampai pada akhirnya gita menginjak batu dan membuatnya menjadi tidak seimbang dan hampir terjatuh untungnya tarra menyelamatkannya. Mereka saling menatap dalam diam. Mata mereka saling melihat
" terima kasih sudah menyelamatkan ku" ujar tarra yang sedang melihat gita yang masih ada di dalam dekapannya saat itu, lalu gita pun melepaskan diri dari tarra dengan terburu-buru dan sedikit menjauh dari tarra " terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku, jadinya aku bisa menyelamatkan mu juga" ucap tarra. Saat ia hendak berjalan namun kakinya keselo dan jadilah tarra membantu gita berjalan. Saat itu hujan turun dengan deras mengguyur mereka di sana tarra memeluk gita dan memegang tangannya membantunya agar dia bisa berjalan.
" kita terlalu dekat" ujar tarra ke gita , namun gita hanya melihat tarra dari balik tudung mantelnya
" kalau ini hanya trikmu saja, habislah kau" ucap tarra lagi. Gita hendak melepaskan peganggan tarra tapi tarra tidak membiarkannya.
" maaf untuk kejadian waktu itu dan terima kasih sudah menyelamatkan ku terus" ucap tarra pelan, gita hanya tersenyum mendengarnya " jantungmu berdetak kencang. Kau tidak merasakannya? " ucap tarra lagi. Lalu cepat-cepat gita melepaskan diri dari pelukan tarra dan berjalan sendiri.
Sampai dirumah gita langsung membersihkan dirinya dan tarra langsung masuk kekamarnya, tidak lama kemudian gita datang membawakan sup untuk tarra makan dan obat agar tarra tidak terlalu merasakan sakit.
" aku taro meja ya" ujar gita sambil meletakan nampan makanan di meja dan berbalik untuk keluar dari kamar
" disini aja" ucap tarra .
Suara petir terus menabrakan dirinya kekaca dan bersaut-sautan di langit air hujanpun tambah deras turun di luar dirumah itu hanya ada gita dan tarra pelayan itu sudah pulang sejak sore hari.
Rumah itu luas dengan ornamen jaman belanda yang masih kental disana, lukisan-lukisan piringan hitam banyak photo di dindingnya dengan tumpukan cd-cd klasik tahun 80'an yang tersusun di rak rumah itu. Ada piano besar di ruang tengah yang dulu sering gita mainkan dengan sang kakek, lalu ada sepeda ontel milik ayahnya dan senapan laras panjang yang tergantung di sudut rumah.
" ini rumahmu?" tanya tarra sambil menyuap makanan yang sudah gita siapkan
" bukan. Ini rumah kakek dari ayahku" ucapnya sambil mengambil salah satu buku yang ada disana
" kakekmu pejuang?" tanyanya lagi
" hmm, orang tua kakekku bangsawan pada saat itu" ucap gita sambil membuka halaman perhalaman dibuku yang ia ambil itu " tapi kakekku kolonel " sambung gita
" oh pantes kamu punya pelayan" sahut tarra
" namanya sri, ayah dan ibunya sudah jadi pelayan keluargaku sejak dulu" ucap gita
" lalu dia jadi pelayan lagi? " tanya tarra
" dia bukan pelayan. Dia temanku, aku dulu suka kesepian saat aku sering di tinggal dinas oleh ayahku dan kakekku jarang pulang kerumah ini, aku cuma punya dia. Dia temanku bukan verzorge-ku " ucap gita yang tiba-tiba duduk dihadapan tarra
" kau tidur disini saja" ucap tarra
" hah? Kau gila"sahut gita yang kaget mendengar perkataan tarra
" kau bisa tidur dikursikan?" tanyanya lagi, sehingga membuat gita makin kaget " aku tidak akan berbuat yang engga-engga kok" ucap tarra
" oke kalo gitu aku ngambil selimut dulu ya! Jangan lupa obatnya diminum dulu" sahut gita, lalu ia pergi keluar sambil membawa mangkuk makanan yang sudah kosong itu kedapur
Malam makin larut hanya terdengar sisa-sisa rintikan hujan yang jatuh dari atas plavon rumah dan suara jangkrik yang sedang berbicara dengan temannya, dan suara jam yang terus berbunyi melewati setiap detiknya malam itu. sepi sunyi malam di perdesaan itu. Angin menghembus masuk lewat sela-sela jendela di kamar itu membuat kamar itu makin terasa dingin.
Malam itu tarra tidur di kasur sedangkan gita tidur dikursi saling sama-sama gelisah. Saling berbalik tarra melihat gita dan begitupun sebaliknya, merasa makin tidak nyaman . Gita lalu menaikan selimutnya.
" aku sudah merasa hampir putus asa pada tahun itu" ucap tarra sambil melihat langit-langit kamar itu " hampir menyerah dengan kehidupanku sekarang. Aku sudah cukup merasakan rasanya dibuang oleh orang-orang yang aku sayang, di lupakan oleh orang-orang yang aku cinta bahkan aku di tipu oleh orang-orang yang aku berikan kepercayaan. Maaf ketika pertemuan kita lagi aku kurang bersikap sopan padamu, maaf ketika pertemuan kita waktu itu aku malah terus menuduhmu. Karena aku sudah banyak kecewa dengan orang-orang, aku takut kamu salah satu dari mereka. Aku takut kamu hanya ingin memanfaatkanku, meninggalkanku bahkan menipuku pada saat itu aku minta maaf dan aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan nyawaku lagi. Dan nanti aku akan balas kebaikanmu dan membalas menyelamatkan nyamamu juga, semoga aku tidak terlambat kali ini" ujar tarra yang malam itu. Lalu ia melihat kearah gita yang ternyata sudah tertidur
" selamat malam penggemar pertamaku" ucap tarra lalu ia mematikan lampu.
Malam sudah larut gita membuka selimutnya ternyata ia belum tertidur ia bangun dari kursi itu dan berjalan kearah tarra melihat kondisi tarra yang saat itu sedang panas dingin. Ia panik dan hendak keluar untuk meminta pertolongan tapi tarra menahannya
" jangan pergi" ujar tarra lirih " aku baik-baik aja kok, aku gak apa-apa dalam keadaan begini" ucapnya. Gita sedih mendengarnya sambil menangis ia keluar dari rumah di luar sedang hujan badai gita terus berlari kerumah sri untuk mendapatkan pertolongan agar bisa membawa tarra pulang kerumahnya
******
Tarra terbangun di kamarnya ia bingung kenapa ia ada disana, Ia mendengar sebuah suara dan menemukan makanan di atas meja, ia kebingungan lalu ia berjalan menuju ruang kerjanya dan menemukan sebuah skrip di atas mejanya yang di ketik dengan mesin ketik itu, tarra masing kebingungan melihat itu
" siapa yang mengerjakan ini?" tanya tarra kebingungan, namun kemudian ia teringat perkataan damar tentang ghostwriter. Tidak lama kemudian damar datang dan menemui tarra di ruang kerjanya sedang kebingungan sambil memeganh skrip itu
" selamat pagi anakku, adikku kekasihku" ucap damar sambil memeluk tarra, " bagaimana keadaanmu? Kau tau aku hampir mati kena serangan jantung saat melihat keadaanmu tadi malam! " sahut damar lagi
" ini !! Ini siapa yang menulis katakan padaku siapa!!!" teriak tarra sambil menarik kerah baju damar, ia terlihat sangat emosi
" k-kau yang menulis itu" ucap damar terbata-bata " sadarkan dirimu dirgantara mungkin ini karna pengaruh obat penenang itu, kau jadi lupa" ucap damar yang masih ketakutan, namun tarra melepaskan cengkraman tangannya dari kerah baju damar, lalu damar merapikan bajunya. Tarra masih menggenggam skrip novel itu
" kau dirgantara yang mengirim naskah novel serinya padaku, kau yang mengirim itu lewat mesin fax-mu alamat mesin fax-mu" ucap damar yang menjelaskan hal itu ke tarra. Lalu tarra terduduk di kursi kerjanya lemas karena ia merasa bahwa bukan dia yang menulis itu semua, tapi seluruh jalan ceritanya sama seperti yang ada di fikirannya.
" benar aku?" ucap tarra memastikan
" iya dirgantara" ucap damar
********
Di halaman depan mahar sudah menunggu ceo keluar dari rumah tarra, ia menghampirinya namun Si ceo masih sibuk dengan ponselnya ia sedang menelpon dokter pribadi tarra untuk menentukan jadwal untuk tarra berkonsultasi
" apa dia sudah mau?" ujar mahar ke ceo itu,
" sulit sekali membujuknya, menggunakan ghostwriter!! Kalau dia mau kan aku gak jadi ribet kaya gini!! Dirgantara awas kau!!" ucap damar sambil keluar dari halaman rumah tarra dan berjalan menuju mobil bersama dengan mahar
" iya! Dia keras kepala sekali, harusnya kau berhasil membujuknya!!!" ucap mahar yang saat itu berjalan bersama ceo damar masuk ke mobil.
**********
Tarra saat itu masih kebingungan, ia membaca cerita itu berulang-ulang ia masih bingung apakah ia yang menulisnya dan apa yang ada di cerita itu adalah cerita yang ingin dia tulis.
Lalu tarra mengambil obat penenang di lacinya dan meminumnya lalu ia melihat mesin ketik itu dan mengambilnya. Namun ia malah ketiduran di meja kerjanya hingga akhirnya ia terbangun karena suara ponselnya yang terus berdering dan itu dari CEO.
" dirgantara" teriak ceo dari balik telpon
" hmm" jawabnya
" novel-mu, lebih dari satu juta orang pembaca" ucap dengan semangat dari ceo
" serius??" jawab tarra sambil terlihat senang
" serius!! Coba kau cek! Selamat datang lagi wahai tangan dewa ku" ucap damar
Lalu tarra mengecek halaman novelnya dan membaca satu persatu komentar-komentar tentang novelnya, hal itu membuat ia yakin dan ia menyakinkan dirinya bahwa ia yang membuat cerita tersebut.
" kau! Besok harus datang ke konfrensi pers untuk proyek novel mu ini" ucap damar.
**********
Konfrensi pers kali ini berbeda untuk tarra, ia terlihat lebih bahagia dari biasanya ia menyakini dirinya sendiri bahwa ia yang menulis cerita itu, ia yang mempunyai ide cerita itu.
Mahar melihat itu dari kejauhan, lalu reporter firman datang dan duduk disamping mahar.
" ck, seharusnya ia jadi aktor saja bukan jadi penulis" ucap reporter firman " lagi pula cerita ini bukan idenya, dia menggunakan ghostwriter!! " ucapnya lagi dan mahar mendengar itu semua ,
" apa kau mau menyebar gosip?" tanya mahar ke reporter firman
**********
Setelah konfrensi pers sekretaris mina datang menghampiri tarra yang saat itu masih melayani pertanyaan dari para wartawan yang menanyakan sekitar 2 bulan ini ia jarang berada di rumah atau berada di layar televisi ternyata tarra sedang menulis novel terbaru. Saat para reporter mulai berkurang sekretaris membacakan jadwal kegiatan tarra hari ini
" tuan hari ini ada makan malam dengan para tokoh pencinta satra di jakarta, lalu hari ini tuan ada syuting iklah layanan masyatakat dengan adnan" ucap sekretaris mina sambil memerhatikan raut wajah tarra yang tiba-tiba berubah saat iya mengucap nama adnan. Tarra tentu saja tidak senang mendengarnya, walaupun begitu ia tetap melakukan syuting iklan tersebut dengan adnan.
Setelah syuting iklan itu selesai ia langsung meninggalkan tempat syuting dan langsung pergi namun saat hendak pergi tarra berpapasan dengan adnan
" hei dirga" teriak adnan
" hallo" ucap tarra
" selamat atas serial novel barumu, sangat seru dan kau rupanya merubah gaya menulismu juga ya di novel barumu. Awalnya aku pikir itu bukan kau yang menulis tapi saat aku lihat pengarangnya itu kamu, sangat beda aku sampai tidak bisa menyamakannya dengan novel-novel mu yang lain! Hebat" ujar adnan ke tarra,
" maksudmu apa?" jawab tarra
" kau kan bukan tipikal seorang yang bisa menulis cerita cinta seperti di novel terbaru mu! Sangat aneh ketika aku tau bahwa sekarang kau berminat untuk bercerita tentang cinta " ucap adnan lagi, namun tarra mengalihkan pembicaraan
" kau juga rupanya tertarik untuk memotong rambut depanmu, kau bukan tipikal penulis yang berambut gondrong kan? Potonglah sampai kau punya ide baru untuk novel barumu" ujar tarra lalu ia meninggalkan adnan yang hanya terdiam mendengar perkataan tarra
**********
Laki-laki itu sedang duduk dimeja kerjanya sambil membuka satu persatu halaman di naskah yang ia lihat saat itu lalu mencoret bagian-bagian yang salah, mencoret lagi, mencoret lagi hingga membuat ia kesal karna terlalu banyak bagian yang salah dari naskah itu.
Lalu adnan datang dan bertemu dengan sang ayah yang sedang mengoreksi skrip novelnya
" kau itu tidak bisa menulis! Berhenti meniru tarra" ucap laki-laki sambil melemparkan naskah yang sudah penuh coretan itu ke adnan, adnan hanya terdiam lalu mengambil naskah itu dari lantai.
" kau tidak bisa melakukannya lagi, kau bukan tarra!! Tulisanmu tidak akan sebagus novelmu pertama" ucap laki-laki itu lagi. Hal itu membuat adnan kesal lalu ia langsung pergi dari ruangan itu. Wajah kecewa terlihat dari sang ayah, yang kecewa terhadap sikap anaknya itu.
Dengan wajah kesal adnan membanting tubuhnya ke kursi kerjanya lalu membuang naskahnya ke tempat sampah. Anna kucingnya terus melihat ke adnan sesekali mengeong dan mungkin anna kesepian karena adnan jarang bermain dengannya, adnan menghampiri anna lalu ia melempar kucing itu ke arah kaca lalu kaca itu pecah terdengar anna mengeong kesakitan disana namun adnan hanya diam.
" kucing sial" ujarnya
********
Gita berjalan pulang kerumahnya namun ia mampir ke klinik terlebih dahulu, namun ia melihat jen yang sedang di marahi oleh dokter.
" selamat pagi semua" teriak gita di dalam klinik, semua yang ada di dalam klinik kaget saat melihat siapa yang datang.
" gitaaaa" teriak jen yang tiba-tiba berlindung di belakang tubuh gita
" ada apa ini" tanyanya ke dokter
" dia! Dia bilang melihat sesuatu yang jahat mendekati gita " ucap dokter itu, namun si dokter kaget saat ia melihat yang bertanya padanya itu gita
" ah gitaa!!!!!" teriak nya sambil memeluk gita
Akhirnya perang kakak dan adik berakhir dengan makan siang di klinik
" apa yang kamu lakukan dirumah itu?" tanya dokter
" berkunjung" ucap gita sambil terus memakan burger nya
" kau bilang kalau kau kesana akan melihat masa lalu mu" tanya jen
" ia terkadang. Tapi kemarin aku merasa semuanya baik-baik saja mungkin karena" belum selesai gita berbicara jen sudah memotongnya
" gimana kabarnya tarra? Dia baik-baik saja?" tanya jen
" loh kok? Kamu tau? Darimana?? " tanya gita yang kaget saat mendengar jen tau kalau kemarin ia bersama tarra dirumah itu.
" kamu sama tarra disana?" tanya dokter ke gita
" iya, dia " ucap gita yang hendak bilang sebenarnya kemarin tarra kecelakaan dan ia yang menolongnya tapi ia takut mereka tidak percaya jadi gita memilih untuk diam
" di sudah mempublikasikan novel barunya" ucap jen sambil tersenyum ke gita. Tentu saja itu membuat gita senang.
*******
Tarra yang sedang duduk di meja kerjanya hendak menulis kelanjutan novelnya tiba-tiba teringat perkataan adnan dan itu membuat tarra tak bisa berkonsentrasi
Ia merebahkan kepalanya di meja lalu ia mendengar seseorang memanggilnya
dirgantara ucap seseorang itu lagi
Lalu tarra berlari keluar ruangan kerjanya dan saat ia keluar dari ruangan itu dan melihat kabut tebal dan seseorang datang menghampirinya terlihat selintas cahaya dari korek api itu berjalan menjauhinya
s-siapa ucapnya sambil berteriak saat ia melihat seseorang itu menjauh pergi namun seseorang itu terus menjauhi tarra
hei amar ucap seseorang yang lewat di dalam sebuah kereta itu melewati tarra yang saat itu masih bingung dengan keadaan di sekitarnya. hei amar sastrodiharjo ucapnya lagi
Lalu ia melihat cahaya itu menghilang dari pandanganya begitupun kereta itu, yang membawa seseorang itu, lalu seseorang itu menyalakan korek apinya lagi dan tarra-pun mengikutinya. Suasana berkabut masih terasa disana ia hanya di terangi dengan cahaya yang di hasilkan oleh korek api yang di bawa seseorang itu,
excuseer mij tiba-tiba seseorang menyuruhnya minggir itu adalah orang yang menarik kereta itu dan tiba-tiba lampu menyala dan suasanya sangat berbeda. Ia kembali kejaman indonesia di tahun 1928. Tarra-pun kebingungan ia melihat ke kanan dan ke kiri memastikan dimana dirinya berada banyak sekali orang-orang berlalu lalang di depannya namun sangat berbeda dengan jaman sekarang banyak bangsawan disana yang sedang berlalu-lalang di jalan batavia kala itu, tiba-tiba gita menarik tangan tarra dan mengajaknya pergi sambil berlari suara tembakan terus terdengar di belakang peluru-peluru terus terdengar menghancurkan setiap yang menghalangi namun sayang arlojinya terjatuh dari saku gita. Gita berhenti untuk mengambil arloji itu lalu kembali menarik tangan tarra dan kembali berlari. Di belakang gita ia terlihat di kejar oleh tentara-tentara belanda. Lalu akhirnya mereka bersembunyi di samping toko yang sudah tutup , tarra hendak menengok tapi gita menyudutkannya mendorong tarra ke tembok dan mereka saling berhadapan, gita membekap mulut tarra dan tarra terlihat kebingungan.
kau apa-apaan sih ujar tarra sambil melepasan bekapan tangannya
ssstt- diam jangan berisik ucap gita sambil menengok ke kenan dan kiri melihat tentara penjaga yang masih mencarinya. kau bilang kau mau membantu memperjuangkan negarakan? Dari pada kau menulis kisah cinta murahan tentara itu melewati gita dan tarra, namun satu dari mereka ada yang melihat gita, gita lalu melepas topinya dan ia mendekati wajahnya ke arah tarra lalu ia menciumnya untuk menyelamatkan diri dari tentara belanda itu. dan malam itu mereka berhasil menyelamatkan diri dari tentara belanda itu.
Gita melepaskan ciumannya dan mereka saling berhadapan dengan rasa kesal tarra mendorong gita menjauh dari dirinya.
a-apa yang kau lakukan? tanya tarra yanga saat itu masih terkejut dengan apa yang gita lakukan padanya
sudahlah, kau juga sudah sering berciuman dengan banyak wanita publikan ucap gita sambil memakai lagi topinya dasar mata keranjang ucapnya lagi. Ia memberikan arlojinya ke tarra ini punyamu. Warisan dari ayahmukan? Untung saja aku bisa mendapatkannya lagi ucap gita yang membuat tarra bingung gara-gara arloji ini kau membuat kerusuhan dan membuat aku susah, ck memangnya arloji ini istrimu ucap gita lagi sambil hendak berjalan pergi meninggalkan tarra yang masih kebingungan, tarra menahan ia melihat tangan gita berdarah
kau, kenapa dikejar-kejar ucap tarra sambil memegang tangan gita yang ia tutupi dengan mantelnya itu735Please respect copyright.PENANAx1wstb5eON
hahaha kau pura-pura peduli padaku? Sudahlah jangan berharap aku akan menyukaimu. Aku melakukan ini karena untuk revolusi negara kita ucap gita, sambil pergi menjauh meninggalkan tarra yang masih kebingungan itu
Kemudian tarra terbangun dari tidurnya dan sudah menemukan skrip novel terbaru dan isi skrip itu sama dengan apa yang hendak tarra tulis. Tarra ragu-ragu untuk mengambil skrip, di dalam hatinya mengatakan itu bukan tulisannya, ia melihat layar laptopnya yang masih kosong tanpa tulisan.
Pintu ruang kerja tarra terbuka terlihat sekretaris mina berjalan mengampiri tarra yang masih kebingungan itu.
selamat pagi tuan, hari ini penerbit meminta skrip terbaru untuk terbit minggu depan ucap sekretaris mina yang saat itu sudah melihat skrip terbaru novel sudah di pegang oleh tarra. Ia ragu untuk memberikannya ke sekretaris mina namun sekretaris mina langsung mengambil skrip itu.
kau menulisnya dengan mesin ketik lagi tuan? Kalau begitu biar saya salin dan saya kirimkan ke ceo damar lalu sekretaris mina keluar dari ruangan itu dengan membawa skrip terbaru itu
************
firman ucap ibu adnan saat melihat reporter firman masuk kedalam restoran, ternyata sedang menunggu reporter firman direstoran milik temannya gita itu, lalu reporter firman duduk didepan ibunya adnan itu
terima kasih loh kamu menyempatkan datang ucap ibunya adnan
tidak masalah ujar reporter firman
terima kasih juga kau sudah membuat artikel tentang penguntit tarra tu ujar ibunya adnan lagi, ibu adnan memberikan amplop ke reporter firman aku ingin kau melakukanya satu kali lagi untukku ujarnya
kita buat skandal saja tentang tarra, kita buat seolah-olah dia menggunakan jasa ghost writer atau kita buat tarra seolah-olah sedang berkencan dengan seseorang " ucap reporter firman
" aku suka dengan ide itu" jawab ibu adnan
********
Tarra yang masih penasaran dengan skrip itu lalu berkendara dengan mobilnya menuju kantor penerbit. Sampai disana ia melihat damar ada di kantornya sedang makan siang, tarra langsung membuka pintu ketika itu nampak damar yang hendak memakan makanannya namun di urungkan karena tarra masuk dengan raut wajah yang marah.
" kau yang melakukannya kan!!" ujar tarra yang saat itu benar-benar emosi
" melakukan apa??" ucap damar
" ghostwritter itu!! Kau yang menyewanya kan?" teriak tarra
" bagaimana kau tau" ucap damar terkejut
" kan sudah aku bilang aku akan mengerjakannya sendiri!!! Tanpa lewat deadline! Aku akan menulis ceritaku sendiri, dengan ideku sendiri!!!!! " ucap tarra yang saat itu meninggikan nada suaranya di depan damar , lalu ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya sambil sesekali menahan amarahnya " siapa? Siapa penulis itu " tanyanya ke damar
" raka " ucap damar pelan dan ketakutan " tapi sudah aku batalkan " sambung damar namun tetap saja tarra tidak percaya. Lalu ia pergi meninggalkan ruangan damar dengan wajah marah, ia mengendarai mobilnya keliar dari kantor itu tiba-tiba ada kabut tebal, tarra tetap menjalankan mobilnya ia pun tiba-tiba sampai di tempat ia kecelakaan raut wajah kebingingan mengapa ia berada disana, lalu ia melihat sesuatu bersinar dibawah.
Ia turun kebawah dan menghampiri yang bersinar itu dan ia melihat sebuah arloji kuno terjatuh disana lalu ia mengambilnya.
******
Jen sedang menulis sebuah cerita untuk penggemar onlinenya di apartemen gita, dan gita terlihat sedang berbaring dengan gelisah dan itu membuat jen terganggu.
" aku kehilangan arlojiku" ucap gita yang tiba-tiba bangun dan terduduk di tempat tidurnya, membuat jen kaget.
" kau! Untung aku tidak punya serangan jantung!" ucap jen " lagi pula mustahil menemukannya, di tengah perkebunan lagi. Hmm atau arlojinya itu kembali ke si pemilik aslinya" sambung jen lagi
Di tempat yang berbeda tarra yang menemukan arloji itu lalu melihatnya dan menurutnya arloji ini tidak asing baginya lalu ia teringat pada gita jaman dulu yang berlari mengambil arloji ini dan mengingat perkataan gita kemarin kalau ia mencari arloji warisan dari ayahnya, lalu tarra membuka tutup depan arloji itu dan tiba-tiba saja jarum arloji itu hidup kembali.
Gita yang masih terlihat murung lalu menarik bantal dan menutupi wajahnya dengan bantal lalu dia bergumam ke jen
" tapikan ayahku bilang arloji itu sudah berumur hampir 80 tahunan jadi kira-kira si pemilik kalo masih hidup orang itu pasti sudah berumur 90 tahun atau lebih " ucap gita kesal.
*******
Malam hari tiba tarra akhirnya kembali kerumahnya saat ia memasuki rumahnya ia mendengar seseorang sedang mengetik diruang kerjanya. Ia berjalan kearah asal suara dengan langkah hati-hati ia memasuki ruang kerjanya ia membuka pintu dan terdengar suara derit pintu terbuka namun seseorang itu masih terus mengetik dengan mesin ketik itu dan saat tarra hampir dekat dengan meja kerjanya ia menemukan seseorang sedang mengetik dengan mesin ketik itu. Ia kaget bukan kepalang begitu juga dengan mahar yang kaget karena ia ketahuan dengan tarra.
" tertangkap basah " ujar mahar yang saat itu kaget saat melihat tarra menghampirinya
" k-kau siapa?" ujar tarra
" aku ghostwrittermu" jawab mahar sambil tersenyum ke arah tarra yang saat itu terlihat sangat kesal dengannya
" siapa namamu? siapa yang mengirimmu kerumahku" teriak tarra karena kesal karena sedang memergoki mahar yang sedang mengetik dimesin ketiknya.
" aku " ucap mahar sambil berfikir untuk menyebutkan namanya lalu ia melihat koran diatas meja tarra " dika" ucapnya sambil tersenyum lebar kearah tarra.
Di tempat berbeda ceo damar sedang asik berkumpul dengan para karyawan telihat panik saat ponselnya berdering dan ia melihat ke layar ponselnya bahwa yang menelpon itu adalah tarra.
" hallo anakku" ujarnya dengan senang bahkan ia meloadspeaker percakapan mereka kedepan karyawannya
" kau yang mengirim ghostwriter ini kerumah ku" teriak tarra lalu membuat damar panik dan ketakutan, lalu ia berjalan keluar menghindar dari karyawannya
" apa maksudmu? Kan sudah aku bilang aku sudah membatalkannya" ucap damar
" hah? Membatalkannya, aku jelas-jelas sedang bersama penulis bayanganmu itu disini dirumahku, diruang kerjaku menggunakan mejaku dan mesin ketik punyaku" ucap tarra kesal namun mahar hanya diam sambil terus tersenyum menatap tarra yang sedang menelpon itu " aku mau kau segera kesini dan lihat sendiri kalau kau tidak datang aku tidak akan memperpanjang kontrak!!! " ucap tarra lalu ia mengakhiri panggilannya, membuat damar panik lalu ia bergegas kerumah tarra.
Tarra mengikat mahar di kursinya namun terlihat mahar yang tersenyum-senyum dan menahan tawa ketika melihat kelakuan tarra padanya.
" kenapa? " tanya tarra
" tidak, aku hanya malu karena tertangkap basah olehmu" ucap mahar sambil tersenyum
Suara bel berbunyi lalu tarra membalikan tubuhnya dari hadapan mahar, namun ia membalikan tubuhnya lagi
" kau!!! Diam disana jangan mencoba kabur dariku!!" ucap tarra dan kemudian ia berjalan keluar dan membukankan pintu, terlihat damar yang terengah-engah di balik pintu itu.
" ka-kauu mengganti kode rumahmu" ujarnya terengah-engah
" aku tidak percaya lagi padamu!! Kau membiarkan seseorang masuk kerumahku tanpa seizinku!!!" ujar tarra
" sudah aku bilang, aku sudah membatalkannya" ucap damar sambil berjalan dan masuk keruang kerja tarra . Sampai disana mahar sudah tidak ada disana, hanya tersisa tali-tali yang tergeletak ditanah bekas ikatannya itu
" kau! Kau yang membantunya untuk kabur ya??" tanya tarra menuduh ke damar
" aku? Aku bahkan tidak tau siapa yang kamu maksud" ucap tarra tegas
" aku menangkap basah penulis bayangan itu!!! Disini dimeja ini sedang mengetik" ucap tarra sambil menunjuk kursi yang mahar pakai untuk menulis itu. Hal ini membuat damar kesal lalu ia mengambil ponselnya lalu menghubungi raka untuk menyelesaikannya
" hallo raka" ucap damar yang me-load speakerkan panggilannya
" oh hallo ceo damar" sahut raka di balik telpon " maaf aku sedang di italy bisa kau jangan memghubungiku dulu beberapa waktu " ucap raka
" oke, oke thank ya raka" ucap damar lalu memutus sambungan telponnya
" puas kau?" ucapnya lagi
" siapa namanya??" tanya tarra
" raka, dirgantara" jawabnya . Tarra tertegun diam lalu setaunya nama penulis itu dika lalu ia melihat koran disana dan tertulis nama dika di bagian pengarang cerita sontak membuat tarra marah dan murka
" dikaaaaa" teriaknya. Membuat damar kaget dan memilih keluar ruangan, karena tarra sepertinya murka dan itu membuatnya ketakutan.
" hallo dokter?? Aku ingin membuat janji untuk piskoterapi tarra kira-kira kapan??" ujar damar sambil berjalan pergi
Setelah damar menjauh pergi dari rumah dika keluar dari persembunyiannya, ia berharap untuk tidak terjebak disanaa tapi ia bingung apa yang harus ia lakukan. Sedangkan tarra terlihat pusing memikirkan siapa sebenarnya dika, ia lalu melihat ketikan dika di mesin ketiknya. Lalu ia terlihat sangat kesal sampai-sampai merobeknya dan membuangnya. Namun dika muncul mendekat ke arah tarra dan melihatnya yang sedang merobek naskah itu dengan ia terlihat sangat kecewa.
" kau sudah berubah ya temanku" ucap dika
**********
Adnan sudah menunggu lama di kantor penerbit ia duduk didalam ruangan damar menunggu damar datang. Ia terus menggulung-gulung kertas menjadi robek-robekan kecil di meja dan tidak lama setelah itu damar datang dengan muka sangat kesal, ia masih kesal dengan tarra semalam. Namun ia kaget saat melihat adnan yang langsung berdiri ketika melihatnya itu,
" oh hallo" ucap damar
" pagi pak" ujar tarra
" pagi, bagimana skripnya? Kau sudah menyelesaikannya ?? " ujar damar tanpa basa-basi lagi
" aku membuangnya dan aku akan membuatnya ulang" ucap adnan sambil terus menggulung kertas-kertas kecil dimeja hingga membuat meja berantakan karna serpihan-serpihan kertas yang tergulung kecil itu
" tapi kau harus memberikannya padaku hari ini" ucap damar yang mulai kesal
" novel itu perlu sedikit jiwa" ucap adnan, tapi hal itu membuat damar heran
" novel yang akan kau tulis adalah cerita tentang paranormal atau seseorang yang menjadi dukun?" ucap damar yang ingin sekali menanyakan hal itu ke adnan
" bukan. Tapi boleh aku minta tenggang waktu lagi? Aku akan pergi seminggu untuk melakukan penelitian untuk ceritaku" ucapnya ke adnan
" sudahlah kau kirim saja novel yang kau buang itu padaku sekarang" ujar damar kesal
" aku tidak bisa mengirimnya padamu, karna aku ingin novel itu sempurna. Ini adalah novel-ku lagi setelah 5 tahun " ucap adnan hingga membuat damar kesal dan pusing.
********
Gita keluar dari apartemennya lalu berjalan sambil menelpon ia terlihat sangat terburu-buru, sedikit berlari meninggalkan apartemennya dan dari kejauhan dika memperhatikannya.
Akhirnya gita sampai ke klinik ia datang karna hari ini sedang menggantikan kakaknya jen,
" ah aku minta maaf ya git, suamiku mendadak mengajak aku pergi" ucap kakaknya jen
" ia gak apa-apa kok, lagi pula hari ini aku tidak ada jadwal kuliah jadi aku bisa membantumu" ucap gita sambil mengambil jas yang tergantung di samping loker
" terima kasih banyak ya, aku buru-buru " ucap kakaknya jen sambil terburu-buru meninggalkan klinik hewan itu.
Saat kakaknya jen pergi meninggalkan klinik dika pun datang dan berdiri melihat gita dari luar.
Mulailah gita memeriksa satu persatu hewan-hewan yang ada disana, namun ia merasa seperti ada yang sedang memperhatikannya dari jauh ia menoleh kebelakang namun tidak ada siapapun lalu ia pergi keluar untuk memastikan.
Saat ia keluar ia melihat adnan datang sambil membawa anna yang terlihat kesakitan itu .
" apa anna sakit?" ucap gita sambil mendekati adnan
" hallo anna juga" sapa adnan
" apa dia sakit? Dia terlihat murung" tanya gita
" ya mungkin, dia tidak semangat jarang bergerak seperti dulu" ucap adnan sambil menyerahkan kucingnya pada gita, lalu mereka masuk kedalam klinik dan gita mulai melakukan pemeriksaan pada anna
" wah!!" ucap gita, membuat adnan kaget
" ada apa? Apa dia sakit??" ucapnya
" anna pernah jatuh ya dari tempat yang tinggi??" tanya gita
" aku tidak begitu tau, karena aku jarang bermain dengannya lagi" ucap adnan
" kaki depan sebelah kirinya patah dan kita harus melakukan operasi" ucap gita lagi
" anna" ucap adnan pelan Pura-pura bersedih ketika mendengar itu, padahal ia tau kalau anna terluka karena ia telah melakukan kejahatan pada anna waktu itu.
Gita pun membawa anna keruang operasi dan segera melakukan tindakan ke anna dibantu dengan para perawat lainnya, operasi berjalan hampir 2 jam saat itu dika masih terus memperhatikan gita dan adnan dari jauh. Gita keluar dari ruangan operasi dan menghampiri adnan yang duduk gelisah
" Hai" sapa gita yang ikut duduk di depannya
" gimana anna?" tanyanya
" dia membaik. Kucing hebat" ucap gita
" syukurlah, oh ya apa kau dokter hewan?" tanyanya ke gita
" bukan, aku hanya menggantikan dokter disini" ujar gita
" tapi kau ada di fakultas kedokteran?" sahut adnan
" hehehe aku ketahuan" ujar gita
" sebenarnya aku ingin menitipkan anna sementara waktu disini, karna aku mau pergi mengumpulkan bahan untuk novel baru ku" ucap adnan
" ya sudah kalau begitu, biar anna kita rawat sampai dia benar-benar sembuh dan kau bisa pergi mencari bahan dengan tenang" ucap gita
" hehe terima kasih ya dokter gita" ucap adnan sontak membuat gita kaget
" oh ya kau kapan selesai bekerja? Aku ingin mengajakmu keluar. Sebagai rasa terima kasihku karna telah mengobati anna" ujar adnan
" aku selesai pukul tujuh" jawab gita
**********
Tarra terus gelisah ia berjalan mondar mandir diruang kerjanya karena fikirannya sedang buntu ia menoleh ke koran di mejanya dan akhirnya membuang koran itu dan meninggalkan ruang kerjanya berjalan masuk kekamarnya untuk tidur.
Ia mengambil obatnya dan meminumnya namun ketika hendak tidur ia diganggu oleh bunyi jam yang sangat kencang, ia kesal dan mencari sumber suara ia pergi ketempat penyimpanan bajunya dan menemukan arloji gita di salah satu bajunya.
********
Di sebuah restoran di pinggir kota gita dan adnan memutuskan untuk makan malam bersama, ia duduk di meja pinggir jendela dengan lilin di setiap meja di restoran itu, adnan melihat ke arah gita dan gita terlihat malu-malu saat adnan terus menatapnya.
" Aku ingin meminta bantuan lagi padamu" ucap adnan sambil meminum wine " aku ingin kau jadi asisten-ku" ucap adnan
" hahaha aku bukan seorang penulis" jawab gita sambil tertawa
" bukan-bukan seorang penulis, tapi tetap menjadi dokter hewan" ucap adnan
" kau ingin aku menjadi pengasuh anna ya?" tanya gita
" tidak! Bukan juga, aku butuh kamu. Aku hanya ingin mengetahui tentang kedokteran hewan" sahut adnan
" aku akan merekomendasikan orang lain kalau begitu padamu, yang lebih paham " ucap gita " kau tau kan aku bahkan belum lulus dari fakultas itu" sahutnya lagi
" tidak apa-apa aku butuh kamu " ucap adnan
" lagi pula aku tidak akan melanjutkannya ketika aku lulus" ujar gita sambil menyuap makanan yang ada di meja itu
" kenapa?" tanya adnan
" akan aku beritahu kalau kita sudah dekat ya" ujar gita sambil tersenyum
" kalau begitu kita akan menjadi dekat mulai sekarang" gitapun tertegun ketika mendengar perkataan adnan
" permisi, saya pesan orange jusnya lagi" ucap gita sedang mengalihkan pembicaraan itu
" hehehe kau memang tidak pandai berbohong ya" ujar adnan dan kemudian berbincang-berbincang mengenai novel yang akan adnan tulis tapi kemudian gita terdiam
" maaf aku bukannya tidak mau membantumu, tapi aku cuma tidak mau lagi menjadi dokter hewan" ucap gita
" kenapa emangnya? Kau sudah hampir wisuda dan kau juga sudah bekerja di klinik, kenapa kau mau berhenti" tanya adnan dengan penasaran ke gita, gita terus memutar-mutar jarinya di bibir gelas dan ragu untuk berbicara ke adnan
" waktu itu aku pernah menjadi relawan dokter hewan di salah satu desa, aku melihat banyak sapi yang sakit dan tersebarnya banyak virus disana, jalan satu-satunya adalah membunuh sapi-sapi itu. Lalu aku melakukan suntik mati ke semua sapi di desa itu. Aku benci melakukannya pada saat itu, aku ingin mengobati mereka tapi ternyata aku lebih banyak membunuh hewan dari pada mengobati mereka" akhirnya gita mengatakan ke adnan mengapa ia tidak mau membantunya untuk menulis novel itu.
735Please respect copyright.PENANAA7EkVLZdBW
*******
Malam makin larut pukul 11 malam, jarum itu berputar-putar di pergelangan tangan gita, ia pun berjalan pulang ke apartemennya. Namun seseorang sudah berdiri di depan gedung apartemennya, gita lalu menghampirinya ia melihat tarra disana sedang menunggunya, tarra mendongakan kepala dan melihat kearah gita yang sedang berjalan dan ternyata dika mengikuti gita dari belakang ke apartemen. Namum tarra buru-buru pergi sebelum gita makin mendekat, gita menengok kekanan dan kekiri ia merasa tadi seperti melihat tarra sedang berdiri menunggunya namun ia buru-buru tersadar dari halusinasinya dan berjalan masuk ke dalam lift.
Tarra keluar dari tempat persembunyiannya dan saat itu ia masih melihat dika ada disana ia melihat dika yang saat itu mendongak kesalah satu kamar yang baru menyalakan lampu itu, terlihat wajah sendu dari raut wajah dika ia seperti seseorang yang sedang merindukan kekasihnya yang sudah hilang bertahun-tahun yang lalu.
" kenapa kau ada disini" ucap tarra ke dika yang tiba-tiba menengok ke arahnya sambil menghapus airmatanya dengan sapu tangan dari kantung jasnya.
" aku yang seharusnya bertanya padamu, sedang apa kau disini??" dika menanya balik ke tarra
" aku yang duluan sampai disini!!! Jadi aku yang seharusnya bertanya padamu" ucap tarra kesal lalu tarra mendekati dika dan ia menarik kerah baju dika
" siapa kau sebenarnya" teriak tarra di depan muka dika yang kaget itu, namun dika hanya tersenyum saat tau tarra memperlakukannya seperti itu
" aku jatuh cinta pada pandangan pertama" ucap tarra kaget ia menjauhkan dirinya dari dika " bukan padamu, tapi pada gita" sambung dika sambil tertawa saat melihat tarra yang salah tingkah padanya.
Gita sedang menutup tirai kamarnya lalu jen masuk kedalam kamar.
" kau sedang apa?" tanya jen sambil melempar tasnya ke tempat tidur lalu jen membaringkan tubuhnya ke tempat tidur namun ia tiba-tiba terbangun dan berjalan mendekati gita. Tiba-tiba jen melihat kearah luar gita pun mengikutinya ia melihat tarra sedang berbicara sendiri disana.
" dirgantarra? Sedang apa dia disana??" tanya gita yang mengintip juga dari balik tirai itu
" cepat ambil kacang merah" ucap jen sambil menyuruh gita ke dapur untuk mengambil kacang merah dan gitapun berjalan mengambilnya
" untuk apa?" tanya gita yang sudah mengambil kacang merah dari dapur,
" ayo ikut aku" ucap jen sambil menarik tangan gita keluar dari kamar gita kelihatan kebingungan .
" kenapa?? Ada apa sih jen?" tanya gita yang makin penasaran, ia sudah berada di dalam lift tangan jen masih menggenggam tangan gita dan terlihat panik
" aku merasakan sesuatu yang jahat dan ada dua tapi aku tidak yakin yang mana" ucap jen namun gita hanya menggelengkan kepalanya tidak mengerti.
Diluar tarra masih berdebat dengan dika, yang saat itu hanya tersenyum-senyum melihat tarra marah dan itu membuat tarra makin kesal
" dimana kau mengenal gita?" tanya tarra marah ke dika
" ketika aku baru sampai diindonesia dari belanda dan ternyata aku jatuh cinta padanya dari pandangan pertama" jawab dika, namun tarra ragu karena melihat penampilan dika yang cukup kuno, Yang saat itu menggunakan jas lusuh dan sepatu kulit yang sudah usang. Tiba-tiba dika panik saat merasakan sesuatu akan datang ia bahkan sampai berlari menghindar dan bersembunyi.
Lift terbuka tangan gita ditarik oleh jen keluar dari gedung apartemen dan saat itu jen melihat tarra yang menengok ke arah mereka. jen langsung melempar tarra dengan kacang merah yang membuatnya dan gita kaget saat tahu itu adalah dirgantarra jen lalu terdiam dan lemas, gita buru-buru menyanggah tubuh jen agar ia tidak jatuh ke tanah.
" kau kenapa jen?" tanya gita yang saat itu khawatir pada jen
" biarkan aku sendiri " ucap jen lalu ia jongkok dan menundukan kepalanya. Kemudian tarra menyeret gita pergi menjauh dari jen ia akhirnya berjalan menjauh dari jen yang masih terduduk lemas disana
" kau! Apa-apan ini lepaskan aku" ucap gita sambil terus mencoba melepaskan cengkraman tangannya dari genggaman tarra " kau merindukanku ya?" ucap gita tapi tarra terus mengelak
Jen masih terduduk di tanah ia mendongakan kepalanya dan saat itu ia melihat dika yang sedang memunguti kacang merah yang bercecer di tanah dengan sapu tangannya, jen kaget. Saat melihat dika tersenyum manis padanya. Ia langsung terpesona saat melihat dika tersenyum dan jen juga tersenyum padanya. Dika mengambil satu persatu kacang merah itu dari tanah dan tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan itu membuat jen semakin malu, lalu mereka sama-sama berdiri dan menuangkan kacang merah dari sapu tangannya ke tempat yang sudah jen pegang itu, jantung jen berdegup kencang ia berharap bahwa waktu berhenti padanya hari ini dan saat ini, lalu mata mereka saling beradu pandang membuat jen makin malu dan sampai membuat ia membuang muka dari tatapan dika.
" aku menyukaimu" ucap jen pelan namun terdengar oleh dika dan nampaknya dika kaget
" apa?" ucap dika
" siapa namamu?" tanya jen penasaran
" aku tidak bisa memberi tahukan namaku padamu" ucap dika sambil tersenyum
" kenapa?" tanya jen dengan kecewa
" kau bisa memanggilku kakak" ucapnya
*********
" kenapa kau bisa kenal dika?" tanya tarra yang akhirnya menghentikan langkah kaki mereka, gita diam menatap tarra keheranan karena ia bingung siapa yang tarra maksud
" dika? Siapa? Aku tidak mengenalnya" ucap gita yang masih kebingungan atas apa yang tarra tanyakan padanya,
" kau bohong" tutur tarra emosi, namun ia belum melepaskan pegangannya dari tangan gita. Mata gita melirik kearah pergelengannya kemudian tarra buru-buru melepaskannya dan gita hanya tersenyum malu
" aku serius" ucap gita, namun seolah tarra tidak memperdulikan jawabannya gita ia membalikan tubuhnya dan berjalan menjauh dan gita yang melihat tarra salah tingkah itu hanya tertawa, namun tarra berbalik kearah gita dan memberikan arloji milik gita itu.
" kau? Temukan dimana ini??" tanya gita yang terlihat senang saat tarra memberikannya arloji itu
" dijalan" ucap tarra sambil berjalan pergi menjauh
" aku akan traktir kau makan" teriak gita namun tarra hanya melambaikan tangannya dan berjalan menjauh namun gita berlari menghampirinya dan menarik tangan tarra sambil berlari kecil, tarra tertawa kecil saat melihat kelakuan gita yang menarik tangannya itu sambil tertawa-tertawa. Kilasan masa lalu terlihat ia melihat gita yang saat itu menggunakan dress merah menari bersamanya dan bersama dika di bar saat itu, ia melihat gita menarik tangannya dan menarik tangan dika membuat lingkaran lalu mereka menari. Ia menghentikan langkahnya memejamkan mata gita yang melihat hal itu menjadi khawatir.
" kau kenapa?" tanya gita
" tidak, ayo jalan lagi" ucap tarra sambil menarik tangan gita, namun gita masih diam di tempat itu tarra menengok kearahnya kemudian gita menarik tangan tarra sehingga membuat tarra mendekat kearah gita lalu mereka saling berhadapan dan saling diam, tangan mereka yang awalnya hanya menggenggam menjadi makin terikat, tarra membiarkan jari tangan gita masuk kesela-sela jari tangannya, gita pun memejamkan matanya dan tarra mendekat ke wajahnya.
" kau pikir, aku akan menciummu?" bisik tarra di telinga gita membuat gita membuka matanya dan langsung mendorong tarra menjauh, ia terlihat malu akhirnya gita berjalan mendahului tarra yang saat itu sedang terus tersenyum kearahnya itu membuat gita makin malu. Namun tarra mengalungkan tangannya keleher gita membuatnya berjalan bersama gita, sambil sedikit menundukan kepalanya melihat muka gita yang memerah
" kenapa kau malu?" ucap tarra sambil tersenyum
" diam" jawab gita datar,
" kau malu?" tanyanya lagi
" diam " jawab gita
" kamu mau?" ujar tarra yang menghentikan langkah gita, gita menatap tarra dengan tatapan sinis ke arah tarra " baiklah" lalu tarra mencium bibir gita, membuat gita terdiam matanya membulat dan membesar wajahnya menjadi merah dan jantungnya terdengar berdebar ia diam mematung tarra melihat reaksi dari gita hanya tertawa lalu ia berlari
" kejar aku, kalau kau kalah kau harus mentraktirku 2 kali" ucap tarra, lalu gita sadar dan berlari mengejarnya.
********
Mereka pergi kerestoran awal mereka bertemu, mereka memesan namun tarra terus melihat wajah gita yang terus memerah seperti mau meledak itu, lalu ia tertawa.
" kau penggemar yang beruntung" ucap tarra sambil mengacak-acak rambut gita, namun suasan di restoran menjadi tidak nyaman banyak pengunjung restoran yang mengambil gambar tarra diam-diam dan itu membuat tarra risih
" kita pergi saja yu" ajak tarra gita hanya memanggutkan kepalanya tanda setuju.
Saat mereka hendak keluar restoran dari kejauhan ada seseorang yang mengambil gambar mereka berdua diam-diam tapi tarra dan gita tidak mengetahui hal itu.
Akhirnya mereka pergi ke taman kota, gita duduk disebelah tarra sambil menatap langit malam itu, langit jakarta cerah bintang-bintang masih terlihat disana. Tapi tarra tidak pernah melepaskan pandangannya dari gita.
" kau bisa berhenti tidak, jangan tatap aku seperti itu. Kau buat aku seolah-olah mencuri sesuatu darimu" ucap gita sambil menggigit burgernya itu
" kau mencuri ciumanku" ucap tarra tersenyum ke arah gita dan gita langsung tersedak mendengarnya. " hei, ini minum " ucap tarra panik ia lalu memberikan minum ke gita sambil tertawa " aku ingat, kau pernah jadi pekerja paruh waktu di restoran itukan " ucapnya " kau juga yang memberikanku coklat panas dan mengambil photoku 10 tahun lalu" sambung tarra , namun gita hanya mengangguk setuju
" seberapa jauh kau mengenalku?" tanya tarra, gita langsung terdiam saat tarra bertanya itu padanya
" aku membaca tulisan yang kau buang waktu itu" ucap gita sambil melirik ke arah tarra
[flashback]
Saat itu gita sedang menyapu kertas-kertas dilantai yang dibuang oleh tarra, gita membuka salah satu kertas itu dan melihat tulisan tarra tapi tarra keburu datang dan gita langsung pergi membawa kertas-kertas tersebut kebelakang lalu ia membacanya.
Tarra-pun terus memperhatikan gita yang masih terus makan saat itu, wajahnya belepotan karena saus
" kau seperti wanita di misery " ucap tarra sambil mengusap bekas saus diujung bibir gita
" tapi aku tetap penggemar pertamamu" ujar gita " waktu itu kita juga pernah mengobrol" sambung gita lagi
" hahaha kalau itu tidak mungkin" ucap tarra sambil tertawa
" aku serius" ujar gita
[flashback]
Gita berjalan menghampiri tarra yang masiih menulis pada saat itu, ia memberikan tarra coklat panas dan meletakannya di meja
" aku berharap kau punya hari yang baik" ucap gita sambil tersenyum ke arah tarra dan tarra membalas tersenyum juga " apa kau seorang penulis?" tanya gita saat itu,
" calon penulis" tarra menjawabnya waktu itu,
" kau ingin menjadi penulis seperti apa?" tanya gita lagi
" aku ingin menjadi penulis yang berbeda dari orang lain" jawab tarra
" penulis original" tanya gita lagi
" bukan, aku ingin menjadi penulis yang orang lain tidak bisa tiru" ucap tarra waktu itu,
Tarra berjalan dengan gita, di sepanjang jalan tarra hanya terdiam. Gita terus melihatnya
" kau marah padaku?" tanya gita, tapi kemudian gita terdiam saat melihat iklan di televisi yang menampilkan adnan dan tarra,
" wah ka adnan" ucap gita langsung mengenalinya " ah dia lebih baik aslinya " ucap gita membuat tarra berbalik badan dan melihat iklan itu juga
" kau pernah bertemu adnan?" ucap tarra penasaran
" aku sudah bertemu beberapa kali dengannya, bahkan hari ini aku habis makan siang dengannya" ucap gita " dia pria yang baik" ucapnya lagi. Tentu saja hal itu membuat tarra kesal.
" bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya tarra kesal
" dia datang ke klinik hewan tempat aku bekerja" ucap gita pelan
" aku tidak terima" ucap tarra saat itu membuat gita makin bingung " kau fans pertamaku" ucap tarra seperti kesal
" kau tetap jadi idola pertamaku kok, idola keduaku itu baru adnan" ucap gita yang saat itu tertawa melihat wajah tarra yang cemburu pada adnan
" bagaimana denganku? Kau kan sudah bertemu denganku secara langsung dan melihatku di tv menurutmu aku bagaimana?? " tanya tarra sambil menyeringai ke arah gita
" kau ya?? Kau lebih baik dari adnan secara langsung dan di tv. Kau terlihat lebih tampan secara langsung maupun di tv" ucap gita jujur. Tarra kemudian tersenyum lalu mengacak-acak rambut gita lagi, hal itu membuat gita sebal, namun tiba-tiba suara bidikan kamera terdengar mereka lalu berdiam tarra menundukan kepalanya ia mulai sadar kalau ada yang mengikutinya.
" ada yang memotret kita" ucap gita pelan
" kau bisa berlari cepatkan?" tanya tarra, lalu gita hanya mengangguk kemudian mereka langsung berlari menjauh tarra menarik tangan gita jadilah mereka berlari bersama.
Arloji gita terjatuh, gita berhenti lalu berbalik untuk mengambil arloji itu, tarra melihat itu seperti mimpinya yang berlari dengan gita jaman dulu dan saat itu pula arlojinya terjatuh dan gita jaman dulu itupun berbalik mengambilnya dan setelah itu gita mengajakntarra berlari lagi dan itu mirip dengan kejadian di mimpi tarra.
Lalu mereka sampai didepan apartemen gita, tarra melihat gita, kemudian ia mendekat ke arah gita
"kau sebenarnya siapa? Kenapa kau terus muncul di depanku! Dimimpiku! Di fikiranku dan juga di novelku!! Kau ini sebenarnya siapa" ucap tarra sepertinya ia frustasi gita pun terdiam dia tidak berkata apa-apa lalu tarra memilih untuk pergi meninggalkan gita disana
" dia kenapa sih? Kebanyakan baca novel web atau gimana sih" ujar gita sambil masuk ke dalam lift apartemennya
******
Tarra pulang kerumah dengan keadaan bingung ia pergi keruang kerjanya ia menatap mesin ketiknya setelah itu pergi.
Tidak lama tarra pergi dika keluar dari balik tembok dan melihat pintu yang mau tertutup
" maaf aku harus tinggal sementara disini, aku tidak punya tempat lain" ucap dika
*******
Gita terus menatap arlojinya dan mengingat rentetan kejadian hari ini menyusunnya menjadin satu meja puzzle besar di otaknya ia tersenyum malu-malu karena teringat perkataan tarra yang mengatakan kalau gita selalu muncul di mimpinya dan di pikirannya. Gita tersenyum menatap arloji itu dan mengingat bahwa malam ini ia di cium oleh tarra, hal itu membuatnya malu. Disebelah ada jen yang juga terus teringat perkataan dika sambil tersenyum-senyum sendiri.
Gita kaget melihat arlojinya bergerak
" arloji ini bergerak dia berfungsi lagi" tanya gita ke jen,
" hati ku juga bergerak" jawab jen sambil tersenyum-senyum
" tapi kata tukang jam arloji ini tidak bisa di perbaiki lagi" ucap gita
Lalu kilasan masa lalu muncul saat ia terlihat menangis sambil memegang pistol di tangannya ia melihat arloji itu berada di samping mesin ketik milik tarra saat itu. Lalu terdengar suara tembakan.
Gita bingung dengan apa yang terjadi ia lalu terduduk di sambil menggenggam arloji itu ditangannya
" ini kisah dari arloji ini kan?" ucapnya meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat barusan adalah cerita dari si pemilik arloji ini
Diruang kerja tarra terlihat dika yang sedang bersantai di meja kerja tarra sambil sesekali bersiul.
Paginya , kakaknya jen berkunjung ke apartemen gita dan mengajak jen dan gita sarapan bersama, tapi jen terlihat murung dan ia terus melamun dimeja makan.
" Jen" teriak kakanya menyadarkan jen dari lamunannya
" iya" ujarnya
" cepat kau harus kekampus" ucap kakaknya menyuruh jen makan dengan benar
Lalu kemudian gita terdiam dan tidak melanjutkan makanya, jen dan kakaknya heran
" aku mau bertanya padamu, bu dokter" ucap gita ke kakanya jen yang saat itu tersedak saat gita memanggilnya dokter
" waktu aku kecil , ibuku pernah datang menemuimu ya" ucapnya membuat mata kakanya jen membesar karena kaget
" kenapa kau bertanya? Aku sudah lupa" jawabnya
" karena aku mengatakan hal yang aneh-aneh" tanya gita lagi
" aku sudah lupa. Lagian kenapa kau bertanya ?" tanya kakaknya jen
" aku ingin tau, kau jawab apa ke ibuku" ucap gita
" ah aku sudah lupa" ujarnya.
Namun pembicaraan harus terpotong karena ponsel gita berdering, ia melihat layar ponselnya ternyata chef yang menelpon
" hallo" ucapnya dengan suara sendu " apa benar kau tinggal di rumah kakekmu dengan tarra?" ucap chef sambil memotong-motong kertas yang berisi tanda tangan tarra dengan pisau,
" bagaimana kau tau?" tanya gita kaget, jen langsung mencari di internet dan menemukan berita tentang tarra lalu ia memperlihatkannya ke gita. Ternyata tarra-pun juga membaca berita tersebut
.
Dikantor damar tertawa mendengar berita tersebut.
" firman brengsek" ucapnya kesal
Ternyata ayah adnan-pun membaca berita tersebut, isi berita itu menjelaskan bahwa gita itu bukan kekasih tarra melainkan ghostwrittenya tarra.
Dan ternyata itu adalah ulah dari ibunya adnan, saat itu jen yang sudah pulang kuliah mengunjungi restoran milik temannya itu, ia melihat ibunya adnan dan seorang reporter yaitu reporter firman sedang duduk untuk memesan makan siang, ia duduk mendekati mereka dan menguping pembicaraannya.
" kalau perlu kita menginstal kamera candid di kamar tarra" ucap firman
" kau urus saja hal itu, aku ingin dia jatuh se jatuh-jatuhnya" jawab ibu adnan membuat jen kesal. Ternyata pembicaraan mereka itu di dengar juga oleh ayahnya adnan yang langsung datang menghampiri mereka
" k-kau lagi?" ucap ayahnya adnan saat melihat istrinya dengan reporter firman sedang merencanakan sesuatu yang jahat untuk tarra
" kau mau membela anak sial itu?" teriak ibu adnan membuat seluruh pengunjung restoran melihat ke arahnya, begitu juga jen yang kaget melihat mereka
" ini sudah keterlaluan, kau sudah menghancurkan hidupnya berulang-ulang kali!" teriak ayahnya adnan
" aku? Kau! Yang membuat hidupnya makin sengsara!! Seharusnya anak itu dibiarkan mati saja di jalanan" ucap ibu adnan sambil meninggalkan meja dan keluar dari restoran itu.
*****
Tarra menjadi tidak tenang akan berita yang menyebar luas itu, ia teringat dengan gita yang menjadi incaran wartawan hari ini, ia lalu keluar untuk membuat coklat hangat tapi tiba-tiba ponselnya berdering
" kau sedang apa?" tanya damar
" membuat coklat hangat" ucap tarra sambil mengaduk-aduk coklat itu dengan sendoknya
" kau harus terus menulis" ucap damar
" aku sedang melakukannya" jawab tarra sambil berjalan lagi keruang kerjanya " kau sudah urus berita itu?" tanya nya sambil melihat berita itu di komputernya
" akan aku urus" jawab damar
" jaga gita" ucapnya
" iya pasti, tapi aku harus tau dulu kalian ada hubungan apa??" tanya damar penasaran
" tidak perlu terlalu jauh mengetahuinya, kau urus berita itu dan jaga saja gita" ucap tarra lalu mematikan panggilan telpon itu,
" ck, dasar bocah! Tinggal bilang saja kau berpacaran dengannya apa susahnya sih" gerutu damar " junedi" teriak damar memanggil salah satu karyawannya
" iya pak" ucap karyawan itu sambil datang menghampiri damar
" cepat kau hubungi pengacara hans" ucap damar menyuruh karyawannya menghubungi pengacara pribadi tarra " ah! Dan juga tolong selidiki siapa itu gita" perintahnya lalu karyawan itu meninggalkan ruang kerja damar.
********
Tarra mulai mengetik tapi selalu dihapus olehnya ia terlihat sangat frustasi, ia lalu mengingat saat dika mengetik dengan mesin ketiknya dengan lancar, tarra menatap mesin tik nya dan mengambilnya, ia mulai untuk mengetik dengan mesin tik itu tapi tetap saja tidak bisa ia bahkan sampai stress dibuatnya ia memutuskan untuk menenangkan diri dengan merendam kepalanya dibawah air.
Ia teringat dengan pertanyaan gita
" apakah kau menikmati menulis?" tanya gita
" tidak" jawab tarra saat ini
" kau ingin menjadi penulis seperti apa?" tanya gita waktu itu
" seorang penulis yang tidak mendapatkan ide" jawab tarra saat ini yang sedang frustasi
Tarra berjalan lagi menuju ruangannya dan ia mendengar seseorang mengetik dengan mesin tiknya, saat itu ia langsung menemukan dika di ruang kerjanya sedang mengetok dengan mesin tik itu, dika kaget saat melihat tarra sudah berada di depannya
" apa aku tertangkap lagi??" tanyanya namun tarra sangat emosi dengan pertanyaan dika
" apa yang kau lakukan disana" ucap tarra sambil menyeret dika untuk menjauh dari meja kerjanya
" aku sedang?? Oh ia mengetik ulang naskah yang kau robek" ucap dika
" pergi kau dari rumah ku" teriak tarra kemudian ia terdiam dan menarik nafas panjang " duduk kau" ucap tarra yang menyuruh dika untuk duduk " bagaimana kau bisa masuk?" tanya tarra ke dika
" aku menyelinap datang tadi malam, saat kamu tidak ada dirumah" ucap dika dengan santai sambil melipat kakinya " aku tidak punya tempat untuk pergi" ucapnya
" aku ingin sekali membunuhmu dika, tapi aku akan bersabar" ucap tarra " bagaimana kau bisa masuk" tanyanya ulang ke dika
" aku pernah terlibat dengan dunia gelap dan membobol pintu sangat mudah" jawab dika santai
" siapa yang menyuruhmu kesini?" tanyanya lagi
" damar" ucapnya
" siapa?" tanya tarra mengulang
" CEO damar" jawab dika namun tarra tidak percaya karena ia tau damar tidak mengirim dika " aku menyuruh diriku datang sendiri" dikapun menjawab lagi . Tarra-pun mencari sesuatu lalu ia melihat ada sebuah ukiran dari batu untuk memukul dika, sontak saja dika kaget lalu bangun dari kursinya dan memohon pada tarra
" jangan!! Jangan itu berbahaya jangan kau pukul aku" ucap dika ketakutan
" aku tidak peduli" ucap tarra
" nanti kau bisa pingsan" jawab dika
" apa yang kau inginkan" tanya tarra sontak membuat dika bingung
" apa aku harus memiliki tujuan??" jawab dika membuat tarra makin kesal, dika lalu berfikir
" aku hanya ingin menjadi teman, ia temanmu dan aku ingin tinggal disini denganmu karena yang aku tau hanya kau" ucap dika sambil terengah-engah karena kelelahan
" keluar!" ucap tarra " keluar dari sini" sambil menyeret dika keluar dari ruangannya
" aku tidak punya rumah untuk pulang" ucap dika, tapi tiba-tiba bel pintu berbunyi tarra menarik kembali dika keruangan tarra
" kau tetap disini! Jangan kemana-mana" ujar tarra lalu meninggalkan dika diruang kerjanya
Tarra membukakan pintu ternyata yang datang adalah ayahnya adnan, tarra terdiam dan mempersilahkannya masuk.
" ada apa kau kemari" tanya tarra
" memastikan keadaan mu" ucapnya pelan
" kau khawatir padaku?" tanya tarra
" pemberitaan tentangmu, pasti sangat membuatmu tertekan kan??" ujar ayahnya adnan
" aku harus hidup seperti hantu" ucap tarra, " itu yang istrimu bilang padaku, jadi sekarang aku sedang hidup tenang seperti hantu" jawab tarra
Saat tarra dan ayah adnan mengobrol dika sibuk membaca buku di rak buku tarra, saat ia menaruh buku ia melihat sebuah naskah dan mengambilnya judulnya adalah " fate-rancangan pertama" lalu dika mencari buku yang sama dengan judul naskah tersebut dan menemukan cerpen adnan yang berjudul sama lalu dika membandingkan isinya.
Dika sibuk membaca naskah tarra di atas kursi dan sampai membuatnya jatuh ayah adnan mendengar suara itu dan berjalan mendekati ruangan tarra, dika berusaha bersembunyi, ia bersembunyi di bawah meja tapi sayang dika ketahuan oleh ayahnya adnan ia menatap mata ayahnya adnan begitupun ayahnya adnan dan tepat saat itu tarra datang, dan terlihat kesal melihat ayahnya adnan masuk keruang kerjanya
" sedang apa kau disini!!" tanya tarra emosi
" aku akan menganggap tak pernah melihat kejadian ini" ucap ayahnya adnan seolah-olah kecewa dengan tarra, dan dengan apa yang ia lihat. Ayahnya tarra lalu berjalan pergi keluar dari rumah.
Tarra sangat marah kepada dika sampai ia menyeretnya keluar dari bawah meja lalu melemparnya kedepan rak buku hingga tubuhnya menabrak rak buku tersebut
" puas kau" teriak tarra emosi
" apa aku berbuat salah??" tanya dika kebingungan
" kau!!! Apa mau mau?" teriak tarra
" aku ingin menjadi temanmu" ucap dika namun hal itu makin membuat tarra kesal san marah lalu ia mangambil naskah yang diketik dika kemudian ia membakar naskah itu di hadapan dika lalu membuangnya dihadapan dika.
Selamat datang temanku Apa kabarmu?
Jen yang saat itu baru keluar dari kelas, lalu berjalan menyusuri koridor ruang kampus lalu ia melihat kekuar ia menatao awan ternyata banyak awan hitam yang menyelimuti. Ia menatapnya dengan serius dan merasakan sesuatu terjadi pada seseorang.
*******
Gita terus menggali sesuatu didepannya, sedangkan dirumah tarra mahar sibuk mengetik dengan mesin ketik itu. Nampaknya gita hendak menyelamatkan tarra yang saat itu sudah pingsan. Saat ia hendak mengambil sapu tangan di dalam kantung mantelnya tapi sebuah arloji terjatuh.
Mahar mengambil rokokk milik tarra kemudian ia menyalakannya dengan korek kuno milik tarra itu sekilas ia melihar gambar dibelakang korek tersebut.
*********
" siapa nona?" tanya salah satu pelayanan dirumah itu
Disebuah rumah dengan arsitektur belanda di tengah perkebunan gita membawa tarra yang pingsan itu untuk berbaring dikamarnya, lalu para pelayan datang menghampiri gita
" temanku dari jakarta" ucap gita. Lalu ia mengikat seluruh badan tarra dengan tali namun tidak beberapa lama tarra bangun dan terkejut saat ia melihat gita sedang memegang suntikan besar. Membuat mata tarra melotot dan ketakutan
" tolong katakan ini semua mimpi" teriak tarra
" oh sudah bangun rupanya" ucap gita sambil tersenyum dan masih memegang suntikan besar itu ditangannya dan berjalan menuju tarra dengan membawa suntikan besar itu, lalu mengarahkan suntikan itu kemulutnya namun tarra tidak mau membuka mulutnya.
" kau harus makan" ucap gita
" tidak perlu, aku mau pulang saja" jawab tarra
Tapi gita terus memaksanya tapi tetap saja ia tidak mau membuka mulutnya akhirnya gita menutup hidung tarra dan itu berhasil membuat tarra membuka mulut dan saat tarra membuka mulut ia langsung memasukan suntikan itu kemulutnya.
Dalam hati tarra bertanya apa itu,
" itu bubur " jawab gita " tadinya aku ingin menyuapimu dengan sendok namun disini tidak ada sendok" sahut gita lagi
" kau beri aku obat apa?" tanya tarra, di fikirannya itu adalah obat untuk anjing atau kucing atau bahkan untuk hewan lainnya karena gita adalah dokter hewan. Namun beberapa menit kemudian tarra mengantuk dan akhirnya ia tertidur.
*********
Suasana tegang terjadi di kantor penerbit, damar terlihat saat tegang dan jam menunjukan pukul 10.00, suasana tegang terjadi karena ini adalah hari peluncuran pertama novel dari dirgantarra yang baru, yang akan di sebar luaskan melalu aplikasi.
" kau sudah berhasil menghubungi nya??" tanya damar
" masih belum bisa" ucap salah satu karyawannya tentu saja damar lemas mendengarnya. Tapi tiba-tiba mereka mendapatkan fax dari tarra bertuliskan " NOVEL 1928" skrip minggu pertama. Damar menghembuskan nafas panjang dan menyuruh karyawannya untuk menulis kembali tulisan tarra karna saat iya mengirim itu menggunakan mesin ketik bukan lewat email.
" tolong tulis ulang lalu cepat kirim" perintah damar ke karyawannya
Damar pun kembali bersemangat
*****
Suara musik terus mengalun di rumah tarra, terlihat mahar yang sedang sedikit bersantai disana diruangan tarra. Ia membuka laci dimeja lalu menemukan kartu nama gita
*****
Perkebunan itu sangat luas dan terlihat gita yang sedang mencoba menaiki bukit diujung perkebunan itu,
" ayah!!! " teriaknya lalu menggema " ayah!!!" ulangnya dan terus menggema
" ayah aku merindukanmu" teriaknya sambil menangis disana, ia teringat saat ia masih kecil. Ayahnya pernah membuatkan ayunan untuknya di depan halaman rumah kala itu, lalu sang ayah memberikannya sebuah arloji yang ia dapatkan dari ayahnya saat dinas pelatihan militer waktu itu.
" jaga arloji ini " ucap sang ayah ke gita yang saat itu sedang duduk di ayunannya
" ini apa ??" tanya gita ke sang ayah
" jaga arloji ini, umurnya lebih tua dibanding kakekmu sekitar 70 tahunan" ujarnya kala itu, dan sampai saat ini ia masih menyimpan arloji itu dan masih mengingat perkataan sang ayah. Ia merogoh kantung mantelnya namun ia tidak menemukan arloji itu.
*********
Jen datang menghampiri dokter hewan di klinik itu sambil membawa makan siang. Keadaan klinik sedang sepi, lalu jen mendekati kakanya itu,
" hei" ucapnya
" oh hallo" jawab sang kakak
" gita ke rumahnya" ujar jen mengatakan ke si kakak, yang sejak kemarin menerornya dengan deretan pesan whatsapp menanyakan kemana gita
" oh, syukurlah" ucapnya " ini hari ayahnya ya" tanya si kakak
" hmm iya " angguknya " tapi berita buruknya, tempat itu terisolasi karena longsor jadi kemungkinan dia gak bisa pulang tepat waktu" sahut jen dan terlihat muka khawatir dari si kakak itu mendengar kabar bahwa gita harus berdiam di tempat yang terisolir itu.
********
Tarra terbangun dari tidurnya, ia sudah tidur lama sekali karena efek obat yang gita berikan padanya. Namun keadaannya makin membaik, ia berjalan mengambil ponselnya dan hendak menghubungi polisi tapi sayang di wilayah itu tidak ada sinyal. Ia melihat ada sebuah telephone kabel dan buru-buru mendekati telephone itu namun ia kabel dari telpon itu terputus. Lalu seseorang masuk sambil membawa nampan makanan ke kamar tarra dan melihat tarra sudah berdiri dan sudah sehat
" sudah mendingan tuan?" tanya seseorang itu sambil meletakan makanan itu di meja
" siapa kamu?" tanya tarra
" saya *verzorgenya non gita" ucap seseorang itu
" pelayan?" tanya tarra lagi,
" iya, nona gita. Maaf tuan nona gita bilang tuan jangan banyak bergerak dulu takutnya ada saraf yang cidera" ujarnya
" dimana dia sekarang?" tanya tarra dan tidak lama kemudian gita masuk ke dalam kamar itu dan melihat pelayannya sedang berbicara dengan tarra.
" oh kau mau kabur rupanya" ucap gita dengan keadaan yang basah kuyup karena di luar masih hujan
" tidak " ucap tarra sambil ketakutan
" makasih ya sri, nanti biar saya yang bawa piring dan gelas kotornya sendiri kebelakang" ucap gita ke pelayan itu, ia lalu si pelayan itu meninggalkan ruangan itu dan membiarkan tarra dan gita disana
" kamu gak bisa kabur dari sini, karena diwilayah ini sedang terisolir karena tanah longsor" ucap gita sambil mengambil bubur yang sudah di buatkan si pelayan dan membawanya mendekati tarra
" ja-jangan mendekat" ucap tarra yang masih ketakutan " apa itu? Kau mau meracuni aku kan?" tanyanya
" hahahaha .. Halusinasi mu luar biasa ya, ini bubur kau harus makan setidaknya aku tidak mau kamu mati dirumah kakekku " ucap gita sambil mengambil satu sendokan penuh bubur di sendok
" itu sendok" ujar tarra sambil menunjuk sendok yang di pegang gita,
" ini kotor sudah buat bubur" ucap gita yang beralasan " ayo cepat makan" teriak gita
" aku bisa makan sendiri" ujar tarra. Lalu gita menaruh mangkuk bubur itu dan mengambil sekopnya lalu berjalan keluar tarra mengikutinya
" mau kemana kamu" tanya tarra
" ingin menggali sesuatu" ucap gita
" kau menggali kuburan untukku?" ucap tarra terkejut
" hahahaha halusinasimu benar-benar luar biasa ya" ucap gita sambil tertawa
" gimana kamu tau kalo aku kecelakaan disana?" tanya tarra penasaran
" hei, pak tua! Ini tempat keluargaku! Aku sedang berada disini lalu tiba-tiba ada seorang penulis frustasi yang sedang mengendarai mobil lalu terjun ke bawah jurang dan bertemu dengan seseorang yang dia tuduh sebagai kaki tangan si pembunuh itu, dan kau tau? Si seseorang itu dengan bodohnya menyelamatkan nyawa penulis itu dan membawanya kerumah!!" ucap gita sambil terlihat emosi " dan aku sekarang sedang mencari warisan dari ayahku yang hilang ketika aku menyelamatkan kamu" ucap gita lagi dan lalu pergi sambil membanting pintu meninggalkan tarra yang hanya terdiam itu
Gita pergi ketempat jatuhnya mobil tarra ia mulai mencari arloji pemberian dari ayahnya itu.
Tarra sedang duduk terdiam diujung ranjang tempat tidur itu, pikirannya melayang-melayang entah kemana. Tiba-tiba ia teringat perkataan damar jika ia gagal maka ia akan kehilangan 10 juta dollar. Tarra akhirnya kembali berusaha untuk mencari sinyal dan segera menghubungi damar.
Ia melihat ke arah meja depan terjejer photo-photo masa kecil gita disana dengan sang ayah dan kakeknya, ia lalu melihat kesampimg dan menemukan buku yang ia tulis, buku pertama yang ia tulis dan buku itu adalah cetakan pertama yang sudah sangat langka ia membuka buku tersebut dan menemukan fotonya 10 tahun yang lalu ia menatap photo tersebut dan teringat gita pernah mengatakan bahwa ia pernah bertemu sebelumnya.
*********
[FlashBack]
Disebuah restoran terlihat tarra sedang menulis dipaling belakang restoran dan menghadap jendela, sambil sekali melihat keluar melihat orang-orang yang berlalu lalang melewati restoran. Tarra melempar kertas demi kertas ke lantai dan terlihat pusing dengan tulisannya itu. Gita berjalan kearah tarra sambil membawa minuman lalu ia mengganti minuman tarra dengan yang baru. Kemudian tarra mengambil minuman itu dan meminumnya ia merasa ada yang berbeda dengan gelas tersebut saat ia melihat ke gelas tersebut berisi tulisan " aku akan jadi penggemar pertamamu" tulis gita di gelas itu namun tidak di sadari oleh tarra, tarra menengok ke kanan dan ke kiri namun tidak menemukan siapapun yang memberikannya minum tersebut. Namun ternyata gita memperhatikan itu dari jauh, tarra meminum minuman tersebut dengan tersenyum dan diam-diam gita mengambil photo ketika tarra sedang tersenyum itu.
Sambil terus melihat photo dirinya ia mengetahui akhirnya bahwa gita memang penggemar pertamanya.
Malam tiba, hujan masih terus mengguyur disana tapi gita masih terus mencari arloji yang jatuh itu tapi tetap saja ia tidak menemukannya. tarra melihat gita dari atas jurang ia berjalan terus mendekati gita sampai pada akhirnya gita menginjak batu dan membuatnya menjadi tidak seimbang dan hampir terjatuh untungnya tarra menyelamatkannya. Mereka saling menatap dalam diam. Mata mereka saling melihat
" terima kasih sudah menyelamatkan ku" ujar tarra yang sedang melihat gita yang masih ada di dalam dekapannya saat itu, lalu gita pun melepaskan diri dari tarra dengan terburu-buru dan sedikit menjauh dari tarra " terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku, jadinya aku bisa menyelamatkan mu juga" ucap tarra. Saat ia hendak berjalan namun kakinya keselo dan jadilah tarra membantu gita berjalan. Saat itu hujan turun dengan deras mengguyur mereka di sana tarra memeluk gita dan memegang tangannya membantunya agar dia bisa berjalan.
" kita terlalu dekat" ujar tarra ke gita , namun gita hanya melihat tarra dari balik tudung mantelnya
" kalau ini hanya trikmu saja, habislah kau" ucap tarra lagi. Gita hendak melepaskan peganggan tarra tapi tarra tidak membiarkannya.
" maaf untuk kejadian waktu itu dan terima kasih sudah menyelamatkan ku terus" ucap tarra pelan, gita hanya tersenyum mendengarnya " jantungmu berdetak kencang. Kau tidak merasakannya? " ucap tarra lagi. Lalu cepat-cepat gita melepaskan diri dari pelukan tarra dan berjalan sendiri.
Sampai dirumah gita langsung membersihkan dirinya dan tarra langsung masuk kekamarnya, tidak lama kemudian gita datang membawakan sup untuk tarra makan dan obat agar tarra tidak terlalu merasakan sakit.
" aku taro meja ya" ujar gita sambil meletakan nampan makanan di meja dan berbalik untuk keluar dari kamar
" disini aja" ucap tarra .
Suara petir terus menabrakan dirinya kekaca dan bersaut-sautan di langit air hujanpun tambah deras turun di luar dirumah itu hanya ada gita dan tarra pelayan itu sudah pulang sejak sore hari.
Rumah itu luas dengan ornamen jaman belanda yang masih kental disana, lukisan-lukisan piringan hitam banyak photo di dindingnya dengan tumpukan cd-cd klasik tahun 80'an yang tersusun di rak rumah itu. Ada piano besar di ruang tengah yang dulu sering gita mainkan dengan sang kakek, lalu ada sepeda ontel milik ayahnya dan senapan laras panjang yang tergantung di sudut rumah.
" ini rumahmu?" tanya tarra sambil menyuap makanan yang sudah gita siapkan
" bukan. Ini rumah kakek dari ayahku" ucapnya sambil mengambil salah satu buku yang ada disana
" kakekmu pejuang?" tanyanya lagi
" hmm, orang tua kakekku bangsawan pada saat itu" ucap gita sambil membuka halaman perhalaman dibuku yang ia ambil itu " tapi kakekku kolonel " sambung gita
" oh pantes kamu punya pelayan" sahut tarra
" namanya sri, ayah dan ibunya sudah jadi pelayan keluargaku sejak dulu" ucap gita
" lalu dia jadi pelayan lagi? " tanya tarra
" dia bukan pelayan. Dia temanku, aku dulu suka kesepian saat aku sering di tinggal dinas oleh ayahku dan kakekku jarang pulang kerumah ini, aku cuma punya dia. Dia temanku bukan verzorge-ku " ucap gita yang tiba-tiba duduk dihadapan tarra
" kau tidur disini saja" ucap tarra
" hah? Kau gila"sahut gita yang kaget mendengar perkataan tarra
" kau bisa tidur dikursikan?" tanyanya lagi, sehingga membuat gita makin kaget " aku tidak akan berbuat yang engga-engga kok" ucap tarra
" oke kalo gitu aku ngambil selimut dulu ya! Jangan lupa obatnya diminum dulu" sahut gita, lalu ia pergi keluar sambil membawa mangkuk makanan yang sudah kosong itu kedapur
Malam makin larut hanya terdengar sisa-sisa rintikan hujan yang jatuh dari atas plavon rumah dan suara jangkrik yang sedang berbicara dengan temannya, dan suara jam yang terus berbunyi melewati setiap detiknya malam itu. sepi sunyi malam di perdesaan itu. Angin menghembus masuk lewat sela-sela jendela di kamar itu membuat kamar itu makin terasa dingin.
Malam itu tarra tidur di kasur sedangkan gita tidur dikursi saling sama-sama gelisah. Saling berbalik tarra melihat gita dan begitupun sebaliknya, merasa makin tidak nyaman . Gita lalu menaikan selimutnya.
" aku sudah merasa hampir putus asa pada tahun itu" ucap tarra sambil melihat langit-langit kamar itu " hampir menyerah dengan kehidupanku sekarang. Aku sudah cukup merasakan rasanya dibuang oleh orang-orang yang aku sayang, di lupakan oleh orang-orang yang aku cinta bahkan aku di tipu oleh orang-orang yang aku berikan kepercayaan. Maaf ketika pertemuan kita lagi aku kurang bersikap sopan padamu, maaf ketika pertemuan kita waktu itu aku malah terus menuduhmu. Karena aku sudah banyak kecewa dengan orang-orang, aku takut kamu salah satu dari mereka. Aku takut kamu hanya ingin memanfaatkanku, meninggalkanku bahkan menipuku pada saat itu aku minta maaf dan aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan nyawaku lagi. Dan nanti aku akan balas kebaikanmu dan membalas menyelamatkan nyamamu juga, semoga aku tidak terlambat kali ini" ujar tarra yang malam itu. Lalu ia melihat kearah gita yang ternyata sudah tertidur
" selamat malam penggemar pertamaku" ucap tarra lalu ia mematikan lampu.
Malam sudah larut gita membuka selimutnya ternyata ia belum tertidur ia bangun dari kursi itu dan berjalan kearah tarra melihat kondisi tarra yang saat itu sedang panas dingin. Ia panik dan hendak keluar untuk meminta pertolongan tapi tarra menahannya
" jangan pergi" ujar tarra lirih " aku baik-baik aja kok, aku gak apa-apa dalam keadaan begini" ucapnya. Gita sedih mendengarnya sambil menangis ia keluar dari rumah di luar sedang hujan badai gita terus berlari kerumah sri untuk mendapatkan pertolongan agar bisa membawa tarra pulang kerumahnya
******
Tarra terbangun di kamarnya ia bingung kenapa ia ada disana, Ia mendengar sebuah suara dan menemukan makanan di atas meja, ia kebingungan lalu ia berjalan menuju ruang kerjanya dan menemukan sebuah skrip di atas mejanya yang di ketik dengan mesin ketik itu, tarra masing kebingungan melihat itu
" siapa yang mengerjakan ini?" tanya tarra kebingungan, namun kemudian ia teringat perkataan damar tentang ghostwriter. Tidak lama kemudian damar datang dan menemui tarra di ruang kerjanya sedang kebingungan sambil memeganh skrip itu
" selamat pagi anakku, adikku kekasihku" ucap damar sambil memeluk tarra, " bagaimana keadaanmu? Kau tau aku hampir mati kena serangan jantung saat melihat keadaanmu tadi malam! " sahut damar lagi
" ini !! Ini siapa yang menulis katakan padaku siapa!!!" teriak tarra sambil menarik kerah baju damar, ia terlihat sangat emosi
" k-kau yang menulis itu" ucap damar terbata-bata " sadarkan dirimu dirgantara mungkin ini karna pengaruh obat penenang itu, kau jadi lupa" ucap damar yang masih ketakutan, namun tarra melepaskan cengkraman tangannya dari kerah baju damar, lalu damar merapikan bajunya. Tarra masih menggenggam skrip novel itu
" kau dirgantara yang mengirim naskah novel serinya padaku, kau yang mengirim itu lewat mesin fax-mu alamat mesin fax-mu" ucap damar yang menjelaskan hal itu ke tarra. Lalu tarra terduduk di kursi kerjanya lemas karena ia merasa bahwa bukan dia yang menulis itu semua, tapi seluruh jalan ceritanya sama seperti yang ada di fikirannya.
" benar aku?" ucap tarra memastikan
" iya dirgantara" ucap damar
********
Di halaman depan mahar sudah menunggu ceo keluar dari rumah tarra, ia menghampirinya namun Si ceo masih sibuk dengan ponselnya ia sedang menelpon dokter pribadi tarra untuk menentukan jadwal untuk tarra berkonsultasi
" apa dia sudah mau?" ujar mahar ke ceo itu,
" sulit sekali membujuknya, menggunakan ghostwriter!! Kalau dia mau kan aku gak jadi ribet kaya gini!! Dirgantara awas kau!!" ucap damar sambil keluar dari halaman rumah tarra dan berjalan menuju mobil bersama dengan mahar
" iya! Dia keras kepala sekali, harusnya kau berhasil membujuknya!!!" ucap mahar yang saat itu berjalan bersama ceo damar masuk ke mobil.
**********
Tarra saat itu masih kebingungan, ia membaca cerita itu berulang-ulang ia masih bingung apakah ia yang menulisnya dan apa yang ada di cerita itu adalah cerita yang ingin dia tulis.
Lalu tarra mengambil obat penenang di lacinya dan meminumnya lalu ia melihat mesin ketik itu dan mengambilnya. Namun ia malah ketiduran di meja kerjanya hingga akhirnya ia terbangun karena suara ponselnya yang terus berdering dan itu dari CEO.
" dirgantara" teriak ceo dari balik telpon
" hmm" jawabnya
" novel-mu, lebih dari satu juta orang pembaca" ucap dengan semangat dari ceo
" serius??" jawab tarra sambil terlihat senang
" serius!! Coba kau cek! Selamat datang lagi wahai tangan dewa ku" ucap damar
Lalu tarra mengecek halaman novelnya dan membaca satu persatu komentar-komentar tentang novelnya, hal itu membuat ia yakin dan ia menyakinkan dirinya bahwa ia yang membuat cerita tersebut.
" kau! Besok harus datang ke konfrensi pers untuk proyek novel mu ini" ucap damar.
**********
Konfrensi pers kali ini berbeda untuk tarra, ia terlihat lebih bahagia dari biasanya ia menyakini dirinya sendiri bahwa ia yang menulis cerita itu, ia yang mempunyai ide cerita itu.
Mahar melihat itu dari kejauhan, lalu reporter firman datang dan duduk disamping mahar.
" ck, seharusnya ia jadi aktor saja bukan jadi penulis" ucap reporter firman " lagi pula cerita ini bukan idenya, dia menggunakan ghostwriter!! " ucapnya lagi dan mahar mendengar itu semua ,
" apa kau mau menyebar gosip?" tanya mahar ke reporter firman
**********
Setelah konfrensi pers sekretaris mina datang menghampiri tarra yang saat itu masih melayani pertanyaan dari para wartawan yang menanyakan sekitar 2 bulan ini ia jarang berada di rumah atau berada di layar televisi ternyata tarra sedang menulis novel terbaru. Saat para reporter mulai berkurang sekretaris membacakan jadwal kegiatan tarra hari ini
" tuan hari ini ada makan malam dengan para tokoh pencinta satra di jakarta, lalu hari ini tuan ada syuting iklah layanan masyatakat dengan adnan" ucap sekretaris mina sambil memerhatikan raut wajah tarra yang tiba-tiba berubah saat iya mengucap nama adnan. Tarra tentu saja tidak senang mendengarnya, walaupun begitu ia tetap melakukan syuting iklan tersebut dengan adnan.
Setelah syuting iklan itu selesai ia langsung meninggalkan tempat syuting dan langsung pergi namun saat hendak pergi tarra berpapasan dengan adnan
" hei dirga" teriak adnan
" hallo" ucap tarra
" selamat atas serial novel barumu, sangat seru dan kau rupanya merubah gaya menulismu juga ya di novel barumu. Awalnya aku pikir itu bukan kau yang menulis tapi saat aku lihat pengarangnya itu kamu, sangat beda aku sampai tidak bisa menyamakannya dengan novel-novel mu yang lain! Hebat" ujar adnan ke tarra,
" maksudmu apa?" jawab tarra
" kau kan bukan tipikal seorang yang bisa menulis cerita cinta seperti di novel terbaru mu! Sangat aneh ketika aku tau bahwa sekarang kau berminat untuk bercerita tentang cinta " ucap adnan lagi, namun tarra mengalihkan pembicaraan
" kau juga rupanya tertarik untuk memotong rambut depanmu, kau bukan tipikal penulis yang berambut gondrong kan? Potonglah sampai kau punya ide baru untuk novel barumu" ujar tarra lalu ia meninggalkan adnan yang hanya terdiam mendengar perkataan tarra
**********
Laki-laki itu sedang duduk dimeja kerjanya sambil membuka satu persatu halaman di naskah yang ia lihat saat itu lalu mencoret bagian-bagian yang salah, mencoret lagi, mencoret lagi hingga membuat ia kesal karna terlalu banyak bagian yang salah dari naskah itu.
Lalu adnan datang dan bertemu dengan sang ayah yang sedang mengoreksi skrip novelnya
" kau itu tidak bisa menulis! Berhenti meniru tarra" ucap laki-laki sambil melemparkan naskah yang sudah penuh coretan itu ke adnan, adnan hanya terdiam lalu mengambil naskah itu dari lantai.
" kau tidak bisa melakukannya lagi, kau bukan tarra!! Tulisanmu tidak akan sebagus novelmu pertama" ucap laki-laki itu lagi. Hal itu membuat adnan kesal lalu ia langsung pergi dari ruangan itu. Wajah kecewa terlihat dari sang ayah, yang kecewa terhadap sikap anaknya itu.
Dengan wajah kesal adnan membanting tubuhnya ke kursi kerjanya lalu membuang naskahnya ke tempat sampah. Anna kucingnya terus melihat ke adnan sesekali mengeong dan mungkin anna kesepian karena adnan jarang bermain dengannya, adnan menghampiri anna lalu ia melempar kucing itu ke arah kaca lalu kaca itu pecah terdengar anna mengeong kesakitan disana namun adnan hanya diam.
" kucing sial" ujarnya
********
Gita berjalan pulang kerumahnya namun ia mampir ke klinik terlebih dahulu, namun ia melihat jen yang sedang di marahi oleh dokter.
" selamat pagi semua" teriak gita di dalam klinik, semua yang ada di dalam klinik kaget saat melihat siapa yang datang.
" gitaaaa" teriak jen yang tiba-tiba berlindung di belakang tubuh gita
" ada apa ini" tanyanya ke dokter
" dia! Dia bilang melihat sesuatu yang jahat mendekati gita " ucap dokter itu, namun si dokter kaget saat ia melihat yang bertanya padanya itu gita
" ah gitaa!!!!!" teriak nya sambil memeluk gita
Akhirnya perang kakak dan adik berakhir dengan makan siang di klinik
" apa yang kamu lakukan dirumah itu?" tanya dokter
" berkunjung" ucap gita sambil terus memakan burger nya
" kau bilang kalau kau kesana akan melihat masa lalu mu" tanya jen
" ia terkadang. Tapi kemarin aku merasa semuanya baik-baik saja mungkin karena" belum selesai gita berbicara jen sudah memotongnya
" gimana kabarnya tarra? Dia baik-baik saja?" tanya jen
" loh kok? Kamu tau? Darimana?? " tanya gita yang kaget saat mendengar jen tau kalau kemarin ia bersama tarra dirumah itu.
" kamu sama tarra disana?" tanya dokter ke gita
" iya, dia " ucap gita yang hendak bilang sebenarnya kemarin tarra kecelakaan dan ia yang menolongnya tapi ia takut mereka tidak percaya jadi gita memilih untuk diam
" di sudah mempublikasikan novel barunya" ucap jen sambil tersenyum ke gita. Tentu saja itu membuat gita senang.
*******
Tarra yang sedang duduk di meja kerjanya hendak menulis kelanjutan novelnya tiba-tiba teringat perkataan adnan dan itu membuat tarra tak bisa berkonsentrasi
Ia merebahkan kepalanya di meja lalu ia mendengar seseorang memanggilnya
dirgantara ucap seseorang itu lagi
Lalu tarra berlari keluar ruangan kerjanya dan saat ia keluar dari ruangan itu dan melihat kabut tebal dan seseorang datang menghampirinya terlihat selintas cahaya dari korek api itu berjalan menjauhinya
s-siapa ucapnya sambil berteriak saat ia melihat seseorang itu menjauh pergi namun seseorang itu terus menjauhi tarra
hei amar ucap seseorang yang lewat di dalam sebuah kereta itu melewati tarra yang saat itu masih bingung dengan keadaan di sekitarnya. hei amar sastrodiharjo ucapnya lagi
Lalu ia melihat cahaya itu menghilang dari pandanganya begitupun kereta itu, yang membawa seseorang itu, lalu seseorang itu menyalakan korek apinya lagi dan tarra-pun mengikutinya. Suasana berkabut masih terasa disana ia hanya di terangi dengan cahaya yang di hasilkan oleh korek api yang di bawa seseorang itu,
excuseer mij tiba-tiba seseorang menyuruhnya minggir itu adalah orang yang menarik kereta itu dan tiba-tiba lampu menyala dan suasanya sangat berbeda. Ia kembali kejaman indonesia di tahun 1928. Tarra-pun kebingungan ia melihat ke kanan dan ke kiri memastikan dimana dirinya berada banyak sekali orang-orang berlalu lalang di depannya namun sangat berbeda dengan jaman sekarang banyak bangsawan disana yang sedang berlalu-lalang di jalan batavia kala itu, tiba-tiba gita menarik tangan tarra dan mengajaknya pergi sambil berlari suara tembakan terus terdengar di belakang peluru-peluru terus terdengar menghancurkan setiap yang menghalangi namun sayang arlojinya terjatuh dari saku gita. Gita berhenti untuk mengambil arloji itu lalu kembali menarik tangan tarra dan kembali berlari. Di belakang gita ia terlihat di kejar oleh tentara-tentara belanda. Lalu akhirnya mereka bersembunyi di samping toko yang sudah tutup , tarra hendak menengok tapi gita menyudutkannya mendorong tarra ke tembok dan mereka saling berhadapan, gita membekap mulut tarra dan tarra terlihat kebingungan.
kau apa-apaan sih ujar tarra sambil melepasan bekapan tangannya
ssstt- diam jangan berisik ucap gita sambil menengok ke kenan dan kiri melihat tentara penjaga yang masih mencarinya. kau bilang kau mau membantu memperjuangkan negarakan? Dari pada kau menulis kisah cinta murahan tentara itu melewati gita dan tarra, namun satu dari mereka ada yang melihat gita, gita lalu melepas topinya dan ia mendekati wajahnya ke arah tarra lalu ia menciumnya untuk menyelamatkan diri dari tentara belanda itu. dan malam itu mereka berhasil menyelamatkan diri dari tentara belanda itu.
Gita melepaskan ciumannya dan mereka saling berhadapan dengan rasa kesal tarra mendorong gita menjauh dari dirinya.
a-apa yang kau lakukan? tanya tarra yanga saat itu masih terkejut dengan apa yang gita lakukan padanya
sudahlah, kau juga sudah sering berciuman dengan banyak wanita publikan ucap gita sambil memakai lagi topinya dasar mata keranjang ucapnya lagi. Ia memberikan arlojinya ke tarra ini punyamu. Warisan dari ayahmukan? Untung saja aku bisa mendapatkannya lagi ucap gita yang membuat tarra bingung gara-gara arloji ini kau membuat kerusuhan dan membuat aku susah, ck memangnya arloji ini istrimu ucap gita lagi sambil hendak berjalan pergi meninggalkan tarra yang masih kebingungan, tarra menahan ia melihat tangan gita berdarah
kau, kenapa dikejar-kejar ucap tarra sambil memegang tangan gita yang ia tutupi dengan mantelnya itu735Please respect copyright.PENANAGNQUi01lNP
hahaha kau pura-pura peduli padaku? Sudahlah jangan berharap aku akan menyukaimu. Aku melakukan ini karena untuk revolusi negara kita ucap gita, sambil pergi menjauh meninggalkan tarra yang masih kebingungan itu
Kemudian tarra terbangun dari tidurnya dan sudah menemukan skrip novel terbaru dan isi skrip itu sama dengan apa yang hendak tarra tulis. Tarra ragu-ragu untuk mengambil skrip, di dalam hatinya mengatakan itu bukan tulisannya, ia melihat layar laptopnya yang masih kosong tanpa tulisan.
Pintu ruang kerja tarra terbuka terlihat sekretaris mina berjalan mengampiri tarra yang masih kebingungan itu.
selamat pagi tuan, hari ini penerbit meminta skrip terbaru untuk terbit minggu depan ucap sekretaris mina yang saat itu sudah melihat skrip terbaru novel sudah di pegang oleh tarra. Ia ragu untuk memberikannya ke sekretaris mina namun sekretaris mina langsung mengambil skrip itu.
kau menulisnya dengan mesin ketik lagi tuan? Kalau begitu biar saya salin dan saya kirimkan ke ceo damar lalu sekretaris mina keluar dari ruangan itu dengan membawa skrip terbaru itu
************
firman ucap ibu adnan saat melihat reporter firman masuk kedalam restoran, ternyata sedang menunggu reporter firman direstoran milik temannya gita itu, lalu reporter firman duduk didepan ibunya adnan itu
terima kasih loh kamu menyempatkan datang ucap ibunya adnan
tidak masalah ujar reporter firman
terima kasih juga kau sudah membuat artikel tentang penguntit tarra tu ujar ibunya adnan lagi, ibu adnan memberikan amplop ke reporter firman aku ingin kau melakukanya satu kali lagi untukku ujarnya
kita buat skandal saja tentang tarra, kita buat seolah-olah dia menggunakan jasa ghost writer atau kita buat tarra seolah-olah sedang berkencan dengan seseorang " ucap reporter firman
" aku suka dengan ide itu" jawab ibu adnan
********
Tarra yang masih penasaran dengan skrip itu lalu berkendara dengan mobilnya menuju kantor penerbit. Sampai disana ia melihat damar ada di kantornya sedang makan siang, tarra langsung membuka pintu ketika itu nampak damar yang hendak memakan makanannya namun di urungkan karena tarra masuk dengan raut wajah yang marah.
" kau yang melakukannya kan!!" ujar tarra yang saat itu benar-benar emosi
" melakukan apa??" ucap damar
" ghostwritter itu!! Kau yang menyewanya kan?" teriak tarra
" bagaimana kau tau" ucap damar terkejut
" kan sudah aku bilang aku akan mengerjakannya sendiri!!! Tanpa lewat deadline! Aku akan menulis ceritaku sendiri, dengan ideku sendiri!!!!! " ucap tarra yang saat itu meninggikan nada suaranya di depan damar , lalu ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya sambil sesekali menahan amarahnya " siapa? Siapa penulis itu " tanyanya ke damar
" raka " ucap damar pelan dan ketakutan " tapi sudah aku batalkan " sambung damar namun tetap saja tarra tidak percaya. Lalu ia pergi meninggalkan ruangan damar dengan wajah marah, ia mengendarai mobilnya keliar dari kantor itu tiba-tiba ada kabut tebal, tarra tetap menjalankan mobilnya ia pun tiba-tiba sampai di tempat ia kecelakaan raut wajah kebingingan mengapa ia berada disana, lalu ia melihat sesuatu bersinar dibawah.
Ia turun kebawah dan menghampiri yang bersinar itu dan ia melihat sebuah arloji kuno terjatuh disana lalu ia mengambilnya.
******
Jen sedang menulis sebuah cerita untuk penggemar onlinenya di apartemen gita, dan gita terlihat sedang berbaring dengan gelisah dan itu membuat jen terganggu.
" aku kehilangan arlojiku" ucap gita yang tiba-tiba bangun dan terduduk di tempat tidurnya, membuat jen kaget.
" kau! Untung aku tidak punya serangan jantung!" ucap jen " lagi pula mustahil menemukannya, di tengah perkebunan lagi. Hmm atau arlojinya itu kembali ke si pemilik aslinya" sambung jen lagi
Di tempat yang berbeda tarra yang menemukan arloji itu lalu melihatnya dan menurutnya arloji ini tidak asing baginya lalu ia teringat pada gita jaman dulu yang berlari mengambil arloji ini dan mengingat perkataan gita kemarin kalau ia mencari arloji warisan dari ayahnya, lalu tarra membuka tutup depan arloji itu dan tiba-tiba saja jarum arloji itu hidup kembali.
Gita yang masih terlihat murung lalu menarik bantal dan menutupi wajahnya dengan bantal lalu dia bergumam ke jen
" tapikan ayahku bilang arloji itu sudah berumur hampir 80 tahunan jadi kira-kira si pemilik kalo masih hidup orang itu pasti sudah berumur 90 tahun atau lebih " ucap gita kesal.
*******
Malam hari tiba tarra akhirnya kembali kerumahnya saat ia memasuki rumahnya ia mendengar seseorang sedang mengetik diruang kerjanya. Ia berjalan kearah asal suara dengan langkah hati-hati ia memasuki ruang kerjanya ia membuka pintu dan terdengar suara derit pintu terbuka namun seseorang itu masih terus mengetik dengan mesin ketik itu dan saat tarra hampir dekat dengan meja kerjanya ia menemukan seseorang sedang mengetik dengan mesin ketik itu. Ia kaget bukan kepalang begitu juga dengan mahar yang kaget karena ia ketahuan dengan tarra.
" tertangkap basah " ujar mahar yang saat itu kaget saat melihat tarra menghampirinya
" k-kau siapa?" ujar tarra
" aku ghostwrittermu" jawab mahar sambil tersenyum ke arah tarra yang saat itu terlihat sangat kesal dengannya
" siapa namamu? siapa yang mengirimmu kerumahku" teriak tarra karena kesal karena sedang memergoki mahar yang sedang mengetik dimesin ketiknya.
" aku " ucap mahar sambil berfikir untuk menyebutkan namanya lalu ia melihat koran diatas meja tarra " dika" ucapnya sambil tersenyum lebar kearah tarra.
Di tempat berbeda ceo damar sedang asik berkumpul dengan para karyawan telihat panik saat ponselnya berdering dan ia melihat ke layar ponselnya bahwa yang menelpon itu adalah tarra.
" hallo anakku" ujarnya dengan senang bahkan ia meloadspeaker percakapan mereka kedepan karyawannya
" kau yang mengirim ghostwriter ini kerumah ku" teriak tarra lalu membuat damar panik dan ketakutan, lalu ia berjalan keluar menghindar dari karyawannya
" apa maksudmu? Kan sudah aku bilang aku sudah membatalkannya" ucap damar
" hah? Membatalkannya, aku jelas-jelas sedang bersama penulis bayanganmu itu disini dirumahku, diruang kerjaku menggunakan mejaku dan mesin ketik punyaku" ucap tarra kesal namun mahar hanya diam sambil terus tersenyum menatap tarra yang sedang menelpon itu " aku mau kau segera kesini dan lihat sendiri kalau kau tidak datang aku tidak akan memperpanjang kontrak!!! " ucap tarra lalu ia mengakhiri panggilannya, membuat damar panik lalu ia bergegas kerumah tarra.
Tarra mengikat mahar di kursinya namun terlihat mahar yang tersenyum-senyum dan menahan tawa ketika melihat kelakuan tarra padanya.
" kenapa? " tanya tarra
" tidak, aku hanya malu karena tertangkap basah olehmu" ucap mahar sambil tersenyum
Suara bel berbunyi lalu tarra membalikan tubuhnya dari hadapan mahar, namun ia membalikan tubuhnya lagi
" kau!!! Diam disana jangan mencoba kabur dariku!!" ucap tarra dan kemudian ia berjalan keluar dan membukankan pintu, terlihat damar yang terengah-engah di balik pintu itu.
" ka-kauu mengganti kode rumahmu" ujarnya terengah-engah
" aku tidak percaya lagi padamu!! Kau membiarkan seseorang masuk kerumahku tanpa seizinku!!!" ujar tarra
" sudah aku bilang, aku sudah membatalkannya" ucap damar sambil berjalan dan masuk keruang kerja tarra . Sampai disana mahar sudah tidak ada disana, hanya tersisa tali-tali yang tergeletak ditanah bekas ikatannya itu
" kau! Kau yang membantunya untuk kabur ya??" tanya tarra menuduh ke damar
" aku? Aku bahkan tidak tau siapa yang kamu maksud" ucap tarra tegas
" aku menangkap basah penulis bayangan itu!!! Disini dimeja ini sedang mengetik" ucap tarra sambil menunjuk kursi yang mahar pakai untuk menulis itu. Hal ini membuat damar kesal lalu ia mengambil ponselnya lalu menghubungi raka untuk menyelesaikannya
" hallo raka" ucap damar yang me-load speakerkan panggilannya
" oh hallo ceo damar" sahut raka di balik telpon " maaf aku sedang di italy bisa kau jangan memghubungiku dulu beberapa waktu " ucap raka
" oke, oke thank ya raka" ucap damar lalu memutus sambungan telponnya
" puas kau?" ucapnya lagi
" siapa namanya??" tanya tarra
" raka, dirgantara" jawabnya . Tarra tertegun diam lalu setaunya nama penulis itu dika lalu ia melihat koran disana dan tertulis nama dika di bagian pengarang cerita sontak membuat tarra marah dan murka
" dikaaaaa" teriaknya. Membuat damar kaget dan memilih keluar ruangan, karena tarra sepertinya murka dan itu membuatnya ketakutan.
" hallo dokter?? Aku ingin membuat janji untuk piskoterapi tarra kira-kira kapan??" ujar damar sambil berjalan pergi
Setelah damar menjauh pergi dari rumah dika keluar dari persembunyiannya, ia berharap untuk tidak terjebak disanaa tapi ia bingung apa yang harus ia lakukan. Sedangkan tarra terlihat pusing memikirkan siapa sebenarnya dika, ia lalu melihat ketikan dika di mesin ketiknya. Lalu ia terlihat sangat kesal sampai-sampai merobeknya dan membuangnya. Namun dika muncul mendekat ke arah tarra dan melihatnya yang sedang merobek naskah itu dengan ia terlihat sangat kecewa.
" kau sudah berubah ya temanku" ucap dika
**********
Adnan sudah menunggu lama di kantor penerbit ia duduk didalam ruangan damar menunggu damar datang. Ia terus menggulung-gulung kertas menjadi robek-robekan kecil di meja dan tidak lama setelah itu damar datang dengan muka sangat kesal, ia masih kesal dengan tarra semalam. Namun ia kaget saat melihat adnan yang langsung berdiri ketika melihatnya itu,
" oh hallo" ucap damar
" pagi pak" ujar tarra
" pagi, bagimana skripnya? Kau sudah menyelesaikannya ?? " ujar damar tanpa basa-basi lagi
" aku membuangnya dan aku akan membuatnya ulang" ucap adnan sambil terus menggulung kertas-kertas kecil dimeja hingga membuat meja berantakan karna serpihan-serpihan kertas yang tergulung kecil itu
" tapi kau harus memberikannya padaku hari ini" ucap damar yang mulai kesal
" novel itu perlu sedikit jiwa" ucap adnan, tapi hal itu membuat damar heran
" novel yang akan kau tulis adalah cerita tentang paranormal atau seseorang yang menjadi dukun?" ucap damar yang ingin sekali menanyakan hal itu ke adnan
" bukan. Tapi boleh aku minta tenggang waktu lagi? Aku akan pergi seminggu untuk melakukan penelitian untuk ceritaku" ucapnya ke adnan
" sudahlah kau kirim saja novel yang kau buang itu padaku sekarang" ujar damar kesal
" aku tidak bisa mengirimnya padamu, karna aku ingin novel itu sempurna. Ini adalah novel-ku lagi setelah 5 tahun " ucap adnan hingga membuat damar kesal dan pusing.
********
Gita keluar dari apartemennya lalu berjalan sambil menelpon ia terlihat sangat terburu-buru, sedikit berlari meninggalkan apartemennya dan dari kejauhan dika memperhatikannya.
Akhirnya gita sampai ke klinik ia datang karna hari ini sedang menggantikan kakaknya jen,
" ah aku minta maaf ya git, suamiku mendadak mengajak aku pergi" ucap kakaknya jen
" ia gak apa-apa kok, lagi pula hari ini aku tidak ada jadwal kuliah jadi aku bisa membantumu" ucap gita sambil mengambil jas yang tergantung di samping loker
" terima kasih banyak ya, aku buru-buru " ucap kakaknya jen sambil terburu-buru meninggalkan klinik hewan itu.
Saat kakaknya jen pergi meninggalkan klinik dika pun datang dan berdiri melihat gita dari luar.
Mulailah gita memeriksa satu persatu hewan-hewan yang ada disana, namun ia merasa seperti ada yang sedang memperhatikannya dari jauh ia menoleh kebelakang namun tidak ada siapapun lalu ia pergi keluar untuk memastikan.
Saat ia keluar ia melihat adnan datang sambil membawa anna yang terlihat kesakitan itu .
" apa anna sakit?" ucap gita sambil mendekati adnan
" hallo anna juga" sapa adnan
" apa dia sakit? Dia terlihat murung" tanya gita
" ya mungkin, dia tidak semangat jarang bergerak seperti dulu" ucap adnan sambil menyerahkan kucingnya pada gita, lalu mereka masuk kedalam klinik dan gita mulai melakukan pemeriksaan pada anna
" wah!!" ucap gita, membuat adnan kaget
" ada apa? Apa dia sakit??" ucapnya
" anna pernah jatuh ya dari tempat yang tinggi??" tanya gita
" aku tidak begitu tau, karena aku jarang bermain dengannya lagi" ucap adnan
" kaki depan sebelah kirinya patah dan kita harus melakukan operasi" ucap gita lagi
" anna" ucap adnan pelan Pura-pura bersedih ketika mendengar itu, padahal ia tau kalau anna terluka karena ia telah melakukan kejahatan pada anna waktu itu.
Gita pun membawa anna keruang operasi dan segera melakukan tindakan ke anna dibantu dengan para perawat lainnya, operasi berjalan hampir 2 jam saat itu dika masih terus memperhatikan gita dan adnan dari jauh. Gita keluar dari ruangan operasi dan menghampiri adnan yang duduk gelisah
" Hai" sapa gita yang ikut duduk di depannya
" gimana anna?" tanyanya
" dia membaik. Kucing hebat" ucap gita
" syukurlah, oh ya apa kau dokter hewan?" tanyanya ke gita
" bukan, aku hanya menggantikan dokter disini" ujar gita
" tapi kau ada di fakultas kedokteran?" sahut adnan
" hehehe aku ketahuan" ujar gita
" sebenarnya aku ingin menitipkan anna sementara waktu disini, karna aku mau pergi mengumpulkan bahan untuk novel baru ku" ucap adnan
" ya sudah kalau begitu, biar anna kita rawat sampai dia benar-benar sembuh dan kau bisa pergi mencari bahan dengan tenang" ucap gita
" hehe terima kasih ya dokter gita" ucap adnan sontak membuat gita kaget
" oh ya kau kapan selesai bekerja? Aku ingin mengajakmu keluar. Sebagai rasa terima kasihku karna telah mengobati anna" ujar adnan
" aku selesai pukul tujuh" jawab gita
**********
Tarra terus gelisah ia berjalan mondar mandir diruang kerjanya karena fikirannya sedang buntu ia menoleh ke koran di mejanya dan akhirnya membuang koran itu dan meninggalkan ruang kerjanya berjalan masuk kekamarnya untuk tidur.
Ia mengambil obatnya dan meminumnya namun ketika hendak tidur ia diganggu oleh bunyi jam yang sangat kencang, ia kesal dan mencari sumber suara ia pergi ketempat penyimpanan bajunya dan menemukan arloji gita di salah satu bajunya.
********
Di sebuah restoran di pinggir kota gita dan adnan memutuskan untuk makan malam bersama, ia duduk di meja pinggir jendela dengan lilin di setiap meja di restoran itu, adnan melihat ke arah gita dan gita terlihat malu-malu saat adnan terus menatapnya.
" Aku ingin meminta bantuan lagi padamu" ucap adnan sambil meminum wine " aku ingin kau jadi asisten-ku" ucap adnan
" hahaha aku bukan seorang penulis" jawab gita sambil tertawa
" bukan-bukan seorang penulis, tapi tetap menjadi dokter hewan" ucap adnan
" kau ingin aku menjadi pengasuh anna ya?" tanya gita
" tidak! Bukan juga, aku butuh kamu. Aku hanya ingin mengetahui tentang kedokteran hewan" sahut adnan
" aku akan merekomendasikan orang lain kalau begitu padamu, yang lebih paham " ucap gita " kau tau kan aku bahkan belum lulus dari fakultas itu" sahutnya lagi
" tidak apa-apa aku butuh kamu " ucap adnan
" lagi pula aku tidak akan melanjutkannya ketika aku lulus" ujar gita sambil menyuap makanan yang ada di meja itu
" kenapa?" tanya adnan
" akan aku beritahu kalau kita sudah dekat ya" ujar gita sambil tersenyum
" kalau begitu kita akan menjadi dekat mulai sekarang" gitapun tertegun ketika mendengar perkataan adnan
" permisi, saya pesan orange jusnya lagi" ucap gita sedang mengalihkan pembicaraan itu
" hehehe kau memang tidak pandai berbohong ya" ujar adnan dan kemudian berbincang-berbincang mengenai novel yang akan adnan tulis tapi kemudian gita terdiam
" maaf aku bukannya tidak mau membantumu, tapi aku cuma tidak mau lagi menjadi dokter hewan" ucap gita
" kenapa emangnya? Kau sudah hampir wisuda dan kau juga sudah bekerja di klinik, kenapa kau mau berhenti" tanya adnan dengan penasaran ke gita, gita terus memutar-mutar jarinya di bibir gelas dan ragu untuk berbicara ke adnan
" waktu itu aku pernah menjadi relawan dokter hewan di salah satu desa, aku melihat banyak sapi yang sakit dan tersebarnya banyak virus disana, jalan satu-satunya adalah membunuh sapi-sapi itu. Lalu aku melakukan suntik mati ke semua sapi di desa itu. Aku benci melakukannya pada saat itu, aku ingin mengobati mereka tapi ternyata aku lebih banyak membunuh hewan dari pada mengobati mereka" akhirnya gita mengatakan ke adnan mengapa ia tidak mau membantunya untuk menulis novel itu.
735Please respect copyright.PENANATIhDJgsolp
*******
Malam makin larut pukul 11 malam, jarum itu berputar-putar di pergelangan tangan gita, ia pun berjalan pulang ke apartemennya. Namun seseorang sudah berdiri di depan gedung apartemennya, gita lalu menghampirinya ia melihat tarra disana sedang menunggunya, tarra mendongakan kepala dan melihat kearah gita yang sedang berjalan dan ternyata dika mengikuti gita dari belakang ke apartemen. Namum tarra buru-buru pergi sebelum gita makin mendekat, gita menengok kekanan dan kekiri ia merasa tadi seperti melihat tarra sedang berdiri menunggunya namun ia buru-buru tersadar dari halusinasinya dan berjalan masuk ke dalam lift.
Tarra keluar dari tempat persembunyiannya dan saat itu ia masih melihat dika ada disana ia melihat dika yang saat itu mendongak kesalah satu kamar yang baru menyalakan lampu itu, terlihat wajah sendu dari raut wajah dika ia seperti seseorang yang sedang merindukan kekasihnya yang sudah hilang bertahun-tahun yang lalu.
" kenapa kau ada disini" ucap tarra ke dika yang tiba-tiba menengok ke arahnya sambil menghapus airmatanya dengan sapu tangan dari kantung jasnya.
" aku yang seharusnya bertanya padamu, sedang apa kau disini??" dika menanya balik ke tarra
" aku yang duluan sampai disini!!! Jadi aku yang seharusnya bertanya padamu" ucap tarra kesal lalu tarra mendekati dika dan ia menarik kerah baju dika
" siapa kau sebenarnya" teriak tarra di depan muka dika yang kaget itu, namun dika hanya tersenyum saat tau tarra memperlakukannya seperti itu
" aku jatuh cinta pada pandangan pertama" ucap tarra kaget ia menjauhkan dirinya dari dika " bukan padamu, tapi pada gita" sambung dika sambil tertawa saat melihat tarra yang salah tingkah padanya.
Gita sedang menutup tirai kamarnya lalu jen masuk kedalam kamar.
" kau sedang apa?" tanya jen sambil melempar tasnya ke tempat tidur lalu jen membaringkan tubuhnya ke tempat tidur namun ia tiba-tiba terbangun dan berjalan mendekati gita. Tiba-tiba jen melihat kearah luar gita pun mengikutinya ia melihat tarra sedang berbicara sendiri disana.
" dirgantarra? Sedang apa dia disana??" tanya gita yang mengintip juga dari balik tirai itu
" cepat ambil kacang merah" ucap jen sambil menyuruh gita ke dapur untuk mengambil kacang merah dan gitapun berjalan mengambilnya
" untuk apa?" tanya gita yang sudah mengambil kacang merah dari dapur,
" ayo ikut aku" ucap jen sambil menarik tangan gita keluar dari kamar gita kelihatan kebingungan .
" kenapa?? Ada apa sih jen?" tanya gita yang makin penasaran, ia sudah berada di dalam lift tangan jen masih menggenggam tangan gita dan terlihat panik
" aku merasakan sesuatu yang jahat dan ada dua tapi aku tidak yakin yang mana" ucap jen namun gita hanya menggelengkan kepalanya tidak mengerti.
Diluar tarra masih berdebat dengan dika, yang saat itu hanya tersenyum-senyum melihat tarra marah dan itu membuat tarra makin kesal
" dimana kau mengenal gita?" tanya tarra marah ke dika
" ketika aku baru sampai diindonesia dari belanda dan ternyata aku jatuh cinta padanya dari pandangan pertama" jawab dika, namun tarra ragu karena melihat penampilan dika yang cukup kuno, Yang saat itu menggunakan jas lusuh dan sepatu kulit yang sudah usang. Tiba-tiba dika panik saat merasakan sesuatu akan datang ia bahkan sampai berlari menghindar dan bersembunyi.
Lift terbuka tangan gita ditarik oleh jen keluar dari gedung apartemen dan saat itu jen melihat tarra yang menengok ke arah mereka. jen langsung melempar tarra dengan kacang merah yang membuatnya dan gita kaget saat tahu itu adalah dirgantarra jen lalu terdiam dan lemas, gita buru-buru menyanggah tubuh jen agar ia tidak jatuh ke tanah.
" kau kenapa jen?" tanya gita yang saat itu khawatir pada jen
" biarkan aku sendiri " ucap jen lalu ia jongkok dan menundukan kepalanya. Kemudian tarra menyeret gita pergi menjauh dari jen ia akhirnya berjalan menjauh dari jen yang masih terduduk lemas disana
" kau! Apa-apan ini lepaskan aku" ucap gita sambil terus mencoba melepaskan cengkraman tangannya dari genggaman tarra " kau merindukanku ya?" ucap gita tapi tarra terus mengelak
Jen masih terduduk di tanah ia mendongakan kepalanya dan saat itu ia melihat dika yang sedang memunguti kacang merah yang bercecer di tanah dengan sapu tangannya, jen kaget. Saat melihat dika tersenyum manis padanya. Ia langsung terpesona saat melihat dika tersenyum dan jen juga tersenyum padanya. Dika mengambil satu persatu kacang merah itu dari tanah dan tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan itu membuat jen semakin malu, lalu mereka sama-sama berdiri dan menuangkan kacang merah dari sapu tangannya ke tempat yang sudah jen pegang itu, jantung jen berdegup kencang ia berharap bahwa waktu berhenti padanya hari ini dan saat ini, lalu mata mereka saling beradu pandang membuat jen makin malu dan sampai membuat ia membuang muka dari tatapan dika.
" aku menyukaimu" ucap jen pelan namun terdengar oleh dika dan nampaknya dika kaget
" apa?" ucap dika
" siapa namamu?" tanya jen penasaran
" aku tidak bisa memberi tahukan namaku padamu" ucap dika sambil tersenyum
" kenapa?" tanya jen dengan kecewa
" kau bisa memanggilku kakak" ucapnya
*********
" kenapa kau bisa kenal dika?" tanya tarra yang akhirnya menghentikan langkah kaki mereka, gita diam menatap tarra keheranan karena ia bingung siapa yang tarra maksud
" dika? Siapa? Aku tidak mengenalnya" ucap gita yang masih kebingungan atas apa yang tarra tanyakan padanya,
" kau bohong" tutur tarra emosi, namun ia belum melepaskan pegangannya dari tangan gita. Mata gita melirik kearah pergelengannya kemudian tarra buru-buru melepaskannya dan gita hanya tersenyum malu
" aku serius" ucap gita, namun seolah tarra tidak memperdulikan jawabannya gita ia membalikan tubuhnya dan berjalan menjauh dan gita yang melihat tarra salah tingkah itu hanya tertawa, namun tarra berbalik kearah gita dan memberikan arloji milik gita itu.
" kau? Temukan dimana ini??" tanya gita yang terlihat senang saat tarra memberikannya arloji itu
" dijalan" ucap tarra sambil berjalan pergi menjauh
" aku akan traktir kau makan" teriak gita namun tarra hanya melambaikan tangannya dan berjalan menjauh namun gita berlari menghampirinya dan menarik tangan tarra sambil berlari kecil, tarra tertawa kecil saat melihat kelakuan gita yang menarik tangannya itu sambil tertawa-tertawa. Kilasan masa lalu terlihat ia melihat gita yang saat itu menggunakan dress merah menari bersamanya dan bersama dika di bar saat itu, ia melihat gita menarik tangannya dan menarik tangan dika membuat lingkaran lalu mereka menari. Ia menghentikan langkahnya memejamkan mata gita yang melihat hal itu menjadi khawatir.
" kau kenapa?" tanya gita
" tidak, ayo jalan lagi" ucap tarra sambil menarik tangan gita, namun gita masih diam di tempat itu tarra menengok kearahnya kemudian gita menarik tangan tarra sehingga membuat tarra mendekat kearah gita lalu mereka saling berhadapan dan saling diam, tangan mereka yang awalnya hanya menggenggam menjadi makin terikat, tarra membiarkan jari tangan gita masuk kesela-sela jari tangannya, gita pun memejamkan matanya dan tarra mendekat ke wajahnya.
" kau pikir, aku akan menciummu?" bisik tarra di telinga gita membuat gita membuka matanya dan langsung mendorong tarra menjauh, ia terlihat malu akhirnya gita berjalan mendahului tarra yang saat itu sedang terus tersenyum kearahnya itu membuat gita makin malu. Namun tarra mengalungkan tangannya keleher gita membuatnya berjalan bersama gita, sambil sedikit menundukan kepalanya melihat muka gita yang memerah
" kenapa kau malu?" ucap tarra sambil tersenyum
" diam" jawab gita datar,
" kau malu?" tanyanya lagi
" diam " jawab gita
" kamu mau?" ujar tarra yang menghentikan langkah gita, gita menatap tarra dengan tatapan sinis ke arah tarra " baiklah" lalu tarra mencium bibir gita, membuat gita terdiam matanya membulat dan membesar wajahnya menjadi merah dan jantungnya terdengar berdebar ia diam mematung tarra melihat reaksi dari gita hanya tertawa lalu ia berlari
" kejar aku, kalau kau kalah kau harus mentraktirku 2 kali" ucap tarra, lalu gita sadar dan berlari mengejarnya.
********
Mereka pergi kerestoran awal mereka bertemu, mereka memesan namun tarra terus melihat wajah gita yang terus memerah seperti mau meledak itu, lalu ia tertawa.
" kau penggemar yang beruntung" ucap tarra sambil mengacak-acak rambut gita, namun suasan di restoran menjadi tidak nyaman banyak pengunjung restoran yang mengambil gambar tarra diam-diam dan itu membuat tarra risih
" kita pergi saja yu" ajak tarra gita hanya memanggutkan kepalanya tanda setuju.
Saat mereka hendak keluar restoran dari kejauhan ada seseorang yang mengambil gambar mereka berdua diam-diam tapi tarra dan gita tidak mengetahui hal itu.
Akhirnya mereka pergi ke taman kota, gita duduk disebelah tarra sambil menatap langit malam itu, langit jakarta cerah bintang-bintang masih terlihat disana. Tapi tarra tidak pernah melepaskan pandangannya dari gita.
" kau bisa berhenti tidak, jangan tatap aku seperti itu. Kau buat aku seolah-olah mencuri sesuatu darimu" ucap gita sambil menggigit burgernya itu
" kau mencuri ciumanku" ucap tarra tersenyum ke arah gita dan gita langsung tersedak mendengarnya. " hei, ini minum " ucap tarra panik ia lalu memberikan minum ke gita sambil tertawa " aku ingat, kau pernah jadi pekerja paruh waktu di restoran itukan " ucapnya " kau juga yang memberikanku coklat panas dan mengambil photoku 10 tahun lalu" sambung tarra , namun gita hanya mengangguk setuju
" seberapa jauh kau mengenalku?" tanya tarra, gita langsung terdiam saat tarra bertanya itu padanya
" aku membaca tulisan yang kau buang waktu itu" ucap gita sambil melirik ke arah tarra
[flashback]
Saat itu gita sedang menyapu kertas-kertas dilantai yang dibuang oleh tarra, gita membuka salah satu kertas itu dan melihat tulisan tarra tapi tarra keburu datang dan gita langsung pergi membawa kertas-kertas tersebut kebelakang lalu ia membacanya.
Tarra-pun terus memperhatikan gita yang masih terus makan saat itu, wajahnya belepotan karena saus
" kau seperti wanita di misery " ucap tarra sambil mengusap bekas saus diujung bibir gita
" tapi aku tetap penggemar pertamamu" ujar gita " waktu itu kita juga pernah mengobrol" sambung gita lagi
" hahaha kalau itu tidak mungkin" ucap tarra sambil tertawa
" aku serius" ujar gita
[flashback]
Gita berjalan menghampiri tarra yang masiih menulis pada saat itu, ia memberikan tarra coklat panas dan meletakannya di meja
" aku berharap kau punya hari yang baik" ucap gita sambil tersenyum ke arah tarra dan tarra membalas tersenyum juga " apa kau seorang penulis?" tanya gita saat itu,
" calon penulis" tarra menjawabnya waktu itu,
" kau ingin menjadi penulis seperti apa?" tanya gita lagi
" aku ingin menjadi penulis yang berbeda dari orang lain" jawab tarra
" penulis original" tanya gita lagi
" bukan, aku ingin menjadi penulis yang orang lain tidak bisa tiru" ucap tarra waktu itu,
Tarra berjalan dengan gita, di sepanjang jalan tarra hanya terdiam. Gita terus melihatnya
" kau marah padaku?" tanya gita, tapi kemudian gita terdiam saat melihat iklan di televisi yang menampilkan adnan dan tarra,
" wah ka adnan" ucap gita langsung mengenalinya " ah dia lebih baik aslinya " ucap gita membuat tarra berbalik badan dan melihat iklan itu juga
" kau pernah bertemu adnan?" ucap tarra penasaran
" aku sudah bertemu beberapa kali dengannya, bahkan hari ini aku habis makan siang dengannya" ucap gita " dia pria yang baik" ucapnya lagi. Tentu saja hal itu membuat tarra kesal.
" bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya tarra kesal
" dia datang ke klinik hewan tempat aku bekerja" ucap gita pelan
" aku tidak terima" ucap tarra saat itu membuat gita makin bingung " kau fans pertamaku" ucap tarra seperti kesal
" kau tetap jadi idola pertamaku kok, idola keduaku itu baru adnan" ucap gita yang saat itu tertawa melihat wajah tarra yang cemburu pada adnan
" bagaimana denganku? Kau kan sudah bertemu denganku secara langsung dan melihatku di tv menurutmu aku bagaimana?? " tanya tarra sambil menyeringai ke arah gita
" kau ya?? Kau lebih baik dari adnan secara langsung dan di tv. Kau terlihat lebih tampan secara langsung maupun di tv" ucap gita jujur. Tarra kemudian tersenyum lalu mengacak-acak rambut gita lagi, hal itu membuat gita sebal, namun tiba-tiba suara bidikan kamera terdengar mereka lalu berdiam tarra menundukan kepalanya ia mulai sadar kalau ada yang mengikutinya.
" ada yang memotret kita" ucap gita pelan
" kau bisa berlari cepatkan?" tanya tarra, lalu gita hanya mengangguk kemudian mereka langsung berlari menjauh tarra menarik tangan gita jadilah mereka berlari bersama.
Arloji gita terjatuh, gita berhenti lalu berbalik untuk mengambil arloji itu, tarra melihat itu seperti mimpinya yang berlari dengan gita jaman dulu dan saat itu pula arlojinya terjatuh dan gita jaman dulu itupun berbalik mengambilnya dan setelah itu gita mengajakntarra berlari lagi dan itu mirip dengan kejadian di mimpi tarra.
Lalu mereka sampai didepan apartemen gita, tarra melihat gita, kemudian ia mendekat ke arah gita
"kau sebenarnya siapa? Kenapa kau terus muncul di depanku! Dimimpiku! Di fikiranku dan juga di novelku!! Kau ini sebenarnya siapa" ucap tarra sepertinya ia frustasi gita pun terdiam dia tidak berkata apa-apa lalu tarra memilih untuk pergi meninggalkan gita disana
" dia kenapa sih? Kebanyakan baca novel web atau gimana sih" ujar gita sambil masuk ke dalam lift apartemennya
******
Tarra pulang kerumah dengan keadaan bingung ia pergi keruang kerjanya ia menatap mesin ketiknya setelah itu pergi.
Tidak lama tarra pergi dika keluar dari balik tembok dan melihat pintu yang mau tertutup
" maaf aku harus tinggal sementara disini, aku tidak punya tempat lain" ucap dika
*******
Gita terus menatap arlojinya dan mengingat rentetan kejadian hari ini menyusunnya menjadin satu meja puzzle besar di otaknya ia tersenyum malu-malu karena teringat perkataan tarra yang mengatakan kalau gita selalu muncul di mimpinya dan di pikirannya. Gita tersenyum menatap arloji itu dan mengingat bahwa malam ini ia di cium oleh tarra, hal itu membuatnya malu. Disebelah ada jen yang juga terus teringat perkataan dika sambil tersenyum-senyum sendiri.
Gita kaget melihat arlojinya bergerak
" arloji ini bergerak dia berfungsi lagi" tanya gita ke jen,
" hati ku juga bergerak" jawab jen sambil tersenyum-senyum
" tapi kata tukang jam arloji ini tidak bisa di perbaiki lagi" ucap gita
Lalu kilasan masa lalu muncul saat ia terlihat menangis sambil memegang pistol di tangannya ia melihat arloji itu berada di samping mesin ketik milik tarra saat itu. Lalu terdengar suara tembakan.
Gita bingung dengan apa yang terjadi ia lalu terduduk di sambil menggenggam arloji itu ditangannya
" ini kisah dari arloji ini kan?" ucapnya meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat barusan adalah cerita dari si pemilik arloji ini
Diruang kerja tarra terlihat dika yang sedang bersantai di meja kerja tarra sambil sesekali bersiul.
Paginya , kakaknya jen berkunjung ke apartemen gita dan mengajak jen dan gita sarapan bersama, tapi jen terlihat murung dan ia terus melamun dimeja makan.
" Jen" teriak kakanya menyadarkan jen dari lamunannya
" iya" ujarnya
" cepat kau harus kekampus" ucap kakaknya menyuruh jen makan dengan benar
Lalu kemudian gita terdiam dan tidak melanjutkan makanya, jen dan kakaknya heran
" aku mau bertanya padamu, bu dokter" ucap gita ke kakanya jen yang saat itu tersedak saat gita memanggilnya dokter
" waktu aku kecil , ibuku pernah datang menemuimu ya" ucapnya membuat mata kakanya jen membesar karena kaget
" kenapa kau bertanya? Aku sudah lupa" jawabnya
" karena aku mengatakan hal yang aneh-aneh" tanya gita lagi
" aku sudah lupa. Lagian kenapa kau bertanya ?" tanya kakaknya jen
" aku ingin tau, kau jawab apa ke ibuku" ucap gita
" ah aku sudah lupa" ujarnya.
Namun pembicaraan harus terpotong karena ponsel gita berdering, ia melihat layar ponselnya ternyata chef yang menelpon
" hallo" ucapnya dengan suara sendu " apa benar kau tinggal di rumah kakekmu dengan tarra?" ucap chef sambil memotong-motong kertas yang berisi tanda tangan tarra dengan pisau,
" bagaimana kau tau?" tanya gita kaget, jen langsung mencari di internet dan menemukan berita tentang tarra lalu ia memperlihatkannya ke gita. Ternyata tarra-pun juga membaca berita tersebut
.
Dikantor damar tertawa mendengar berita tersebut.
" firman brengsek" ucapnya kesal
Ternyata ayah adnan-pun membaca berita tersebut, isi berita itu menjelaskan bahwa gita itu bukan kekasih tarra melainkan ghostwrittenya tarra.
Dan ternyata itu adalah ulah dari ibunya adnan, saat itu jen yang sudah pulang kuliah mengunjungi restoran milik temannya itu, ia melihat ibunya adnan dan seorang reporter yaitu reporter firman sedang duduk untuk memesan makan siang, ia duduk mendekati mereka dan menguping pembicaraannya.
" kalau perlu kita menginstal kamera candid di kamar tarra" ucap firman
" kau urus saja hal itu, aku ingin dia jatuh se jatuh-jatuhnya" jawab ibu adnan membuat jen kesal. Ternyata pembicaraan mereka itu di dengar juga oleh ayahnya adnan yang langsung datang menghampiri mereka
" k-kau lagi?" ucap ayahnya adnan saat melihat istrinya dengan reporter firman sedang merencanakan sesuatu yang jahat untuk tarra
" kau mau membela anak sial itu?" teriak ibu adnan membuat seluruh pengunjung restoran melihat ke arahnya, begitu juga jen yang kaget melihat mereka
" ini sudah keterlaluan, kau sudah menghancurkan hidupnya berulang-ulang kali!" teriak ayahnya adnan
" aku? Kau! Yang membuat hidupnya makin sengsara!! Seharusnya anak itu dibiarkan mati saja di jalanan" ucap ibu adnan sambil meninggalkan meja dan keluar dari restoran itu.
*****
Tarra menjadi tidak tenang akan berita yang menyebar luas itu, ia teringat dengan gita yang menjadi incaran wartawan hari ini, ia lalu keluar untuk membuat coklat hangat tapi tiba-tiba ponselnya berdering
" kau sedang apa?" tanya damar
" membuat coklat hangat" ucap tarra sambil mengaduk-aduk coklat itu dengan sendoknya
" kau harus terus menulis" ucap damar
" aku sedang melakukannya" jawab tarra sambil berjalan lagi keruang kerjanya " kau sudah urus berita itu?" tanya nya sambil melihat berita itu di komputernya
" akan aku urus" jawab damar
" jaga gita" ucapnya
" iya pasti, tapi aku harus tau dulu kalian ada hubungan apa??" tanya damar penasaran
" tidak perlu terlalu jauh mengetahuinya, kau urus berita itu dan jaga saja gita" ucap tarra lalu mematikan panggilan telpon itu,
" ck, dasar bocah! Tinggal bilang saja kau berpacaran dengannya apa susahnya sih" gerutu damar " junedi" teriak damar memanggil salah satu karyawannya
" iya pak" ucap karyawan itu sambil datang menghampiri damar
" cepat kau hubungi pengacara hans" ucap damar menyuruh karyawannya menghubungi pengacara pribadi tarra " ah! Dan juga tolong selidiki siapa itu gita" perintahnya lalu karyawan itu meninggalkan ruang kerja damar.
********
Tarra mulai mengetik tapi selalu dihapus olehnya ia terlihat sangat frustasi, ia lalu mengingat saat dika mengetik dengan mesin ketiknya dengan lancar, tarra menatap mesin tik nya dan mengambilnya, ia mulai untuk mengetik dengan mesin tik itu tapi tetap saja tidak bisa ia bahkan sampai stress dibuatnya ia memutuskan untuk menenangkan diri dengan merendam kepalanya dibawah air.
Ia teringat dengan pertanyaan gita
" apakah kau menikmati menulis?" tanya gita
" tidak" jawab tarra saat ini
" kau ingin menjadi penulis seperti apa?" tanya gita waktu itu
" seorang penulis yang tidak mendapatkan ide" jawab tarra saat ini yang sedang frustasi
Tarra berjalan lagi menuju ruangannya dan ia mendengar seseorang mengetik dengan mesin tiknya, saat itu ia langsung menemukan dika di ruang kerjanya sedang mengetok dengan mesin tik itu, dika kaget saat melihat tarra sudah berada di depannya
" apa aku tertangkap lagi??" tanyanya namun tarra sangat emosi dengan pertanyaan dika
" apa yang kau lakukan disana" ucap tarra sambil menyeret dika untuk menjauh dari meja kerjanya
" aku sedang?? Oh ia mengetik ulang naskah yang kau robek" ucap dika
" pergi kau dari rumah ku" teriak tarra kemudian ia terdiam dan menarik nafas panjang " duduk kau" ucap tarra yang menyuruh dika untuk duduk " bagaimana kau bisa masuk?" tanya tarra ke dika
" aku menyelinap datang tadi malam, saat kamu tidak ada dirumah" ucap dika dengan santai sambil melipat kakinya " aku tidak punya tempat untuk pergi" ucapnya
" aku ingin sekali membunuhmu dika, tapi aku akan bersabar" ucap tarra " bagaimana kau bisa masuk" tanyanya ulang ke dika
" aku pernah terlibat dengan dunia gelap dan membobol pintu sangat mudah" jawab dika santai
" siapa yang menyuruhmu kesini?" tanyanya lagi
" damar" ucapnya
" siapa?" tanya tarra mengulang
" CEO damar" jawab dika namun tarra tidak percaya karena ia tau damar tidak mengirim dika " aku menyuruh diriku datang sendiri" dikapun menjawab lagi . Tarra-pun mencari sesuatu lalu ia melihat ada sebuah ukiran dari batu untuk memukul dika, sontak saja dika kaget lalu bangun dari kursinya dan memohon pada tarra
" jangan!! Jangan itu berbahaya jangan kau pukul aku" ucap dika ketakutan
" aku tidak peduli" ucap tarra
" nanti kau bisa pingsan" jawab dika
" apa yang kau inginkan" tanya tarra sontak membuat dika bingung
" apa aku harus memiliki tujuan??" jawab dika membuat tarra makin kesal, dika lalu berfikir
" aku hanya ingin menjadi teman, ia temanmu dan aku ingin tinggal disini denganmu karena yang aku tau hanya kau" ucap dika sambil terengah-engah karena kelelahan
" keluar!" ucap tarra " keluar dari sini" sambil menyeret dika keluar dari ruangannya
" aku tidak punya rumah untuk pulang" ucap dika, tapi tiba-tiba bel pintu berbunyi tarra menarik kembali dika keruangan tarra
" kau tetap disini! Jangan kemana-mana" ujar tarra lalu meninggalkan dika diruang kerjanya
Tarra membukakan pintu ternyata yang datang adalah ayahnya adnan, tarra terdiam dan mempersilahkannya masuk.
" ada apa kau kemari" tanya tarra
" memastikan keadaan mu" ucapnya pelan
" kau khawatir padaku?" tanya tarra
" pemberitaan tentangmu, pasti sangat membuatmu tertekan kan??" ujar ayahnya adnan
" aku harus hidup seperti hantu" ucap tarra, " itu yang istrimu bilang padaku, jadi sekarang aku sedang hidup tenang seperti hantu" jawab tarra
Saat tarra dan ayah adnan mengobrol dika sibuk membaca buku di rak buku tarra, saat ia menaruh buku ia melihat sebuah naskah dan mengambilnya judulnya adalah " fate-rancangan pertama" lalu dika mencari buku yang sama dengan judul naskah tersebut dan menemukan cerpen adnan yang berjudul sama lalu dika membandingkan isinya.
Dika sibuk membaca naskah tarra di atas kursi dan sampai membuatnya jatuh ayah adnan mendengar suara itu dan berjalan mendekati ruangan tarra, dika berusaha bersembunyi, ia bersembunyi di bawah meja tapi sayang dika ketahuan oleh ayahnya adnan ia menatap mata ayahnya adnan begitupun ayahnya adnan dan tepat saat itu tarra datang, dan terlihat kesal melihat ayahnya adnan masuk keruang kerjanya
" sedang apa kau disini!!" tanya tarra emosi
" aku akan menganggap tak pernah melihat kejadian ini" ucap ayahnya adnan seolah-olah kecewa dengan tarra, dan dengan apa yang ia lihat. Ayahnya tarra lalu berjalan pergi keluar dari rumah.
Tarra sangat marah kepada dika sampai ia menyeretnya keluar dari bawah meja lalu melemparnya kedepan rak buku hingga tubuhnya menabrak rak buku tersebut
" puas kau" teriak tarra emosi
" apa aku berbuat salah??" tanya dika kebingungan
" kau!!! Apa mau mau?" teriak tarra
" aku ingin menjadi temanmu" ucap dika namun hal itu makin membuat tarra kesal san marah lalu ia mangambil naskah yang diketik dika kemudian ia membakar naskah itu di hadapan dika lalu membuangnya dihadapan dika.
ns 15.158.61.8da2