" diam " ucap anna di hadapan mahardika yang sedang duduk dan meminum beer nya itu kebingungan 707Please respect copyright.PENANAQl0oEodble
" hei " ucap dika, yang saat itu mulutnya di tutupi tangan anna dan anna sedang dihadapan nya melirik matanya dan mengikuti bola mata dika " apa yang kau lakukan " tanya dika setelah melepaskan tangan anna dari mulut nya itu
" aku sedang membandingkan mu dengan pria bercadar yang pernah menolongku dulu" ucap anna lalu ia duduk di samping dika dan terus menatapnya namun dika tidak melihat ke arahnya melainkan melihat ke arah tulisan besar yang ada di tengah bar itu
" kenapa kau membandingkan seorang pria dengan pria lain" tanya dika sambil menangkat botol minuman itu lalu menuangkannya ke gelas, namun anna mengambil botol itu dan menbantingnya ke meja membuat dika menatap tajam ke arah anna
" aku boleh coba" tanya anna sambil tersenyum,
" kau mau mati ya?" ucap dika kesal namun anna tetap tersenyum ke arahnya
" danu" ujar anna ke dika, dika terdiam tidak merespon apapun " danu mahardika, nama mu bagus aku menyukainya" ucap anna sambil mengembalikan botol itu ke dika, tiba-tiba suara langkah kaki dari sepatu berhak tinggi berjalan mendekat ke arah mereka deru langkah itu terdengar anggun, menyadarkan dika dan anna yang saling bertatapan saat itu, mereka sama-sama memalingkan wajahnya dan terlihat malu-malu. Dika melanjutkan pekerjaannya yang sedang menghitung hasil kerja semalam di bar itu dan anna terus menggodanya, wanita bersepatu tinggi itu mendekati mereka membuat anna kaget dan turun dari kursi nya
“ o-o ow. Dia datang “ ucap anna terlihat kaget melihat wanita itu datang dan tepat mendekat kearah nya
“ kau mau kemana?” Tanya dika lalu ia melihat kebelakang dan melihat siapa yang datang
“ aku harus pergi, danu “ ucap anna, dika menatapnya dan terlihat kebingungan
“ danu?” Tanya nya
“ aku akan memanggil mu danu mulai saat ini “ ucap anna
“ aku suka di panggil dika” ucap dika
“ aku lebih suka nama danu di banding dika. Kau harus terbiasa dengan nama danu itu” ucap annasambil memegang pundak dika “ aku pergi “ teriak anna sambil berlari keruang atas dan wanita hanya menatap nya dengan tatapan sinis
“ isabella melarikan diri” ucap wanita itu yang datang memberi tahu ke dika sambil memberikan surat dari Isabella ke dika. Dika membacanya lalu memegang kepalanya ia terlihat sangat stres setelah membaca surat yang wanita itu berikan, dika tertunduk lesu dan menundukan wajahnya ke meja
“ siapa yang akan tampil malam ini tuan?” Tanya wanita yang berbaju ungu itu ke dika
“ dimana kau akan mencari penggantinya ?” dika menanya balik ke wanita itu, si wanita itu melirik kearah tangga menuju lantai atas ia melihat anna yang sedang mengintip mereka dari balik tembok sambil tersenyum saat ia ketahuan mengintip oleh si wanita itu dan langsung melarikan dirinya menaiki tangga
“ aku telah menemukan pengganti nya “ ujar si wanita itu sambil menunjuk kea rah tangga dan terlihat anna yang sedang berlari kearah loteng dika pun terdiam sambil melihat si wanita itu
Wanita itu datang menemui anna yang sedang bersembunyi di dalam lemari tua sambil memegang lututnya dan terlihat ke takutan di dalam lemari itu.
“ anna .. anna “ teriak wanita itu lalu anna mendengar langkah kaki itu mendekat kea rah lemari dan benar saja lemari itu terbuka ia melihat si wanita itu menemukannya sambil tersenyum ke arahnya
“ kau menemukan ku” ucap anna sambil tersenyum menunjukan gigi gingsul nya kepada wanita itu. Lalu mereka berdua berbicara sangat serius di loteng itu, anna di paksa untuk mengatakan tidak bisa melakukan pertunjukan nanti malam karena wanita itu ingin melakukan penampilan nanti malam , namun anna terlihat sangat marah ke wanita itu
“ apa kau bisa bernyanyi” Tanya wanita berbaju ungu itu kepadanya namun anna tetap diam dan terlihat sangat marah kepadanya
“ nee” jawab anna sambil menggelengkan kepalanya
“ hufftttt baiklah baik nona dengar aku baik-baik, aku mempercayakan padamu dan aku mohon kepadamu, untuk tampil malam ini dan kau tidak usah khawatir karena tidak ada orang yang akan mengenali mu. Kau harus percaya padaku “ ucap si wanita itu yang memegang kedua bahu anna dan anna tersenyum malu- malu di hadapanya
“ aku, jadi seorang wanita ?” Tanya anna ke wanita itu
“ tidak akan yang mengenali mu meskipun kau memakai pakaian wanita” ujar si wanita itu ke anna
Dika yang sedang sibuk menghitung tiba-tiba berdiri dan menengok kearah tangga dengan tatapan kagum ia melihat siapa yang turun dari tangga menggunakan sepatu hak itu ia terus menatapnya, tiba-tiba anna turun keluar dari ruangan itu menggunakan gaun warna hitam, lengkap dengan sarung tangan di tangannya dan topi berbulu di kepalanya menutup rambut blonde nya, ia terlihat cantik lebih cantik dari saat dika dan amar bertemu dulu di bar pertemuan, kali ini sangat berbeda terlihat anna yang semakin dewasa
" anna, keluar cepat" teriak wanita itu membuat anna berjalan dengan anggun menggunakan sepatu high heel nya berjalan ke arah panggung di bar itu dengan sedikit bingung dan membuat dika semakin terpanah karenanya
" aku Sedikit canggung nyonya" ucap anna ke hadapan si wanita itu
" tak usah malu, cepat datang ke hadapan ku" ujar nya sambil membuka kipas yang ada di tangannya itu " kau mulai saat ini harus terbiasa dengan sepatu high heels itu" ucap si wanita itu lagi ke anna lalu ia terlihat tersenyum malu-malu di hadapan dika 707Please respect copyright.PENANAwhl9S3dJlu
707Please respect copyright.PENANAN5j8CwJpW3
Kembali ke jaman sekarang dimana gita dan taraa sedang duduk bersama di bangku taman sambil saling menghadap
" apa yang kau lakukan setelah menangis?" tanya tarra ke gita, lalu gita mengalihkan pandangannya ke arah langit malam itu yang cerah
" kalau aku menangis lagi, kau mau memeluk ku lagi?" tanya gita membuat tarra sedikit tertawa
" bagaimama kau bisa hidup tanpa tau malu seperti ini" ucap tarra sambil mengacak-acak rambut gita namun gita hanya tersenyum malu-malu " apa kau takut melihat kehidupan mu sebelumnya?" tanya tarra raut wajah gita berubah menjadi sedikit marah dan kecewa lalu ia tersenyum kecil ke hadapan tarra
" apa kau ingin mendengar cerita menakutkan?" tanya gita ke tarra sambil memiringkan sedikit tubuhnya agar ia bisa melihat wajah tarra
" kalau itu cerita tentang hantu, itu tidak akan membuat ku takut" ucap tarra membuat gita menaikan alis nya
" tapi ini benar-benar sangat membuatmu takut, ah!! Dan mungkin akan menganggapku gila" ucap gita ke tarra namun tarra hanya terdiam menatap gita " baiklah akan aku ceritakan" ucap gita seolah mengerti tatapan mata tarra yang seolah mengatakan ia harus bercerita padanya
" dimulai dari aku yang masih kecil dan masih tinggal bersama ibuku, hmm .. Sekitar umur 12 tahun aku selalu bermimpi aneh-aneh dan aku suka merasakan kalau mimpi itu aku sudah pernah mengalaminya. Rasa nya hati ku Sedih , perasaan ku marah dan aku terlihat Sangat kecewa" ucap gita ke tarra dan tarra hanya memperhatikannya
" lalu?" tanya tarra
[FlashBack]
Ketika gita masih sangat kecil ia tinggal bersama ibunya di rumah peninggalan kakeknya di sebuah perkebunan yang sangat luas, rumah itupun sangat luas. Gita diasuh oleh vorzernya karena sang ibu adalah dokter di rumah sakit sekitar rumah itu.
Rumah itu terasa sangat sepi karena hanya ada mereka dan 4 orang penjaga dan 2 orang vorzer gita yang menjaganya dari kecil, saat itu di ruang tamu ibunya yang saat itu sedang berada di rumah dan sedang bermain piano besar yang ada di rumah itu gita datang mendekat, saat suara dari tuts piano yang di tekan sang ibu menggema keseluruh ruangan yang ada di rumah itu, gita menatap sang ibu sambil tersenyum dan sang ibu pun tersenyum padanya
" Apa aku cantik?" tanya gita kepadanya
" cantik, kau putri ku yang cantik" ucap nya masih terus memainkan piano
" bahkan jika aku pembunuh?" tanya gita lagi, dan membuat sang ibu menghentikan permainan piano nya dan menatap gita dengan tatapan marah dan ia terdiam
" apa yang kau katakan?" ucap sang ibu ke gita dengan tatapan yang masih marah ke arahnya dan gita terlihat ketakutan
" aku dulu menembak seseorang " ucap gita pelan sambil mengeluarkan air mata Namun si ibu terlihat kaget karena perkataan gita " dan aku membunuh seseorang yang harusnya tidak aku bunuh " ucap gita sambil menangis, ibu nya pun berdiri dari tempat dudukny Dan menarik tangan gita dengan kasar lalu mengunci gita didalam kamarnya
" mamah, mamah gita takut mah" ucap gita didalam kamarnya sambil menangis dengan keras dan ibunya juga menangis dibalik pintu , gita memukul-mukul pintu dan terus meminta ibu nya untuk membukakan pintu itu namun ibu nya hanya diam dan berjalan pergi keluar meninggalkan gita di sana. Semua pegawai di rumah itu mengintip nya di ujung tembok dengan perasaan sedih
Ibunya terus berlari kerumah jen dan tita saat itu perasaan sedih juga dialami sang ibu,
" tante" ucap tita saat ia membuka pintu rumahnya, terlihat wanita itu berdiri didepan rumahnya bajunya basah karena memang diluar sedang hujan lebat, tidak memakai alas kaki, rambutnya basah dan terlihat matanya memerah seperti sedang menangis
" aku mau menitipkan gita" ucap wanita itu ke tita di dalam rumah
Tita kaget mendengarnya
" ada apa tante ?" tanya tita yang terlihat sangat panik sangat mendengar nya, lalu wanita itu memegang tangan tita dan berlutut di hadapannya sambil menangis
" aku tidak bisa, aku tidak bisa " ucap ibu gita sambil menangis di hadapan tita terus memohon kepada tita agar mau merawat gita
" memangnya kenapa tante? Aku harus tau alasan tante mau " ucap tita namun langsung di potong dengan oleh Wanita itu
" aku berhutang banyak pada gita di kehidupan sebelum nya dan aku harus menebus itu dengan cara merawatnya, namun aku tidak bisa" ucap ibu gita sambil terus menangis dan masih memegang tangan tita
********
" ibuku pasti takut karena setiap aku bangun dari tidur aku selalu mengatakan ' aku seharusnya tidak membunuh orang itu' " ucap gita yang duduk di bangku taman sambil mendekap lututnya dan menatap ke arah tarra yang masih terus memperhatikannya
" itu bukan kesalahan mu" ucap tarra
" hmm .. Ia memang karena alasan sebetulnya wanita itu meninggalkan ku karena seorang laki-laki" ucap gita sambil membalikan tubuhnya dan kemudian ia berdiri di depan tarra sambil terus tersenyum " kalau aku normal, ibuku pasti tidak akan pergi " ucap gita terdengar putus asa
" apa kau masih melihat kehidupan masa lalu mu sampai saat ini?" tanya tarra
" aku" ucap gita sambil berfikir " saat aku memegang pistol dan mengarahkannya pada sesuatu aku teringat saat aku diajarkan cara menembak oleh seseorang di masa lalu, pria itu bermata coklat berkulit putih terlihat seperti laki-laki blesteran tapi bahasa indonesianya sangat lancar ia tinggi, tegap seperti seorang tentara dan satu lagi dia tampan" ucap gita, kemudian tarra berdiri juga dari tempat duduknya dan mereka saling berhadapan membuat gita salah tingkah ia melangkahkan kakinya kebelakang tarra mengikuti,
" kau menceritakan seorang pria dihadapan pria lain. Kau jahat" ucap tarra sambil mengusap rambut gita, Gita menggigit kukunya dan Terlihat sangat kaget
********
Dika berjalan pulang kerumah tarra sambil terus membayangkan tarra dan gita yang sedang berpelukan tadi, membuatnya makin sedih dan ia terus berjalan kerumah dan ia bertekad untuk segera menemukan cara agar gita dapat melihatnya
*********
Tarra mengantarkan gita pulang ke apartemennya, di perjalanan mereka hanya terdiam dan tidak saling berbicara, namun tarra senang melihat gita yang ternyata juga memiliki ingatan yang sama dengan nya
" jadi kalau aku menangis lagi kau akan datang untuk memeluk ku kan?" tanya gita di depan apartemennya, tarra berbalik dan menatap gita dan gita hanya tertawa kemudian gita terbatuk
" kau deman?" tanya tarra yang mendekat ke arah gita sambil memegang kening nya " kau harus istirahat" ucap tarra Ia lalu berjalan pergi tapi ia berbalik
" aku tidak takut sama sekali dan aku tidak berfikir kau tidak normal, karena aku punya cerita yang lebih gila lagi di banding kau " ucap tarra gita hanya tersenyum " aku tidak pernah meninggalkan orang-orang , dan aku tidak akan menerima seseorang yang sudah meninggalkan orang lain, karena aku tau rasanya di tinggalkan " tarra melanjutkannya dan malam itu mereka berpisah setelah saling menceritakan tentang suatu rahasia kecil di balik hidup mereka
*******
Esok paginya tarra menemukan dika yang sedang tertawa sambil menonton acara di televisi, ia membuka korannya dan membacanya di sebelah dika yang menonton itu
" ada hantu yang tinggal dirumahku" ucap tarra pelan dan dibalas oleh tawa dari dika namun dia tidak mendengar perkataan tarra
" acara ini benar-benar menyenangkan" ucap dika " kau ingin menonton bersama ku?" tanya dika ke tarra, tarra menatap nya sinis
" ada hantu suka nonton tv" pikir tarra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
" bahkan hantu itu, tertarik dalam dunia industri" ucap tarra keheranan melihat tingkah hantu yang tinggal bersamanya itu,
Selanjutnya, dika menonton drama percintaan yang membuat ia sampai menangis
" dia juga suka drama percintaan" ucap tarra dan ia ingin dika pergi dari pandangnnya.
Kemudian sekretaris mina datang menghampiri mereka
" tuan makanya sudah siap" ucap sekretaris mina dan tarra langsung berdiri lalu tersenyum di hadapan sekretaris mina " kau sekarang sudah menyukai acara tv ?" tanya sekretaris mina
" oh .. Ah itu aku sudah tidak memiliki kegiatan yang harus dilakukan jadi sesekali menonton itu hehe" tarra menjawabnya dengan terbata-bata dan terkesan mengada-ada namun sekretaris mina tidak terlalu memperdulikannya, saat ia hendak pergi sekretaris mina melihat gelas yang ada di meja itu bergeser sendiri tarra pun melihat dika yang mencoba mengambil air, sekretaris mina terlihat sangat terkejut tapi tarra cepat-cepat mendorong nya agar ia tidak melihat sesuatu lagi yang tidak harus ia lihat.
Tarra dan dika duduk di ruang makan dengan makanan di hadapannya, dika melihat terus makanan yang ada di hadapan tarra sesekali ia menelan ludah nya karena makanan-makanan itu,
" Hantu kelaparan" ucap tarra yang melihat kearah dika yang sepertinya ingin makanan-makanan itu juga " mina " teriak tarra lalu sekretaris mina datang menghampiri mereka
" aku mau kau bawakan satu porsi lagi" ucap tarra sekretaris mina keheranan
" ada tamu tuan?" tanya nya
" tidak. Tapi aku bosan makan sendirian" tarra menjawab nya dengan mata yang melirik ke arah dika dan dika hanya tersenyum lebar ke arahNya.
Dan di depan dika sekarang sudah ada makanan ia tersenyum senang melihatnya lalu menundukan kepalanya mencium aroma-aroma dari makanan itu tarra terlihat sangat kesal
" Terima kasih mina, kau boleh pergi" ucap tarra lalu sekretaris mina pergi meninggalkan mereka. Dika senang karena sudah lama sejak seseorang membuatkan makanan untuknya
" aku melakukannya karena kau melihat makanan nya terus" ucap tarra
" terima kasih banyak .. Apa aku boleh memakannya sekarang?" tanya dika sambil terus tersenyum senang menatap makananya dan tarra hanya mengangguk " wahh!!!!! Selamat makan" ucap nya sambil menunjukan kalau dia bahagia dan itu membuat tarra tersenyum dan mereka makan bersama hari itu
" makanan nya enak" sambung dika " sudah 80 tahun Aku tidak makan dengan seseorang" ucap nya sambil terus mengunyah makanan di dalam mulutnya dengan lahapnya
" kau harus mengatakan kepada ku jika kau menginginkan sesuatu" ucap tarra ke dika
" hehehe, baik teman ku" ucap dika dengan semangat
*******
Tarra duduk diruangannya lalu membuka laptopnya dan terlihat lembar halaman kosong di word nya, sudah hampir 2 bulan ia tidak menulis sesuatu di sana, ia terdiam lalu memandangi mesin tik itu sambil sedikit tersenyum lalu memandang lagi layar laptopnya. BRAK! pintu ruang kerjanya di banting seseorang langkah kaki terburu-buru terdengar mendekat terlihat damar yang datang menggunakan stylan jas nya sepatu kulit yang habis di semir, rambut yang di sisir kesamping dengan pomade nya datang menhampiri tarra
" Kau habis ketemuan sama perempuan?" tanya tarra sambil sedikit tertawa
" diam kau" ucap damar
" hahaha .. Aku melihat ada yang aneh, kau terlihat lebih" ucap tarra sambil terus tertawa melihat damar
" ah sudahlah wanita tidak terlalu penting, ini yang penting. Investor melakukan hal aneh" ucap damar namun tarra tidak mengerti " aku bilang pada mereka untuk menunggu sampai ceritanya di publikasikan tapi investor tiba-tiba mengadakan pertemuan. Aku yakin pasti ada yang mendorong mereka dari belakang" damar menjelaskan kepada tarra dan tarra hanya diam sambil terus berfikir ia bimbang untuk mempublikasikan cerita nya atau tidak,
" apa kau tidak memberitahukan mereka kalau aku sudah berhenti?" tanya tarra
" bagaimana aku bisa menghentikan proyek ini " jawab damar yang sudah mulai kelihatan stress " ayolah kau harus melakukan sesuatu kalau tidak mereka akan menuntut mu, apa 10 juta dollar tidak masalah untukmu? Ayolah tarra kembali normal seperti dulu" damar terus memohon kepada tarra namun tarra hanya diam dan tidak memperdulikannya
" aku tidak mau dan aku mau kau bilang pada mereka untuk mengetahui kebenarannya dan aku siap menanggungnya, aku akan menjual rumah ini " ucap tarra lalu meninggalkan damar dan pergi keluar rumah itu membuat damar semakin stress
Dihalaman belakang ia terus berjalan ditaman dan terlihat dika mengikuti nya dari belakang dan berjalan cepat mengikuti langkah tarra
" apa kau tidak melakukan sesuatu?" dika bertanya pada tarra dan membuat tarra menghentikan langkah nya
"mungkin aku akan membayar denda yang sangar besar" jawab tarra sambil tersenyum di hadapan dika
" mengapa kau tidak mencoba menerbitkan novel itu lagi" dika mencoba memberi saran kepada tarra
" aku tidak bisa melakukannya karena gita mungkin akan membaca novel itu dan mengingat kehidupan di masa lalu nya " ucap tarra
" gita tidak menyadari bahwa novel itu tentang dirinya " dika mengatakan hal itu kepada tarra
" novel itu harus tetap ada, tapi hanya kau dan aku yang tau " ucap tarra
" kenapa tidak kita coba lakukan saja" dika Bertanya
" lalukan apa?" tanya tarra
" Kau, aku dan gita. Menyelesaikan novel ini " ucap dika tarra hanya menatap sinis ke arah nya
******
Hari ini terasa sangat berbeda diruangan meeting terasa sangat berbeda suara sayup-sayup mereka yang membicarakan tarra mulai terdengar dan membuat panas di telinga, suara-suara kecil itu menggema keseluruh ruangan membicarakan sesuatu tentang tarra. Rapat para investor hari ini.
" tidak ada yang salah dengan proyek ini" ucap damar terbata-bata dan telihat ketakutan karena melihat reaksi investor hari ini. Suara hak dari sepatu yang di gunakan seorang wanita itu mulai terdengar mendekat ternyata ibu nya adnan yang datang dengan wajah dan pandangan sinis dan marah ke hadapan damar dan para investor yang datang kali ini, ia duduk di kursi yang masih kosong disana. Damar terlihat kaget melihat siapa yang datang
" rumor tarra berhenti menulis telah tersebar dimana-dimana " ucap ibunya adnan membuat seisi ruangan kembali bersuara kecil membicarakan tarra ia lalu tersenyum puas
" anda sedang apa disini?" tanya damar yang masih bingung dengan kehadiran ibu adnan di rapat investor kali ini
" hahaha, kau bahkan tidak tau? Aku adalah investor paling besar proyek ini" ucap ibu nya adnan sambil tertawa dan sorot mata nya tajam melirik damar yang terlihat panik " jika proyek ini dibatalkan kami akan menuntut dan meminta kau dan tarra untuk membayar uang pinalti dan terutama kau damar! Aku akan melaporkan mu atas penipuan dan penyelewengan hak " ibu adnan mulai mengompori para investor dan suara bisik-bisik itu makin menggema di ruangan terlihat damar yang semakin khawatir dan ketakutan ia menggigit kuku nya dan menggerak-gerakan kakinya sambil menatap wajah-wajah yang asing baginya kali ini.
Tiba-tiba pintu terbuka terlihat tarra di ujung pintu sambil tersenyum lebar ke arah mereka, membuat semua yang ada disana kaget, terutama ibu adnan yang melempar tatapan sinis ke arah nya, tarra melangkah dengan tegap selangkah demi langkah berjalan menuju tempat duduk yang sudah di sediakan, ia langkah kan kaki nya dengan sombong menghentikan semua omongan kecil dan bisik-bisik di ruangan itu, melempar senyuman mematikan kepada mereka yang telah menjatuhkan nya selama ini. Dia dirgantarra sudah kembali, menjadi dirgantarra yang angkuh yang tidak menyerah pada keadaan yang menjatuhkannya. Damar terlihat tersenyum lebar setelah melihat tarra datang mendekat ia berdiri dari kursinya dan mempersilahkan tarra duduk, tarra tersenyum ke arahnya dan menatap tajam ke arah ibu adnan yang terlihat sangat marah.
" apa kabar semuanya, sudah lama tidak bertemu" kalimat pertama tarra, menggema ke semua ruangan, menghentikan omongan buruk itu dan ia tebar semua senyuman pada semua yang ada disana.
******
Sementara itu di apartemen gita dan jen sedang mengerjakan tugas kuliahnya, lalu tiba-tiba jen membuka sebuah artikel tentang tarra yang akan kembali mempublikasikan novelnya dan memberitahukannya pada gita namun gita hanya tersenyum
" aku sudah tau" jawab gita sambil terus tersenyum ke arah jen, membuat jen kebingungan
" bagaimana kau bisa tau?" tanya jen penasaran
[FlashBack]
Sore itu gita menunggu tarra di cafe dekat apartemen, karena memang tarra memintannya untuk bertemu, tidak lama kemudian pintu cafe terbuka terlihat tarra yang datang bersama dika disana. Tarra kemudian memberikan scrip novel 1928 minggu ke-3 kepada gita, gita membuka lembar demi lembar scrip itu,
" Apa kau akan mempublikasikannya lagi?" tanya gita ke tarra, tarra melipat tangannya ke dada. Matanya melirik ke arah dika yang terlihat tersenyum melihat gita disana,
" aku ingin kau baik-baik saja" ucap dika dan tarra memperhatikannya, ia melihat mata dika yang begitu mencemaskan gita
" ada seseorang yang ingin kau baik-baik saja " ucap tarra membuat gita kaget dan tidak mengerti maksud dari kata seseorang itu " maksud ku, hanya jika Kau baik-baik saja dengan cerita ini " tarra melanjutkan tentu saja membuar gita kaget dan tidak percaya
" apa kau menunggu persetujuanku?" tanya gita terlihat senang
" tidak!" ucap tarra, Namun gita hanya tertawa melihat ekspresi tarra itu dan ia mulai membacany. Tarra dan dika terlihat was-was dengan reaksi gita,
" bagaimana mereka bertiga bisa bertemu?" tanya gita yang terlihat kagum dengan cerita tarra itu sunggu diluar dugaan tarra dan dika. Tarra dan dika menghembuskan nafas lega saat tau kalau gita baik-baik saja dengan cerita ini.
" kau baik-baik saja kan?" tanya tarra sambil tersenyum
" aku tersentuh" ucap gita yang saat itu bingung dengan sikap tarra, lalu tarra buru-buru berdiri dan meninggalkannya sambil tersenyum dan di depan pintu cafe tarra berteriak
" aku akan menelpon mu!! Tunggu saja" ucap tarra sambil melambaikan tangannya membuat gita malu dan memerah
" ah !! Apa benar tarra mengatakan seperti itu?" tanya jen tidak percaya dengan perkataan gita namun gita hanya mengangguk mengiyakan
" kenapa tarra harus menunjukan naskah yang ia tulis padamu?" jen makin tidak percaya pada gita "Ck, seolah-olah meminta izin padamu" ucapnya lagi
" karna aku adalah penggemar pertama tarra mungkin" gita terus menggoda jen yang tidak mempercayai perkataannya itu, ponsel gita berdering terlihat nama adnan di layar ponsel itu gita cepat-cepat mengangkat nya
"hallo" ucap gita sambil menahan tawa nya
" git, gita" ucap adnan di balik sambungan telpon itu
" ada apa ka?" tanya gita mulai serius
" kau membawa buku veterinary ku?" tanya adnan
" sebentar Kak " lalu gita mencari buku itu di tumpukan buku di meja lalu ia mendapatkannya dan memegang buku itu
" ah iya! Ada di aku" ucap gita
" ada sesuatu yang ingin aku cari di buku itu" ucap adnan
" baik kalau begitu aku akan mengantarkannya ke tempat kerja mu" ucap gita lalu mereka memutus sambungan telpon itu, dan gita bergegas pergi ke tempat kerja adnan
******
Diruangan meeting tarra masih berdiri disana sambil memperlihatkan komentar-komentar para pembaca novelnya kepada para investor, dan para investor percaya jika tarra berhenti menulis hanya sebuah rumor dan mereka saling bertanya mengapa mereka berkumpul disana. Lalu mereka semua berjalan pergi keluar ruangan setelah mendapat jawaban pasti dari tarra tentang tanggal perilisan ulang novel itu, tarra tersenyum lega begitupun damar tapi tidak untuk ibu nya adnan ia masih terlihat marah di hadapan tarra
" kau banyak bicara" ucapnya saat ia berdiri mendekat ke arah tarra saat semua orang sudah pergi dan menyisahkannya dengan tarra diruangan itu, tarra masih dengan senyuman nya namun matanya melirik sinis ke arah ibu adnan itu, ia melangkahkan kakinya mendekatkan diri kearahnya lalu berbisik di telinganya
" aku tidak bisa hidup diam-diam seperti hantu" ujar tarra membuat ibu adnan terlihat makin kesal pada nya tatapan kemarahan terpancar dari matanya
*******
Suara bel rumah itu berbunyi adnan langsung bergegas berlari membuka pintu, ia berfikir kalau yang datang itu adalah gita namun saat ia membuka pintu ia melihat ayahnya sedang berdiri disana
" Kau? Sedang apa kau?" tanya adnan ke ayahnya , namun ayahnya mengabaikannya dan memilih masuk kedalam tanpa berbicara apapun pada adnan. Didalam rumah mereka hanya terdiam dan tidak saling mengatakan apapun, adnan menundukan kepalanya dan tidak menatap mata ayahnya yang ada di depannya
" kau harus berhenti menulis, kau harus berhenti berpura-pura menjadi penulis buku yang di tulis orang lain dan kau seharusnya memulai ini dari awal dan aku .. Aku akan membantu mu " ucap sang ayah membuat adnan mendengak dan menatap ayahnya dengan perasaan marah, matanya memerah tangannya mengepal kuat
" berhentilah!!! Berhentilah berpura-pura menjadi korban" adnan teriak kepada ayahnya " kau takut kan! Kalau aku akan merusak reputasi mu!!!! " adnan terlihat sangat marah sampai ia mengeluarkan air mata, ia marah pada ayahnya, ia terlihat sangat kesal pada ayahnya
" tarra memiliki salinan asli "takdir" " ucap sang ayah dan beranjak pergi, adnan pun menjatuhkan dirinya kelantai menopang tubuhnya denga letutnya dan menahan tangisnya. Ia menunduk dengan sesak menahan amarah yang harusnya ia luapkan sejak lama.
Diluar ayahnya bertemu dengan gita dan gita tersenyum dengan ayahnya adnan dan menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan, sang ayah menyambutnya dan meraih tangan gita juga,
" Inggita" ucap gita tersenyum pada ayahnya adnan, begitupun ayahnya adnan " saya asisten adnan " ucap gita memperkenal dirinya pada ayahnya adnan itu,
" kau harus mendukungnya" ucap sang ayah pada gita, gita kebingungan melihat tingkah sang ayah itu,
Di ruangan kerja itu terasa sangat sepi cahaya yang masuk hanya lewat sela-sela jendela membias keseluruh ruangan, gita berjalan mendekat ke arah adnan yang duduk di meja nya dan tersenyum padanya, matanya terlihat memerah seperti habis menangis.
" oh kau datang" ucap adnan lalu berdiri dan menghampir gita di ujung ruangan gita mengangguk " mau ke cafe dengan ku?" ucap adnan
" aku tidak bisa minum kopi, kadar caffein ku tinggi " ujar gita
" aku bertengkar dengan ayah ku" ucap adnan, lalu mereka duduk di meja makan " apa kau mendengarnya?" tanya adnan ke gita, gita mengiyakan dan meminta maaf
" ayah ku selalu membandingkan ku dengan tarra" ucap adnan namun giga hanya memperhatikannya " oh iya git, terima kasih " ujarnya ke gita " aku merasa nyaman dekat denganmu. Mau kah kau menjadi teman ku?" tanya adnan lagi ke gita lagi-lagi gita hanya diam dan memperhatikannya
*******
Dika sedang asik menonton tv dan tarra masuk langsung melemparkan jaketnya ke arah dika dan gita pun kaget, tapi ia terus memperhatikan acara di tv itu. Dika menununjuk gedung pemerintahan yang di robohkan itu,
" Oh itu, sudah lama" ucap tarra sambil memainkan ponselnya
" apa benar-benar menghilang?"tanya dika
" aku minta maaf seharusnya aku memberi tahu mu " ucap tarra
" lalu apa yang terjadi pada gedung stadhuis? Tanya dika
" jadi museum" jawab tarra sambil mematikan televisinya " kau tidak ingat kita harus menulis" ucap tarra
" oh tempat itu jadi museum. Apa jadi museum? Lalu bar ku? Jadi apa?" dika terlihat kaget mendengar penjelasan dari tarra itu
" hmm .. Jadi pertokoan atau mungkin jadi pemukiman" ucap tarra
" jadi pertokoan?" ucap dika seolah tidak percaya
" ya mungkin, kau hidup di jakarta tahun 2018 hantu tua! Struktur dan bangunan kotanya juga sudah banyak di renovasi " tarra menjelaskan pada dika dan dika hanya terdiam
" apa kita bisa kesana ?" dika bertanya pada tarra
" tidak !!! Cepat pergi keruangan ku dan segeralah menulis" teriak tarra Namun dika terlihat sedih karena tidak bisa pergi ke museum fatahilla " apa kau ingin kesana ? " tanya tarra kepada dika dan ia mengangguk dengan senang.
Tarra membawa dika keruang pakaiannya dan memilihkan dika pakaian
" bagaimana cara kau bisa berganti baju?" tanya tarra " apa aku harus membakarnya? " tanya nya lagi, dika hanya tertawa mendengarnya, lalu ia memperlihatkannya kepada tarra cara ia berganti pakaian dan seketika bajunya sama dengan baju tarra. Tarra kaget dan melirik tidak suka pada dika yang menyamakan pakaiannya dengan pakaiannya
" kalau kau ingin pakaian beli lah sendiri" ucap tarra kesal dan meninggalkan dika diruang ganti itu kebingungan
" hei hei !! " teriak dika mengikuti kemanapun tarra berada
" apa!!!" teriak tarra membuatnya kaget
" lebih baik kita mengajak gita juga" ucap dika
" kau ingin mengunjungi rumah lama mu? Atau berkencan dengannya?" tanya tarra kesal
" ayolah tarra" dika terus merayu tarra agar mau mengajak gita
*****
Adnan terbangun dari tidurnya dan melihat catatan yang di tinggalkan gita di atas mejanya dan tersenyum.
Sementara itu gita sedang sibuk di klinik karna banyak sekali pasien hari ini, kemudian ponselnya berdering ia segera mengangkatnya ternyata ia mendapatkan telphone dari adnan belum sempat berbicara dengan adnan tiba-tiba tarra mengambil ponsel gita, gita terdiam kaget tarra hanya melempar senyum pada nya
" hallo? Bisa kau hapus nomer ini" ucap tarra sambil melirik tersenyum ke arah gita " karna aku akan mengajak gita pergi " ujar tarra Adnan hanya diam dan mematikan panggilan itu dengan kesal
Tarra terus tersenyum ke arah gita,
" aku sedang bekerja" ucap gita lalu meninggalkan tarra, tarra menarik tangan gita dan gita berhenti menatapnya dengan tatapan tajam
“ aku akan menunggu mu” ujar tarra sambil terus tersenyum gita membuang mukanya dan berpaling menjauh dari tarra,
Gita terus memperhatikan tarra dari dalam klinik tarra melaimbaikan tangannya kearah gita lalu gita menatapnya dengan tatapan sinis namun tarra tetap tersenyum
“ dirgantarra” ujar tita saat melihat laki-laki itu berdiri di depan jendela itu sedang mengecek ponselnya dan menyenderkan punggungnya ke jendela klinik banyak pengunjung klinik yang keheranan karena ada tarra di luar, gita terlihat malu-malu saat ditatap tita
" siapa lagi kali ini?" tanya tita, gita menatap tarra namun tarra masih sibuk dengan ponselnya
" laki-laki yang akan aku nikahi" ucap gita dengan sorot mata penuh makna menatap tarra di luar, ia tersenyum malu-malu lalu menundukan kepalanya tita melihat itu dan hanya tertawa
" ck, dia penulis yang selalu kau ceritakan dulu itu? Dia cinta pertama mu itu?" tanya tita menggoda gita
" entah lah" jawab gita sambil tersenyum
" ah sudah lah!! Tatapan mu itu tidak bisa aku terima, lebih baik kau pulang cepat hari ini . Aku tidak bisa mencegah wanita dan pria yang sedang jatuh cinta" ucap tita seolah mengerti keadaan mereka berdua yang memang ingin pergi mengunjungi suatu tempat.
Diluar klinik ternyata tarra tidak sendiri ia bersama dika,
" kenapa kita tidak kembali nanti saja?" tanya dika
" mungkin adnan akan datang dan menarik paksa gita" ucap tarra
" baik!! Kita harus tetap ada disini" ucap dika dengan tegas
Lalu tarra menatap gita sambil tersenyum dika melihat itu dan langsung memasang wajah cemberut.
Gita berlari ke arah tarra dan dika mereka terlihat tersenyum karena kedatangan gita,
" hallo" ucap gita gembira sambil mengangkat tanganya, lalu tarra menyambut nya dan ia melipatkan jarinya di sela-sela jari gita dan ia hanya melihat nya sambil menatap tarra yang terus tersenyum.
" Mari kita pergi" ucap tarra sambil terus tersenyum. Mereka berjalan ke mobil tarra dan tarra membuka kan pintu untuk gita itu membuat dika makin cemburu. Tarra menatap nya senang
Tarra dan gita duduk di depan sedangkan dika duduk dibelakang dan terus memperlihatkan tatapan sinis ke tarra lewat kaca spion dan tarra hanya tertawa puas ,
" kita mau kemana?" tanya gita
" mengunjungi rumah lama teman ku" jawab tarra tersenyum menatap gita
" oh baiklah" ucap gita, lalu mobil itu melaju melintasi jalanan ibu kota yang sudah mulai sore matahari terlihat rendah di depan pandangan mereka yang hanya terhalang oleh kaca mobil, warna jingga menyebar kesela-sela ruangan dimobil itu,
" WAH !! Amar kau harus lihat ini" teriak dika yang duduk dibelakang ia terlihat kagum dengan kota jakarta di tahun 2018 banyak gedung-gedung yang menembus awan menjulang tinggi disana dihiasi kaca-kaca yang bersinar memantul karena cahaya matahari sore, ia melihat jalanan semakin naik dan semakin mendekati gedung-gedung itu di ikuti banyak kendaraan di belakang mobil mereka. Ia masih terlihat kagum
" aku lihat" jawab tarra tersenyum sambil terus mengemudikan mobil itu, gita menoleh menatap tarra bingung
" kau lihat apa?" tanya gita, lalu mata tarra melirik ke spion saat ia lihat dika tersenyum bahagia di kursi belakang yang melihat kota jakarta yang sudah sangat jauh berubah dari 80 tahun yang lalu tanganya menempel di kaca jendela bibirnya terus tersenyum bahagia
" lihat seseorang yang mengunjungi rumah lama nya yang sudah banyak berubah" ucap tarra
" kau dari desa ya?" jawab gita
" hei !! Tarra, boleh aku keluarkan kepala ku? Rasanya kaca mobil ini menghalangi pandangan ku " ucap dika
" KAU !! Itu berbahaya bodoh!" teriak tarra membuat gita menengok kearah nya dengan tatapan kebingungan, saat gita menatap nya iya berpura-pura menelpon
" itu berbahaya pak tua! Kau bisa celaka" ucap tarra yang berpura-pura menelpon
" aku ini kan hantu. Tidak ada hantu yang akan mati dua kali! " ucap dika tersenyum ke spion, lalu tarra terlihat kesal sambil menurunkan kaca mobil belakang dan gita menengok kebelakang merasa keheranan
" kan sudah pakai ac? Kenapa dibuka?" tanya gita sambil melihat tarra yang masih terlihat kesal namun dika tertawa
" aku gerah" jawab nya ketus
" kenapa gak buka kaca disamping mu itu?" tanya gita lagi, lalu mobil terhenti mendadak dan tarra menatap wajah gita dengan serius
" aku gak mau lihat rambut mu berantakan" jawab tarra sambil tersenyum, wajah gita memerah lalu ia memalingkan wajahnya dan langsung menatap ke luar sambil tersenyum malu-malu. Dan mobil itu kembali berjalan menyusuri jalanan ibu kota sore itu.
Dika menjulurukan tangannya keluar, dan kemudian di susul kepalanya yang melongo keluar jendela sambil tertawa-tertawa, tarra melihat hal itu hanya tersenyum
" kau lihat amar!! Kau lihat anna!! Negara kita merdeka, kau tidak perlu takut lagi menulis sesuatu, anna kau lihat Kota ini ! Kau lihat kan, kau tidak usah cemas berjalan dengan rambut pirang mu itu tidak ada yang mau menangkap mu atau menembak mu, kau bisa bebas tertawa, bersenandung bahkan kau bisa bebas menari sekarang anna!!! " teriak dika yang saat itu kepalanya menjulur keluar rambut nya berkibaran berantakan, tangannya terus melambai pada setiap mobil yang lewat walaupun ia tahu bahwa mereka itu tidak dapat melihat nya,
"aku mau hidup di jaman ini " teriak dika, tarra didalam mobil hanya tertawa dan gita memperhatikannya aneh.
******
Mentari mulai memberi cahaya jingganya pada setiap siapa saja yang berada di bumi, mulai temaram. Di kota itu langit mengoranye penasaran, membias bangunan tua di tengah ibu kota yang menyimpan segala sejarah yang tetap diam dan bisu. Burung itu terbang dari atas bangunan menandakan sang malam sudah memberi kabar untuk segera datang. Jakarta kala itu, ketika tiga orang sahabat yang bertemu kembali di tempat itu, setelah hampir 100 tahun. Jakarta kala itu, ketika mereka tau kalau ternyata ada sebuah kisah yang belum terselesaikan. Jakarta kala itu, kota romantis yang membuat siapa pun pernah jatuh dan mencinta. Jakarta kala itu, ketika setiap yang datang pasti akan pergi. Berhentilah bersedih di kota itu mereka bertemu dan berpisah lalu bertemu lagi dan berharap untuk tidak berpisah. Jakarta kala itu yang tetap diam namun waktu yang menceritakan betapa kejam nya masa lalu, betapa tersiksanya hidup di masa lalu atau indahnya cinta di masa lalu.
Mereka bertiga berdiri di depan gedung meseum fatahilla, mereka memandang gedung itu dan terdiam. Anak-anak terus berlari-lari didapan mereka dengan layangannya yang diikat dengan kayu kecil diujungnya, namun mereka tetap diam.
" adik ku mati disini" ujar dika pelan, tarra menengok ke arahnya dan gita pun melihat kemana mata tarra pergi " aku benci tempat ini awalnya, aku takut ketempat ini awalnya. Sampai akhirnya aku bertemu kalian, aku beranikan diri kesana, bertemu para jendral yang memimpin batavia waktu itu" lanjut dika tarra mendengarkannya dengan seksama
" kenapa kau ajak aku ke sini?" tanya gita kesal
" hahaha .. Kau marah padaku? Kan sudah aku bilang aku mau mengunjungi rumah lama teman ku" tarra menjawabnya dengan tertawa ia menutupi rasa kaget nya mendengar cerita dika barusan
" kenapa kita gak kencan di statiun kota sekalian" ucap gita lalu memalingkan wajahnya ke belakang tiba-tiba tarra menarik bahunya membuat gita menjatuhkan dirinya ke dada tarra, tarra memeluk gita erat dan ia terlihat sangat kaget.
" maaf mba" ucap pedagangan es teh manis sambil membawa dagangannya di nampan kecil yang sedang berkeliling menjual daganganya itu. Tarra tersenyum ke arah pedagang itu namun gita hanya terdiam kaku, detak jantungnya terus berdetak dengan cepat mungkin kerasa hingga menyentuh pergelangan tangan tarra yang masih memeluknya, begitupun tarra detak jantungnya berdetak hingga berasa ke punggung gita. Lalu mereka melepaskan pelukannya karna mereka sadar menjadi pusat perhatian disana. Dika hanya tertawa.
" kau! Tetap berjalan di samping ku" sambil mengenggam tangan gita, dika hanya terdiam melihat itu. Lalu mereka berjalan bertiga mengitari museum fatahilla dika masih terlihat terkagum-kagum dengan perubahan jaman yang ia lewat kan sia-sia
" kau tau tarra, tempat ini penjara. Tempat ini tempat eksekusi. Dan aku benci tempat ini" ucap dika yang terus berjalan
" dan sekarang menjadi seperti ini. Kau lihat tidak ada yang perlu di takuti di masa ini, tidak ada peluru, tidak ada penculikan, pemerkosaan dan pembunuhan" jawab tarra yang masih berpura-pura menelpon itu
" dari siapa ?" tanya gita pelan
" teman ku dari belanda" jawab tarra gita mengangguk paham
" kau harus bangga menjadi pemuda yang bebas dan merdeka" ucap dika tarra menatap nya serius
" tarra kesana yu" ucap gita dan menarik tangannya kearah lain nya di museum itu dika tetap diam di tempat dan terlihat menatap senang ke arah mereka berdua
Gita berjalan-jalan bersama tarra dan di belakang ada dika, gita mendatangi pedagang kaki lima. Dika mengambil kacamata dan memakainya, tarra melihat itu dan langsung mengambil kacamata tersebut takut orang-orang melihat kacamata itu melayang di udara,
Lalu mereka berhenti di sebuah tempat disana banyak surat permohonan tergantung dengan rapi gita menarik tangan tarra dan memintanya untuk menulis namun tarra menggelengkan kepalanya dan gita hanya tersenyum
" kau tulis apa?" tanya dika ke gita namun gita masih tetap menulis
" selesai" ucap gita sambil tersenyum, dika melihat surat permohonan gita dan tersenyum tapi tarra memukulnya namun dika hanya tertawa. Lalu gita menggantungkannya di sana bersama dengan yang lain,
" kau tulis apa?" tanya tarra penasaran ia melirik ke tulisan itu tapi gita menghalangi lalu ia menarik tangan tarra dan mendorong punggungnya agar menjauh dari tulisan itu,
" jalan lagi, let's go" ucap gita yang masih mendorong punggung tarra , tarra memberontak tidak senang lalu ia berlari lagi ke tempat permohonan itu dan gita mengejarnya.
Sore itu, mereka tertawa bersama-sama di kota itu, di tempat menakutkan itu dulu, di tempat dimana mereka bertemu dan di tempat mereka berpisah. Mereka terus berjalan sambil tertawa-tawa dan memakan ice cream, tarra mengarahkan ice creamnya ke arah dika agar ia bisa memakan nya juga lalu terlihat kilasan masa lalu yang terlihat ketika dulu mereka bertiga berjalan bersama penuh tawa.
" tempat ini benar-benar banyak berubah" ucap dika yang mengomentari museum fatahilla yang sudah banyak mengalami perubahan itu,
" aku menyukainya" ujar gita, tarra dan dika melihat kearahnya lalu gita menengok ke mereka " kenapa?" tanya nya bingung. Lalu tarra menarik tangan gita mendekati penyewaan sepeda yang banyak berjejer di pinggir museum
“ kau mau apa lagi “ ucap gita yang mengikuti langkah kaki tarra, namun tarra terlihat tersenyum
“ nah “ tarra berhenti di depan penyewa sepeda ontel di pinggiran museum itu lalu memakaikan gita topi disana, topi itu menutup sebagaian wajah gita yang mungil itu hanya terlihat sama-samar matanya yang terlihat menatap tarra dengan penuh arti, dika melihat itu dan terdiam ia melihat gita yang menggunakan topi itu seperti melihat anna di masa lalu saat ia pertama kali bernyanyi di bar nya, kemudian ia tersenyum dan tarra pun terdiam memandang gita, gita melaimbaikan tangannya di hadapan wajah tarra
“ wah kau cantik seperti noni-noni belanda” ucap seseorang wanita yang berpakaian ala noni belanda itu pada gita. Gita mendengakan kepalanya dan sedikit mengangkat topinya lalu tersenyum malu-malu ke hadapannya “ kau blesteran ya ?” tanya wanita itu
“ oh, aku? Aku lahir di bogor bukan blesteran, hehehe “ jawab gita sambil tertawa
“ cantik” ucap dika tarra menengok kehadapannya
“ dia anna ya ?” tanya seseorang yang berada di belakang tarra, tarra menengok ke belakang dan melihat sekumpulan mahasiswa dan mahasiswi yang sedang melakukan riset di tempat itu “ oh kau dirgantarra?” ucap salah satu diantara mereka tarra lalu tersenyum menyapa
“ hallo mas tarra” salah seseorang dari mereka datang mendekati tarra dan menjulurkan tangannya mengajak tarra bersalaman
“ oh hallo” jawab tarra sambil menyambut tangannya
“ aku penggemar berat mu” ucap seseorang mahasiswa itu
“ oh terima kasih banyak “ jawab tarra tertawa
“ kau menggambar anna dengan sangat baik di dalam novel mu itu” ucap nya
“ hahaha dia bukan anna “ jawab tarra
“ dia pacar mu?” tanya wanita yang menggunakan baju noni belanda itu
“ oh dia, dia kekasih sahabat lama ku” jawab tarra sambil melihat gita yang sedang asik berfoto dengan kamera nya
“ siapa namanya ?” tanya seseorang itu lagi
“ inggita arunalla rinjani “ jawab tarra yang tidak memalingkan tatapan nya dari gita dan senyum itu terus mengembang disana. Gita berlari kearah tarra, rambut hitam itu tergerai lurus di pundaknya tertutup dengan topi di bagian atasnya, ia berlari terus kearah tarra
“ tarra, kau mau berfoto dengan ku ?” tanya gita sambil tersenyum ke arah tarra memamerkan senyuman manisnya dan gigi gingsulnya itu.
“ jangan panggil aku tarra “ ucap tarra
“ lalu kau mau aku panggil apa ?” tanya gita “ aku sudah lama memanggilmu tarra “ ucap gita, tarra kebingungan
“ kalau kau memanggil ku seperti itu orang-orang akan mengenali ku dengan mudah “ jawab tarra
“ lalu kau mau aku panggil apa ?” tanya gita sebal,
“ kau bisa memanggil ku, kak tarra?” jawab tarra
“ kak dirga” jawab gita
“ kak tarra “ sahut tarra, dan ia teringat saat gita dulu memanggilnya kak amar “ Ah baiklah kak tarra itu lebih baik “ jawab tarra
Tarra merasa disana terlalu sepi ia melihat kesamping dan mencari kemana
“ kau mencari sesuatu?” tanya gita ternyata dika hilang dia tidak ada di samping mereka
“ kau tunggu di sini ya " ucap tarra ke gita, gita mengangguk dan tarra pergi mencari dika.
Tarra melihat dika sedang berdiri di depan museum itu sambil melihat suasana disana
" tidak ada yang bisa aku lakukan" ucap dika
" jangan menangis" jawab tarra
" aku juga ingin hidup di tahun 2018" ucap dika, terdengar berat seperti menahan tangis
" tidak peduli dimana kau hidup, hidup itu sebuah penderitaan. Setiap masa memiliki masalahnya sendiri. Tapi aku sungguh sangat berterima kasih berkat para pemuda yang rela berkorban saat itu, sekarang aku bisa hidup seperti saat ini" ucap tarra sambil tersenyum ke arah dika,
" hahahaha kau juga salah satu dari pemuda saat itu" jawab dika membalas senyuman tarra
Gita terlihat kebingungan saat iya yang sedang menunggu tarra tapi ia tidak kunjung kembali, lalu gita memustukan untuk mencari nya dan saat itu ia melihat tarra sedang memandang gedung museum itu sambil tertawa-tawa. Gita datang dan memanggil tarra disana
" aku punya permintaan " ucap dika ke tarra
" apa lagi" jawab tarra
" aku mau berfoto dengan nya" ucap dika saat melihat gita datang berlari ke arah tarra dan tarra menengokan kepalanya kebelakang, ia melihat saat gita berlari ke arahnya dengan tersenyum
" kau lama sekali" ucap gita yang terdengar nafas nya tidak beraturan itu
" oh iya, kau mau berfoto tidak? Biar aku yang photo?" ucap tarra melirik ke arah dika dan dika saat itu tepat berada di samping gita sambil tersenyum dan melirik tarra dan tarra hanya tertawa disana
" oh baiklah" ucap gita senang, tarra menyuruh gita untuk terus kesamping hingga berada di samping dika. Lalu dika merangkulkan tangannya ke pundak gita dan tersenyum
" satu .. Dua .. Tiga ..." Ucap tarra ketika hendak mengambil gambar, dika merangkul gita dan gita tersenyum senang disanA walaupun yang terlihat hanya ada gita seorang namun dika tetap senang karena bisa bersama dengan gita dimasa saat ini.
" permisi .. Boleh aku minta tolong untuk memphotokan aku dan teman-temanku?" ucap tarra ke wisatawan yang sedang berjalan. Lalu akhirnya mereka Di photo dan photo itu yang akan di kenang selama-lamanya tentang pertemuan persahabatan mereka itu.
*********
Saat berada di rumah dika duduk di jendela besar ditengah ruang kerja tarra, melihat hasil photo mereka tapi tidak ada ia didalamnya
" Apa kau Sedih, karna tidak bisa terlihat di kamera?" tanya tarra saat itu ia duduk juga di jendela dan memegang photo itu
" aku baik-baik saja. Hehehe .. Aku senang melihat gita yang masih periang, sehat, dan berani dan juga terlihat bahagia" jawab dika sambil memegang photo dirinya bersama gita, tarra memandangnya lalu melihat lagi kedepan
" gita di hantui oleh kenangan masa lalu dan itu bukan hidup yang bahagia" ucap tarra " oh iya .. Bagaimana anna bisa belajar menembak" tanya tarra, lalu dika menceritakannya.
******
Tahun 1928, saat itu suasana batavia terlihat sangat sepi. Dika yang sedang rapat bersama para aliansi terkejut saat anna membuka pintu rumah itu dan berdiri di ujung pintu sambil terlihat marah.
" aku ingin bergabung bersama kalian" ujar nya " kalau aku tidak bisa bergabung dengan kalian, kalian akan aku lapor pada tentara netherlands" katanya lagi sambil berdiri dihadapan dika dan melototi nya
" kalian semua bisa pergi" ucap dika lalu seluruh anggota meninggalkan ruangan itu dan membiarkan anna dan dika diruangan itu
" aku ingin kau mengajari ku menembak" ucap anna lantang
" untuk apa, kau tau kan kalau menembak itu " dika menjelaskan sesuatu padanya namun anna
hanya menatap nya marah dan ia menghentikan pembicaraannya " untuk apa?" tanya dika merubah arah pembicaraan mereka
" aku ingin bisa menembak orang-orang yang sudah membunuh ayah ku " jawab anna
" aku tidak bisa" dika menjawab itu,anna terdiam dan terus memohon pada dika
" aku tidak punya kuasa" ucap dika ke anna
" aku akan laporkan kalian semua" teriak anna dan berjalan ke luar namun dika menahannya
" aku akan meminta izin ketua organisasi tapi dengan satu syarat kau tidak boleh membicarakan apapun yang kau lihat malam ini" ucap dika, gita mengangguk setuju
Malam itu juga dika datang menemui ketua organisasi dan menanyakan langkah selanjutnya yang akan mereka lakukan dan ternyata ketua dari organisasi itu adalah amar sastrodihardjo (dirgantarra),
" dia memaksa ku " ucap dika ke amar
" marianna? " tanya amar
" dia ingin membalas dendam pada tentara netherlands, yang membunuh ayahnya" ucap dika menjelaskan pada amar maksud dan tujuan anna bergabung menjadi anggota aliansi dan juga dirinya yang ingin diajarkan menjadi penembak
" aku tidak masalah, kita bisa membuat anna menjadi penembak jitu" jawab amar
" tidak masalah?" dika menanyakan nya dengan khawatir
" penembak wanita akan sangat berguna untuk penyamaran" jawab amar dika terlihat keberatan
" walaupun anna seperti seorang laki-laki tapi dia tetap wanita lemah" ucap dika
" anna akan melakukan nya dengan baik" jawab amar
********
Tarra mendengarkan cerita dari dika tanpa mengomentari apapun dia terdiam dan seperti sedang memikirkan sesuatu
" jadi yang membuat gita menjadi penembak itu adalah aku?" dia bertanya ke dika dan dika mengiyakan nya
" jadi secara tidak langsung aku yang membuat gita trauma?" tanya nya pada dika lalu tarra mengingat sesuatu saat gita merakit sebuah pistol. Tarra seperti tidak percaya
" apa anna membunuh seseorang yang tidak seharusnya ia bunuh itu karena perintah amar?" tanya nya lagi
" aku tidak tau" Dika menjawabnya
*******
Di teras suatu rumah bergaya eropa jaman itu, terlihat amar yang duduk santai dengan koran dan teh yang masih mengeluarkan asap itu, dengan santai ia membuka lembar demi lembar koran itu dan sambil membaca nya lalu sesekali ia meminum teh hangatnya. Salah satu anak buah nya datang memberi tahukan sebuah berita penting padanya
" Tuan, kapan adji kembali?" tanya anak buahnya itu
" mungkin besok " jawab amar
" saya melihat mu dengan anna kemarin pagi" ucap anak buahnya
" kau memata-matai ku?" tanya anna marah
" hahaha tidak tuan, rasanya seperti saya dan istri saya dulu. Saya rindu istri saya tuan" jawab anak buahnya itu, " kalau gitu saya pamit ya tuan" lalu ia meninggalkan rumah itu dan amar, namun amar terdiam mengingat kejadian kemarin pagi saat dirinya ingin mengantarkan tulisan nya dengan sepeda ontel nya Dan bertemu dengan anna
" kau harus menulis sesuatu yang luar biasa “ teriak anna sambil menaiki sepeda nya dan melambaikan tangan ke arah amar yang masih duduk di tumpukan jerami sambil memandangi nya yang mulai menjauh.
Anak buah dari amar menajdi mata-mata untuk operasi yang akan di jalankan oleh organisasi itu ke markas belanda di master cornelis (jatinegara). Amar berjalan mondar-mandir di sudut kota batavia malam itu sambil terus memperhatikan arlojinya dan bergumam pelan apakah anak buahnya berhasil atau gagal, tiba-tiba anna menarik nya dan mengajaknya berlari menjauh dari para tentara netherlands yang mengejarnya. Saat amar dan anna berlari menyelamatkan diri arloji amar pun terjatuh dan amar mengambilnya dan ia terlihat panik. Karna suara tembakan dari senjata yang para tentara sudah semakin mendekat, langkah kaki para tentara menggerumuh tepat di belakang mereka yang masih terus berlari menyelamatkan diri. Kejadian ini sama seperti saat tarra di masa sekarang berlari bersama gita di masa lalu dan bersembunyi.
Lalu akhirnya mereka bersembunyi di samping toko yang sudah tutup , amar hendak menengok tapi anna menyudutkannya mendorong nya ke tembok dan mereka saling berhadapan, anna menutup mulut amar dan memperhatikannya seperti mirip seseorang ,anna terus memperhatikan mata amar yang masih terdiam kaku dan ketakutan itu , lalu anna melepaskan kacamata amar dan benar saja amar mirip dengan seseorang yang menolongnya waktu itu. mereka saling terdiam menatap satu sama lain lalu amar mengambil kaca matanya dari tangan anna dan anna merasa kalau tentara-tentara itu semakin mendekat .
“ kau apa-apaan sih” ujar tarra sambil melepasan bekapan tangannya
“ ssstt- diam jangan berisik” ucap anna sambil menengok ke kenan dan kiri melihat tentara penjaga yang masih mencarinya. “ kau bilang kau mau membantu memperjuangkan negarakan? Dari pada kau menulis kisah cinta murahan” tentara itu melewati anna dan amar, namun satu dari mereka ada yang melihat anna, anna lalu melepas topinya dan ia mendekati wajahnya ke arah amar lalu ia menciumnya untuk menyelamatkan diri dari tentara belanda itu.
Para tentara itu masih mengejar anna dan amar, sedangkan mereka tengah berciuman
Amar melepaskan ciuman itu dari anna dengan gugup. Mata bulat anna terus menatap amar yang masih ragu-ragu untuk melihatnya saat itu, terus membuang muka saat anna menatapnya.
“ k-kau orangnya ? seseorang yang menyelamatkan ku dulu!!” anna mengatakan sesuatu dengan berbisik ke amar
" aku ingin berpura-pura sebagai penolong mu , tapi kau terlihat putus asa aku tidak sampai hati membohongi mu" ucap amar, anna terlihat kaget mendengar jawaban amar ia mundurkan langkah nya ke belakang , namun saat itu suara tembakan terpat berada di belakang anna dan memantul mengenai tembok. Amar buru-buru menarik tubuh gita untuk mendekat kearahnya, detak jantung mereka beradu, pandangan mereka juga beradu. Amar mendekatkan bibirnya ke bibir anna dan saling memejamkan mata. Malam itu amar mencium anna disudut kota batavia tahun 1928 ketika pemuda dan pemudi itu saling jatuh cinta, dan saling memberikan cinta dengan ciuman.
Anna tersadar setelah beberapa menit terbawa suansana yang malam itu, ia mendorong amar menjauh dari dirinya begitupun amar yang kaget karna telah melakukan suatu kesalahan yaitu jatuh cinta pada sahabat nya sendiri.
" aku kembalikan arloji mu" ucap anna sambil memberikan arloji itu pada amar, anna hendak pergi tapi amar menahannua dan melihat tangan anna yang berdarah
" kau yakin ingin terus berjuang?" tanya amar khawatir
" kau meragukan wanita lagi?" jawab anna sambil menarik tangannya paksa dan menutup luka itu dengan lengan bajunya " aku ingin kau tidak merubah apa yang sudah di perintah " jawab anna lalu ia berlari Masuk ke dalam bar
*********
" apa pengiriman sudah selesai?" tanya danu ke amar. Amar masih fokus dengan pekerjaannya . Sedangkan anna sedang bernyanyi didepan bar menggunakan pakaian wanita, dress polkadot hitam putih, rambut ikal, bibir merah, kulit putih pucat dan mata coklat itulah anna, wanita blesteran itu tampak anggun dengan pakaian wanita. Dan amar masih terus menulis tampa sedikit pun memperhatikan anna di sana, tubuhnya membelakangi anna namun danu terus memperhatikan anna bernyanyi sambil sesekali tersenyum dan melambaikan tangannya pada anna dan anna tersenyum malu-malu.
" sampai kapan kamu akan menulis novel murahan itu??" tanya danu sambil meminum beer ny
" kenapa kau tidak menulis lagi?" amar bertanya balik ke danu, dan dia hanya tertawa mendengarnya
" aku ingin berkencan" jawab danu serius ke arah amar
" kau? Kau memiliki kekasih?" tanya amar yang saat itu memasang wajah serius juga ke danu, namun saat danu di tanya itu oleh amar ia menunjuk ke arah anna yang masih bernyanyi disana. Amar membalikan tubuhnya dan melihat ke arah anna yang sedang bernyanyi dan seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia teringat ciuman mereka.
******
Anna duduk di meja rias nya, menatap wajahnya di depan cermin wajah cantik dengan riasan sudah di hapus itu dan kembali menjadi dirinya. Ia terus melihat dirinya di depan cermin sambil memegangi bibirnya, pipi nya menjadi kemerah-merahan.
Suara derit pintu terbuka langkah kaki dari sepatu hak tinggi itu menantul ke setiap ruangan.
" saat kau masih memegang pistol. kau tidak boleh jatuh cinta" ucap wanita itu, memegang bahu anna dan membisikan kata-kata itu ditelinga nya anna menatap dia di cermin, begitu menakutkan senyum menyeringai terpancar dari dirinya, anna mengigit bibirnya dan tetap diam.
*******
D'aleanor sudah terlihat sepi hanya ada amar yang sedang duduk sambil mengisap batang kayu manis nya . Ia juga teringat akan ciumannya dengan anna dan kata-kata danu kalau ia ingin berkencan.
" apa kau berhenti merokok?" tanya danu yang tiba-tiba datang dan mengambil batang kayu manis amar , lalu ia mengambil batang rokok di saku jas nya
" cahaya pematik saat malam hari bisa membuat kau jadi target musuh " ucap nya " aku tidak mau kena tembak" lanjut amar kemudian danu membuang rokok nya
" kau" ucap amar, membuat danu melihat ke arahnya
" kau harus mengaku sebagai yang menolong dia malam itu" ucap amar lagi membuat damar tercengang mendengar nya " karna dia berfikir aku yang menyelamatkannya" jawab amar lagi
" kenapa tidak kau cerita kan saja semuanya, dan berbaikan pada nya " jawab danu
" tidak bisa! Karena anna tidak ada hubungannya dengan organisasi " ujar amar sambil mutar-mutar pulpennya dan melihat kearah danu
" suatu saat anna akan tahu!" ujar danu
" Anna jangan sampai tahu tentang ini!" jawab amar dan danu pun mengerti
Saat mereka sedang membicarakan hal ini tiba-tiba anna datang menghampiri, ia sudah berpakaian seperti laki-laki lagi.
" apa kalian mau ikut? " tanya anna
" kemana?" jawab amar
" alun-alun akan ada pesta rakyat disana " jawab anna
" aku tidak bisa, aku ada janji kencan dengan rebecca" jawab amar dan ia berjalan pergi. Tapi anna mengejarnya dan menahanmya di pintu
" kau lebih memilih berkencan dengan wanita publik itu?" ujar anna dengan nada cemburu
" hahaha . Memangnya kau siapa? Berani menyuruh ku" jawab amar dengan nada sedikit ketus ke anna " apa kau cemburu? Apa kau menyukai ku karena ciuman kita waktu itu?" ucap amar yang berbisik namun terus memojokan anna lalu amar mendekati anna dan mencium wangi parfum yang anna gunakan
" cihhh~ berhentilah bersikap seperti wanita" ucap amar. Anna terdiam menatap amar dengan tatapan sinis dan marah kemudian air mata itu keluar dari pupil matanya dan ia berjalan keluar
BRAKK!!! iya membanting pintu dengan keras, amar melihatnya dan menengok ke arah danu, danu hanya menaikan ke dua bahunya Seperti tidak tahu.
" laki-laki bodoh!! Brengsek!" ucap anna yang sedang menangis di luar, namun saat ia menangis tiba-tiba pria bercadar datang mendekatinya
" apa kau menangis?" tanya laki-laki bercadar itu ke anna membuatnya kaget " apa yang laki-laki itu lakukan padamu?" tanya nya lagi dan meraih tangan anna dan memberikannya korek yang berlogo de'aleanor
" kau pergi dan cari pria yang bernama mahardika dan dia akan menolong mu, anne" ujar danu, seperti saat ia bertemu dengan anna pertama kali di hutan saat menolongnya dari tentara malam itu. Anna terdiam menatap laki-laki di hadapannya itu,
" apa kau yang menolong ku waktu itu?" tanya anna perlahan-lahan ia menghapus air matanya dan laki-laki melepas cadarnya dan tersenyum ke arahnya ia adalah danu mahardika.
Lalu anna tersenyum senang
" kau mau ikut dengan aku Nona?" tanya danu ke anna
" dengan senang hati tuan" jawab anna dengan gembira
" kau mau ikut dengan ku ke pasar malam?" tanya danu lagi, anna mengangguk setuju.
Lalu mereka malam itu pergi ke pasar malam di kota batavia dengan sepeda, danu mengendarai sepeda itu dan di Belakangnya ada anna yang terlihat sangat senang. Danu dengan gembira mengayunkan sepedanya dengan anna mereka berdua terlihat tertawa besama tanpa di sadari amar melihat kepergian mereka dengan raut wajah yang tidak bahagia.
Sedangkan tarra terus mengetik kilasan-kilasan masa lalu yang semakin jelas muncul di dalam ingatannya.
*********
Paginya tarra terbangun masih di meja kerjanya dan ia tersadar kalau ia tertidur di meja kerjanya
Dika mengambil naskah yang sudah di selesai kan tarra semalam dan membacanya
" itu naskah awal" jawab tarra setengah sadar namun ia masih menempelkan kepalanya di meja
" itu khayalan atau ingatan mu?" tanya dika sambil terus membaca naskah itu
" aku tidak tau, sulit membedakan" jawan tarra " aku hanya menulis apa yang muncul di ingatanku" ucap nya lagi, dika mengangguk sambil membalik naskah itu,
" oh ia .. Siapa yang sebenarnya di cintai oleh anna?" tanya tarra penasaran dika terdiam
" satu-satu nya yang bisa menjawab adalah anna sendiri" jawab dika tenang " kenapa kau tiba-tiba mengatakan seperti itu?" tanya dika
" tidak .. Aku hanya kasihan pada amar. Aku tahu ia tidak pernah mencintai seperti dia mencintai seseorang. Maka dari itu aku tidak akan menyembunyikan perasaan karena sesuatu yang lain sekarang dan aku akan melakukan segalanya demi cinta " ucap tarra, dika terdiam ia tau apa yang dimaksud tarra kali ini Lalu ia tersenyum kecil di ujung bibirnya
*****
Suasana pagi di Jakarta saat itu sangat berbeda kabut tipis-tipis masih Nampak di jendela apartemen gita, hawa dingin masih terasa sisa hujan semalam. Gita masih tertidur di tempat tidurnya.
Suara ponsel terus berdering yang akhrinya membangunkannya dari tidurnya, tangan itu menjulur ke meja di samping tempat tidurnya mengambil ponselnya itu.
“kau dimana?” suara berat di balik sambungan telpon itu
“ hmm” jawab lirih gita
“ kau baru bangun ?” Tanya laki-laki itu lagi lembut
“ iya” jawab gita, sambil mengucek-ngucek matanya dan duduk di tempat tidurnya lalu ia melihat ke layar ponsel nya melihat siapa yang menelponnya pagi itu, tertulis nama tarra disana gita kaget bukan kepalang mata sayu itu mendadak menjadi terbuka lebar dan seketika ia tersadar dan mengatur nafasnya
“ hallo? Kau masih ada disana?” Tanya tarra
“ hmm, masih ada apa kau menelpon pagi-pagi ?” Tanya gita terbata-bata
“ kau ada di apartemen mu ?” Tarra terus bertanya ke gita, gita berjalan mendekati jendela yang masih tertutup embun disana
“ hmm, ia aku di apart “ jawabnya
“ aku di taman” ucap tarra
“ sedang apa ?” Tanya gita
“ menunggu mu “ jawab tarra lalu ia tertawa “ cepat lah .. kau harus ke taman !!! aku mau mengajak mu olahraga “ ucap tarra lagi lalu ia mematikan sambungan telpon itu membuat gita menjadi bingung. Gita lalu bergegas mencuci mukanya dan berlari menuju taman.
Dan saat itu, tarra sedang duduk di bangku taman dengan dua sepeda di depannya sambil memainkan handphonenya dan menunggu gita datang.
Dari kejauhan gita berlari menghampiri tarra yang sudah ada di sepedanya dan tersenyum ke arahnya, namun gita membalasnya dengan memukul bahu tarra dan tarra masih terus tertawa
“ k-kau … sung-gguh benar-benar menyebalkan “ ucap gita yang sedang mengatur nafas yang terdengar kelelahan
“ hahaha ..” tarra terus mentertawakan gita yang masih kelelahan itu “ ayo naik “ ujarnya mengajak gita untuk menaiki sepeda bersamanya
“ kau sajalah .. apa kamu gak lihat aku masih kelelahan seperti ini “ ucap gita protes ke tarra, tarra hanya mengacak-acak rambut gita
“ kalau kau menang aku akan membelikan novel terre liye cetakan pertama dan cetakan asli dari “ stalker” .. bagaimana kau mau ? “ bujuk tarra, gita terdiam dan tercengang mendengar nya dan ia langsung mengambil sepeda nya
“ oke aku setuju “ ucap gita langsung mengayuh sepedanya meninggalkan tarra di belakangnya sambil tertawa.
Mereka mengelilingi taman itu sambil terus tertawa di atas sepedanya masing-masing. Sedangkan di rumah dika sedang mencari bagaimana cara menyingkirkan pengusir hantu di mesin pencari sambil menggunakan laptop tarra.
“ ah!! Aku baru saja mempelajari bagaimaa cara menggunakan teknologi terbaru “ gumam nya pelan sambil terus mengetik sesuatu di mesin pencari di laptop itu, di mesin pencari itu ia mengetik bagaimana cara hantu menampakan diri kepada manusia dan mencoba mempelajari cara-caranya
*****
“ hahaha .. kau pikir ini olimpiade “ ucap tarra terdengar kelelahan setelah bermain sepeda dengan gita “ kau terlalu serius “ ucap tarra lagi sambil mengusap-usap rambut gita
“ haha aku membutuhkan hadiah itu “ ucap gita, tarra membaringka tubuhnya di rumput-rumput yang ada di taman
“ harus kah kita kencan ke tempat lain?” Tanya tarra yang sedang berbaring di rumput itu dengan melipat kedua tangannya di belakang kepalanya.
“ hmm .. kau mau kemana ?” Tanya gita sambil menarik tangan tarra untuk tempat sanggahan kepalanya ia ikut berbaring di samping tarra
“ mau kemana pun tapi bersama mu “ jawab tarra sambil menatap langit Jakarta kala itu yang masih tertutup awan
“ mataharinya tertutup awan” ujar gita, tarra melihat gita dan gita pun menatap ke arah tarra lalu mereka sama-sama membuang muka, dan segera bangun
“ oke .. kau harus ikut aku “ ucap tarra tanpa basa-basi, ia langsung menarik tangan gita dan berjalan pergi dari taman
*******
Mobil terus melaju, melintas jalanan ibu kota yang masih sepi itu. Lalu mobil itu masih ke perkarangan sebuah tempat menembak di ujung kota Jakarta.
Gita terdiam dan tidak bergeming apapun dan menatap ke tempat itu. Saat tarra mengajaknya masuk gita tetap terdiam di tempatnya lalu menarik tangan tarra membuatnya menghentikan langkah nya
“ kan aku sudah pernah bilang tentang trauma ku “ ucap gita
“ aku tau maka dari itu, kita coba untuk menghilangkannya” ucap tarra sambil menarik tangan gita agar masuk kedalam sana
Gita tetap terdiam dan melihat pistol itu di hadapannya, tarra terus menatapnya dan tersenyum
“ apa kau serius?” Tanya gita
“ apa aku terlihat main-main?” jawab tarra dan gita mulai menembak, satu peluru tepat mengenai sasaran nya saat peluru itu di lepaskan dari pistol itu tangan gita gemetar namun ia berhasil melakukannya dan menghembukan nafas lega dan tersenyum kearah tarra yang tersenyum juga ke arahnya, sekarang giliran tarra yang akan menembak.
“ apa kau tau cara menembak?” Tanya gita
“ aku jago kalau masalah teori. Percaya saja padaku “ ucap tarra dan mulai menembak. Peluru itu tepat juga mengenai sasaran tarra tersenyum kearah tarra dan gita terlihat kagum
“ kau memiliki bakat menembak” ucap gita
“ hahaha .. apa kau tidak mengingatnya?” Tanya tarra, gita hanya menatap bingung ke arahnya dan tidak mengerti yang di maksud tarra
“ kita dulu pernah bertemu” ucap tarra
“ iya memang , 10 tahun yang lalu kan “ jawab gita
“ 100 tahun yang lalu “ ucap tarra “ apa kau tidak mengingatnya? Kita bersama-sama di Batavia. Kau adalah anna dan aku adalah amar. Kau dan aku adalah pejuang Negara waktu itu” tarra mengatakan hal tersebut dan gita hanya terdiam
“ hahaha .. berhenti bercanda “ gita membalas ucapan tarra dengan tertawa karena tidak percaya dengan apa yang tarra katakan
“ siapa pun yang kau bunuh di kehidupan sebelumnya itu hanyalah sesuatu yang harus kau lakukan demi Negara dan kau seharusnya tidak merasa ketakutan” ucap tarra gita hanya terdiam mendengarkan “ jadi kalau begitu, apakah nona mau melanjutkan untuk menambakan peluru-peluru itu dan mencoba untuk mengenai sasaran yang ada di sana?” Tanya tarra sambil memberikan pistol itu ke genggaman gita dan menyuruhnya untuk menembak. Kemudian gita melepaskan seluruh peluru yang ada di pistolnya dan tepat mengenai sasaran disana. Tarra tersenyum melihatnya
*****
“ terima kasih kau sudah menghiburku “ ucap gita sambil berjalan bersama tarra “ aku sudah tidak terlalu takut dengan masa lalu ku “ jawab gita sambil terus berjalan dengan tarra dan tarra terus tersenyum ke arahnya
“ kita bertemu bukan suatu kebetulan. Aku yakin ada alasan dari semua ini “ ucap tarra “ oh iya, git. Novel ku akan di publikasikan besok aku meminta mu untuk membacanya. Karna sekali kau membacanya pasti kau akan lebih banyak mengingat sesuatu di kehidupan mu sebelumnya. Dan aku mau kau tidak menyimpan sesuatu itu sendirian dan menderita sendiri “ ucap tarra gita terdiam
“ siap ka tarra” jawab gita mengiyakan sambil tersenyum kemudian tarra mengacak-acak rambut gita . tarra menggenggam tangan gita dan mengajaknya pergi
********
Di tempat makan cepat saji seorang wanita paruh baya terlihat sedang memakan makananya. Di belakangnya terdengar seseorang wanita dan teman-temannya sedang membicarakan sebuah novel online yang baru rilis hari ini, mereka terdengar heboh. Wanita paruh baya itu mendekat ke arah mereka dengan langkah penasaran ia menghampirnya
“ apa yang kalian baca sampai serius seperti itu ?” Tanya nya
“ oh ini .. novel ini baru terbit “ jawab pelanggan wanita itu
“ apa judulnya ?” Tanya wanita paruh baya itu
“ novel 1928 “ jawab pelanggan itu. Wanita paruh baya itu kaget dan mengambil ponsel pelanggan itu untuk membaca novel itu. Matanya bulat melebar saat membaca halaman-perhalaman di novel itu, detak jantungnya berdebar keras ia Nampak kaget dan juga khawatir tubuhnya lemas, ia terduduk di lantai dengan nafas yang terengah-engah
******
Dika terlihat tertawa senang dan bahagia saat ia melihat komentar-komentar tentang novel tersebut.
“ the power of dirgantarra” ucap tarra yang terus membanggakan dirinya, di hadapan dika. Dika tidak memperdulikannya dan tetap membaca kolom komentar itu sambil terus tertawa
“ banyak yang mengharapkan danu dan anna bisa bersama “ ucap dika sambil menunjukan komentar-komentar di ponsel itu ke hadapan tarra
“ ck .. selalu saja ada orang yang tergila-gila dengan karakter kedua “ ucap tarra sinis “ oh .. kau jangan menggapnya serius” ucap tarra sambil tertawa dan dika terlihat tidak senang
“ kau berusaha menyindir diriku ?” Tanya dika ke tarra dengan tatapan sinis. Dan tarra hanya tertawa “ kau seharusnya menulis banyak tentang amar dan anna dan aku menyarankan jika kisah cinta danu dan anna biar aku saja yang menulisnya “ ucap dika dengan senyum menyeringai di hadapan tarra.
“ hahaha memangnya kau siapa bisa melakukanya? Melakukan hal seperti itu tidak akan bisa membuat anna akan menyukai mu” ucap tarra ke dika dan ia terlihat kesal
“ bagaimana kau bisa tau? Dia menyukai ku atau tidak ?” Tanya dika “ bagaimana kalau kita bertanya langsung ke anna ?” ucap dika namun kemudian ia terdiam dan berfikir
“ ada apa ?” Tanya tarra terdengar khawatir karena dika tiba-tiba terdiam
“ kisah tentang kita bertiga harus sempurna agar novel itu bisa lengkap “ ucap dika melihat kearah tarra. Tarra pun mengangguk setuju
*****
“ kenapa sama dengan masa lalu ku ?” ucap gita yang saat itu sedang membaca novel itu di cafeteria klinik dengan perasaan tidak percaya . Ia teringat saat anna mencium amar di tempat itu. Lalu ia teringat perkataan tarra kalau ia dan dirinya pernah bersama-sama di Batavia 100 tahun yang lalu. Gita tidak percaya, ia terus melihat ke depan dengan tatapan kosong dan terus berfikir tentang semua kebetulan ini. Gita berfikir pertemuannya dengan tarra bukan suatu kebetulan, ia mengaguminya juga bukan suatu kebetulan dan ia membenarkan perkataan tarra kalau ada sesuatu yang belum usai dengan cerita mereka di masa lalu
“ nona” ucap tarra dari belakang mengaget kan gita. Lalu ia memberikan novel terre liye dan cetakan asli “ stalker” gita terlihat senang.
“ apa kau sudah membacanya ?” Tanya tarra gita mengiyakan
“ apa ada yang kau ingat ? “ Tanya tarra lagi
“ aku ingat tentang ciuman itu, ciuman anna dan amar “ gita terdengar ragu-ragu mengatakannya, wajahnya memerah dan tarra melihat itu dan tersenyum
“ aku suda tau kau akan mengingat itu “ sambil tersenyum kearah gita, gita bangun dari tempat duduknya dengan salah tingkah. Tarra tertawa melihat tingkah gita yang salah tingkah di depannya itu, wajahnya memarah karena malu
“ a-aku harus keluar “ ucap gita terbata-bata dan terus mencari alasan agar ia dapat pergi keluar. Tarra tersenyum ke arahnya dan melihat gita berjalan keluar ruangan itu.
Tarra mengejarnya dan menarik tangan gita dan gita berbalik kearahnya lalu ia mendekatkan dirinya ke gita. Gita langsung gugup, tarra menatap mata gita namun gita terpejam. Tarra tahu apa yang gita ingat tentang masa lalunya. Ia mendekatkan wajahnya kearah gita, saat bibir mereka mendekat nafas mereka saling terasa
“ apa kau mau makan malam bersama ku?” ucap tarra membisikannya ke gita. Gita membuka matanya dan terdiam tarra kembali menatap gita, sambil tersenyum “ kau mau menghancurkan Negara, atau kau mau menyelamatkan negaramu ?” Tanya tarra, gita terdiam karena tidak mengerti lalu ia menarik tangan gita dan membawa gita ke dalam pelukannya. Dari kejauhan wanita paruh baya itu melihat mereka dan ternyata wanita itu adalah ibu gita,
Ia melihat gita dan tarra yang sedang berpelukan itu dari balik mobil dan Nampak kaget dengan apa yang ia lihat
*******
“ akhirnya novel itu mendapatkan respon positif dari para penggemar ya pak” ucap salah satu pegawai damar yang saat itu sedang makan siang bersamanya
“ huffttttt ~ aku mengira diriku akan bangkrut !!! kalian semua harus ingat kalau kalian semua bisa hidup berkat tarra!!” ucap damar terdengar sangat frustasi sekaligus lega karena masalah nya sudah berakhir dengan baik
“ kenapa ibu adnan tega melakukan itu pada tarra ? “ Tanya salah satu pegawai itu
“ se tahu ku, bukannya tarra pernah tinggal dengan adnan dulu ? oh mungkin karena itu “ ucap pegawai lainnya dan akhirnya mereka mulai menggosipkan tarra. Tiba-tiba damar mendapat telpon dari ayah adnan dan memintanya untuk bertemu siang ini di kantor damar
*****
Ayah adnan sudah menunggu di ruangan damar cukup lama akhirnya damar datang dan duduk di hadapanya dengan perasaan canggung
“ mau minum apa tuan?” Tanya damar ragu-ragu
“ aku tidak berlama-lama disini “ ucap ayah adnan terlihat lemas “ aku hanya meminta mu untuk tidak mencetak lagi novel takdir milik adnan “ ucap laki-laki berambut putih itu ke damar, membuat damar kaget
“ kenapa memangnya? Peminat nya sampai sekarang masih tinggi” ucap damar yang terdengar meninggikan suaranya mungkin karena ia kaget mendengar keputusan laki-laki paruh baya itu
“ sepertinya adnan terlalu bergatung pada novel itu dan membuatnya menjadi sulit untuk menulis sesuatu yang baru “ ucap sang ayah itu
“ apa kau tidak terlalu kejam pada adnan?” Tanya damar
“ bukankah adnan sudah menandatangani kontrak dengan kau sebagai penulis baru ?” jawab ayah adnan
“ tapi aku berharap lebih pada novel takdir itu “ ucap damar “ maaf, tapi saya tidak bisa memberikan jawaban itu saat ini, karna harus di pikirkan secara matang dengan seluruh pihak yang telibat” damar melanjutkan. Dan mereka terdiam beberapa saat, damar tampak ragu-ragu untuk bertanya pada ayah adnan
“ maaf kalau saya lancing, tapi apa ada sesuatu hal saat tarra tinggal bersama mu dulu ?” Tanya damar ragu-ragu ke ayah adnan. Namun laki-laki itu diam dan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu. Damar kaget melihatnya dan takut kalau perkataannya menyinggung perasaan ayahnya adnan. Ia berjalan menjauh dari damar yang masih melihatnya
“ pak, kau tahu berita tentang tarra baru-baru ini? Maaf kalau aku harus mengatakan ini. Semua yang tarra alami saat ini ada sangkut pautnya dengan istri anda, ia mempengaruhi media dan para investor dan aku hanya ingin tahu apa alasan di balik itu semua “ ucap damar yang sudah tidak bisa menahan rasa penasaranya itu, namun ayah adnan terus berjalan keluar ruangan itu tanpa bergeming apapun tentang pertanyaan damar dan tampak juga ayahnya adnan memikirkan kata-kata damar .
*******
Mobil terus melaju dengan kecepatan standar di jalan ibu kota yang lengang hari itu, ayah adnan masih terus memikirkan perkataan damar tentang istrinya dan adnan. Lalu mobil berbelok masuk kedalam perkarangan rumah yang sangat asri dengan banyak bunga di halamannya. Ayah adnan turun dari mobilnya dan melihat istrinya sedang menyiram bunga-bunga itu
“ kau dari mana ?” Tanya sang istri saat melihat ayah adnan melintas di hadapannya dengan kunci mobil di tangannya
“ ada hal yang harus aku bicarakan dengan mu! Bisa kau masuk kedalam?’ Tanya ayah adnan sambil masuk kedalam rumah diikuti sang istri dari belakang.
“ kenapa kau melakukan investasi ke proyek yang di tangani tarra?” Tanya ayah adnan dan membalikan tubuhnya menghadap istrinya
“ karena .. karena proyek itu menjanjikan” ucap sang istri dengan santai
“ sampai kapan kau mau menyiksa anak itu ? sampai kapan!!! Sampai kapan kau mau melakukan hal bodoh seperti itu dan membuat ia berhenti menulis “ teriak ayah adnan di hadapan istrinya, istrinya terlihat sangat marah karena melihat suaminya begitu marah kepadanya. Dan terus membela tarra.
“ kau tidak perlu berteriak pada ku, hanya untuk membela anak dari wanita malam itu !! kau juga tidak perlu bertanya pada ku kalau kau sudah tau jawabannya “ jawab ibu adnan dengan santai kearah ayahnya adnan yang masih terlihat marah itu
“ seharusnya .. seharusnya kau dan adnan lah yang harus berlutut di hadapan tarra! Bukan tarra!!!” ucap ayah adnan yang masih kesal dan marah itu . ibu adnan tidak mengerti dengan perkataan ayahnya adnan itu
“ apa kau tau apa yang tarra dan adnan lakukan 10 tahun yang lalu ? dan apa kau tau siapa yang membuat anak mu itu menjadi dosen di kampus besar itu dan membuatnya menjadi penulis? Apa kau tau itu ? kau tau siapa yang membuat anak kesayangan mu itu menjadi seperti saat ini “ ujar sang ayah itu
“ SIAPA!!!” sang istri pun berteriak di hadapannya wajahnya pun marah “ apa adnan mencuri Tulisan tarra ?” Tanya sang istri itu, namun ayah adnan terdiam dan memalingkan wajahnya dari hadapan istrinya itu “ kau jawab aku dulu? Apa itu benar? Adnan mencuri tulisan tarra ?? kau jawab aku !!!!” wanita itu kembali berteriak namun ayah adnan berjalan terus dan menaiki tangga ke ruang kerjanya. Terdengar suara tangisan dari istrinya dan berteriak-teriak minta penjelasan namun ayah adnan hanya terdiam dan terlihat bingung di meja kerjanya
******
“ baik kita lanjutkan besok “ ucap adnan yang terlihat sedang mengajar mata kuliah di kelas siang itu,
“ hei .. karina “ ucap jen menyenggol bahu teman sebangkunya yang terus menatap adnan dari awal pelajaran di mulai
“ oh hai jen” ia pun tersadar namun adnan melihat juga ke arahnya dan ia cepat-cepat membuang tatapannya dan beralih ke jen
“ kau ada kelas lagi habis ini?” Tanya jen ke karina
“ oh ada .. jen aku pergi dulu ya. Sampai ketemu nanti” ucap wanita itu terlihat terburu-buru saat melihat adnan keluar dari kelas itu. Ia mengerjar adnan dan berhenti di sebuah lorong kearah perpustakaan itu.
“ kak adnan” teriak karina dari jauh, membuat adnan menghentikan langkahnya dan menengok kebelakang dan melihat karina berlari mendekat ke arahnya
“ oh , kau “ sapa adnan sambil memberikan senyuman nya ke karina, ia lalu menghampi adnan dan memberikan buku takdir ke adnan
“ wah cetakan pertama “ ucap adnan sambil terus tersenyum senang ke arahnya
“ tolong tanda tangan mu disitu” ucap karina. Lalu adnan tersenyum kearah karina dan dengan senang hati ia langsung menandatangani novel itu707Please respect copyright.PENANA7Mmwdb1pWu
“ naah !!” ucap tarra sambil menyerahkan kembali novel itu pada karina, ia langsung mengambilnya dan tersenyum juga kearah tarra
“ bagaimana perasaan mu menandatangi buku yang bukan tulisan mu?” Tanya karina dengan senyum sinis nya ke hadapan tarra, tarra langsung menatap karina tajam “ hahaha kakak ku tahu kalau novel “takdir” ini tidak di tulis oleh mu, tapi oleh dirgantarra” ucap karina lagi. Adnan terlihat kesal
“ kakak ku mengetahui banyak hal tentang dirgantarra, termasuk novel yang kau akui sebagai tulisan mu ini “ ujar karina lagi
“ siapa kau sebenarnya ?” Tanya adnan yang terlihat panik dan karina hanya tersenyum dan berjalan meninggalkan adnan 707Please respect copyright.PENANAbDs4nU3HcW
707Please respect copyright.PENANAfEGDOhXCWB
*******
Hantu itu melipat kedua kakinya di atas anak tangga sambil memegangi pelipisnya dengan jari-jarinya dan terlihat sedang berkonsentrasi. Ia menutup matanya dan mengerutkan dahinya. Tarra datang dan terkejut saat melihat tingkah dika itu,
“ apa yang kau lakukan lagi, hei hantu tua ?” Tanya tarra yang menahan tawa nya
“ aku sedang latihan merasuki manusia “ ucap dika yang masih menutup matanya itu “ ini sungguh tidak mudah! Apa tidak ada buku yang mengajarkan cara merasuki manusia “ ucap dika yang terdengar protes
“ hahaha .. bagaimana kalau kau yang menulisnya sendiri , mungkin judulnya “ pengenalan pada kerasukan” atau “ tutorial cara merasuki tubuh manusia” hahaha“ ucap tarra lalu berjalan pergi
“ kau mau pergi kemana lagi ?” Tanya dika
“ kesana “ jawab tarra
Tarra mengendarai mobilnya dan tiba-tiba dika muncul di sampingnya membuatnya kaget.
“ kau .. kenapa kau berbohong padaku ?” ujar dika. Namun tarra terlihat kesal karena dika terus mengikutinya “ apa kau akan bertemu gita ? “ Tanya dika namun tarra tetap terdiam
“ kau lupa dengan isi kontrak kita, disini tertulis kalau kau harus berbagi segalanya tentang proses kencan mu padaku “ ucap dika sambil memperlihatkan kontrak itu pada tarra
“ apa kita harus benar-benar selalu bersama seperti pasangan ?” Tanya tarra protes
“ dan kau !! kau hampir memotong semua bagian novel yang aku tulis” ucap dika protes ke tarra namun tarra hanya tertawa senang
“ aku akan mencari cara untuk memperlihatkan diriku Karena ini sungguh tidak adil. Dan aku juga tidak ingin menjadi hantu “ ucap dika yang terus bergerutu dan tarra hanya menatapnya kesal.
*******
Mobil terparkir di halaman restoran milik teman gita, dan ternyata gita sudah menunggu tarra. Tarra berjalan menghampiri gita diikuti dengan dika di belakangnya yang tampak sangat terpesona melihat kecantikan gita malam itu
“ kau mau pesan apa ?” Tanya gita ramah
“ apapun 2 porsi “ ucap tarra dan ia melirik ke arah dika yang terlihat tersenyum itu
“ aku pesan seperti biasa saja “ ucap gita ke pelayanan
“ kau cantik “ ucap dika. Tarra terlihat marah
“ aku mau memastikan padamu beberapa hal “ ujar gita
“ apa? Kau mau tau apa ?” Tanya gita
“ apa nama bar tempat kita selalu berkumpul?” Tanya gita
“ de’ aleanor” mereka bertiga mengucapkan kata-kata yang sama
“ apa lagu yang aku nyanyikan di atas panggung?” Tanya gita lagi
“ terang bulan” jawab mereka bertiga lagi dengan kompak
“ kenapa kau tidak percaya padaku “ ucap tarra
“ bagaimana ini bisa terjadi “ ujar gita
“ ada sesuatu hal yang lebih luar biasa lagi “ sambung tarra
“ kapan kau tau tentang masa lalu mu ?” Tanya gita
“ sejak aku melihat mesin tik di sebuah café di belanda dan sejak kau mengantarkan mesin tik itu kerumah ku. Dan arloji milik kau itu adalah milik ku di kehidupan sebelumnya “ jawab tarra dan gita terlihat terkesan. Dika hanya mengangguk setuju
“ kita di takdirkan untuk bertemu lagi “ ucap tarra “ apa ada yang kau ingat ?” Tanya tarra
“ ada satu orang lagi selain kita, seseorang pria tampan , baik dan mengajari aku menembak “ ucap gita, tarra bingung harus menjawab apa “ namanya adalah danu mahardika” ucap gita
“ apa kau kenal danu ?” Tanya tarra, dika yang duduk di samping gita menatap gita seakan tidak percaya gita mengingatnya
“ oh, aku tau namanya dari novel” jawab gita “ sebenarnya dia adalah orang yang pertama kali aku ingat dari kehidupn masa lalu ku” ujar gita dan dika merasa sangat terharu “ dia mengajari ku menembak dan danu itu, tampan dan juga manis “ ucap gita lagi sambil tersenyum senang saat membayangkan dika di kehidupan masa lalunya
“ apa dia hidup di suatu tempat sama seperti kita?” Tanya gita dan tarra hanya terdiam menatap dika di sampingnya yang terlihat sedih mendengar pertanyaan gita “ semoga kita bertemu dengannya, aku merindukannya” ucap gita. Tiba-tiba chef datang dan menaruh makanan itu dengan keras membuat gita kaget dan menatap tajam kearah si chef
“ kita tidak pesan ini “ ucap tarra
“ ini jen yang pesan, dan ia akan segera datang “ ucap chef dengan nada marah ke tarra. Dika sontak kaget mendengar nya,
“ jen? Dia teman gita yang aku ceritakan bisa melihat ku itu “ ucap dika panic
tarra mengambil ponselnya dan berpura-pura menerima telephone
“ kenapa kau menerima telpone? Ponselmu saja tidak berdering?” Tanya gita
“ aku harus segara pergi sebelum jen melihatku “ ucap dika
“ ya sudah cepat pergi dari sini” ucap tarra
“ kau juga tergantung pada mesin tik itu kalau aku berada jauh dari mesin itu aku akan kehabisan tenaga “ ucap dika
“ kalau begitu kau pulang saja” ujar tarra
“ tapi aku ingin terus bertanya pada gita, seberapa jauh dia mengingatku “ ucap dika
“ jangan membuat ku makin susah, kalau kau kehabisan tenaga” ujar tarra berbisik dan masih berpura-pura menelpon itu
“ baiklah . tolong Tanya gita seberapa ingat dia padaku “ ucap dika kemudian dia menghilang dari hadapan tarra, tarra melihat kesekeliling dan tidak ada dika disana
“ kau mencari siapa?” Tanya gita
“ oh .. bukan siapa-siapa” ucap tarra. Chef lalu datang mendekat setelah mendengar percakapan tarra dan dika itu,
“ kau membuat gita-ku sakit hati” ucap si chef membuat gita dan tarra melihat nya dengan tatapan bingung “ gita cepat kau ganti bola lampu di toilet perempuan!!!” ucapnya gita melihatnya dengan tatapan marah, namun ia tetap berdiri dan berjalan menuju toilet, tarra melihatnya gita berjalan menjauh dan hendak membantunya namun chef menahannya dengan tatapan marah
“ kau tidak mendengar aku ya! Toilet perempuan kau mau masuk sana?” ucap si chef terdengar marah, tarra terdiam dan melihatnya dengan tatapan sinis
Dika terus berjalan menjauh ia takut kalau jen akan melihatnya, tapi ia melihat jen di persimpangan jalan dan berbalik ia mencoba untuk menghilang tapi tidak bisa,
“ kakak” teriak jen ternyata jen sudah melihat nya, ia berpura-pura untuk tersenyum
“ oh hai jen .. apa kabar mu ?” Tanya dika
“ oh? Bagaimana kau tau nama ku ? jen terdengar kaget
“ ah ! dari gita, dia sering membicarakan mu “ ucap dika kaget. Dika hendak pergi tapi jen menahan tangannya dengan kuat
“ aku minta nomor ponsel mu “ ucap jen ke dika
“ aku baru pulang dari belanda jadi belum memiliki ponsel “ ucap dika yang beralasan
“ kalau begitu, aku boleh minta alamat rumah mu ?” Tanya jen lagi
“ aku tinggal di rumah teman ku “ ujar nya beralasan lagi,
“ siapa nama mu ?” ucap jen terdengar agak kecewa karena dika terus memberikan jawaban alasan di setiap pertanyaanya
“ namaku mahardika” ucap dika pasrah lalu ia langsung kabur meninggalkan jen. Jen terlihat kaget lalu marah
Tarra duduk berhadapan dengan si chef itu yang sama-sama melipat tangannya dan saling bertatap-tatapan tapi si chef kalah duluan
“ apa yang ingin kau katakana?” Tanya tarra
“ kau bertemu dengan senorita ku hanya untuk iseng-iseng kan?” ucap si chef marah
“ aku tidak punya waktu untuk iseng “ jawab tarra dengan tegas
“ seberapa banyak kau tau tentang gita? “ Tanya si chef
“ aku tau banyak tentangnya “ jawab tarra
“ aku sudah mengenal gita 22 tahun “ ucap si chef yang terus menghakimi tarra
“ aku sudah mengenal gita 100 tahun “ jawab tarra, namun si chef hanya tertawa
“ kau bercanda” jawab si chef
Tidak lama kemudian gita datang membuat si chef bangun dari tempat duduknya karena melihat tatapan sinis dari gita terpancar untuknya
“ aku sudah menggantinya, aku rasa itu tidak rusak tapi sengaja di rusak “ ucap gita, tarra terus tersenyum melihat kearah si chef, chef pun terlihat ketakutan
“ bukan aku “ jawab si chef itu
“ oke, kita sudah melihat drama panjang disini “ ucap tarra yang bangun juga dari kursinya lalu memegang tangan gita “ ayo nona anna kita pulang “ ucap tarra, gita terdiam dan si chef juga terdiam
“ ah! Dan satu lagi . anna adalah panggilan sayang ku untuk gita “ ucap tarra lalu menggandeng tangan gita berjalan pergi. Si chef hanya terdiam melihat mereka menjauh
Tarra mengantarkan gita pulang, gita tetap terdiam di dalam mobil saat tangan nya itu masih di genggam oleh tarra,
“ pakailah selt belt mu anna” ucap tarra yang memasangkan selt belt gita, gita tetap terdiam “ jantung mu terdengar oleh ku “ ucap tarra sambil memasangka selt belt pada gita. Gita terus terdiam sampai di depan apartemennya, tangan itu masih tarra genggam dan gita masih mengatur nafanya dan detak jantungnya
Tarra membukakan gita pintu mobil dan gita keluar dari mobil dengan wajah yang memerah tarra tersenyum kearahnya
“ aku pamit “ ucap tarra
“ hmm iya” ucap gita “ kau pasti tidak akan peka” ujar gita pelan lalu ia hendak melangkah masuk, tapi tarra menarik tangan gita dan memeluknya. Jen yang baru datang melihat itu ia pun buru-buru bersembunyi
“ kalau kau mengingat sesuatu katakana padaku dan jangan kau menderita sendirian” ucap tarra gita mengangguk dan tarra permisi pergi. Mobil terus melaju menjauh dari halaman apartemen gita namun wajah gita tidak memudar tetap memerah
Jen bertepuk tangan dan menghampiri gita dan gita melihatnya dengan senyum malu-malu 707Please respect copyright.PENANAqAWBij5Jy6
“ oh kau datang ? apa kau tidak lapar?” Tanya gita ke jen,
“ aku sudah makan bubur. Karena tadi mencari pria yang yang menghilang seperti hantu. Membuat aku ingin makan bubur” ucap jen yang terlihat kesal “ apa kau sebegitu sukanya pada dirgantarra?” jen bertanya pada gita lalu gita membenarkan dan jen langsung memeluknya
“ mari kita masuk” ucap jen sambil merangkul gita dan berjalan masuk
Didalam apartemen ternyata ada tita yang tengah kesal dengan ibu nya gita yang tiba-tiba datang ke apartemen itu,
“ untuk apa tante kemari ?” Tanya tita terlihat sangat sinis
“ aku datang untuk menemui gita “ ucap sang ibu itu
“ tante lebih baik kau keluar dari apartemen ini sebelum gita pulang “ ucap tita yang meminta ibu nya untuk meninggalkan apartemen ini
BEP BEP BEEP! Suara kunci tertertekan di luar apartementita dan ibu nya gita terlihat panik saat ia melihat jen dan gita pulang dan berjalan masuk ke ruang tengah. Gita melihat sang ibu dengan perasaan marah dan mengajak sang ibu untuk berbicara dengannya di kamar.
“ aku minta maaf karena sudah meninggalkan mu “ ucap sang ibu, mereka duduk bersamaan di sofa yang ada di kamar namun berjauhan. Gita terus menunduk namun sang ibu terus menatap wajah anaknya itu dengan perasaan sedih
“ aku kecewa dengan mu “ ucap gita “ lebih baik kau pergi karena aku tidak ingin melihat mu “ ucap gita marah, sang ibu mengeluarkan air mata dan melihat wajah gita dengan tatapan sendu nya
“ apa kau masih melihat tentang masa lalu mu itu ?” Tanya ibunya ke gita
“ apa kau datang hanya untuk menanyakan itu padaku ? “ gita bertanya balik ia menatap sang ibu yang sudah becucuran air mata itu dengan tatapan marah
“ aku juga .. aku juga bisa melihat masa lalu yang kau lihat “ ibunya menjawab terbata-bata gita terdiam dan kaget “aku merasa kalau hubungan buruk kita di masa lalu akan terulang lagi dan aku juga takut kau akan mengingat sesuatu yang tidak seharusnya kau ingat “ ucap wanita itu
“ ingatan tentang apa yang membuat mu takut ?” Tanya gita ke ibunya, ibunya melihat foto tarra di sebuah novel milik gita
“ kau harus menjauhinya “ ucap ibunya gita “ kalian seharusnya tidak bertemu “ sambungnya namun gita tidak mengerti apa yang ibunya katakan
“ kau harus tidak membiarkan hubungan yang buruk di masa lalu terulang kembali” ucap sang ibu sambil memegang pundak gita dan menatapnya “ kau harus melupak semuanya karena itu sudah menjadi masa lalu “ ucap sang ibu
******
“ aku ingin gita tetap menjadi orang pertama yang dapat melihat ku “ ucap dika “ hmm bagaimana jen ia melihat ku ?” ucapnya bertanya-tanya pada dirinya sendiri
“ apa kau tidak bekerja ?” tanya tarra yang terlihat kesal ketika melihat dika terus mondar-mandir di hadapan nya sambil mengigiti kukunya. Seketika dika sudah duduk di depan tarra
“apa kau tau , hantu dapat kehilangan kemampuannya ketika sedang lelah “ tanya tarra
“ hmm .. ia ketika aku berada jauh dari mesin tik itu maka kemampuan ku akan terbatas” ucap dika menjelaskannya pada tarra, ketika mereka hendak mulai mengetik tiba-tiba bel berbunyi dan telihat adnan masuk keruang kerja tarra dalam keadaan setengah sadar karena mabuk,
“ hallo teman” ucap adnan dalam keadaan setengah sadar itu bahkan ia memeluk tarra
“ ini bukan rumah mu!! Aku akan menelphone ayah mu untuk membawa mu pulang” ucap tarra sambil melespakan pelukan dari tubuhnya itu. tiba-tiba adnan berlutut di hadapan tarra dan dika dan mereka kaget melihat hal itu
“ apa yang kau lakukan ?’ tanya tarra terbata-bata
“ aku meminta kau untuk membantuku “ ucap adnan sambil menatap tarra yang berdiri di depannya itu sambil menatapnya bingung “ bisa kah kau memberikan ku naskah asli takdir pada ku, aku mohon kepadamu tarra !!! “ ucap adnan yang terus mengemis di hadapan tarra itu, tarra terdiam dan membuang muka nya lalu menarik kerah adnan agar ia berdiri
“ berdiri dengan kaki mu bodoh!!! “ ucap tarra membentak di hadapan adnan “ baiklah .. aku akan memberikan naskah itu pada mu, tapi kau harus pulang!” ucap tarra tapi tiba-tiba adnan pingsan
“ oh my god “ ucap dika kaget saat melihat adnan pingsan dan hampir mengenai dirinya itu,
Tarra menggeret tubuh adnan ke sebuah kamar di rumah nya dengan susah payah lalu melemparkan tubuh adnan ke tempat tidur dan melihatnya sebentar lalu keluar.
“ aku meminta kau tidak percaya pada adnan, karena adnan pria bermuka dua dulu” ucap dika di depan pintu kamar itu kepada tarra, ia meminta agar tarra tidak mudah percaya pada adnan “ dia ada di batavia dulu “ ucap dika meneruskan
“ kenapa kau tidak memberitahukan ku dari awal “ ucap tarra terlihat kaget ketika mendengar ucapan dika
“ aku hanya ingin mengamatinya dulu” ucap dika “ penjahat tidak selalu berekarnasi menjadi penjahat lagi. Aku ingin mencari dua orang orang untuk mengetahui bagaimana aku bisa mati dan adnan adalah salah satunya” ucap dika ke tarra dan tarra hanya terdiam menatap dika dan seketika itu wajah nya memerah karena marah
“ lalu setelah adnan, siapa lagi ?” tanya tarra
“ madam di de’ aleanor. Madam sophia “ ucap dika707Please respect copyright.PENANAMMFOZaQBCY
707Please respect copyright.PENANAlbAPu7jw3L
*******
Suasana bogor saat itu sedang turun hujan deras malam itu, terlihat ibu gita sedang tertidur di ruang kerjanya lalu tiba-tiba petir menghambar menggelegarkan seisi ruang kerjanya dan membuatnya terbangun. Dan ternyata ibu gita adalah reinkarnasi dari madam shopia.
Di depan apartemen ia menatap gita sebelum pergi. Gita terlihat menatapnya marah namun berbeda dari gita, sang ibu menatap nya dengan perasaan khawatir dan cemas. Lalu ia melangkah pergi menjauh dari gita
“ mah!” teriak gita, wanita itu terdiam lalu ia melihat ke arah gita “ aku tidak percaya dengan perkataan mu! Dan aku tidak akan meninggalkan orang yang aku cintai hanya karena sebuah masa lalu “ ucap gita sambil menahan tangisannya
“ takdir dan nasib buruk mungkin akan terulang “ ucap wanita itu yang sudah bercucuran air mata
“ TIDAK!!” teriak gita “ a-aku .. aku tidak akan hidup seperti mu “ ucap gita yang sudah menangis disana ia terlihat sangat marah kepada ibunya
*******
Tarra melipat tubuhnya di sofa ruang tengah rumah nya sambil terus memikirkan kata-kata dari dika itu
“ apa yang dua orang itu lakukan pada kami dulu “ ucap tarra pelan kepada dirinya sendiri
“ aku tidak ingat detailnya tapi aku ingat wajah mereka berdua “ ucap dika yang tiba-tiba datang dan duduk di hadapan tarra “ tapi aku yakin mereka ada hubunganya dengan kematian ku “ujar dika lagi. Tarra menggigit bibirnya dan terus berfikir agar menemukan benang merah dari kematian dika yang melibatkan dua orang yang salah satunya adalah adnan itu.
Ponsel tarra berdering tertulis nama anna disana, dika melihat nya dengan wajah cemburu sedangkan tarra hanya tertawa senang karena yang menelphone adalah gita.
“ hallo “ ucap tarra lembut sambil tersenyum ke arah dika yang terlihat makin cemburu, lalu tarra menjulurkan lidahnya meledek dika
“ apa kau punya waktu ? aku ingin bertemu dengan mu “ ujar gita di telphone
“ hahaha aku selalu punya waktu untuk mu, kau mau bertemu dimana. Aku berangkat sekarang “ ucap tarra lalu ia bangun dari sofa itu dika melihatnya dan merasa jengkel pada tarra. Tarra berjalan di hadapan dika dan menepuk-nepuk bahu dika. Ia terlihat kesal
******
Adnan terlihat sedang duduk di tempat tidurnya dan mendengar kalau tarra akan segera pergi lalu ia bergegas dan memanfaatkan kesempatan untuk masuk ke ruang kerja tarra.
Saat ia masuk kedalam ruang kerja tarra ia terus menggeledah laci demi laci diruangan itu, satu persatu menggeser-geserkan deretan buku-buku yang ada di ruangan itu. tanpa di sadari dika melihat itu sambil melipat tangannya dan diduduk di ujung jendela besar di ruangan kerja tarra. Adnan seperti mencari sesuatu.
Ketika ia membuka laci meja kerja tarra, ia melihat korek api merek de’aleanor ia menatapnya sebentar lalu meletakannya kembali dan terus mencari. Lalu ia menemukan apa yang ia cari di laci meja kerja tarra dibawah mesin tik itu, ia menemukan naskah asli dari novel takdir tarra dan lalu mengambilnya dan tertawa senang sambil memeluk naskah itu
“ kau masih hidup seperti tikus” ujar dika “ djohan kartasoengkana pamungkas “ ucap dika lagi. Adnan melihat ke arah dika kaget begitupun juga dika yang terlihat kaget ketika adnan bisa melihatnya ada disana
“ ka-kau siapa ?” ucap adnan kaget
“ apa kau bisa melihat ku ?”tanya dika pelan sambil melihat mata adnan
******
Gita memegang pistolnya dan sedang berusaha menembak ke sasaran yang ada di depannya di tempat menembak dan ketika ia kan menembak dan kilasan masa lalu terlihat.
Ketika anna akan menembak seseorang di hadapannya, lalu seseorang itu berbalik. Anna terlihat menangis dan ternyata seseorang yang berbalik itu adalah amar. Gita tampak kaget dan ia jatuh gemetaran melipat kaki nya dan duduk lemas disana jantung nya berdebar kencang dan membuatnya menjadi sesak dan air mata itu tidak terbendung lagi ia terus menangis.’
“ apa yang terjadi ?” tanya tarra yang tiba-tiba datang dan menemukan gita yang sudah terduduk sambil menangis sejadinya –jadinya disana. Gita tetap terdiam dan terus menangis sambil gemetar. Gita menatap tarra dan teringat kata-kata ibunya. Lalu gita kembali menangis dan memeluk tarra.
Bersambung ..707Please respect copyright.PENANAya2V6IymM6
707Please respect copyright.PENANA0Am59K5LBk