Tarra mencengkram kerah dika dan mendorongnya hingga terjatuh ia terlihat sangat marah dan kesal pada dika 774Please respect copyright.PENANAeZHMDkEH4G
" apa kau pernah menjadi ghostwriter?" tanya dika ke tarra
*********774Please respect copyright.PENANAZoCFeULb5E
Adnan terlihat sedang mengetik di ruang kerjanya ia teringat perkataan ayahnya 774Please respect copyright.PENANArMkTYrTxxI
" sampai kapan kau terus mengintimidasi tarra? Sampai kapan kau hidup menjadi bayangan tarra?" perkataan dari ayahnya ini selalu terlintas di fikirannya " jika kau tidak memiliki keyakinan yang dapat melampau orang yang kau tiru lebih baik dari awal. Kau tidak melakukannya" ucap ayahnya lagi, lalu ia menatap novel yang ia buat.
[flashback]
Saat itu adnan sedang membaca skrip milik tarra dikamar tarra, skrip berjudul fate itu dibaca oleh adnan, kemudian tarra masuk ke kamar ia pun langsung menaruh skrip itu ke meja,
" kenapa? Itu baru aku selesaikan. Kau baca saja aku ingin kau berkomentar tentang tulisanku " ujar tarra yang mengambil skrip itu lalu memberikannya ke adnan untuk dibaca lagi, adnan-pun tersenyum dan melanjutkan membaca skrip itu, sedangkan tarra memilih tiduran dikasur dan membaca sebuah buku, adnan pun membaca skrip itu dengan serius
" bagaimana katamu?" tanya tarra sambil melihat ke arah adnan yang saat itu sedang fokus membaca halaman perhalaman
" aku belum tau, aku baru membaca sampai halaman empat" ucap adnan ke arah tarra
" ah pasti jelek! Jangan bilang pada ayahmu ya, aku takut" ucap tarra
" apa kau berencana menunjukan ini pada ayahku??" tanya adnan
" tidak. Tapi dia yang memintaku menunjukannya" jawab tarra " tapi tidak usahlah aku takut responya jelek" sahut tarra lagi karena ia sudah melihat ekspresi jelek dari adnan. Adnan hanya terdiam sedangkan tarra tertawa membaca bukunya.
Lalu ingatan tarra kembali kemasa sekarang yang sedang kesal dan marah kepada dika, dika bingung melihat ekspresi wajah tarra yang berubah menjadi kecewa
" apa kau yang menulis cerpen " fate" milik adnan ini? Atau kau ghostwritternya??" tanya dika sambil memegang buku fate dan naskah fate di kedua tangannya
" keluar kau sekarang juga!!" ucap tarra " keluar kau dari rumahku" ucapnya lagi sambil menyeret dika lagi " lebih baik karyaku dicuri oleh orang lain dari pada aku mengakui karya orang lain " ucapnya ke dika yang saat itu sedang menatap tarra
Lalu ia membakar naskah yang dika ketik di hadapannya .
********
Adnan menatap cerpennya yang berjudul fate tapi kemudian ia melanjutkan ketikannya, pintu kamarnya terbuka dan ia melihat ibunya masuk
" kau lihat ayahmu?" tanya ibunya
" aku tidak lihat " ucap adnan, tapi kemudian suara langkah kaki mendekat dan menaiki anak tangga dirumah itu. Ibunya langsung keluar dan melihat ayahnya adnan berjalan ke ruang kerjanya ia pun langsung mengikutinya
" darimana saja kau?" tanya istrinya
" bukan urusanmu" ucap ayahnya adnan yang tidak menghiraukan pertanyaan istrinya " berhenti berbicara omong kosong, langsung ke intinya saja " ucap ayahnya adnan
" apa kau ada waktu luang? Dan membantu putramu?" tanya si ibu " kau harus menentukan waktu luangmu datang ke acara perilisan novel anak-mu" ucap ibunya lagi
" aku tidak punya waktu" ucap si ayah
" kenapa? Kau selalu menghindar kalau ini mengenai adnan" ucap si ibu marah
" apa ini yang terbaik untuk adnan menggali kuburan orang lain demi mensukseskan novelnya itu?" tanya si ayah yang membuat ibu adnan marah " pergi dari sini, aku sedang tidak mau di ganggu olehmu. Lebih baik kau pergi berbelanja atau mulai melukis lagi" sambung ayahnya dan membuat si ibu makin kesal dan jadilah mereka bertengkar
Adnan yang mendengar perkataan ayah tentangnya menjadi sedih dan terpukul ia terus melihat tumpukan novel fate di mejanya lalu ia teringat perkataan gita bahwa ia sangat menyukai novelnya yang berjudul fate, adnan yakin jika gita tidak akan menyukai novel-novelnya selanjutnya dan ia teringat saat gita menerima panggilan dari tarra.
********
Gita yang dari tadi pagi sudah di teror oleh banyak penggemar tarra menjadi kesal dengan setiap panggilan yang masuk ke ponselnya. Ia akhirnya menyibukan dirinya dengan membaca dan ia mendapatkan panggilan lagi di ponselnya Ia mengangkatnya
" dasar wanita murahan" ucap si penelpon yang membuat kaget jen yang mendengarnya
" maaf salah sambung" ucap gita dengan sopan
" aku akan membunuhmu" ucap si penelpon namun gita tidak memperdulikannya dan langsung memutus panggilan itu. Tapi beberapa detik kemudian gita mendapatkan panggilan lagi, namun langsung diambil oleh jen dan langsung mematikan panggilan itu
" penggemar Sinting dirgantarra " ucap jen sambil meletakan ponsel gita
" mungkin di kehidupan sebelumnya aku itu pengkhianat negara " ujar gita namun jen tidak mengerti " setiap aku mencoba meraih sesuatu pasti ada aja yang menghalangi" sambung gita lagi sambil menatap arlojinya
" aku tidak mengerti" ucap jen " aku mau ke minimarket, kau mau apa?" tanya jen ke gita namun gita hanya menggelengkan kepala
Jen keluar apartemen tapi tiba-tiba ia melihat dika dan ia langsung terpesona
" hai ka" ucap jen
" hallo" jawab dika
" apa yang kamu lakukan didepan apartemen ku?" tanya jen, dika menunjuk jen
" kau mau bertemu denganku?" tanya jen kaget
" bukan begitu, itu handukmu" ucap dika sambil menunjuk handuk di kepala jen, jen sontak memegang kepalanya dan mendapati ia masih memakai handuk dan buru-buru melepaskannya lalu ia tertawa
" ada perlu apa kakak kesini ?" tanya jen sambil merapikan rambutnya dengan jari
" aku? aku baru saja diusir dari rumah akibat beradu argumen" ucapnya ke jen,
" apakah kau sudah menikah?" ucap jen
" belum hahaha" jawab dika sambil tertawa, jen lega mendengarnya lalu ia mengajak dika untuk pergi ke minimarket bersama
" apa gita sudah tidur?" tanya dika, senyum jen hilang
" kau mengenal gita" tanya jen
" apa gita bahagia tinggal disana?" tanya dika ke jen, membuat jen bingung dengan pertanyaan itu
" kau tunggu disini biar aku panggilkan gita" ucap jen dengan emosi
" tidak usah," jawab dika tapi jen keburu menaiki lift
Gita menatap arlojinya dalam-dalam, tapi kemudian arloji itu berhenti berbunyi dan tiba-tiba berjalan mundur gita sontak kager dan ia melihat masa lalunya dulu, gita saat itu sedang menembak botol-botol, dika pun datang dan mengajari gita menembak.
"lurus kedepan" ucap dika yang saat itu berdiri dibelakang gita sambil megang wajah gita agar lurus kedepan " fokus pada tujuannya" ucap dika lagi sambil meluruskan pergelangan tangan gita yang saat itu mau menembak " lalu tembak" ucap dika di telinga gita, dika berjalan mundur kebelakang " tembak ini perintah" ucapnya, lalu gita menghempaskan peluru di pistol itu dengan satu tembakan lurus dan tepat mengenai botol terakhir.
Gita kaget melihat itu semua, ia menatap arlojinya. Tapi tiba-tiba jen datang
" ada yang mencari kau" ucap jen kesal
" siapa?" tanya gita
" tidak tau" ucap jen kesal dan langsung tidur dikasurnya. Gita hendak keluar apartemen
" kau, pakai topi aku tidak mau kau kenapa-kenapa" ucap jen
Akhirnya gita memakai topi dan keluar dari apartemen, di bawah ia tidak menemukan siapapun disana. Ketika dia hendak masuk tapi ia merasakan sesuatu di belakang lalu menoleh, ia berjalan menghampiri dan tiba-tiba angin bertiup kencang hingga menerbangkan topinya
Kilasan masa lalu muncul, gita yang sedang berjalan masuk kedalam bar lalu topinya jatuh karena seseorang menabraknya
"sorry" ucap seseorang itu dengan bahasa Netherlands ke gita yang saat itu mengambil topinya
"*oh geen probleem (oh tidak masalah) " ucap gita menggunakan bahasa Netherlands juga, ia berjalan terburu-buru ke sebuah bar dari jauh para tentara netherland mengikuti dan terus mengawasinya
Didalam bar ia bertemu dengan mahardika yang sedang duduk di tempat barista lalu gita menghampirinya ,
" apa kau berhasil?" tanya dika ke gita sambil menghirup cerutunya
" naik kereta jam 8 ke buitenzorg" jawab gita, dika lalu menatap tangan gita yang berdarah itu,
" ah ini" ucap gita sambil menutup tangannya dengan mantelnya " tadi sempat terjadi baku tembak" sambung gita lagi, lalu dika menarik tangan gita dan mencoba melihat seberapa parah lukanya, namun gita buru-buru menarik lagi tangannya
" mahardika, kau harus menjauh karna polisi sedang mengikutimu" bisik gita, ketika ia sadar kalau polisi itu mengikutinya masuk kedalam bar
Para polisi masuk kedalam bar , dika memberikan kode ke teman-temannya, sedangkan gita pergi ke ruang bawah tanah untuk mengambil sesuatu. Ia membuka sebuah kotak rahasia di lantai ruangan itu dan terlihat banyak senjata disana ia meletakan pistol dari saku celananya, dan menggantinya dengan yang lain. Para tentara mengintrogasi setiap pengunjung yang datang, dika-pun menghampiri para tentara itu,
" *kan ik u helpen mijnheer? (ada yang bisa saya bantu tuan?) " tanya dika menggunakan bahasa Netherlands pada tentara-tentara itu
" *nee!! je zwijgt ( tidak !! kamu diam) " jawab salah satu tentara yang terus mengintrogasi para pengunjung bar.
Diruangan lain gita menarik kain lalu merobeknya untuk menutup lukanya, ia mengikat lukanya yang sudah banyak darah itu dengan kain. Tentara terus menggeledah ruangan yang ada disana. Suara tendangan dari pintu kepintu terdengar sangat cepat gita pun panik, sambil sesekali polisibitu berbicara dengan temannya menggunakan bahasa Netherlands. Saat tentara membuka salah satu ruangan ia menemukan para gadis sedang berdandan. Gita merubah tampilannya menjadi gadis-gadis Netherlands, matanya yang coklat dan rambutnya yang sedikit pirang terguntai dibahunya, wajahnya yang sudah cantik dengan dandanan tipis di bagian pipi dan bibirnya. Ia menatap kaca lalu menengok ke arah pintu saat tentara itu datang membawa pistol-pistolnya. 774Please respect copyright.PENANAAKgcCNVzJH
" *sorry, als je klaar bent, kun je de deur weer sluiten (maaf, setelah selesai, Anda bisa menutup pintu itu lagi) " ucap gita menggunakan bahasa netherland, tentara tersebut pun kaget saat melihat gita hilang dari bar. Padahal mereka yakin melihatnya masuk ke bar, lalu para tentara itu kembali ke tengah bar dengan rasa kecewa dan bingung karena ia tidak mendapati gita dimanapun berada. Dika yang saat itu sedang meminum beer di meja bartender tersenyum lega.
Dan gita sekarang menyanyi dengan dandanan yang sangat cantik, ia menggunakan gaun merah dan sebuah topi berbulu di kepalanya, rambutnya yang sedikit pirang itu berubah menjadi agak sedikit bergelombang, bulu matanya lentik dan bola matanya yang coklat menambah aura kecantikan dari dirinya, kulitnya yang putih di padu dengan warna bibir yang merah alami melekat pada bibirnya iya menyanyi sambil menatap kearah para tentara itu sekilas. Dika yang melihat penampilan gita sangat terpesona saat itu,
" jangan kau kencani dia, dia sudah milik ku di kehidupan ini" ucap dika ke tarra sambil terus menatap gita yang terus menyanyi, namun tarra hanya mengeluarkan arlojinya lalu membuka penutup arlojinya dan melihat jarum itu terus bergerak , gitapun melihat itu walaupun ia tak melihat wajah tarra
774Please respect copyright.PENANAgMnP8bNgzE
lalu langkah kaki pun mendekat, kemudian langkah berhenti tepat di belakang gita yang saat itu sedang melamun, lalu ia menepuk pundaknya membuat gita sadar dari lamunan nya. Ia melihat dokter tita (kakaknya jen) tepat berada di belakangnya ia menoleh untuk segera memastikan bahwa waktu kembali berputar saat ini
" kau merasakannya lagi?" tanyanya saat melihat gita mulai terdiam seperti memikirkan sesuatu, namun gita tidak bisa berkata apa-apa. Lalu mereka berjalan memasuki apartemen dengan diam, dokter tita narik lengan gita dengan kuat menopangnya agar ia tidak jatuh karna saat itu kaki gita gemetar.
Didalam apartemen gita duduk di sofa lalu dokter tita mengambilkannya minum untuknya masih dengan pandangan yang kosong ia menerawang jauh ke masa lalu, lalu air mata jatuh dari sudut-sudut matanya pandangan wajah takut, merasa bersalah dan kecewa terpancar padanya saat itu, kemudian dokter tita memeluk gita yang saat itu makin menangis keras, membuat jen bangun dari tidurnya dan menghampiri mereka juga
" kenapa?" tanya jen ke tita dengan nada berbisik
" dia mulai lagi" ucap tita pelan
" aku membunuh seseorang!!! Seseorang yang tidak seharusnya mati" ucapnya sambil terus menangis di pelukan tita, jen terus mengelus-elus punggung gita dengan pelan mencoba menguatkannya
" lupain masa lalu, jangan diinget dan coba jangan digali " ucap jen pelan,
" aku membunuh seseorang!! Seseorang itu seharusnya tidak mati" ucap gita mengulang kata-katanya dengan sedikit berteriak, lalu menjerit sambil menangis. Ia terus mengulang perkataan yang sama dari umurnya 10 tahun,
" k-kenapa dia tidak membawaku saja kerumah sakit jiwa pada saat itu!!!!! Kenapa dia harus meninggalkan aku sendirian, aku sudah coba untuk tidak mengingat kejadian itu tapi rasanya aku mau mati, rasanya sakit. Hati ku sesak setiap kali mengingat kejadian itu!! Kenapa dia tidak membawaku saja dari dulu!!!!" ucap gita, yang terasa sangat kecewa dan menyesal
" sudah, dia sudah membawamu kedokter tapi dokter bilang kau tidak gila! Kau hanya imajinatif dan terlalu pintar" ucap tita menenangkan gita
" tapi aku selalu melihat aku yang membunuh orang lain!!!" gita mencoba mencari tau kenapa dirinya melihat kejadian-kejadian itu " kenapa dia pergi kalau begitu" sambungnya namun ia sudah berhenti menangis
" karna kau bisa menjalani hidupmu dengan baik, walau tanpa seorang ibu" jawab dokter tita sambil mengusap-usap rambut gita, sambil sesekali ia menyeka air mata gita yang masih ada di pipinya
" tapi kenapa ingatan masa lalu itu terus muncul" tanya gita lagi
" kamu harus tetap hidup baik di masa ini!! Sebagai ganti hidupmu yang penuh penyesalan di masa lalu itu" ucap jen menguatkan gita, ia memegang tangannya lalu memeluknya " gita bisa kok, hidup normal" sahutnya " aku percaya itu" sambungnya
*******
Tarra menyenderkan kepalanya di dinding ruang kerjanya sambil memjamkan mata, lalu sesekali ia melihat kertas-kertas itu hancur menjadi debu dilalap api yang ia hidupkan namun tidak membakar habis naskah itu ia memungut secarik potongan naskah yang ia bakar
" sekalipun kita kehilangan negara ini tidak ada seorangpun yang dapat menghentikan tulisanku. Jika aku tidak menulis aku tidak ubahnya dengan sesosok hantu. Selama indonesia belum merdeka dan indonesia masih mempunyai aku, aku akan terus menulis sampai gila"
Kembali ke jaman indonesia tahun 1928, jaman di mana pemuda-pemudi indonesia memperjuangakan kemerdekaannya, jaman dimana sumpah pemuda akan di deklarasikan, jaman dimana pemuda-pemudi indonesia menjadi pejuang untuk terus hidup di negaranya, jaman dimana pemuda dan pemudi menyerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk bangsannya, melupakan cintanya, melupakan cita-citanya demi keutuhan dan kemerdekaan bangsa, jaman dimana aspriasi dianggap ilegal, dimana sebuah tulisan lebih tajam dari pisau dan lebih melepuh dari timah panas pistol, jaman dimana semua pemuda-nya menjadi satu kesatuan membentuk indonesia yang terlepas dari jajahan netherland, mengeluarkan segala tenaga, fikiran dan imajinasinya untuk bangsanya, raktyanya dan negaranya. Melupakan cintanya, masa depannya bahkan hidupnya. Entah mati kapan esok, sekarang atau lusa yang pemuda tau ialah pengabdiannya untuk negaranya dan untuk bangsanya.
Gita masih bernyanyi, dan suasana bar sangat ramai malam itu, banyak pengunjung dari luar batavia yang datang ke bar.
" kau tidak menonton?" tanya dika yang saat itu menyenderkan tubuhnya ke meja bartender dan menghadap gita,
" tidak" jawab tarra sambil terus mengetik di mesin tiknya, lalu ia mengeluarkan arlojinya dan menatapnya " deadlinenya tinggal 1 jam lagi" ucap tarra
" hahaha, kau. Kau memang penulis yang layak di puji sebagai penulis jenius ya amar " sahut mahardika terdengar tertawa, lalu meminum beer-nya sambil terus memperhatikan gita didepan " apa kau akan terus menulis novel murahan seperti itu?" tanyanya
" hahaha Tulisanku sudah di blacklist dan aku sedang terus diawasi, mau menulis apa lagi coba" ucap tarra sambil menenggak beer-nya dan lanjut menulis
" itu sebabnya kau menulis novel murahan? Kenapa tidak sekalian saja kau berhenti menulis" sahut mahardika sambil membalikan tubuhnya ke arah bartender dan menatap tarra
" sekalipun kita kehilangan negara ini, tidak seorangpun dapat menghentikan tulisanku, jika aku tidak menulis aku tidak ubahnya dengan sesosok hantu, selama indonesia masih ada aku akan terus menulis sampai gila" ucapannya sama dengan yang di baca tarra dimasa sekarang
" kalau indonesia sudah merdeka kau bebas menulis, tulisanmu bebas dibaca di manapun kau bisa beraspirasi untuk siapapun bung, ini hanya terjadi selama kita masih dijajah" ucap mahar sambil sesekali menghirup cerutu di tangannya, namun tarra atau amar hanya memandangnya
" kau? Kau kenapa tidak menulis lagi" tanya tarra, melihat dalam kearah dika yang saat itu masih terus memandang ke arah gita yang sedang bernyanyi,
" hahaha .. Tidak, tidak! Aku mau berkencan saja" sahut dika sambil tertawa,
" dengan siapa, hei pria tua!!!" sambung tarra sambil tertawa dan memukul bahu dika, lalu dika melihatnya sambil tersenyum
" dengan gadis netherland itu" jawab dika dengan senyuman sambil menunjuk gita yang masih ada di panggung saat itu, mata tarra membulat saat ia berbalik arah dan melihat gita di panggung saat itu, lalu ia menatap gita yang sedang bernyanyi
Tarra membuang potongan kertas itu karena kaget saat tiba-tiba ia melihat lagi kilasan masa lalunya itu, lalu sesekali ia melihat potongan kertas yang ia buang itu dan mencoba membacanya. Semua terasa nyata bagi tarra, ia seakan-akan tidak percaya dengan apa yang ia lihat selama ini kejadian demi kejadian terus berputar, menyusun keping-kepingan puzzle yang harus di pecahkan agar hidupnya kembali normal.
" kau dirgantarra, harus tetap menulis karna novel itu harus selesai agar aku dapat hidup" Namun ternyata saat itu dika melihat semua kejadian itu dari luar rumah tarra, sambil berharap tarra akan melanjutkan sebuah cerita yang belum di selesaikan dimasa lalu, olehnya, oleh tarra dan oleh gita.
********
Tarra tertidur di meja kerjanya sampai pagi, saat ia terbangun ia melihat sekretaris mina sedang membersihkan kertas-kertas yang berserakan dilantai
" oh kau," setengah sadar tarra melihat sekretaris mina disana ia tersenyum kearah tarra " sedang apa? Kan aku bilang jangan datang sementara waktu" tanya tarra sambil mengusap-usapkan matanya dengan jari
" bagaimana kalau tuan mandi!" ucap refleks sekretaris mina saat melihat wajah tarra yang semakin berantakan
" oh " ucap tarra menurut dengan perintah sekretarisnya itu sambil berjalan keluar ruang kerja
" dia itu semakin hari, semakin aneh!! Harus punya kekasih biar dia sadar" ucap sekretaris mina sambil terus membersihkan sampah yang ada di ruang kerja tarra.
15 menit berjalan sekretaris mina masih terus menunggu tarra kembali keruangannya, lalu suara langkah kaki dan derit pintu terdengar sangat kuat dibalik ruangan yang lebih mirip dengan perpustakaan itu, sekretaris mina menoleh kebelakang ia melihat tarra datang sambil mengusap-usap rambutnya yang masih basah dan tersenyum kearahnya.
" kau seharusnya jangan jadi penulis tuan" ucap sekretaris mina, tarra terus berjalan dan duduk di kursi kerjanya sambil tersenyum ke arahnya
" kenapa? Kau terpesona melihatku?" tanya tarra
" ah tidak! Seharusnya kau, sudah memiliki kekasih " ucap sekretaris mina,
" aku punya, dulu sekali" ujar tarra, ia melihat kilasan-kilasan masa lalunya saat ia dan gita sedang berlarian di bar saat itu gita tersenyum kearahnya lalu rasanya saat itu ia sangat bahagia " oh kau ingin membicarakan apa?" sambung tarra saat ia kembali tersadar di kehidupan saat ini
" ini tentang skandal-mu dan gita. Ada transaksi antara firman dan nyonya yura dan artikel itu pasti ada hubungannya dengan transaksi ini" ujar sekretaria mina, tarra terlihat kaget saat mendengarnya dahinya lalu mengkerut, dan matanya terpejam seolah-olah sedang berfikir " apa kau ingin melanjutkan ini kejalur hukum?" tanyanya lagi
" hahaha sudah, sudah lupakan saja aku tidak minat mengurus mereka" ucap tarra sambil tertawa.
" apa ini ada hubunganbya dengan ayahnya adnan?" dengan ragu sekretaris mina bertanya pada tarra memastikan bahwa ia tidak salah bertanya ia terus menatap wajahnya, mungkin hari ini adalah harinya ia terlihat senang dan tidak terlihat marah saat sekretaris mina menyinggung tentang keluarga adnan, namun dibalik itu tarra memikirkan perkataan ayahnya adnan yang mengatakan jika tarra memiliki sesuatu yang tidak seharusnya di miliki oleh seorang penulis.
" sudah tidak apa-apa tidak usah dipikirkan aku juga tidak berniat memperpanjang urusan dengan mereka" ucap tarra sambil tersenyum " kau boleh pergi" ucapnya lagi dan lalu beranjak dari tempat duduknya,
" ceo damar sedang menyiapkan tuntutan dengan menfaatkan gita" sambung sekretaris mina, tarra-pun berbalik
" siapa?" tanya tarra
********
Gita sudah menunggu sangat lama diruangan damar, pintu terbuka dan masuklah damar dan langsung tersenyum ke arah gita yang sudah menunggunya hampir 1/2 jam di sana.
" kau menunggu lama?" tanya damar sambil tersenyum ke gita dan dibalas dengan senyuman juga oleh gita " kau perlu kartu namaku?" tanyanya lagi sambil mengeluarkan kartu nama dari saku jasnya dan memberikannya ke gita
" saya damar ceo tempat penerbitan buku-buku dari dirgantarra dan beberapa penulis terkenal lainnya" ucapnya sambil memperkenalkan diri dan berjabat tangan dengan gita dan gita meraihnya " kau pasti sangat kecewa dengan artikel baru-baru ini kan gita??" tanya nya , namun gita hanya diam dan melihat kearahnya
" oh ya, tarra baik-baik saja kan??" tanya gita yang terlihat lebih mengkhawatirkan tarra di banding dirinya yang membuat damar heran.
" dia? Oh ya dia baik-baik saja , tapi aku rasa mungkin dia saat ini sedang terluka" jawab damar
" kenapa dia tidak melakukan klarifikasi masalah ini " tanya gita lagi, damar hanya mengerutkan dahinya
" semua orang tidak mempercayai perkataan tarra gita! Karna memang dari dulu mereka ingin mengkritik tarra" jawab damar sambil memandang ke arah gita membuat gita manjadi salah tingkah, damar merasa seperti ada yang di sembunyikan oleh gita tentang tarra, namun isi hatinya cepat di baca oleh gita.
" aku bukan pacarnya dan bukan ghostwriternya. Aku cuma penggemarnya" ucap gita mematahkan kecurigaan damar dan akhirnya ia paham.
" tapi tabloid yang ditulis oleh firman itu tidak peduli dengan kebenaran gita" kata-kata damar membuat gita terdiam sambil menyenderkan punggungnya ke belakang " kau mau tidak memberi sedikit pelajaran untuk reporter-reporter itu?" bujuk damar, namun gita masih memasang wajah curiga terhadap damar.
" bagaimana caranya aku memberi mereka pelajaran?" tanya gita penasaran
" kita akan melakukan drama menarik di persidangan" ucap damar dengan tegas
" aku harus mengajukan tuntuntan?" tanya gita, damar kaget mendengar pertanyaan gita ia sangat terkesan karena gita sangat mengerti arah kemauannya
" kau tidak usah khawatir mengenai biaya, biar aku yang mengurusnya mulai dari sidang sampai pengacaramu" ucap damar bersemangat namun hal itu membuat gita ragu, ia ragu keterlibatannya akan menimbulkan masalah untuk tarra.
" kau percaya padaku gita, ini demi tarra" bujuk damar
Lalu pintu terbuka dan terbanting dengan keras, damar dan gita kaget saat melihat siapa yang datang keruangan itu.
Tarra berjalan menghampiri mereka dengan wajah marah, diluar seluruh karyawan melihatnya dengan rasa khawatir dan takut, lalu tarra menarik tangan gita sontak tubuh gita langsung berdiri ia melihat wajah tarra yang marah dihadapan damar dan damar-pun kaget.
" aku tidak akan menuntutnya!" ucap tarra dan mengajak gita pergi, damar tidak putus asa ia berlari mengejar tarra dan gita dan terus membujuknya untuk melakukan tuntutan ke reposter firman dan yura.
" kau!! Sudah ku bilang padamu jangan memperpanjang masalah ini!! Kalau kau masih membahasnya atau mengungkitnya, aku mau kontrak kita berakhir!!" teriak tarra membuat seluruh karyawan kaget dan ketakutan, damar langsung terdiam dan tidak berkata apa-apa ia hanya melihat mereka pergi menjauh dari hadapannya.
Tarra membawa gita ke sebuah ruangan meeting, tangan gita masih di cengkram kuat oleh tarra lalu tarra membalikan tubuhnya berhadapan dengan gita,
" kau, aku mohon jangan lakukan tuntutan itu" ucap tarra yang saat itu masih memegang pergelangan tangan gita
" kenapa?" tanya gita bingung,
" jangan tanya aku alasannya, tapi aku minta padamu jangan lakukan tuntutan itu" ucap tarra terdengar seperti memohon kepada gita, kemudian gita menarik tangannya dengan kuat membuat cengkraman itu terbuka ia lihat tarra hanya menundukan kepalanya
" kenapa? Aku harus tau kenapa!!!!" teriak gita di hadapan tarra
" jangan ikut campur!!!!" tarra-pun teriak balik ke gita membuat gita kaget bukan kepalang, hatinya seperti hancur disana tangannya langsung dingin, tubuhnya membatu lalu badanya bergetar dan ia mengeluarkan air matany di hadapan tarra, yang saat itu mata tarra juga memerah suara nafasnya terdengar tidak beraturan
" aku juga korban" ucap gita pelan sambil menatap wajah tarra dengan berani " kau lupa? Aku juga punya kehidupan!! Aku juga punya perasaan!! Kau tau para penggemarmu terus menelpon-ku menghujat aku, menghina aku, berkata buruk tentang aku di telpon! Dan kau tau susahnya hidupku karna skandal ini!!! Nyawa-ku hampir melayang karna semua penggemar fanatik-mu!! " ucap gita dengan nada yang sedikit meninggi dan ia terus menatap mata tarra, air matanya terus keluar dari seluruh cela bola matanya hidungnya memerah.
" aku akan menyelesaikannya sendiri" ucap tarra di hadapan gita
" ck, aku paling tidak suka mendengar kata-kata itu dari orang lain yang sedang putus asa" ucap gita
" lalu kau mau apa ??" ucap tarra pelan, namun terdengar menyeramkan.
" kita bisa menyelesaikannya bersama" ucap gita
" ck, aku tidak butuh bantuan" ujar tarra sinis gita hanya melihatnya dan terdiam, karna kesal dan tak habis pikir dengan perkataan tarra
" aku sudah sering mengalami masalah seperti ini! Dan kau, kau seharusnya menganggap masalah ini sebagai angin lalu dan tidak memperumitnya " ucap tarra yang sudah bisa mengontrol emosinya
" hah! Apa ada rasa bersalah yang membebanimu?" ucap gita ke tarra namun tarra hanya menatap mata gita yang sudah membengkak " kau memang punya 'ghostwritter' itu ya? Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya saja " sambung gita, tarra terlihat kaget dengan perkataan gita itu, dan ia sangat kesal dengan ocehan gita lalu ia berjalan keluar melewati gita
" lakukan sesuka hatimu! Dan jangan kau temui aku lagi. Semenjak aku bertemu dengan kamu hidupku berantakan!!" ucap tarra lalu melewati gita dan kemudian pergi dari ruangan itu. Dan menuju mobilnya lalu pergi dari kantor itu.
Dalam perjalanan tarra terus mengingat kata-kata gita, dika dan ayah adnan, tarra meyakinkan dirinya bahwa ia bisa melakukannya dan kembali seperti semula.
Tarra kembali kerumahnya, dengan perasaan bersalah karna sudah membentak gita dan damar di kantor tadi. Ia masuk ke ruang kerjanya dengan lemas, sesekali ia meraba tangannya ke tembok untuk menopang tubuhnya, dika melihatnya dari kejauhan. Ia berdiri di hadapan rak-rak yang berisi buku-buku disana ia melihatnya satu-persatu dan mengambil satu buku dari ribuan buku di rak itu lalu ia membacanya untuk mendapatkan ide dan mulai mengetik sesuatu dilaptopnya
********
Gita berjalan keluar dari kantor tersebut dengan terus menunduk ia melihat kebawah dan terus memikirkan tarra yang sangat emosi tadi, namun ada sesuatu yang menghalangi didepannya, sepatu cats putih itu berdiri berhadapan dengan sepatunya ia mendengak melihat siapa yang ada didepannya, lalu ia melihat adnan disana sambil memperlihatkan lesung pipitnya yang tersenyum kepadanya,
" hallo anna" ucapnya ramah,
" hallo ka" jawab gita lemah
" sedang apa kau disini?" tanyanya lagi sambil menengok kanan dan kiri
" ah, itu" gita ragu untuk menjawab jujur pada adnan karna alasan ia disini karena ingin menuntut ibunya dan reporter firman yang sudah menyebarkan berita skandal dirinya dan tarra.
" mau pergi bersama?" jawabnya sambil melihat gita dengan senyuman
Akhirnya mereka pergi bersama menuju taman di dekat apartemen gita, suasana canggung terasa di antara mereka berdua, hanya suara burung, angin dan daun-daun yang terdengar ramai diantara mereka tapi tidak dengan mereka berdua, gita masih menunduk kebawah sambil mengoyang-goyangkan kakinya dan adnan yang masih diam menatap kearah depan
" kau mau es krim?" ucap adnan memecah keheningan diantara mereka
" ah" ujar gita sambil mengangguk ke adnan dan melihat adnan yang masih terus tersenyum padanya
" tunggu disini" ucap adnan sambil mengusap-usap rambut gita lalu pergi ke minimarket. Gita masih terdiam saat itu, namun ia memperhatikan adnan yang berjalan menjauhi dirinya ia melihat punggung adnan berjalan terus menjauh, tiba-tiba suara ponsel gita berdering, ia membukanya lalu melihat ada notifikasi sms masuk ke ponselnya.
" maafkan aku, seharusnya aku tidak terlalu keras padamu kau mungkin terkejut dan marah saat ini padaku aku minta maaf ya git, " isi pesan tarra ke gita, gita tersenyum menyeringai saat membacanya
" ck, bodoh! Manusia egois" ucap gita sambil memperhatikan layar ponselnya, lalu 2 es krim menempel di pipinya adnan menengok ke kiri dan membuat gita kaget saat melihatnya, mereka saling berhadapan dan diam kilasan masa lalu muncul,
Terlihat gita sedang berada di sebuah ruangan pesta saat itu, gita menyenderkan dirinya di sebuah jendela besar diruangan itu, ia melihat keluar jendela ia melihat para tentara berjaga didepan rumah itu lengkap dengan senjata di tangannya, lalu ada sekelompok pemuda pribumi yang datang menghampiri mereka dengan membawa obor namun para tentara menjegatnya dengan kasar, ia memukul para pemuda itu, menyeretnya menjauh dari rumah dengan cara paksa, gita meringis kasihan melihatnya tapi tiba-tiba sesuatu yang dingin menempel di pipinya saat itu, ia tertegun saat melihat adnan di belakangnya dan menengok ke arah dirinya sambil tersenyum manis.
" sedang apa nona?" tanya adnan, yang saat itu berdiri dihadapan gita sambil memberikan minuman dingin kepadanya
" tidak ada" jawab gita lemah, seolah adnan paham dengan apa yang gita rasakan ia melongo ke luar dari jendela dan melihat pemuda-pemuda itu terus berusaha untuk masuk walaupun mereka tau, pasti akan di usir, disiksa atau bahkan akan di penjara
" mereka manusia bodoh" ucap adnan sambil menatap gita dan memainkan rambutnya, namun gita menepisnya
" mereka sama dengan kita" gita menjawab dengan nada sedikit emosi membuat adnan kaget, lalu ia meraih tangan gita dan memegangnya
" anne! Kau tau ini kan! Mereka hanya rakyat bodoh biasa, bisa apa dia untuk negaranya mereka hanya membuang nyawa mereka dengan sia-sia. Berbeda dengan aku dan kamu anne kau harus tau itu" ucap adnan sambil mengusap-usap tangan gita
" mahesa, kau terlahir menjadi pecundang" jawab gita dengan emosi ia menarik paksa tangannya dari genggaman adnan dan berjalan menjauh, mahesa atau adnan terlihat kesal sekali dengan itu ia membanting gelasnya hingga pecah lalu memukul tangannya ke ujung jendela hingga berdarah emosinya meledak-ledak malam itu
" gadis kecil bodoh! Kau pikir kau siapa bisa melawan mahesa!! Lihat siapa nanti yang akan menjadi pengecut marianne!" ujar mahesa pelan.
Gita kaget saat melihat kilasan masa lalunya itu, ia menatap adnan dalam-dalam membuat adnan bingung lalu ia berjalan untuk duduk disamping gita, namun gita tidak melepaskan pandangan matanya darinya, hal itu membuat dia tertawa.
" sudah puas kau melihat aku??" ucap adnan membangunkan lamunan gita dan ia hanya tersenyum ke arah adnan " strawberry untukmu karna kau suka strawberry, coklat untukku" ucapnya sambil memberikan es krimnya ke gita
" aku gak bilang aku suka strawberry" tanya gita
" aku juga bingung, aku rasa aku sudah mengenalmu lama sampai aku tau apa yang kau sukai" jawab adnan sambil membuka cup eskrim untuk gita " mungkin kita pernah bertemu dulu, sebelum waktu itu kita ketemu di klinik" sambungnya lagi gita hanya diam memastikan kilasan masa lalu yang ia lihat barusan adalah adnan dimasa lalu.
" oh ya" ucap gita bingung sambil menyendok es krim itu
" aku juga merasa aku menyukaimu sangat lama" sambung adnan sambil menyendok es krim ke mulutnya lalu ia tersenyum ke gita yang kaget mendengarnya
" ah aku harus pulang" sahut gita, menyadarkan kecanggungan yang terjadi diantara mereka, ia berdiri dari bangku taman itu
" anne" ucap adnan membuat gita kaget hingga menoleh kearah adnan " aku selalu merindukan seseorang dengan nama itu, aku merasa bersalah padanya, saat aku melihat kamu, aku rasa aku bisa meminta maaf padamu, dan mulai menyukaimu lagi" ucap adnan sambil memegang tangan gita, gita langsung menarik tangannya dengan kasar namun tersenyumn kearah adnan
" aku pergi dulu, terima kasih es krimnya " ucap gita sambil berjalan menjauh pergi.
" mahesa itu adnan, aku anna dan anne" ujarnya sendiri sambil terus berjalan masuk ke apartemennya
********
Esok paginya tarra sedang tidur terbangun karena deringan ponselnya ia melihat layar ponselnya ternyata damar menelponnya
" hmm tarra" ucap nya ragu
" ya" ucap tarra serak sambil mengucek-ucek matanya
" aku sudah membaca naskah yang kau kirim padaku" ucapnya ragu-ragu " tapi aku merasa ada yang aneh dari naskah itu"
" aneh gimana?" tanya tarra
" alur dan tulisannya berbeda dan tidak menarik, seolah itu bukan tulisanmu" ucap damar, tarra terdiam dan hanya mendengarkan ucapannya
" oh itu, itu ah! Aku minta maaf mengirimkan naskah yang salah padamu" ucap tarra berbohong pada damar
" ah aku lega! " jawab damar " akan aku batalkan perilisannya, tapi bisakah kau mengirimkannya 10 menit lagi" tanya damar membuat tarra kaget
" a-aku sedang diluar, kalau sekitar 2 jam lagi bagaimana??" tanya tarra yang beralasan ke damar.
Tarra langsung lari dari tempat tidurnya menuju meja kerjanya ia menghidupkan laptopnya dan mulai untuk memperbaiki naskahnya, namun ia terus teringat akan potongan kertas milik dika yang ia bakar, ia pun langsung mencari potongan kertas itu tapi sudah tidak ada di tong sampah, ia pun pergi keluar dan melihat petugas kebersihan membawa sampah dari rumahnya lalu tarra mengambil kembali sampah dan dan mencari kertas itu tapi tidak ketemu.
tarra terlihat frustasi saat masuk lagi keruang kerjanya, lalu ia melihat dika sedang duduk santai di kursi itu ia pun kaget
" kau lagi!! Sedang apa kau disini! Keluar, keluar" teriak tarra sambil mendorong dika menjauh dari tempat kerjanya
" sa-sabar hei, sabar aku punya salinannya" ucap dika sambil terus didorong oleh tarra kedepan pintu , lalu tarra berhenti mendorongnya " akan aku berikan padamu, dengan syarat aku bisa tinggal disini denganmu sampai novel itu selesai" ucap dika hal itu membuat tarra kesal
" kenapa harus?" tanya tarra
" aku memiliki naskahnya" ucap dika dengan santai sambil mengeluarkan naskah dari jasnya, naskah yang dibutuhkan oleh tarra saat ini , tarra tampak berfikir dan mengambil naskah itu dari dika kemudian ia langsung mengetik ulang naskah itu dan hendak mengirimnya tapi tarra ragu untuk mengirimkannya ia mengingat perkataan gita yang bertanya tarra ini ingin menjadi penulis seperti apa
" aku ingin jadi penulis yang tidak dapat ditiru oleh penulia lain " ucap tarra bahkan sampai membuat ia menangis mengingat ucapan gita padanya.
Gita membuka aplikasi dan melihat pemberitahuan jika novel 1928 tidam dirilia minggu ini, gita heran dan ia membaca komentar-komentar jelek tentang tarra.
" penulis dirgantarra payah"
" setelah skandal ini mungkin dia kehilangan ghostwritternya"
" jadi benar tarra menggunakan jasa ghostwritter? Aku kecewa"
" dia menghilang dengan ghostwritternya"
Ucapan-ucapan jahat dari kolom komentar membuat gita tak terima
" SEMANGAT PENULIS TARRA! AKU MENUNGGU TULISANMU" gita mengetik di kolom komentar untuk menyemangati tarra, tapi setelah itu ia sadar kenapa ia melakukan hal tersebut. Tita datang ke dalam klinik dengan raut wajah menyesal karena terlambat
" ah gita maafkan aku karena terlambat" ucapnya
" hehe tenang ka tenang " jawab gita
" kau boleh pulang, terima kasih untuk hari ini" ucap ka tita yang menyuruh gita pulang,
Gita pun keluar dari klinik dengan memakai topi ia takut ada orang yang mengenalinya, ia berjalan dan menoleh kebelakang menemukan tarra disana menunggunya, tarra tersenyum ke gita, namun gita masih kesal dan memilih pergi meninggalkan tarra. Tarra mengejarnya namun gita langsung berhenti dan berbalik arah menghampiri tarra dengan kesal
" kau mengikutiku" ucap gita kesal
" iya" jawab tarra sambil tersenyum kearah nya membuat gita jadi salah tingkah
" untuk apa?" tanya gita
" untuk melihatmu" jawab tarra, namun gita kembali berjalan pergi dan tarra kembali mengejarnya
" kok kamu tau aku ada di klinik? Hari ini aku kan tidak bertugas" tanya gita sambil berjalan namun tarra berhasil menyusulnya dan mereka akhirnya berjalan bersama,
" aku ini dirgantarra kau lupa? Sangat mudah untukku mendapatkan informasi apalagi tentang kamu" jawabnya
" kenapa kau mencariku?" tanya gita menengok ke arah tarra
" aku sedikit kesulitan dalam menulis dan ingin tau banyak soal psikologi wanita" jawab tarra dengan jujur
Lalu mereka memilih untuk makan di tempat temannya gita, ternyata jen bekerja disana, gita kaget saat melihat jen mengantarkan pesanan mereka, jen melayani tarra dengan baik sambil memberi senyuman kepadanya tapi berbeda saat ia melayani gita ia menaruh piring berisi makanan itu dengan sedikit aga membantingnya kemeja ia masih kesal dengan gita, karna dika kemarin yang datang untuk mencari gita bukan jen
" kau?? Kau bekerja dengan dia?" tanya gita sambil menunjuk si chef yang sedang terlihat cemburu ke meja gita dan tarra
" hmm" jawab jen kesal
" kau kenapa sih?" tanya gita heran
" gita kau pasti penghianat negara dikehidupan sebelumnya" ucap jen sambil berlalu pergi meninggalkan mereka. Tarra tertawa mendengarnya
" memang benar kau pernah menghianati negara?" tanya tarra yang saat itu masih tertawa
" iya dikehidupan sebelumnya aku seorang penghianat negara" jawab gita kesal sambil menyendok penuh nasi kedalam mulutnya
" Aku yakin jika di kehidupan sebelumnya kau adalah seorang aktivis independen atau seseorang penembak jitu atau kau seorang bangsawan" tarra pun mengatakan seperti itu gita langsung kaget mendengarnya
" bagaimana kau tau?" ucap gita kaget, tarra teringat akan masa lalu yang sering terlintas di fikirannya akhir-akhir ini
" aku ini radikal dan aku hanya asal tebak" jawab nya sambil memasukan makanan kemulutnya
" hah! Apa jangan-jangan aku marianna ya di cerita novel 1928 yang kau buat?? " gita bertanya dengan semangat ke tarra,
" jangan terlalu berlebihan" ucap tarra sambil mengulurkan tangannya mengusap bekas saus di ujung bibir gita membuat gita tertegun diam dan memandang malu ke arah tarra
Selesai makan mereka berjalan di tempat umum lengkap dengan memakai masker, angin berhembus kencang saat itu tarra memandang wajah gita malu-malu di balik topi yang ia gunakan. Ia menundukan sesekali kepalanya agar bisa melihat ekspresi gita yang tersenyum saat itu dibalas senyum juga olehnya , terlintas sepintas wajah gita yang berubah menjadi wajah anna yang juga tersenyum padanya, lalu kembali lagi ke wajah gita saat ini dan selintas berubah lagi menjadi anna, anna dengan mata coklatnya, rambut pirang ikal dibagian ujungnya, kulit putihnya dan gigi gingsulnya tersenyum dan menatap ke arahnya, tarra kaget dan mengedipkan matanya lalu kemudian angin membuat rambut gita terlepas dari cepolnya, rambut hitam tebal terguntai sebahu, mata coklat itu dan gigi gingsul itu mirip dengan anna gita langsung tersenyum ke arah tarra sambil mengibaskan rambutnya
" waw " teriak para pemuda yang sedang berkumpul di bar saat melihat anna mengikat rambut blondenya menjadi kuncir kuda,
" wanita tambah cantik ketika sedang mengikat rambutnya" ucap mahardika yang melihatnya juga
" cantik" jawab amar, namun bahunya langsung di pukul oleh mahardika
" sudah aku bilang bung, di kehidupan ini dia wanita yang aku kencani" ujar mahardika sambil merangkul amar yang masih melihat anna disana sedang berbicara dengan madam sofi
" istriku pun cantik ketika mengikat rambut anak perempuanku" jawab salah satu pemuda membuat seluruh pemuda menengok kearahnya " maka dari itu, aku mencintainya" sambungnya lagi
" wah serius sekali" ucap anna yang datang membawa minuman untuk para pemuda disana dengan nampannya " sedang membicarakan aku ya" tanya nya
" tidak! Kami sedang berbicara mengenai 2 pria tua yang jatuh cinta pada seorang wanita " ucap salah satu dari mereka
" wah!!! Beruntung sekali wanitanya. Siapa namanya??" tanya anna sambil tersenyum itu memerkan senyum manis dengan gigi gingsulnya itu
Tarra terdiam ketika melihat kilasan masa lalunya itu, ia melihat gita masih menggerai rambutnya dan belum mengikatnya kali ini benar gita bukan anna yang tarra lihat, gita mengulurkan tangannya dan mulai mengikat rambutnya, suara degup jantung tarra mulai berpacu cepat ia terus melihat gita saat itu mencepol lagi rambutnya
" gita" ujarnya
" kenapa? " tanya gita yang membalikan wajahnya kearah tarra, namun tarra cepat-cepat sadar dari lamunannya dan mengatur lagi jantungnya agak tidak terdengar oleh gita, ia lalu menarik tangan gita dan mengajaknya berjalan gita hanya tersenyum melihatnya. Di sepanjang jalan itu mereka jadi pusat perhatian orang-orang yang lewat, tapi anehnya tarra tidak marah atau protes terhadap mereka yang mengambil photo dirinya diam-diam dengan ponsel mereka tarra masih santai menggandeng tangan gita dan terkadang ia tersenyum ke orang-orang yang lewat dan melihat mereka itu, lalu tarra berhenti tepat didepan gita, gita yang bingung ia hanya melihatnya kemudian tarra menarik tangan dan tubuh gita mendekat padanya ia melekatkan tangannya pada pinggul gita untuk memeluk gita sontak membuat gita menjadi kaget, matanya terbuka lebar saat dirinya dan tarra berpelukan di tempat ramai itu,
" kau" ucap gita terbata-bata, ia dapat melihat jelas lekukan telinga, meraba punggung tarra mencium aroma cologne dari leher tarra semua terasa dekat baginya,
" ah detak jantungmu berasa di dadaku" ucap tarra sambil tersenyum, ia melepaskan ikatan rambut gita dan membiarkan rambut itu terurai jatuh,
" kau mau apa?" tanya gita
" aku suka wangi shampo mu" ucap tarra terus tertawa " aku mau minta maaf dan ... " gita sudah berfikir jika tarra akan menyatakan cintanya padanya tapi, tarra melepaskan pelukannya dan menujuk ke arena permainan menembak " dan aku mau kau memenangkan sesuatu untuk penulis idola mu ini " ucap tarra sambil memiringkan wajahnya dan membujuk gita
" ah!!" teriak gita, dia sudah berfikir kalau hari ini dia dan tarra akan pacaran itu membuat gita menjadi kecewa, ia lalu menarik tangan tarra untuk kesana
" kau mau apa?" tanya gita cuek
" mau yang ini" tunjuk tarra boneka beruang besar warna coklat " mirip denganmu, aku mau satu yang mirip denganmu dirumah" ucap tarra
" hah? Aku beruang gendut itu? Tidak mau" ucap gita
" aku mau. Ayo lakukan ini perintah" ucap tarra, namun gita terdiam dia merasa tidak asing dengan kata-kata itu lalu ia menggelengkan kepalanya,
" harus berapa point aku menembak itu?" tanya gita yang sudah memegang pistol mainan di tanganya itu
" 100 point" ucap tarra
" ah tidak mau!" ujar gita " lakukan sendiri saja lah" sambung gita
" ayolah gita, aku ingin memastikan sesuatu" ucap tarra memohon pada gita
Jadilah gita yang menembak untuk mendapatkan boneka itu, tarra melihat tangan gita gemetar saat ia memegang pistol mainan itu, lalu tarra memegang tangan gita dan membantunya.
" lurus" ucap tarra " fokus pada targetmu" lanjutnya lagi
" aih!! Kau lupa aku dulu adalah penembak profesional" ucap gita protes
" aku tau teorinya seperti para profesional" jawab tarra " fokus dan tembak" ujar tarra, gita mulai bersiap untuk menembak angka 100 dan tepat sasaran peluru mengenai angka 100. Mereka berteriak dan saling berpelukan dan kemudian mereka canggung.
Tarra berjalan sambil menggendong bonekanya di punggungnya sambil tersenyum ke arah gita, gita hanya malu-malu melihatnya
" kau bisa berhenti tersenyum tidak" ucap gita ketarra menghentikan langkah mereka
" kau grogi?" tanya tarra
" aku sedikit tidak nyaman" ucap gita jujur
" aku harus pergi " ucap tarra lalu berjalan pergi, gita pun berbalik berjalan kearah sebaliknya dengan bingung
" gita" ucap tarra membuat gita menoleh kebelakang " terima kasih atas segalanya aku tidak melupakan kamu sebagai penggemar pertamaku" ucap tarra lalu ia memeluk bonekanya dan berjalan menjauh, gita merasa tidak nyaman dengan ucapan tarra.
********
Tarra berjalan disebuah lorong panjang menggunakan jas dan berpakaian rapih disampingnya ada dika yang juga menggunakan jas dan pakaian rapih mereka berjalan di lorong itu dengan gagahnya.
" kau mau ajak aku kemana?" tanya dika dengan santainya sambil sesekali merapihkan jas nya
" ikuti saja aku" ucap tarra
" apa naskahnya tidak cukup membantumu?" tanya dika membuat tarra menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah dika, sambil memegang pundak dika
" kau harus mencari tempat tinggal baru karena aku tidak membutuhkanmu lagi" ucap tarra hal itu membuat dika terkejut karena ia tidak paham dengan apa yang tarra bilang. Tarra membuka pintu dan para wartawan langsung memphotonya, para wartawan sudah berkumpul disana ada ceo damar dan ada firman, tarra memberi hormat kepada mereka dan langsung naik ke atas. Dika terdiam disana
" hei kau kemari" ucap tarra yang menyuruh dika untuk ikut dengannya naik semua wartawan berhenti memphotonya dan melihat kearah pintu dengan keadaan bingung, dika duduk di sebelah tarra sambil terlihat panik
" terima kasih sudah menyempatkan diri untuk hadir, hari ini saya dirgantarra ingin meluruskan berita tentang saya yang memiliki ghostwritter seperti yang sudah banyak di beritakan oleh publik tentang novel terbaru saya" ucap tarra, sambil memegang pundaknya
********
Direstoran gita teringat akan ucapan tarra yang membuatnya menjadi gelisah, lalu chef datang dan memberikan tarra makanan
" kau harus cicipi, ini resep terbaru ku" ujar si chef namun gita tidak memperdulikannya ia terus mengingat kata-kata tarra. Tiba-tiba jen datang dan memberitahu jika tarra menggelar konfrensi pers soal rumor ghostwritternya.
" cepat nonton gita" ujar jen sambil memperlihatkam siaran itu lewat ponsel, lalu jen, gita dan chef menonton.
********
" saya tidak menepis rumor bahwa saya memiliki ghost writer untuk membantu saya menulis novel ini " ucap tarra yang membenarkan rumor tersebut,
" berarti memang benar kau memiliki ghost writer itu? " tanya reporter firman
" iya memang benar" jawab tarra
" lalu dimana ghost writer itu?" tanya reporter firman lagi
" cerita yang saya tulis, berjudul novel 1928 itu ditulis oleh dika" ia menunjuk kearah dika yang terdiam dan panik di sampingnya itu
" orang disamping saya ini adalah ghost writer itu" ucap tarra, dika menatap tarra dan semua orang yang ada disana berhenti mengetik maupun memphoto
Damar mengucek-ucek matanya agar kembali melihat dengan jelas dan memastikan ada seseorang yang duduk disebelah tarra.
" saya akan menerima segala konsekuensinya" sambung tarra damar hanya bisa bengong melihatnya,
" saya juga meminta kepada kalian semua terutama penggemar saya agar tidak terus-terusan menyeret orang yang tidak bersalah dalam masalah ini. Wanita yang di sebutkan sebelumnya adalah penyelamat dan dia adalah penggemar pertama saya" ucap tarra dan gita menonton itu,
" saya minta tolong kepada semua untuk berhenti mencari tahu kehidupan pribadinya dan berhenti untuk mengancamnya" sambung tarra, dan gita tersenyum mendengarnya.
Konfrensi pers pun berakhir dan tarra langsung pergi dari sana meninggalkan dika disana. Damar tertawa mendengar ucapa tarra dan menganggapnya tidak waras.
Direstoran jen dan chef bertepuk tangan setelah menonton konfrensi pers itu, dan gita terlihat tidak tenang ia berfikir tentang kata-kata yang tarra bilang padanya.
" pantas kau bilang seperti itu padaku" ucap gita pelan
" waaah hebat!!! Gentlement tarra" ucap jen yang merasa senang setelah mendengar konfres itu " kau bebas dan bisa hidup normal lagi gita" ujar jen sambil mengusap-usap rambut gita
" hehe iyaa iya" ucap gita namun ia khawatir dengan tarra
********
Dirumah tarra memberi tahu para pegawainya termasuk sekretaris mina yang sudah berkumpul di ruang tengah
" aku minta maaf, tapi untuk sementara waktu aku ingin sendiri dan aku tidak lagi mempekerjakan kalian tapi aku akan memberikan uang pesangon untuk kalian semua. Sekali lagi aku minta maaf" ucap tarra yang terus menunduk tidak berani melihat wajah para pegawainya.
Ia kembali ke ruang kerjanya ia melihat video saat konfrensi pers dan kaget saat ia melihat bahwa ia hanya sendirian disana padahal dika ada disebelahnya tapi di dalam video itu ia tidak ada di sampingnya dan ia menunjuk kursi kosong di video itu, tarra bingung dengan apa yang terjadi. Tiba-tiba dika ada disampingnya
" kau baik-baik saja?" tanya dika, tarra menoleh kearah dika dan mendekat ke arahnya
" siapa kau sebenarnya?" tanya tarra
" aku ghostwrittermu" dika mengatakan hal yang sama seperti saat mereka bertemu " mahardika" sambungnya dan masalahnya adalah mahardika itu hantu sungguhan dia benar-benar seorang hantu,
" aku terkurung di mesin ketik selama 80 tahun" ucap dika ke tarra dan melihat tarra yang gemetar dan menatap mesin ketik itu dan teringat pertemuannya dengan dika dan waktu itu ia mengikat dika di kursi ternyata dika langsung menghilang saat tarra pergi dan tarra membuka pintu mobil saat datang ke konfrensi peruntuk dika ternyata disana juga tidak ada siapa-siapa. Tarra langsung pucat dan pingsan.
Tarra terbangun ia melihat dika duduk di ujung tempat tidurnya, sambil tersenyum kearahnya sontak membuat tarra berteriak dan berlari pergi tapi saat ia membuka pintu dika sudah ada di didepanya, tarra langsung ketakutan.
Dan berlari kedapur lalu tarra membuka kulkas dan mengambil minuman karena haus berlari-lari didalam rumahnya.
" huffffttttt" terdengar nafas yang tidak beraturan dari tarra saat ia membuka kaleng minuman itu, bahkan ia sampai berdoa sebelum meminumnya namun minuman itu terlempar ke dika yang berdiri di salah satu pilar yang ada di dapur. Tarra kembali kabur keruang kerjanya bahkan ia kesulitan mengunci pintu tapi dika kembali muncul dari rak-rak buku diruangan itu
" ayo kita bicara" ucap dika
" keluar!! Keluar dari rumahku" tarra bahkan sampai berteriak menyuruh dika keluar
Pada akhirnya mereka duduk di sofa dan saling berhadapan, tarra masih takut-takut melihat dika di hadapannya
" aku tidak tau kenapa kau bisa melihatku" ucap dika sambil menaiki kakinya ke kakinya satunya lagi dan menyenderkan punggungnya ke belakang dan berbicara santai kepada tarra
" bagaimana anda bisa terkurung disana tuan?" tanya tarra menggunakan bahasa formal ke dika namun dika hanya tertawa mendengarnya
" bicaralah seperti biasa" ucap dika,
" kau bisa membuat aku menjadi kesurupan ? " ujar tarra yang mulai berbicara yang tidak-tidak " apakah hanya aku yang dapat melihatmu?" tanya tarra lagi
" ia hanya kau yang bisa dan satu orang lagi " ucapnya
Dan berpindah ke jen yang sedang membaca di depan tv tiba-tiba ada seorang hantu anak sekolah yang masuk kesana dan duduk disampinya. Yang meminta bantuan padanya untuk mengerjakan pr-nya itu,
" ah kau!! Kenapa aku kau tidak liat aku saja sedang istirahat karna pusing mengerjakan tesis-ku" ucap jen yang mengomel ke anak hantu itu, gita keluar dari kamar mandi dan melihat jen sedang mengomel sendiri disana ia menoleh tapi tidak ada seorang pun disana. Membuat gita menjadi lemas
Dan orang yang dibicarakan dika adalah jen,
" dia bisa melihatku, mungkin karna indra keenam yang dia miliki tapi aku tidak tau kenapa kau bisa melihatku, bagaimana kalau kita cari tau bersama" ucap dika
" lebih baik kau mencari cara agar kau bisa sampai ke alam baka" ujar tarra,Tarra bangun dari duduknya.
" tidak !!! aku ingin kau membantuku agar manusia bisa melihatku" dika memohon ke tarra
" kenapa harus aku?? Kau ingin masuk kedalam tubuhku" ujar tarra yang kembali berfikir aneh-aneh " kau ingin coba memasuki tubuh seseorang ?" tanyanya lagi
" aku tidak bisa memasuki tubuh manusia, tapi aku bisa merasuki hewan" ujar dika
" pergi kau! Pergi ke alam baka" teriak tarra yang menyuruh dika untuk pergi lagi " kenapa kau ingin sekali di lihat oleh manusia?? Kau ingin jadi artis? " sambung tarra
" aku ingin menyatakan perasaanku pada gita " ujar dika namun tarra hanya terdiam
Di apartemen gita sedang sibuk membaca sebuah novel bahkan sampai menstabilo kalima-kalimat disana, gita lalu menonton kembali video konfrensi pers tarra, lalu gita menelpon seseorang dan tersambung
"kau dimana?" tanya gita
" di restoran, kenapa kau ingin kesini?" ternyata yang gita telpon adalah si chef
" hmm, aku kesana" ucap gita lalu mematikan panggilan itu dan langsung menuju kerestoran
Disana si chef membuat makanan untuk gita, ia bahkan mengatakan pada gita jika kotak makanan itu bernama gita o mio
" kalau seseorang menerima kotak makan ini apa hatinya akan senang?" tanya gita
" of curse" ucap si chef " apa kamu mau memberikan ini kepada seorang pria??" tanya si chef
" hmm" angguk gita " untuk seorang pria yang memohon kepada orang lain" ucap gita sambil tersenyum ke chef
" dirgantarra" ucap si chef, lalu gita tersenyum lagi dan langsung pergi
********
" gita di kelilingi banyak pria" ucap dika
" aku tidak pernah dengar" jawab tarra
" rasanya aku ingin cepat-cepat memperlihatkan diriku di depan gita" sambung dika sambil tertawa di sofa
" apa kau sudah pernah mencoba?" tanya tarra lagi,
" mencoba apa? Menyatakan cinta pada gita?" jawab dika " aku akan sakit hati jika menyatakan cinta padanya tapi gita tidak melihatku" ucap dika lagi " oh oh sebentar-sebentar kenapa kau tertarik sekali dengan masalah aku yang menyukai gita?? Apa jangan-jangan kau juga menyukainya??" ucap dika yang tiba-tiba duduk disebelah tarra membuat tarra kaget
" oh kau salah hei hantu tua!!! Ada dua hal yang tidak aku butuhkan pertama ghostwritter dan wanita dan sekarang ada satu lagi yang paling aku tidak butuhkan" ucap tarra melirik ke arah dika
" apa ??" tanya dika
" hantu" jawab tarra sambil menyeringai ke arah dika membuat dika takut " keluar!! Keluar dari rumahku!!!" teriak tarra sambil mendorong-dorong badan dika " kau keluar sekarang!! Atau aku panggil pengusir hantu" ucap tarra membuat dika berbalik ke arah menatap tarra, tarra pun kaget. Tapi tiba-tiba bel berbunyi
" ah kau sungguh-sungguh memanggil pengusir hantu?" ucap dika sambil memegang tangan tarra yang berjalan menuju monitor,
" wah timming yang tepat" senyum tarra melihat ke arah dika yang ketakutan, lalu tarra menekan tombol dan melihat siapa yang datang. Mereka berdua kaget bukan kepalang saat melihat gita berdiri di depan rumah tarra, rambutnya di ikal di bagian ujung, dengan make up tipis di wajahnya ia tampak malu-malu di depan monitor dan itu membuat dika senang
" cepat buka pintunya" ucap dika sambil melihat gita di monitor
" brisik" sahut tarra yang melirik sinis ke arah dika, lalu tarra menekan tombolnya membuat gita kaget
" ha-hallo" ujar gita malu
" ada apa kau kemari?" tanya tarra dan dika terus memperhatikannya membuat tarra menjadi risih
" aku ada sesuatu untukmu" jawab gita
" tunggu disana aku akan segera keluar" jawab tarra sambil mematikan monitornya, dika melirik sinis kearah tarra
" kau! Kau benar-benar mau aku tinggal dirumahmu ya tarra!!" ucap dika marah, namun tarra hanya menaikan satu alisnya dan bahunya sambil tersenyum kearah dika yang emosi saat itu. Tapi tiba-tiba pintu tersebut terbuka, tarra langsung berubah marah dan dika hanya tersenyum kearahnya. Dan tiba-tiba dika sudah menghilang dari sampingnya dan ternyata dika sedang ada di balik tembok menunggu gita masuk kerumah.
Pintu terbuka dan gita kaget karena sebelumnya tarra bilang ia akan keluar tapi kemudian pintunya yang terbuka,
" aku masuk ya" ucap gita, lalu ia masuk ke dalam rumah tarra
Dan tarra akhirnya tau selama ini dika lah yang membukakan pintu untuk gita
" kau jadi selama ini?" ucap tarra kesal dan tangannya mengepal seketika
" aku kasihan padanya" sahut gita
" sekarang siapa yang menyuruhmu membuka pintu!!!!" teriak tarra dan tepat saat itu gita masuk, dan gita kaget
" a-aku? Oh pintunya terbuka sendiri" jawab gita yang masih kaget mendengar tarra teriak, tarra dengan kesal menatap ke dika tapi ia sudah menghilang dan sekarang ia berada di samping gita lalu ia menggenggam tangan gita sambil menengok ke wajah gita dan menggerak-gerakan tangannya dihadapan gita tapi gita tidak bergeming
" apa yang kau lakukan??" teriak lagi tarra di hadapan gita, sontak membuat gita kaget mengira tarra memarahinya, dan dika pergi karena gita ternyata tidak bisa melihatnya. Lalu mereka bertiga pergi ke dapur gita duduk berhadapan dengan tarra dan ada dika di samping gita yang sedang menatapnya, dika menopang dagunya dengan tanganya sambil melihat gita bicara dengan tarra ia terus tersenyum dan tarra hanya kesal ketika melirik kearahnya
" ada perlu apa malam-malam kau berkunjung kerumah seorang pria?" tanya tarra
" kau bukan pria buat ku" jawab gita
" lalu aku ini apa?" tanya tarra menaikan suaranya
" apa kita perlu membahas gender malam ini??" gita bertanya balik ke tarra, tarra melirik ke arah dika namun dika hanya mengangkat bahunya menandakan tidak tau
" ini penting untuk ku! Kau perempuan dan aku laki-laki, kau berkunjung kerumah ku malam-malam hanya ada aku dan kamu dan .." ucap tarra membentak ke gita namun berhenti dan gita bingung " ah sudah!! Intinya kau jangan berkunjung kerumah seorang pria lagi malam-malam sendirian! " ujar tarra melanjutkan " rumah ku terakhir dan pengecualian" jawab tarra pelan, gita kaget dan dika-pun kaget lalu dika pindah duduk disamping tarra dan melihat wajah gita yang memerah dan malu-malu itu terlihat sangat menggemaskan untuknya,
" apa yang kau bawa?" ucap tarra membuyar kan semua imajinasi gita dan ia lalu tersadar
" aku, oh iya temanku memasakan ini untuk mu" sambil menyerahkan kotak makanan yang di buat oleh si chef tadi, dika lalu mendekati tarra
" buatkan ia teh" bisik dika ketelinga tarra
" enyalah kau " ucap tarra ke dika , gita bingung
" aku bicara dengan diriku sendiri hehe" ucap tarra sambil tertawa kecil " oh kau mau minum apa?" tanya tarra
" jangan repot-repot" ucap gita lalu ia membuka makanan yang di buatkan si chef " kau pasti melewatkan makan mu karena efek konfres tadi" ujar gita dan tarra hanya tersenyum " aku datang karena ingin mengucapkan terima kasih untuk mu" ujar gita dan tarra terlihat malu , lalu ia mengeluarkan novelnya dan hendak membacanya untuk tarra tapi kesenangan mereka di ganggu oleh dika
" cantik" ujar nya
" diam" ucap tarra, gita mengira perkataan itu ditujukan untuknya lalu buku itu di berikan ke tarra
" kau saja yang baca kalau begitu" ucap gita marah
" aku lelah, nanti pasti akan aku baca ya gita" jawab tarra lembut
" apa kau lelah?" ujar gita tapi dika malah ikut bicara
" apa kau membiarkan dia pergi begitu saja malam ini? Kau sangat payah bung!" sahut dika yang tiba-tiba ikut di perbincangan mereka,
" urus sendiri urusanmu" ucap tarra dengan nada membentak " pergi! Pergi sekarang" teriak tarra, gita kaget mendengarnya gita mengira perkataan itu ditujukan untuknya dan gita pun langsung pamit pergi, tarra hendak menahannya tapi dika langsung menarik tas gita hingga robek dan gita mengira itu perbuatan tarra
" bu-bukan aku, aku bersungguh-sungguh" ucap tarra, namun gita sudah menangis dan memilih keluar dari rumah itu. Tarra mengejarnya
Gita menangis ia berjalan keluar dari rumah itu sambil terus mengusap air matanya itu, tarra berlari keluar dan melihat gita disana ia mengejarnya dan menarik tangan gita, gita pun berbalik dan melihat tarra dengan keadaan sudah menangis, matanya sudah bengkak dan hidungnya sudah memerah, ia menarik paksa tangannya dari tangan tarra dan terlihat marah di hadapan tarra
" aku tau kau tertekan " ucap gita dengan suara parau dan sedikit bergetar " tapi aku juga manusia" sambungnya lagi pelan sambil terus menatap tarra dengan perasaan marah " aku menyukaimu dirgantarra! Ya menyukai mu, tapi sebagai penulis berbakat tapi tidak sebagai manusia" teriak gita " dan satu lagi, aku .. Aku tidak akan peduli lagi denganmu dirgantarra" ucap gita lalu pergi meninggalkan tarra terdiam kaku disana
Tarra dengan sangat kesal mencari keberadaan dika bahkan ia sampai menggoyang-goyanhkan mesin tiknya
" keluar!" teriak tarra " keluar dika!!" sahutnya lagi
Namun tiba-tiba ia menoleh ke lukisan dan menoleh lagi ke mesin tiknya mata si lukisan bergerak tapi kembali menoleh ke sana dan melihat wajah lukisan berubah sontak tarra pingsan.
Pagi nya tarra terbangun sudah ada dikasurnya, ia berjalan ke luar kamar dan menemukan para karyawannya kembali bekerja,
" selamat pagi tuan" ucap sekretaris mina menyapa tarra sambil tersenyum ke arah tarra " saya minta maaf, dan mulai hari ini kami akan bekerja lagi dan terus mendukung tuan" ucap mina semangat sambil terus tersenyum ke arah tarra dan tarra hanya canggung disana, namun kemudian damar datang dan langsung memeluk tarra
" hallo anakku, media dan publik sedang berpihak kepada mu, banyak komentar dan dukungan positif muncul" ucap damar tarra kaget dan hampir memuncratkan kopinya
" sudah lah hentikan saja projeknya aku akan bertanggung jawab dan aku juga akan berhenti " ucap tarra, damar tertunduk lemas
" gimana kalo istirahat seminggu?" ucap damar sambil tersenyum ke arah tarra
" aku takkan melanjutkan novel itu" sahut tarra sambil menepis tangan damar di pundak nya dan itu membuat damar frustasi " bukan aku yang menulis novel itu, tapi ghostwritter itu" sambung tarra " dan masalah nya ghostwritter itu, benar-benar hantu" lanjut tarra
" aku permisi ke toilet " ucap damar mengerti , lalu damar keluar dan menghubungi dokter untuk menanyakan jadwal terapi untuk tarra
" kau bisa kapan? Oh baiklah akan aku sampaikan " ucap damar di telpon ia mengintip sedikit ke dalam ia melihat tarra sedang mengguncang-guncangkan lukisannya dan menyuruh dika untuk keluar dari sana
" di percepat bisa? Aku rasa dia sekarang sudah menjadi gila" ucap damar melanjutkan pembicaraannya dengan dokter itu.
********
Tarra berada di ruang dokter, untuk melakukan konsultasi ia terlihat tidak nyaman
" kau tertekan?" tanya dokter ke tarra " apa kau masih memiliki perasaan takut jika pembaca mu itu meninggalkan mu?" sambungnya " dan apa kau masih mengalami mimpi buruk?" tanya si dokter lagi
[flashback]
Saat seju kecil ia terlihat sangat ketakutanndi tempat tidur nya, lalu ayah adnan meminta ia untuk bangun lalu mengajak tarra tinggal di rumahnya, ibu adnan yang awalnya tersenyum ramah kepada tarra tapi, tapi saat ibu adnan mendekati tarra
" kau harus hidup tenang seperti hantu" bisiknya ke tarra.
Tarra melihat dika di ruangan dokter itu, sedang khawatir kepadanya
" apa kau masih bisa melihat hantu?" tanya si dokter lagi
" aku tidak bisa melihat hantu" ucap tarra lalu pergi dari situ
Tarra dalam perjalanan tiba-tiba dija muncul di dalam mobil dan duduk disampingnya, ia berusaha dan meyakinkan dirinya bahwa ia tak melihat sesuatu,
" hei bung" ucap dika namun tarra tidak memperdulikannya dan terus fokus menyetir " bisa kah aku tetap menulis novel denganmu?" tanya dika, tarra terus meyakinkan dirinya bahwa ia tidak dapat melihat dika yang sedang mengajaknya bicara, " ayolah, aku kan hantu tidak ada yang tau" bujuk dika, tarra menepikan mobilnya lalu melihat kearah dika dengan tatapan kesal
" orang-orang tidak percaya padamu" ucap tarra
" lebih baik kan! Bisa kah kita melanjutkannya" sahut dika
" Kalau aku terus kan !! Aku sama saja dengan penulis sampah yang membuat karya yang bukan ia buat tapi bisa melambungkan namanya, aku tidak mau berhutang budi padamu!" ucap tarra ke dika
" hutang budi apa? " tanya dika " kau tidak perlu hutang budi, novel itu bukan aku yang membuat" sambung dika sambil menyenderkan kepalanya ke jok mobil
" wah! Kau gila? Apa dibalik ghost writter ada ghost writter lainnya?" tanya tarra sambil tertawa menyeringai menatap sinis ke arah dika
" bukan!" ucap dika menolak memajukan tubuhnya kedepan dan mulai berbicara serius " kau yang membuat novel itu 80 tahun yang lalu, aku dan kau adalah trman di kehidupan sebelumnya" sambung dika , tentu saja tarra tidak mempercayainya " novel itu berisi kisah hidup kita waktu itu" jelas dika
********
Gita sedang tertawa bersama pegawai lainnya di klinik dan sedang bermain, gita yang kalah dalam bermain harus mentraktir makan siang mereka, tiba-tiba adnan datang membawa anna
" selamat datang" ucap gita refleks saat melihat adnan datang membawa anna
" hai" sapanya
" ada yang bisa aku bantu?" tanya gita ke adnan sambil melirik anna didalam kandang nya " kenapa anna?" tanya gita lagi,
" ah, dia menangis kesakitan " ucap adnan sambil menyerahkan anna ke gita,
" apa dia terluka lagi?" tanya gita " kalau begitu aku coba periksa dulu" ucap gita lalu mereka semua sibuk memeriksa kucing adnan, sedangkan adnan sibuk menyiapkan makan siang untuk mereka, setelah mereka selesai memeriksa anna mereka mendapati ruang tunggu yang penuh dengan burger dan sandwich yang disiapkan oleh adnan dan adnan hanya tersenyum ke seluruh pegawai, dokter tita melihat satu keanehan dari adnan dan gita, mata adnan terus terlihat melirik kearah gita saat mereka semua makan disana
" hei! Hei kau ada hubungan apa dengan dia??" tanya dokter tita pelan ke gita, mata gita membesar karena kaget mendengarnya
" aku ? Dengan siapa? Ka adnan?" tanya gita
" hmm" angguk tita , tapi disitu wajah gita memerah karena malu
" git, bisa bicara sebentar ?" tanya adnan membuat kaget gita dan dokter tita
" iya ka" jawab adnan lalu mereka keluar klinik untuk berbicara berdua, dan di klinik heboh membicarakan gita mereka semua mengira gita dan adnan ada sesuatu hubungan yang tidak mereka ketahui
" kau ada waktu sepulang kerja?" tanya adnan ke gita
" ada ka" reflek gita menjawab pertanyaan adnan,
Sepulang kerja adnan mengajak gita keruang kerjanya dan mereka meminum kopi disana. Ruang kerjanya tidak seperti ruang kerja tarra yang memiliki banyak buku menjulang tinggi dan banyak lukisan serta patung-patung disana, diruang kerja adnan hanya ada beberapa rak buku yang penuh disana dan banyak jendela disana suasananya lebih tenang. Lebih cerah dan lebih rapih
" wah " ujar gita saat masuk keruangan itu
" ini tempat kerja ku " ucap adnan sambil menyuruh gita duduk di kursi panjang dekat dapur
" beda ya" ucap gita refleks
" beda?" tanya adnan kaget
" oh bukan-bukan" ujar gita, maksudnya berbeda adalah ruang kerja adnan dan tarra, Adnan hanya tertawa melihat ekspresi gita sambil memberikan kopi padanya
" apa kau mau menjadi asisten ku?" tanya adnan, gita tersedak kopinya karna kaget
" apa?" tanya gita sambil mengelap bibirnya
" jadi asisten ku?" tanya adnan lagi
" aku bukan penulis" jawab gita
" tapi aku butuh asisten bukan penulis" ucap adnan sambil melihat kearah gita " aku akan memberikan pada mu novel ku " ucap adnan
" baiklah" ucap gita
" aku membujuk mu dengan novel ku?" ucap adnan sambil tertawa ke gita
" terlalu mudah ya" jawab gita
" kau begitu menyukai tulisan di buku itu ya?" tanya adnan lagi
" Hehehe, aku menyukai nya " ucap gita sambil meminum kopi nya lagi, hal itu membuat adnan terdiam dan sedikit tersenyum ke arah gita
********
Tarra berada di ruang kerjanya sedang melihat novel yang di berikan oleh gita, Lalu ia sibuk membaca novel yang di berikan gita itu. Ia melihat tulisan yang di stabilo oleh gita
" Aku meletakan tangan ku di dahi mu, kau hidup dengan sepenuh hati, mohon letakan juga tangan mu di dahi ku, di waktu seseorang meletakan sidik jarinya di kening orang lain dan menenangkannya, segala hal yang tidak penting akan memudar dan keheningan yang tidak pernah kita nikmati selama ini menjelma menjadi rasa hangat yang ingin memeluk kita, kau sudah bekerja keras, kau sudah bekerja keras dan bertahan hidup untuk mencapai titik sejauh ini, aku berdoa dengan kedua tangan ku, agar hari-hari paling bahagia dalam hidup mu segera datang" kata-kata itu terus terniang di kepala tarra, kata-kata di buku itu membuat ia merasa bersalah kepada gita
********
Tarra berjalan keluar lalu sambil terus memikirkan gita ia masih merasa bersalah padanya, saat ia berjalan melewati ruko-ruko di pinggir kota ia melihat sebuah tas yang dipajang di depan kaca oleh pemilik toko tas warna biru itu terus di pandangi tarra tiba-tiba air dari langit turun tarra mendongakan kepalanya melihat air-air itu turun menyapa wajahnya ia memejamkan mata lalu melihat kembali tas itu ia masih teringat gita dan mengingat dika yang merobek tas gita
" hallo" ucap tarra di telpon ke sekretaris mina
" ada apa tuan?" jawab mina,
" aku mengirimkan mu gambar bisa kau beli itu untuk ku?" tanya tarra, sebelumnya tarra mengambil gambar tas itu dan mengirimkannya ke sekretaris mina, " oh tidak jadi biar aku saja" ucap tarra lagi, ia membatalkan pesan itu dan berjalan masuk ke dalam toko itu,
Tarra pergi ke dokter hewan tempat gita bekerja sambil membawa tas itu,ia melihat adnan yang datang bersama gita turun dari mobil tarra sontak bersembunyi dan memandangi mereka dari jauh.
Di depan pintu klinik ada seekor anjing sepertinya menunggu kedatangan gita, itu anjing yang dulu yang gita cari selama ini.
" kau dari mana saja " ucap gita sambil mengelus-elus si anjing itu, adnan melihatnya dari jauh sambil tersenyum padanya " kau sudah makan? Oh kau kurusan sekarang " sambung gita " tunggu sebentar ya aku ambilkan makanan" lalu gita berjalan masuk ke dalam klinik, adnan menghampiri anjing itu dan mengusap-usapnya , gita datang membawa semangkuk makanan anjing dan di berikan pada anjing itu
" kau tau, dia penggemar berat ku" ucap gita yang sedang jongkok sambil mengusap-usap bulu anjing itu, dan anjing itu terus memakan makanannya, tarra melihat dari kejauhan.
" aku beri nama dia yoo " ucap gita menengok ke arah adnan lalu adnan tersenyum,
" kenapa yoo?" tanya adnan
" karna dia suka pergi" ucap gita sambil tersenyum ke arah adnan , lalu gita berdiri hendak berjalan masuk kedalam klinik tapi adnan menahan tangannya
“ ada apa ?” tanya gita yang menengok ke arah adnan, ia hanya melihat adnan menunduk ke bawah
“ aku boleh membawa yoo?” tanya adnan ke gita
“ kau mau ngadopsi nya ?” ucap gita sambil tersenyum, lalu adnan berdiri sambil terus megangi tangan gita. Dari jauh tarra hanya melihat nya dengan wajah cemburu
“ ck, dia benar-benar tidak memandang gender” ucap tarra menggerutu
“ aku sangat berterima kasih kau mau merawat yoo, jaga dia ya ka adnan” ucap gita sambil tersenyum lalu gita masuk ke dalam klinik dan adnan membawa yoo berjalan mendekati mobilnya, kemudian tarra datang menghampirinya sambil
“ kau ? kau sedang apa disini “ tanya adnan ke tarra yang saat itu masih memegang hadiah untuk gita
“ kau yang sedang apa ?” tarra menanya balik ke adnan yang saat itu sedang memegang yoo
“ aku sedang menemui dokter kucingku “ jawab adnan, tarra mengira jika anjing yang adnan bawa adalah kucing yang dia maksud
“ oh ini, ini dari dokter gita “ ucap adnan sambil tersenyum ke arah tarra namun tarra hanya melihat sinis ke arah adnan
“ kau ada hubungan apa dengan dia ?” tanya tarra serius
“ aku dan gita? Dia hanya dokter kucing ku “ jawab adnan yang masih terus tersenyum ke arah tarra “ oh ya, dia juga asisten ku “ sambung adnan
“ kau dengar baik-baik! Aku tidak akan membiarkan siapa pun mencuri apa yang telah menjadi milik ku “ ucap tarra sambil mengambil ikat tali anjing yang di pegang oleh adnan dengan cara paksa, adnan hanya terdiam dan melihat ke arah yoo yang berjalan dengan santai ke arah tarra
“ apa gita masuk ke dalam hitungan?” tanya adnan sinis ke arah tarra, tarra terdiam tapi adnan sudah tau jawabannya
“ anjing ini milik ku “ ujar tarra lalu pergi meniggalkan adnan di sana yang masih terdiam sambil melihat mereka pergi menjauh ia tersenyum sinis
Tarra membawa pergi anjing itu tapi tiba-tiba seseorang menanyakan apakah ia baik-baik saja, tarra bingung tapi tiba-tiba anjing itu bergerak. Tarra terdiam sambil terus memperhatikan anjing itu ia tidak percaya ternyata anjing itu adalah dika yang masuk kedalam tubuh anjing itu, lalu ia teringat akan anjing itu yang masuk ke dalam rumahnya dan memakan flash disk nya dan juga memeluk gita, ia terkejut saat anjing itu berubah wujud menjadi dika yang sedang tersenyum masih dengan kalung ikat anjing di lehernya.
“ keluar kau !!” teriak tarra ke tubuh anjing itu sambil mengguncang-guncangkannya
“ Oh !!!! bukan nya lebih baik kalau kau berbicara dengan seekor anjing agar terlihat lebih normal” ucap dika yang masih berada di tubuh anjing itu, tarra kesal dan mencengkram dagu dika dan yang terlihat adalah tarra mencengkram dagu si anjing dan tarra hendak memukul dika tapi gita tiba-tiba datang dan melihat tangan tarra yang sudah mengepal dan ingin mengarahkan pukulan nya itu ke anjing itu.
“ ya!! DIRGANTARRA! Kau gila?” teriak gita dari jauh saat ia melihat tarra, ia langsung berlari menghampiri tarra dan menarik tangan tarra dengan kuat membuat tarra berdiri dan menatapnya, lalu melemparkan genggaman tangan nya dari tangan tarra dan langsung mengambil tali yang di pegang tarra
“ kau gila ya tarra!!” teriak gita kesal ke arah tarra yang hanya terdiam “ aku sudah merasa tenang waktu ka adnan yang menawarkan diri merawat nya!! Kenapa kau selalu ikut campur urusan ku ? kau dendam padaku ?” gita membentak tarra namun tarra hanya terdiam kaku disana mata nya terus memperhatikan dika yang berdiam di belakang kaki gita " aku takut kalo anjing ini akan bersikap di luar kendali dan kau akan menyiksanya dan membuangnya" ucap gita pelan sambil menundukan kepala
" siapa yang bilang seperti itu?" tarra bertanya balik ke gita
" ucapan mu dan sikap mu yang seenaknya saja" jawab gita
" sudah hentikan tarra" ucap dika yang masih berada di dalam tubuh yoo
" DIAM kau!!" tarra malah berteriak ke dika dan membuat suasana makin tidak nyaman gita yang kaget hanya melihat tarra dengan tatapan sinis
" aku berharap kita tidak bertemu lagi" ucap gita sambil membawa anjing itu pergi menjauh dan tarra hanya melihat nya.
********
" dika kau!!! " teriak tarra saat ia sudah sampai dirumah dengan perasaan kesal ke dika, ia berjalan keruang kerjanya dan ternyata dika sudah menunggunya
" aku ingin bicara pada mu" ucap dika yang saat itu bersender di rak-rak buku melihat tarra melewatinya, ia mengejarnya lalu saat itu tarra memutar badannya menghadap dika dan berhenti di hadapannya
" kau bisa pergi dari rumah ku?" tarra menarik nafasnya dan tersenyum ke arah dika " aku ingin mengembalikan mesin tik ini ke cafe itu lagi dan kau mungkin bisa mencoba pergi ke alam baka atau kau berkelana sebagai roh jahat" ucap tarra sambil berjalan ke meja kerjanya dan mengambil mesin ketik itu lalu meletakannya ke atas meja kerjanya
" Hei!! Apa kau tidak penasaran kenapa aku mengirim diriku pada mu? " tanya dika yang terus mengikuti kemana tarra pergi
" tidak" jawab tarra sambil menengok ke hadapan dika dan tersenyum
" aku igin menulis bersama mu" jawab dika pelan
" kau bisa menulis sendiri" ucap tarra yang saat itu sudah duduk di kursinya, dan dika ada di hadapan nya dengan wajah memelas
" tapi aku tidak bisa" ucap dika kecewa " lagi pula itu akan menjadi novel mu tarra" sambungnya, tarra diam dan seolah-olah ia tidak peduli dengan perkataan dika " aku tidak ingat bagaimana kenangan terakhir hidup ku di masa lalu. Aku juga tidak bisa ingat kenapa aku bisa terkurung di mesin tik itu dan penyebab aku mati aku tidak ingat" ucap dika lemah sambil terus menunduk ke arah tarra
" hahaha kau memohon pada orang yang salah dika. Aku sungguh tidak perduli penyebab mu mati, alasan mu terkurung di mesin tik ini, aku tidak perduli" ucap tarra sambil tertawa ia tetap tidak peduli dengan dika, " aku ingin mengakhiri ini semua" ucap tarra. Ia lalu mengambil mesin tik itu dari mejanya dan hendak melemparkan nya tapi kilasan ingatan masa lalu muncul.
********
Suasana sore di batavia, saat warna mentari menjadi jingga mengiringi suasana saat itu, suasana ramai para pribumi yang sedang berlalu lalang dengan sepeda ontel nya dan banyak juga yang sedang berdagang di sepanjang jalan itu, tentara netherland berbaris rapih di setiap pinggiran kota dan di depanya ada sekumpulan anak-anak pribumi yang sedanv bermain sepak bola sambil tertawa riang disana. Tarra dan dika masa lalu berjalan menyusuri ramai nya batavia sore itu dan saat ia melewati sebuah toko ia melihat sebuah mesin tik
" kau lihat tidak harganya?" ucap tarra sambil melihat harga dari mesin tik tersebut dan dika pun menggelengkan kepalanya " lebih mahal dari seekor kuda" sambung lagi tarra
" kita tidak bisa membeli dua" ucap dika sambil mengangkat badanya " atau aku beli ini untuk mu?" tanya dika ke tarra membuat tarra melihat ke arah dika sambil tersenyum dan merangkulnya
" bung! " ucap tarra sambil mengeluarkan pena dari saku baju nya " aku hanya membutuhkan ini " ucap tarra sambil menunjukan pena nya dan tersenyum lepas ke arah dika, dika hanya diam melihat itu lalu tersenyum ke arah tarra
" ah sudah lah jangan kau pikirkan, mari fikirkan saja jika kita sudah merdeka aku bisa menulis apa pun yang aku mau " ucap tarra sambil mengajak dika pergi dari depan toko itu namun dika masih terus melihat mesin tik di toko itu,
Tarra menurunkan mesin ketik itu, lalu ia terdiam dan mengurungkan niatnya membanting mesin tik itu lalu ia tertegun setelah mengingat cerita di masa lalunya,
Dika membelikan mesin tik itu untuk tarra dan terlihat tarra sedang mengetik sesuatu dengan mesin tik itu di bar, lalu tiba-tiba gita datang menghampir mereka
" apa itu mesin tik yang kau berikan ke amar (nama tarra di jaman dulu), sebagai hadiah? " tanya gita yang duduk di hadapan dika namun jauh dari tarra yang sedang fokus menulis sesuatu itu,
" iya, penulis cerita murahan itu harus terus berkarya untuk diri nya sendiri" jawab dika dan mereka berdua terus memandangi tarra yang masih sangat fokus itu, suara mesin tik itu menggema ke seluruh ruangan bar yang saat itu hanya ada mereka Bertiga disana
" ck, itu pasti sangat mahal" ucap gita dengan wajah sinis ke hadapan dika yang saat itu hanya membalasnya dengan tersenyum " dan sekarang pria tua itu bisa mengetik novel murahan nya dengan mesin tik itu" sambung gita
" aku tidak yakin" jawab dika lagi dengan senyuman di wajahnya, gita berjalan mendekati tarra dan mengambil hasil ketikannya
" kau!! Hei anna !! Anna aku tidak suka ya tolong kembali kan anna!!!" teriak tarra sambil terus mengejar gita, gita lari menghindari tangkapan tarra yang terus mengejarnya
" nee (tidak mau) " ucap gita sambil tertawa dan dika yang masih duduk hanya tertawa melihat kelakuan dua sahabat nya itu berlari-lari di dalam bar, lalu gita berlari mendekati dika dan ia berusaha menghindar dari tangkapan tarra dengan bersembunyi di belakang badan dika membuat dika menjadi kualahan
" anna tolong lah kembali kan naskah itu" ucap tarra yang mencoba mengambil naskah itu di tangan gita namun terhalang oleh dika, dika terus tertawa dan gita membacanya sedikit,
" aku tidak mau" ledek gita sambil menarik pinggang dika ke kanan dan ke kiri agar terhindar dari tangkapan tarra " oh!! Ada aku di tulisan mu" ucap gita ke tarra membuat tarra menjadi tidak sabaran " ah! Di tulisan ini seperti kau menyukai ku" sambung gita lagi, namun dika membalikan tubuhnya dan langsung memeluk gita membuat gita tertangkap oleh tarra, namun gita dapat meloloskan diri dari tarra dan dika lalu berlari ke luar bar
" hahaha, aku mencoba menangkap aku ya? Kalian lupa aku ini siapa? Aku ini anna" ucap gita di depan pintu bar ke arah tarra dan dika yang terlihat kelelahan itu
" anna kembalikan itu padaku anna" dengan nafas tidak teratur ia terus menyuruh gita untuk mengembalikan naskah itu " anne!!!" teriak tarra
" ck, aku tidak mau" ucap gita lalu berlari pergi keluar bar meninggalkan tarra dan dika yang kelelahan disana.
Malam itu di bar cukup ramai banyak sekali pengunjung yang datang di sana ada gita yang sedang duduk menghadap bartender dan menyenderkan kepala nya ke meja, lalu dika datang dan mengikuti tingkah gita ia menyenderkan kepalanya juga di meja sambil tersenyum ke arah gita, gita balas dengan senyuman juga
" kau lihat apa?" tanya gita
" tidak tau" jawab dika sambil mengusap-usap kepala gita yang saat itu mengenakan topi, dan tarra datang lalu ia duduk juga di sebelah gita menarik kerah gita membuat gita bangun dan duduk tegak
" kau.. Kemana kan naskah ku?" tanya tarra dan gita hanya tertawa melihat itu
" sudah lah amar" ucap dika mencoba melepaskan tangan tarra dari kerah baju gita
" apa yang sudah?" ucap tarra emosi ke dika, karna lengah gita berhasil melepaskan diri nya dari tarra dan tertawa menjauh dari tarra sambil mengeluarkan naskah nya itu dari balik kemejanya
" pak tua! Kau cari ini kan??" ucap gita sambil mengangkat tinggi naskah itu di hadapan tarra membuat tarra menjadi geram
" kembali kan anna" teriak tarra, namun gita lari ke arah panggung dan membunyikan sebuah lonceng membuat seluruh pengunjung menghadap ke arah nya
"excuseer me, alle aandacht alstublieft(permisi, mohon perhatian semuanya )" ucap gita membuat seluruh pengunjung terdiam " aku tau bahwa aku seorang pemuda yang ingin merasakan kemerdekaan negara ku sendiri, kemerdekaan berpendapat di depan umum, kemerdekaan untuk mengatakan bahwa aku tidak suka terhadap sesuatu, tapi aku juga tau kalau kemerdekaan itu harus di bangun dengan usaha dan cinta" sambung gita
" sedang apa dia?" tanya tarra keheranan melihat gita berada di depan sambil memegang naskah nya " jangan-jangan" tarra menduga-duga kalau gita akan membaca naskah nya ia melirik ke arah dika tapi ia hanya tersenyum. Dika lalu berdiri
" kalimat yang akan dia ucap kan sangat berbahaya" ucap dika
" kalau ku mundur kan waktu ke masa lalu akankah aku terperangkap dan tidak ingin kembali? Kalau aku maju kan masa ke yang akan datang masih adakah aku di dalam nya? " ucap gita di depan seluruh pengunjung restoran sambil melihat wajah tarra yang hanya terdiam disana melihat juga ke arah gita ia terdiam melihat tatapan gita dan teringat beberapa tahun yang lalu saat ia bertemu dengan nya " 2 sahabat lama yang mustahil untuk bertegur sapa, 2 ruang yang tidak mungkin akan di satukan lalu 2 manusia yang tidak akan mungkin saling jatuh cinta " ucap gita lagi membuat seluruh pengunjung restoran bertepuk tangan kepada nya lalu gita sangat senang disana ia menundukan kepalanya tanda berterima kasih kepada semua pengunjung yang ada di bar malam itu
" kutipan novel itu milik seorang pemuda yang terus mendedikasi kan tulisan nya untuk negara nya, walau hanya sebuah cerita bodoh yang ia tulis tapi membuat kita terus berjuang agar negara kita merdeka dan kita dapat merasakan cinta dari setiap orang yang mencintai kita tanpa takut hari esok kita masih hidup atau sudah terbunuh oleh para tentara itu" ucap gita membuat suasana bar makin riuh dengan suara tepuk tangan dan siulan dari para pengunjung " dan satu lagi minuman yang kalian minum malam ini gratis" teriak gita, mata dika melotot ke arah nya namun tarra hanya tertawa senang di sampingnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah dika yang saat itu diam karena kaget lalu dika tersenyum dan gita menghampiri mereka, dika mengambil botol minuman lalu mengocok isinya hingga membuat minuman itu muncrat dan dika mengarahkan nya ke arah tarra dan gita lalu mereka bertiga tertawa bersama-sama
" kau sekarang percaya padaku?" tanya dika di kehidupan sekarang, tarra terdiam lemas " aku mohon kepada mu, tolong lanjut kan novel itu" ucap dika memohon lagi kepada tarra " hanya dengan cara itu aku bisa tau kenapa aku bisa mati dan jiwa ku terkurung disana dan aku tidak bisa berinkarnasi seperti kalian" dika memohon terus kepada tarra
" apa ada gita di masa lalu kau dan aku?" tanya tarra
" hmm" dika mengiyakan pertanyaan itu.
774Please respect copyright.PENANAnMTsGT3466
774Please respect copyright.PENANA1mbPJNvNSG
-bersambung-