Pukul 07.00489Please respect copyright.PENANAt0PKrK4C0K
Guru Tan keluar dari ruang ujian dengan membawa selembar kertas yang kuyakini adalah daftar nama kami. Semua teman-temanku mendadak tegang dengan apa yang akan diucapkan oleh Guru Han. Sebelum ujian, Guru selalu memberikan pengarahan maupun konsekuensi dari ujian kami. Ujian dilakukan secara individu. Hasil ujian diakumulasikan menjadi poin 1 hingga 10. Setiap mata pelajaran harus mendapat poin diatas 5 jika tidak ingin terkena remedial.
Kami yang awalnya duduk langsung sigap berdiri begitu Guru Tan keluar ruangan. Kami berjajar menghadap Guru Tan yang berdiri di depan pintu. Guru tua itu menatap kami satu persatu seakan membaca ekspresi ketidaksiapan kami. Dengan santainya ia membetulkan kacamata yang merosot kebawah.
"Selamat pagi Edger"
"Selamat pagi Guru" jawab kami serempak.
"Saya harap kalian semua dalam keadaan baik, karena ujian kali ini akan menjadi ujian yang sangat berat. Persiapkan diri kalian sebaik mungkin. Semoga apa yang sudah saya ajarkan dapat menjadi bekal kalian semua"
Kami semua menyimpan rasa keterkejutan kami.
Seberat apa ujian kali ini?
Tidak ada yang berani bertanya.
"Jika kalian tidak lulus diujian ini, kalian wajib mengikuti remedial ujian alam. Remedial yang akan saya berikan kali ini berbeda dari remedial sebelumnya. Dan akan sangat berguna untuk kalian semua"
Semua masih diam menunggu kata-kata Guru Tan yang menggantung.
"Menjinakkan ular. Untuk bertahan hidup"
Kami semua saling bertatapan.
"Baiklah. Ujian berlangsung selama 30 menit untuk setiap orang. Ujian saya mulai"
Semua kembali menegang.
"Kripto" Guru Tan memanggil nama salah satu dari kami. Ia memasuki ruangan ujian dengan gemetar.
Kripto. Dia setahun lebih tua dariku. Lelaki berkulit hitam berambut keriting itu memang cukup lemah di pelajaran alam. Aku tak cukup dekat dengannya. Bukan apa-apa, hanya saja aku malas mendengarnya menggerutu setiap saat. Hampir semua temanku tak menyukainya karena dia selalu melontarkan komentar-komentar yang tak jarang menyinggung perasaan. Dia pernah berbaku hantam dengan Blid di mata pelajaran strategi hanya karena tidak menyukai strategi Blid dan mengatainya bodoh. Ia juga pernah membuat Lyra menangis karena mengatainya lemah dan hanya menjadi beban di mata pelajaran bertahan hidup. Ia memang dikenal menjadi anak yang paling bermasalah disini.
Pukul 07.28
Aku sudah tak minat membaca lagi. Membaca tidak cukup ampuh mengurangi gugupku. Kuletakkan buku itu dimeja. Kurang 2 menit lagi.
Tanpa kusadari kakiku bergetar. Kulihat Fixal sudah basah dengan keringat dingin, Maxi yang masih terlihat cool, dan Frim terus melihat jam tangan sembari menghitung mundur waktu tanpa bersuara.
Ruang tunggu sangat tenang. Tidak ada yang membuka perbincangan. Semua tegang.
Pukul 07.30
Kripto keluar ruangan dengan sempoyongan. Tiba-tiba ia marah tak jelas. Kami semua menatapnya dengan bingung. Ia menarik kerah baju Harem tanpa sebab, lalu dilepaskannya kembali.
"Magic mushroom" sahut Flix dengan tenang.
Guru Tan keluar dari ruangan dan semua kembali menegang. Tentu saja minus Kripto yang sudah mabuk jamur.
"Grim"
Gadis itu mengikuti Guru Tan memasuki ruangan. Dapat kulihat kalau ia belum siap. Gadis itu cukup lemah di pelajaran alam.
Pukul 07.36
Kripto terus meracau. Ruang tunggu yang awalnya hening menjadi sedikit ribut karena terganggu olehnya. Huh, dalam keadaan tidak sadar pun masih sempat membuat masalah.
Kulihat Yela dengan risih menepis Kripto yang berusaha menyandarkan kepala dibahunya. Kami semua tergelitik melihatnya, mengingat Yela si gadis centil itu meronta-ronta meminta tolong.
"Flix, tolong aku" pintanya manja.
Yela memang menyukai Flix. Kami semua tahu itu. Tapi Flix tak pernah menanggapinya.
Kami sengaja tidak menolongnya karena ingin melihat reaksi Flix. Biasanya, lelaki itu cuma diam dan tak peduli. Tapi kali ini dia bergerak. Ditariknya Kripto dari lengan Yela dan dibawanya menjauh keluar ruang tunggu. Kulihat Yela sumringah.
"Terima kasih Flix" ujarnya saat melihat Flix kembali keruang tunggu.
"Aku tidak melakukannya untukmu. Aku juga terganggu" kata Flix dingin.
Kulirik Yela kembali, wajahnya sudah masam.
Dasar gadis.
Pukul 07.57
Kurang 3 menit lagi.
Grim belum juga keluar.
Kalian tak salah baca. Namanya memang mirip dengan Frim. Tapi mereka tidak kembar. Grim lebih terlihat feminim. Gadis itu tak cukup bagus di pelajaran alam. Aku tak cukup dekat dengannya. Hanya saja kata teman-teman yang lain, gadis itu licik dan serakah. Waktu itu, ia pernah mencuri jatah makan siang Yela dan menuduh Mica yang melakukannya. Ia melakukannya dengan maksud agar Mica dihukum agar ia bisa menang telak saat duel strategi. Beruntunglah Harem mengetahuinya.
Pukul 08.00
Grim keluar ruang ujian dengan sekujur tubuh bentol-bentol memerah dan pakaiannya basah. Guru Tan mengekor dibelakangnya.
Biar kutebak, pasti lebah hutan. Sengatan lebah hutan cukup panas dan menyakitkan. Hampir seperti luka bakar.
"Mica"
Gadis itu mencoba tenang saat memasuki ruangan. Ia tidak cukup mengkhawatirkan di pelajaran ini. Sudah pernah kubilang kalau dia adalah anak kesayangan Guru Tan. Aku juga mengakui kalau gadis itu memang pintar dan mudah beradaptasi. Ia juga orang yang humble dan berpikiran dewasa. Tak heran sahabatku Maxi menyukainya. Hanya saja, Maxi pengecut.
Pukul 08.26
Aku tidak menyadari kepergian Grim. Mungkin gadis itu pergi ke ruang pengobatan untuk mengobati lukanya.
Kulihat Fixal tak setegang di awal. Ia mengobrol bersama Harem. Aku yakin apa yang dibicarakan tak jauh dari ujian ini. Harem cukup kuat di pelajaran ini.
Lyra yang berada disampingku juga mulai relax. Aku tak mengajaknya bicara. Aku orang yang sulit memulai pembicaraan. Dasar aku memang tidak asik.
Pukul 08.30
Mica keluar ruangan dengan ekspresi yang tak dapat kudeskripsikan. Badannya masih utuh tanpa lecet. Kondisinya masih sama seperti saat ia masuk, hanya saja sekujur tubuhnya basah.
"Glasio"
Namaku dipanggil. Aku berjalan gemetar mengikuti Guru Tan.
Baiklah.
Let's start the game.
ns 18.68.41.175da2