Aku mengikuti langkah Guru Tan memasuki ruangan ujian. Ruangan ini sangat luas. Tidak ada furniture dan aksesoris penghias ruangan. Ruangan ini benar-benar bersih dan putih. Aku menghirup napas dalam-dalam.533Please respect copyright.PENANAmdjf2C5waO
Aku tak tau ujian macam apa yang akan kuhadapi. Yang aku tahu, ujian masing-masing orang berbeda. Aku penasaran sekaligus takut.
"Sudah siap Glasio?"
"Sudah Guru"
"Do your best"
Aku sudah tidak berada di ruangan ujian lagi. Ruangan itu seketika berubah. Aku seperti berteleportasi. Kakiku menginjak lantai yang gembur. Ini tanah, aku sangat terkejut mendapati disekelilingku banyak pohon menjulang. Pepohonan itu rimbun, menyajikan pemandangan yang menyejukkan mata. Tercium bau tanah basah menusuk hidungku. Kuhirup napas dalam dalam untuk memastikan. Aku benar-benar dihutan. Kulihat burung-burung bertengger di batang pepohonan berkicauan. Seakan saling menyapa dalam kesunyian hutan.
Inikah alam?
Benarkah ini?
Mimpikah aku?
Aku menelisik lebih jauh. Mencoba masuk lebih dalam ke hutan. Di ujian alam sebelumnya, kami hanya mempraktekkan apa yang kami pelajari. Namun, ujian kali ini benar-benar berbeda. Alam ini terasa sangata nyata.
Aku mencoba menjelajahi isi hutan. Kupegang daun daun yang kulalui. Semua nyata.
Aku masuk lebih dalam lagi dan menemukan banyak sekali satwa yang pernah kubaca. Aku menemukan iguana diranting pohon. Ada juga sugar glider yang tengah asik berlarian diatas pohon tanpa takut terjatuh. Aku tak pernah melihatnya secara langsung. Selama ini aku hanya mengetahuinya lewat saluran National Gheographic di Edgerian. Aku benar-benar takjub. 20 tahun terkurung dalam gedung, hari ini aku merasa seperti manusia yang merdeka. Oksigen disini benar-benar menyegarkan. Kurekam semua pemandangan ini di dalam kepalaku. Kuharap aku bisa benar-benar kesini suatu saat nanti. Pandanganku tak lepas dari flora fauna yang kulalui. Semua mampu menyihirku.
Aku masuk lebih dalam lagi ke hutan. Pohon-pohon disini jauh lebih besar daripada yang kutemui di awal. Kulihat dengan seksama dan menemukan sesuatu yang ganjil.
Sarang lebah?
Kurasa disini tempat Grim disengat.
Kulihat sarang itu sangat besar dan berat. Kutaksir beratnya bisa sampai 10kg. Aku tak bisa membayangkan sebanyak apa penghuninya disana. Namun aku lebih tak dapat berekspektasi lagi bagaimana Grim merasakan sakit dari sengatan lebah sebanyak itu. Dari yang kubaca, sengatan lebah hutan sangat menyakitkan, terasa panas seperti luka bakar.
Hhmm sebaiknya aku menjauhi tempat ini.
Tak butuh lama berjalan, aku mendengar suara gemercik air. Air yang mengalir. Kuikuti suara itu, dan aku semakin dekat dengan sumber suara.
Itukah yang mereka sebut sungai?
Aku berlari menghampiri sungai. Dan merasakan dinginnya air itu menyentuh tanganku.
Air itu mengalir tak begitu deras. Airnya sangat jernih sehingga aku bisa melihat apa saja yang ada didalamnya. Bebatuan kecil dengan beberapa ikan bersembunyi dibaliknya.
Nyatakah ini?
Aku membasuh wajahku dengan air sungai. Segar.
Kutadahkan tanganku mengambil air untuk minum. Sangat segar dan dingin.
Berada disini membuatku lupa waktu.
Aku disini untuk ujian, lalu apa yang diujikan padaku?
Aku tak boleh terlena dan harus tetap waspada.
Aku berjalan menjauhi sungai mencoba kembali ketempat aku datang. Tak cukup sulit menemukan jalan kembali, karena tanah yang kupijak meninggalkan tanda bekas sepatuku. Langit mulai gelap.
Apa ini yang disebut malam?
Seumur hidupku aku tak pernah melihat siang dan malam.
Hari mulai menggelap.
Pandanganku mulai berkurang. Yang kurasakan disini mencekam. Alam bagaikan koin yang memiliki dua sisi. Ia bisa membuatmu terpukau dengan keindahannya, namun juga bisa membahayakanmu.
Yang saat ini kutakutkan adalah jika tiba-tiba muncul binatang bernama singa yang bisa memakanku.
Tik.. Tik...
Air.
Darimana ia berasal?
Tik... Tik...
Kupandangi sekitarku dan tak menemukan siapapun.
Tik... Tik...
Air itu datangnya dari langit.
Bagaimana bisa?
Apa namanya?
Aku harus cepat sampai ditempatku karena air dari langit ini bisa menghilangkan jejak kakiku. Air itu turun semakin deras. Aku harus mencari tempat berlindung agar tubuhku tidak basah.
Aku menemukan tempat berlindung. Sebuah pohon yang aku tak tau namanya.
Langit semakin gelap.
Tubuhku mulai gatal.
Semakin lama semakin gatal.
Apakah air dari langit ini yang membuatku gatal?
Aku tak tahu jawabannya.
Aku terus menggaruk, saking gatalnya.
Gatal sekali, aku tidak tahan.
Aku mulai takut berada disini.
Garuk
Garuk
Garuk
Kakiku berdarah karena aku menggaruk terlalu keras.
Aku meringis kesakitan.
Siapapun tolong aku. Aku tidak tahan.
Hutan gelap disekitarku berubah menjadi terang. Kuamati hutan itu berubah menjadi ruangan ujian. Ruangan putih polos yang benar-benar bersih.
Guru Tan memandangku yang masih menggaruk. Demi Tuhan, aku tidak tahan.
"Manchineel. Kau berteduh dibawah pohon Manchineel"
"Jadi, bukan air dari langit itu yang membuatku gatal?"
"Namanya hujan. Tentu saja bukan"
Aku terus menggaruk, kulitku mulai terasa panas.
"Pohon Manchineel mengandung getah phorbol yang dapat menimbulkan alergi. Air hujan yang mengenai tubuhmu sudah bercampur getah itu saat menyentuh daun. Nasib baik kau tak menyentuh batangnya, apalagi memakan buahnya. Satu hal yang harus kau catat nak, dalam pelajaran alam kau juga perlu mempelajari botani. Buatlah mereka seimbang. Maka kau akan aman"
"Baik Guru"
"Ujianmu telah selesai. Kuucapkan selamat" ujarnya sambil menuntunku keluar ruangan.
ns 15.158.61.6da2