Della baru saja sampai di tempat clubing. Ia dan teman-temannya sedang merayakan pesta ulang tahun. Di tengah keasikan mereka Della samar-samar melihat seorang anak laki-laki sedang menatapnya dari kejauhan. Anak itu berlalu pergi dan Della berusaha menyusulnya, tapi di tengah perjalanan langkahnya terhenti.
"Del, mau kemana kamu?" tanya Firman yang mendatanginya.
"Eh, tadi aku lihat ada anak kecil disini," jawab Della.
"Kamu ngaco ya Del, ini tuh tempat clubing, anak kecil di larang masuk ke sini, kamu pasti udah mabuk ayo aku anterin pulang," ajak Firman.
Della tak menyahut dan masih berfikir. Lalu Firman mengantarkan Della pulang. Sesampainya di depan gedung rumah Della, Firman tampak tercengang.
"Kamu serius Del tinggal disini?" tanya Firman penasaran.
"Ehmm, iya," sahut Della.
"Kamu gak takut ya Del? gedungnya serem banget," ujar Firman yang masih menatap bangunan tua di depannya.
"Udah ah jangan ngomong yang enggak-enggak, aku masuk dulu ya?" Della melepaskan sabuk pengamannya.
"Tunggu bentar Del!" Firman menahannya.
"Ada apa lagi?" tanya Della membenahi duduknya.
Firman mengambil bunga dan sebuah kotak di belakang jok mobil dan memberikanya pada Della.
"Del, ini ungkapan perasaanku padamu, maaf udah buat kamu nunggu selama ini," kata Firman dengan lembut.
"Makasih ya Firman," Della tersenyum manis.
Ketika Firman mencoba mendekati Della dan ingin menciumnya. Tiba-tiba seekor kucing jatuh tepat di kaca mobil Firman dan membuat mereka berdua kaget.
"Astagfirullah," kata Della terkejut.
Firman keluar dan mencari kucing itu, tapi ia lari entah ke mana.
"Udah lah Firman, kamu pulang aja, ini udah malam, sampai ketemu besok ya," kata Della sembari pergi.
Firman tersenyum menatap Della, tapi dalam hatinya tampak kecewa.
Di kejauhan ibu Ratna menatap Della dari dalam rumahnya.
Della masuk ke rumah dan merebahkan tubuhnya. Lelah rasanya tapi melegakan mendapatkan bunga dan boneka dari orang yang sejak dulu ia sukai. Akhirnya ia resmi berpacaran dengan Firman. Tak terasa lamunanya menidurkan Della, dan ia pun bermimpi.
Ia berada di sebuah meja makan. Tampak seorang anak laki-laki sedang menyantap makananya. Ibunya tampak gelisah dan memasukkan beberapa baju ke dalam tas jinjing. Tiba-tiba pintu di gedor dengan keras.
"Buka Sri! buka pintunya!" teriak pria itu.
Sri tidak membuka pintu itu dan hanya memeluk anaknya. Sampai pria itu mengeluarkan kunci serep dan membuka pintu itu sendiri.
Pria itu langsung menarik rambut Sri dan membawanya ke dapur lalu menghempaskanya ke lemari dapur,, Sri mengerang kesakitan.
"Aku sudah berapa kali bilang, jangan banyak bicara di luar, tapi kenapa! malah ada laki-laki lain yang suka sama kamu Sri? kamu itu milik aku Sri, kamu gak berhak di miliki orang lain!" kata pria itu dengan emosi.
Mendengar ayah tiri dan ibunya bertengkar anak laki-laki itu mendatangi mereka. Tapi yang dia dapat malah siksaan dari ayah tirinya.
Anak itu di hempaskan ke meja makan dan tertimpa beberapa piring Sri tak kuat melihatnya.
"Cukup Mas! cukup! ini bukan kesalahan Muklis, bunuh saja aku Mas, tapi jangan sakiti Muklis anakku!" teriaknya sambil menangisi anaknya yang berlumur darah.
Lalu dengan beringas orang itu mengambil kapak yang ada di belakang dapur dan langsung menusuk bagian tubuh Sri beberapa kali hingga ususpun keluar dari tubuh wanita itu. Della yang menyaksikan peristiwa itu langsung berteriak.
"Tidakkkkkkkk!" teriak Della sambil bangun dari mimpinya. Dan mematikan alarm jam beker yang berbunyi dari tadi.
"Apa itu mimpi? kenapa begitu nyata?" gumamnya merasa aneh.
Ketika bangun badan Della terasa pegal-pegal. Entah apa yang salah, tapi punggungnya terasa berat seperti seseorang sedang berada di atas punggungnya. Ia membersihkan diri dan segera berangkat ke kampus.
Di depan rumah, bu Ratna sudah menunggunya. Melihat Della keluar ia tampak terperanjat dan terdiam.
"Loh, Ibu kok pagi-pagi udah di sini?" tanya Della sambil melihat bu Ratna yang keheranan.
"Oh, Nak Della, Ibu cuman mau tanya siapa pria yang mengantarmu pulang semalam?" tanyanya sambil terus menatap ke arah punggung Della.
"Oh, itu teman sekampus Della kok Bu, memangnya kenapa ya Bu?" tanya Della penasaran.
"Enggak kok Nak, Ibu cuman berpesan, rumah ini jangan di buat untuk berbuat maksiat ya," ujarnya.
"Enggak kok Bu, Della bukan cewek seperti itu, Ibu bisa jamin kok," bantah Della.
"Oh, ya udah kalau gitu, Ibu percaya sama kamu Nak, udah berangkat sana telat lo nanti," kata bu Ratna.
"Iya Bu permisi dulu ya," Della pamit dan berlalu pergi.
Bu Ratna masih memandang dari kejauhan.
"Ternyata anak itu menyukai Della, sampai-sampai ikut di punggungnya," gumamnya.
***
Sesampainya di kampus. Della langsung duduk di kelas. Sukma tampak melihatnya dengan tatapan tajam, seperti tidak menyukai kehadiran Della.
"Della, semalam kemana aja kamu, pasti pergi ama Firman kan, hayo ngaku?" tanya Dewi mendesaknya.
"Semalem aku mabuk, terus Firman nganterin aku pulang, gitu aja kok," sahut Della.
"Yang bener kamu Del? masak nggak terjadi apa-apa sih!" tanya Nana.
"Ehmmmmm, iya, iya Firman nembak aku, dan kita udah resmi jadian," ujar Della seraya tersenyum.
"Horeeeee! akirnya yang di tunggu-tunggu!" teriak Dewi.
"Diem kamu Wi!" Della menutup mulut Dewi.
"Selamat ya Della," kata Nana.
"Iya makasih ya temen-temen," sambil memijat punggungnya yang terasa pegal.
"Punggung kamu kenapa Del?" tanya Nana.
"Nggak tau nih, pagi tadi pas bangun pegel banget rasanya," ujar Della.
"Mungkin kamu salah posisi tidur jadi kayak gitu, besok mungkin udah baikan," tegas Dewi.
Della mengangguk. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, itu dari ibunya.
"Iya Bu ada apa? kok tumben pagi-pagi gini telpon?" tanya Della.
"Nak, kamu gak papa kan? Ibu kok bermimpi yang buruk tentang kamu sayang," ucap ibunya dengan kawatir.
"Bu, Della gak kenapa-napa kok, Ibu jangan kawatir ya," jawab Della.
"Syukurlah kalau gitu Nak, Ibu dan Ayah jadi tenang sekarang, kalau gitu kamu belajar yang rajin ya, jaga diri kamu baik-baik ya, ibu matikan telponnya," kata ibunya.
"Iya Bu, Ibu juga jaga kesehatanya sama Ayah," Della mematikan ponselnya.
"Kenapa ibu kamu Del?" tanya Nana
"Nggak papa, dia cuman kawatir kok," jawab Della dengan senyum.
"Eh guys kalian percaya hantu gak?" tanya Della tiba-tiba kepada kedua temannya.
Dewi dan Nana saling menatap dan kemudian Dewi tertawa.
"Hari gini kamu masih percaya setan, yang bener aja kamu Del!" bantah Dewi.
"Kenapa Del, apa kamu di hantui di kos kamu yang baru ini?" tanya Nana penasaran.
"Nggak gitu juga sih, apa cuman perasaan aku aja ya,"ujar Della.
"Udahh ah, kamu itu kebanyakan nonton film horor jadi parno gitu deh," kata Dewi.
Pak dosen masuk tanda pelajaran akan di mulai.
Jam istirahat seperti biasa Della duduk sendiri di taman dan sedang mengetik skripsinya yang tinggal satu halaman. tapi sesekali ia memijati punggungnya yang terasa amat pegal.
Sukma datang menghampiri Della.
"Apa aku boleh duduk di sini?" tanya Sukma.
Tanpa melihat siapa itu dan masih fokus pada laptopnya Della pun berkata.
"Iya boleh kok," menoleh dan ternyata Sukma, Della tampak bengong.
"Apa punggung kamu masih sakit Del?" tanya Sukma tiba-tiba.
"Kok kamu bisa tau kalau punggungku sakit?" jawab della keheranan dan menutup laptopnya.
Sukma membuka tutup botol air yang ia pegang.
"Bismillahirrahmanirrohim...." Sukma tampak membaca beberapa ayat Al-Qur'an. Dan Della hanya memandanginya.
"Nih minum dulu Del, insaAllah punggung kamu gak akan sakit lagi," kata Sukma sambil memberi botol air itu padanya.
Tanpa pikir panjang Della langsung meminum air itu perlahan, dan tetap menatap Sukma dengan banyak pertanyaan. Dan ternyata benar tak berapa lama punggungnya mulai membaik. Rasa pegal yang ia rasakan tadi berangsur hilang.
Anak kecil itu turun dari punggung Della dan tampak sangat marah memandang Sukma. Tapi Sukma bukan tandinganya. Akhirnya anak itu pergi dan menjauhi Della. Sukma memandang ke arah anak itu pergi.
"Sukma terima kasih ya, punggungku sudah gak sakit lagi, sebenarnya air apa ini?" tanya Della seakan mengejutkan Sukma.
Sukma tersenyum, "Del, apa kamu tau apa yg dibicarakan anak-anak lain tentangku?" tanya Sukma sebelum menjawab pertanyaannya.
Della tak menjawab dan menunduk.
"Nggak papa Del, aku cuma pengen denger aja kok, aku gak akan marah," sahutnya lagi.
Della baru mau bicara.
"Temen-temen bilang kamu suka menyendiri, gak banyak omong dan kadang kamu sedikit aneh, kadang ngomong sendiri, ketawa sendiri, yang aku denger sih gitu, maaf ya," kata Della memperjelas.
"Della, kamu tau anak indigo gak?" tanya Sukma.
"Indigo ya!" Della berfikir.
"Bukannya, itu orang yang memiliki indra ke enam atau kekuatan supranatural yang bisa ngelihat mahkluk halus, bener gak?" pungkas Della.
"Iya bener Del, dan aku termasuk anak indigo itu," kata Sukma.
Mendengar perkataannya, Della langsung terkejut dan menutup mulutnya.
"Yang bener kamu Sukma? Jadi kamu, benar-benar bisa melihat mereka (hantu)," tanya della makin penasaran.
Sukma mengangguk.
"Ada satu hal lagi yang ingin aku sampaikan ke kamu Del. yang ngebuat punggungmu terasa berat itu sebenarnya anak kecil yang berumur 5 tahunan, dia mintak gendong sama kamu Del," ujar Sukma menjelaskan.
Ucapan Sukma bagai petir yang menyambar tubuh Della, seketika bulu kuduknya merinding.
"Se, sekarang, anak kecil itu masih ada gak Sukma?" tanya Della gemetaran.
"Dia udah pergi, tadi aku ngusir dia pakai air yang kamu minum."
Della tampak lega, tapi itu tak mengurangi rasa takutnya sama sekali.
330Please respect copyright.PENANA32jpDIZueh