Malam itu Della duduk di sofa dan sedang menulis skripsi lanjutanya. Di tengah keasikanya mengetik, dia mendengar suara dari atap rumahnya. Dia tak mempedulikanya dan terus mengetik. Tapi suara itu makin lama makin keras.
Seperti seseorang yang menarik benda berat. lalu ia ingat pesan bu Ratna. Jika ada suara yang terdengar dari atap tidak perlu dihiraukan. Akhirnya Della memutuskan untuk pergi tidur saja.
Keesokan harinya di kampus, Della berkumpul bersama teman-temannya.
"Gimana Del kos baru kamu? ok gak?" tanya wanita berambut pendek itu yang biasa di panggil Nana.
"Lumayan sih daripada di kolong jembatan," sahut Della sambil bergurau.
"Dimana sih tempatnya?" tanya Nana.
"Di perumahan permai, apartmen Dahlia nama gedungnya," jawab Della.
Saat mendengar tempat itu. Satu dari teman Della yang berada di kelas langsung memandangnya.
"Asyikk ntar malam kita pesta ke tempat kamu ya?" sahut wanita berbando pink itu yang biasa ia panggil Dewi.
"Ahhhh, kalian ini, kalau ke rumahku selalu aja bikin berantakan," kata Della.
"Ayolah Del, ini tu sebagai penyambutan karena kamu dapat kos baru, ya," bujuk Dewi.
"Ya udah, tapi kalian bawa makanan sendiri ya," ujar Della.
"Siap bos," sahut Nana tersenyum.
***
Malam harinya terlihat Della dan Nana menyiapkan makan makan mereka.
"Kok si Dewi belum datang juga ya Na, apa dia kesasar ya?" tanya Della.
"Udah jangan di hirauin, dia tu dah gede! pasti tau jalan lah!" jawab Nana.
Obrolan mereka terhenti saat bel rumah Della berbunyi.
"Itu pasti si Dewi, bukain gih Na!" pinta Della pada Nana.
Nana berjalan mendekati pintu dan membukanya, tapi tak tampak siapapun. Ia bingung.
"Kok gak ada siapa-siapa ya? aneh!" katanya.
Nana ingin menutup pintu itu, tapi tiba-tiba sebuah tangan menjulur dan memegang tangannya, ia berteriak karena kaget.
"Astagfirullah!" teriak Nana ketakutan.
Dewi terkekeh karena berhasil mengerjainya.
"Dewiiiii!" bentak Nana sambil menjewer kuping temannya yang usil itu.
"Aduhh, duhh sakit Na, lepasin!" rintih Dewi kesakitan karena di jewer.
Della yang mendengar mereka berisik langsung memanggil.
"Wi, Na, jangan berisik! udah tutup pintunya!" suruh Della pada mereka berdua.
Mereka berdua berjalan mendekati Della.
"Gila! ini rumah apa istana? gede amat Del!" tanya Dewi heran dan bola matanya berkeliling.
"Waktu pertama aku datang juga heran, rumah sebagus ini di sewain buat kos, kan sayang ya, mana murah lagi tarifnya." Della bercerita pada ke dua temannya.
"Emangnya berapa perbulannya Del?" tanya Nana.
"Cuman 500 ribu," jawab Della.
"Ah, yang bener kamu!" ujar Dewi tampak tak percaya.
"Anggap aja lagi rejeki kamu Del," sahut Nana.
"Udah yuk kita makan sekarang," pinta Della.
Mereka akhirnya merayakan pesta malam itu dengan makan dan minum.
"Del, kok kamu gak ngundang Firman sih? dia kan nanyain kamu terus," tanya Dewi.
"Aku lo baru di sini dua hari, kayaknya gak pantes aja kalau aku bawa masuk pria ke sini," jawab Della seraya memakan snack di atas meja.
"Bener tuh kata Della," sahut Nana.
Malam semakin larut dan teman-teman Della undur pamit. Della merapikan bekas makanan dan minuman yang tersisa. Dan mengumpulkanya di sebuah kantong plastik. Sebenarnya Della malas membuang sampah itu keluar rumah karena sudah larut malam. Tapi sampah itu akan membusuk dan dia takut semut atau tikus akan datang memakanya.
Dengan berat hati Della pun keluar untuk membuang sampah itu. Tepat di belakang gedung itu ada pembuangan sampah. Della berdiri menghela nafasnya sebentar.
Samar-samar dari kejauhan dia melihat seorang wanita dan seorang anak kecil yang berdiri di teras lantai dua.
Lalu seekor kucing yang entah dari mana tiba-tiba datang menghampirinya.
"Meow, meow, meow," teriak kucing itu mengagetkan Della.
Della langsung beranjak menghindari kucing itu dan melihat ke lantai dua lagi. Tapi ibu dan anak itu sudah tidak ada. Della berfikir mungkin mereka sudah pergi dari sana.
Della memandangi bangunan tua di depan matanya. Lalu memandang rumah Bu Ratna yang berada tepat di samping gedung itu. Tiba-tiba angin dingin berhembus di telinganya membuat bulu kuduknya merinding. Della segera kembali kerumahnya.
***
Keesokan harinya. hari itu minggu dan tak perlu pergi kuliah. Della berencana di rumah saja sambil menulis skripsinya yang tinggal beberapa halaman lagi. Sampai dia harus berhenti karna kebisingan di atap rumahnya. Ia mendengar suara benda yang di seret-seret, suara itu makin keras dan sangat menggangu.
"Lagi-lagi suara itu," gumam Della kesal karena tak bisa berkonsentrasi.
Karena rasa penasaran yang teramat dalam. Dia memutuskan untuk melihat ada apa sebenarnya di lantai dua. Dia keluar dan mulai menaiki tangga.
Hawa dingin mulai terasa. Suara derap langkah kaki yang menginjak tangga yang sudah sedikit rapuh karena bekas terbakar menambah kesan menyeramkan. Hembusan angin dan sedikit bau belerang membuat suasana makin mencekam.
"Sepi banget ya, padahal ini masih pagi," gumam Della yang masih terus melangkah.
Tiba-tiba sebuah bola basket menggelinding tepat di bawah kakinya. Dia mengambil dan mengamati bola itu, terdapat sebuah ukiran nama disana.
"Mumu." Della tak sengaja mengucapkanya.
Seketika hembusan angin yang dingin melewati tubuhnya. Bulu kuduknya berdiri. Dia ingin meletakkan bola itu di sana dan tak ingin membawanya. Belum sempat ia meletakkanya seseorang dari belakang mengagetkanya.
"Sedang apa kamu disini Nak Della!" tanya bu Ratna dengan nada sedikit marah.
"Bu Ratna," jawab Della seraya terkejut.
"Ikut Ibu nak!" pintanya.
"Baik Bu."
Della melihat lagi bola yang ada di tanganya. Tapi tak ada apa-apa di sana. Hanya tangan kosong yang ia lihat, ia merasa aneh, jelas-jelas ia memegang sebuah bola tadi.
Della duduk di sebuah ruang tamu di rumahnya Bu Ratna. Rumah itu benar-benar mewah. Dengan desain masih ke Jawa timuran. Menambah aroma mistis di dalamnya. Apa lagi banyak lukisan dan wajah dari patung yang tergantung di dinding rumah itu.
Lamunan Della terhenti saat seorang wanita seumuran dengannya datang untuk menghidangkan teh. Tapi wanita itu tampak diam tak berkata apapun, lalu ia segera kembali masuk ke dapur.
"Itu Siti pembantuku, dia yang mengurus semua keperluan di sini dan juga menjaga suamiku yang sedang sakit," ujar bu Ratna memulai pembicaraan.
"Oh iya Bu," sahut Della lirih.
"Ayo di minum Nak," pinta bu Ratna.
Della meminum teh yang di suguhkan oleh wanita tadi.
"Nak, Ibu bukanya marah kamu naik ke lantai dua, tapi Ibu mau ngasih tau kamu, di lantai dua itu gak ada apa-apa, hanya puing-puing sisa kebakaran dulu. Dan bangunan di sana mudah rubuh Nak, makanya Ibu ngelarang kamu untuk ke sana. Ibu takut kalau terjadi sesuatu sama kamu, kamu mengerti kan maksud Ibu Nak?" ujar bu Ratna menjelaskan.
"Iya Bu, saya juga minta maaf karena sudah lancang, lain kali saya gak akan ke sana lagi Bu," sahut Della merasa bersalah.
"Makasih ya Nak atas pengertianya, kamu boleh kembali," kata bu Ratna lagi.
"Iya Bu saya mohon pamit, mari Bu." Della berlalu pergi dengan perasaan yang menyesal.
Della buru-buru mengambil tas dan memasukkan laptopnya ke dalam.
"Sepertinya aku harus ke taman mencari udara segar," gerutunya dan segera berjalan keluar rumah.
Della berjalan menuju pekarangan dan ingin keluar komplek itu. Tapi dari kejauhan dia melihat Siti berlarian mendekatinya.
"Baca ini mbak!" kata Siti sambil memberikan sebuah kertas ke tangan Della, lalu pergi kembali masuk ke rumah bu Ratna.
Della membuka kertas itu dan membacanya.
"Cepat pergi dari rumah itu Mbak, sebelum terlambat!"
Perkataan Siti membuat Della makin penasaran. Sebenarnya ada apa ini.
Sesampainya di taman. Bukan skripsi yang Della tulis melainkan berusaha mencari sesuatu tentang gedung tempat tinggalnya. Tapi yang dia dapat hanya kilasan saja. Gedung itu terbakar karena arus listrik yang konslet. Setelah itu tidak ada berita sama sekali. Semakin di cari makin tak ada hasilnya.
***
Suara alarm di pagi hari membangunkan Della, ia bergegas mandi dan berangkat kuliah.
Jam istirahat Della duduk di taman sendirian. Seseorang datang mendekatinya.
"Kamu yang namanya Della kan?" tanya Sukma teman satu jurusannya.
"Eh iya, kamu Sukma ya," sahut Della.
"Boleh aku duduk di sini?" kata Sukma.
"Iya boleh kok," jawab Della.
Della hanya ingat dia dan Sukma memang sekelas tapi sama sekali tidak pernah bicara. Anak-anak lain mengatakan bahwa Sukma sedikit aneh. Kadang dia berbicara sendiri dan sering menyendiri, entah ada perlu apa dia mendatangi Della.
"Apa kamu sekarang tinggal di apartemen Dahlia?" pertanyaan Sukma memecahkan lamunan Della.
"Iya nih, kok bisa tau?" Della balik bertanya.
"Hanya denger percakapan kamu waktu itu sama temen-temenmu."
"Oh gitu," jawab Della datar.
"Kalau boleh usul, kenapa kamu gak cari kamar kos lain aja yang lebih baik," saran Sukma tiba-tiba.
Perkataan Sukma membuat Della berhenti mengetik dan memandangnya.
"Sudah dua orang yang mengatakan padaku untuk pindah dari tempat itu. Tapi makin di larang itu makin membuatku penasaran, sebenarnya apa sih yang terjadi pada gedung itu? apa kamu tau cerita awalnya Sukma?" tanya Della.
Sukma hanya menggeleng. Tak sempat berbicara banyak tiba-tiba Firman dan temannya datang.
"Hai Della," sapa Rudi.
"Hai Rudi," balas Della.
"Siapa nih? temen baru ya, cantik amat, kok gak kenalin ke aku Del," canda Rudi pria berkulit sawo matang itu.
Mendengar itu, Sukma langsung pamit pergi meninggalkan mereka.
"Loh, loh, kok malah pergi cantik," kata Rudi.
"Gara-gara kamu tuh Rud, bikin takut aja!" sahut Firman lalu duduk di samping Della.
"Emangnya mukaku nyeremin, dasar kamu," bantahnya.
"Lagi ngapain Del?" tanya Firman.
"Ini kurang dua halaman lagi skripsi aku," jawab Della sambil menutup laptopnya.
"Keren kamu Del, udah mau selesai, aku aja nyari bahan gak ketemu-ketemu," kata Rudi.
"Kamu kan ahlinya nyari cewek Rud, bukan yang beginian," canda Della.
"Ah, kamu Del, bisa aja," sahut Rudi malu.
"Itu tadi siapa Del? kok aku gak pernah liat bareng kamu?" tanya Firman.
"Itu Sukma, sekelas juga sih sama aku, tapi jarang ngumpul bareng, cuman baru tadi aja dia datengin aku," jawab Della.
"Oh gitu, oh ya, ntar malam ultah Deni sama Laras, kamu mau gabung gak?" ajak Firman.
"Ehmmmmm," Della berfikir.
"Ayolahh Del ikut ya! ajak temenmu yang cantik-cantik itu juga," bujuk Rudi.
"Iya, iya, aku ikut," sahut Della tak bisa menolak rengekan Rudi.
"Ya udah, ketemu di club jam 5 sore ya," kata Firman.
Mereka berdua akhirnya pergi meninggalkanku.
**"
Della sampai tepat di depan rumahnya. Sembari mencari kunci pintu rumah. Mendadak sebuah bola basket menggelinding di kakinya, ia ingat itu bola basket yang dulu di lantai dua. Dan dari ujung lorong tampak sesosok anak kecil sedang melambai kearahnya. Lalu Della di buat terkejut oleh sentuhan tangan yang menyentuh pundaknya.
"Ya Allah, kaget saya mbak," ucap Della yang melihat orang itu adalah Siti pembantu bu Ratna.
"Mbak! saya kan sudah bilang cepat pergi dari tempat ini mbak! sebelum terlambat, cepat mbak!" bentak siti sambil berlari menjauhi Della.
Della terperanjat dan menata nafasnya lagi. Lalu dilihatnya bola basket itu sudah tidak ada, dan anak kecil itupun sudah lenyap entah kemana. Della buru-buru masuk dan menutup rapat pintu rumah itu.
Della berfikir banyak kejadian aneh di gedung ini. Dan itu ngebuat dia makin penasaran. Sampai ia tertidur karena kelelahan.
Della dikagetkan dengan suara ponselnya yang nyaring, dia pun terbangun dari tidurnya.
"Dasar tukang tidur! cepetan ke club, kita semua udah ngumpul nih!" bentak Dewi.
"Iya, iya, bawel." Della mematikan ponselnya.
Della bergegas mandi. Ganti baju dan berangkat ke clubing menemui teman-temannya.
ns 15.158.61.6da2