Della terbangun dari tidurnya karna ponselnya berbunyi.
"Iya Wi," kata Della dengan lirih.
"Del, kamu nggak ke kampus? kok suara kamu serak gitu, apa kamu lagi sakit?"
"Nggak tau nih, aku radak pusing, kayaknya hari ini aku nggak masuk kelas, padahal aku mau ngumpulin skripsiku," jelas Della.
"Udah kamu istirahat aja Del, biar ntar aku nyuruh Firman jenguk kamu, sekalian ngambil skripsi kamu, ok," pinta Dewi.
"Ehhm, ya udah makasih ya Wi," sahut Della lalu mematikan ponselnya.
Della kemudian pergi mandi dan melepaskan kalung yang di berikan Sukma.
Mendadak air shower berubah menjadi darah. Della berteriak ketakutan dan menutup matanya. Setelah beberapa saat air itu menjadi putih lagi. Della segera bergegas mandi dan pergi ke luar dari sana.
Saat dia keluar kamar ia melihat bekas jejak kaki anak kecil di atas garam-garam yang ia taburkan kemaren, saat ia ingin mengambil air minum di dapur seolah ada sesosok wanita yang sedang berdiri di depan pintu kamar dan menatapnya.
"Kenapa perasaanku nggak enak gini ya," gumamnya.
Ia melihat sesosok wanita sedang duduk di atas ranjangnya, "itu siapa ya?" Wanita itu menoleh dan memperlihatkan mukanya yang hancur dan kepalanya terpisah dari badan. Della langsung berlari keluar rumah.
"Astagfirullah aladzim, apa itu tadi ya Allah," ucap Della seraya mengatur nafasnya yang terengah-engah.
***
Dewi tampak begitu cemas
"Wi si Della kenapa? Sakit apa dia?" tanya Nana penasaran.
"Nggak kok, mungkin cuman kecapean, ntar aku nyuruh Firman kesana jenguk dia ya."
Nana mengangguk. Tampak dari kejauhan Sukma mendengar percakapan mereka. Lalu ponselnya berbunyi, ia segera pergi ke luar kelas.
"Iya Paman?" jawab Sukma.
"Nak, apa kemaren kamu nyari Paman, ini bibimu baru ngomong tadi," tanya paman Usman.
"Iya Paman, temene Sukma ada yang kesusahan Paman, dia selalu di ikuti mahkluk halus," katanya memperjelas.
"Lah kok bisa, apa kamu sudah memperingatkan dia Sukma," kata Usman.
"Sudah Paman, tapi nggak mempan, mereka lebih kuat dari Sukma, tolongin temen Sukma ya Paman?" pinta Sukma.
"Ya udah kalau gitu, Paman ke rumahmu sekarang, mungkin akan sampai agak siangan."
"Iya Paman, Sukma tunggu," sahutnya dengan perasaan lega.
***
Ratna tampak pulang dari suatu tempat. Ia membawa beberapa ayam hitam. Siti menatapnya dengan curiga.
Ratna masuk ke sebuah kamar yang memang tidak satupun orang boleh masuk ke sana. Sesaat kemudian dia keluar dengan membawa dua piring kemenyan.
Siti mencium bau kemenyan itu dan menutup hidungnya.
Ratna membawa kemenyan itu ke lantai dua gedung dimana Della tinggal. Dia masuk ke kamar 203 dan meletakkan kemenyan itu di samping batu nisan yang ada di sana.
"Sudah saatnya aku memberikan tumbal untuk kalian," katanya dengan mata menyeringai.
Lalu ia segera bergegas kembali ke rumah dan menyalakan satu kemenyan lagi, dan mulai membaca mantra. Dia mengambil sebuah photo dan membakarnya ke dalam dupa itu. Ternyata itu photo Della. Entah dari mana ia mendapatkanya.
Della yang sedang berada di apotik untuk membeli obat, merasa kepalanya seperti di hantam benda tajam. Badannya mulai dingin dan menggigil.
"Mbak, mbak nggak kenapa-napa kan?" tanya salah satu pegawai apotik di sana.
"Iya, nggak papa kok mbak," sahut Della menahan sakit.
Ia langsung pergi dan ingin segera kembali ke rumahnya. Matanya berkunang-kunang membuat ia berjalan sempoyongan.
Sebuah mobil terparkir di depan rumah Della, Firman keluar dari mobil dan berjalan memasuki bangunan tua itu.
"Assalamu'alaikum," ucapnya mengawali langkah.
Belum sempat ia melanjutkan perjalanan. Kakinya terhenti, manakala melihat Della berdiri tepat di atas tangga. Ia tersenyum menatap Firman.
"Della, ngapain kamu disitu, bukanya kamu sakit ya?" tanya Firman.
Tapi Della tak menanggapi dan malah naik ke lantai dua, Firman menyusulnya.
"Della, kamu mau kemana, bukannya rumah kamu di lantai bawah ya?" Firman masih mengajukan pertanyaan padanya.
Della tetap tak menjawab dan masuk ke salah satu kamar. Firman masih mengejarnya.
***
Di sisi lain Della baru sampai ke depan gedung rumahnya. Tubuhnya berkeringat dingin. Dia berhenti sejenak sambil menata nafasnya, lalu melihat mobil Firman terparkir di sana.
"Lohh, bukannya ini mobil Firman, tapi dia kemana ya?" ujar Della bingung.
Lalu dia melihat ke atas gedung itu. dia melihat dengan jelas bahwa Firman sedang berlari-lari di lantai dua.
"Duhh ngapain tu Firman ke sana," kata Della sedikit kawatir karena banyak puing-puing reruntuhan bangunan di sana.
Della segera pergi menyusul Firman, langkahnya terasa berat. Manakala ia sampai di lantai dua ,angin dingin lagi-lagi berhembus menghampirinya, ia mengencangkan jaket yang ia kenakan.
"Fir... Firman, di mana kamu!" teriak Della memanggil pacarnya itu.
Tapi tak ada sahutan sama sekali, mata Della berkunang-kunang. Dan saat itu dia dengan jelas mendengar beberapa suara.
"Tolonggg, tolong aku," suara perempuan.
"Kakak, aku di sini, sini kak main sama aku," suara anak laki-laki.
"Ini saatnya tiba, kamu akan mati!" suara pria.
Suara-suara itu begitu jelas di telinga Della sampai ia merasa pusing. Ia sampai di depan kamar 203 lalu membuka pintu kamar itu, mendadak,
"Della kamu kemana aja? aku nyariin kamu kemana-mana?" tanya Firman yang akhirnya bertemu Della.
Tapi Della sudah tak memiliki tenaga dan akhirnya pingsan saat itu juga. Firman langsung menangkap tubuhnya.
"Del, Della, kenapa kamu Del? Bangun ! jangan bikin aku takut?" teriak Firman dengan cemas.
Tanpa fikir panjang Firman langsung membawa Della masuk ke rumah. Di sana ia membaringkan Della di ranjang. Della masih kejang-kejang lalu sebentar dia berteriak,
"Tidaakkkkkk! lepaaalaassss!" teriak Della dengan geram.
"Del, kamu kenapa? coba istiqfar Del!" kata Firman seraya menguncang tubuh Della.
Tiba-tiba beberapa orang sudah datang masuk ke rumah Della.
"Firman, apa yang terjadi sama Della?" tanya Dewi begitu cemas melihat keadaan temannya itu.
"Aku gak tau Wi, kami berdua habis dari lantai dua, dan mendadak Della pingsan," ujar Firman.
"Letakkan dia di lantai anak muda," kata paman Usman yang saat itu juga datang bersama Dewi dan Nana.
"Siapa Anda?" tanya Firman yang merasa tak mengenal pria berpeci itu.
"Dia Paman aku Fir, dia bisa nolongin Della sekarang, kamu ikutin aja saran dia ya," kata Sukma menimpali.
Firman langsung membopong Della dan meletakkan tubuhnya di lantai ruang tamu seperti arahan paman Usman.
"Cepat ambil garam dapur dan buat lingkaran, kalian jangan pernah masuk ke lingkaran itu!" kata paman Usman.
Mereka bertiga mencari garam dan menaburkannya di sekitar tubuh Della. Paman Usman memberikan tasbih ke masing-masing orang agar memegangnya.
"Pegang tasbih ini, usahakan kalian berdzikir sebisa kalian, jangan pernah lengah."
"Baik Paman," sahut mereka semua.
Di tempat lain. Ratna tau kalau ia kedatangan tamu yang tidak di undang. Ia menuangkan darah ayam hitam ke dalam dupa kemenyan, sambil membaca mantra. Lalu ia membuka sebuah kotak berisikan tali.
"Sudah saatnya kamu keluar dan ikut membantuku, istri dan anakmu benar-benar tidak becus," katanya sambil beringas.
Lalu sebuah asap hitam keluar dari kotak itu dan langsung terbang menuju ke rumah Della.
Paman Usman mendekati Della dan menempelkan tasbih pada kepalanya. Mendadak tubuh Della terbang ke atas dan sebuah asap hitam masuk ke dalam tubuhnya. Paman Usman tau itu, lalu menaikkan satu tangannya yang terlilit tasbih dan berkata,
"Allahu Akhbar, 3 kali," ucapnya sambil terus membaca doa.
Tiba-tiba angin berhembus kencang hampir memporak-porandakan seluruh ruangan itu. Teman-teman Della saling berpegangan satu sama lain dan terus membaca doa.
Tak lama kemudian tubuh Della terjatuh ke lantai. Dan asap hitam itu keluar dari tubuhnya dan kembali menghantam Ratna, sampai mulutnya mengeluarkan darah hitam.
"Sialan!" umpat Ratna.
"Delllaaaa!" teriak Firman dan ingin mendekatinya tapi paman Usman melarang.
"Jangan kamu dekati dulu Nak, dia bukan Della, dia masih di alam lain."
Setelah berbicara seperti itu Della tampak bangun dan terduduk. Pandanganya tajam menatap mereka semua.
"Della, ini kamu kan Del?" tanya Dewi.
Della berteriak.
"Kenapa kalian semua menggangguku! kenapa ! Tinggalkan aku dan keluargakuuu!" teriaknya dengan mendesis dan kepala yang berputar-putar.
"Kami tidak akan mengganggu asal kamu keluar dari tubuh anak ini!" pinta paman Usman.
"Aku suka sama kakak ini, aku mau terus main sama kakak," kata Della seperti anak kecil dan merunduk.
"Sepertinya ada beberapa roh yang memasukinya," kata Sukma.
"Bukankah, jika memakai kalung pemberianmu itu takkan terjadi ya Sukma?" tanya Firman.
Sukma melihat ke arah leher Della, dan ia tak memakai kalung itu.
"Kurasa ia melepaskanya," jawab Sukma.
"Sukma! ambilkan segelas air!" pinta paman Usman.
Sukma segera bergegas mengambil air dan memberikan ke paman Usman. Dengan air itu Usman membaca beberapa doa lalu memercikkan air itu ke tubuh Della.
Della berteriak histeris, merasa tubuhnya kepanasan. Ia meraungg kesakitan.
"Kami hanya ingin dikuburkan dengan layak, tolong kami!" sahut Della merintih kesakitan.
Seketika Della terbaring lemas. Sukma yang tau roh itu sudah keluar dari tubuhnya langsung mendatangi Della.
"Firman, tolong pindahkan Della ke kamar, cepat!" pintah Sukma.
"Pasti ada sesuatu di atap rumah ini!" kata paman Usman curiga.
"Begini Paman, tadi sore ketika saya ke lantai dua untuk nyari Della, pas di kamar 203, saya melihat ada dua batu nisan bertuliskan Sri dan yang satunya Muhklis, jugq banyak sesajen di sekitarnya Paman," ujar Firman menerangkan.
"sepertinya Paman harus melihat ke atas."
"Aku ikut Paman!" ujar Sukma.
Usman dan Sukma berjalan naik ke lantai dua, tampak angin berhembus dengan kencangnya. Mereka masuk ke kamar 203 dan melihat batu nisan yang dibicarakan Firman.
"Siapa orang keji yang tega melakukan semua ini Paman?" ujar Sukma emosi.
"Pastinya orang itu menginginkan sesuatu dari mereka," jawab Usman.
"Apa yang harus kita lakukan Paman?"
319Please respect copyright.PENANAcpEzUOGTqa