Hari sudah beranjak petang, langit senja berarak sendu menjemput malam datang, Bu Ranti masih duduk termangu di beranda rumah. Boy tak juga pulang sejak kemarin malam, ada rasa kekhawatiran yang berkecamuk di dada Bu Ranti saat menantikan kehadiran anak tunggalnya itu. Keputusan untuk bertahan mengarungi rumah tangga bersama Anwar disadarinya telah menciptakan jarak antara dia dan Boy.
Bu Ranti tau betul jika Boy sangat tidak menyukai sosok ayah tirinya itu, apalagi perilaku kasar Anwar seringkali dialami baik oleh Boy maupun dirinya, hal ini membuat Boy semakin tidak nyaman untuk menetap di rumah.
Bu Ranti sendiri sebenarnya bukan tidak mau berpisah dari Anwar, sudah berulangkali dia meminta cerai tapi tiap kali dia mengucap kata itu, Anwar langsung bertindak kasar pada dirinya. Tendangan, pukulan, jambakan, dan tindakan kasar lainnya seolah tak pernah luput pada tubuhnya. Bu Ranti sudah tak kuasa menahan semua penderitaan itu, tapi dia juga tak punya daya untuk melawan Anwar. Ketakutannya lebih besar dibanding keinginan hidup bebas bersama Boy, anak tunggalnya.
Pintu pagar terbuka, Bu Ranti berdiri dari duduknya, berharap seseorang yang membuka pintu pagar itu adalah Boy. Tapi harapan Bu Ranti terpaksa pupus karena yang datang adalah Anwar.
"Mas." Sapa Bu Ranti saat sosok Anwar berjalan mendekatinya.
"Ayo ikut aku!"
Tanpa penjelasan, Anwar menarik tangan Bu Ranti, menyeretnya masuk ke dalam rumah. Bau alkohol masih terasa menyengat di tubuh Anwar.
"Ada apa Mas ?" Tanya Bu Ranti dengan ekspresi bingung dan ketakutan.
"Sudaahh ikut aja! Nggak usah banyak tanya!"
Setelah menutup pintu rumah dan menguncinya dari dalam, Anwar mengajak Bu Ranti ke dalam kamar mandi yang berada di ujung bagian belakang rumah. Bu Ranti tau apa yang bakal dia hadapi di dalam sana, permainan sex brutal ala Anwar. Sesampainya di kamar mandi, Anwar langsung melepas celana dan kaos oblongnya, membiarkan tubuh kekarnya terlihat polos di hadapan Bu Ranti.
"Jongkok! Emutin kontolku!" Perintah Anwar dengan kasar.
Bu Ranti tanpa daya langsung menuruti perintah suami keduanya itu, perlahan Bu Ranti berjongkok di depan tubuh Anwar yang sudah telanjang bulat. Pelan-pelan Bu Ranti mengocok penis Anwar dengan tangan kanannya, memberikan rangsangan pada senjata Anwar agar lebih mengeras.
Anwar memegang bagian belakang kepala Bu Ranti, menggerakkannya maju mendekati kepala penis yang sudah mulai mengeras. Tanpa menunggu perintah, Bu Ranti membuka mulutnya dan mulai memasukkan batang penis Anwar ke dalam. Perlahan Bu Ranti mulai menggerakkan kepalanya maju mundur, mengocok penis Anwar keluar masuk ke dalam rongga mulut.
Anwar melepaskan tangannya dari kepala Bu Ranti, dia membebaskan istrinya itu untuk mengeksplore seluruh jengkal batang penis. Hisapan dan kuluman mulut Bu Ranti lambat laun semakin cepat dan intens, tak jarang Bu Ranti juga mengocok penis Anwar dengan tangannya sambil mulutnya terus menghisap kepala penis suaminya itu.
"Ooocchh! Pinter banget kamu!” Puji Anwar sambil terus menikmati oral sex yang diberikan oleh Bu Ranti.
Anwar memutar kran shower, membuat air dingin mengguyur tubuh kekar Anwar dan body bahenol Bu Ranty yang masih tertutup daster panjang. Bu Ranti sejenak menghentikan oral sex terhadap penis Anwar untuk melepaskan daster dan pakaian dalam dari tubuhnya, beberapa detik kemudian tubuh sintal Bu Ranti telah telanjang bulat di depan Anwar.
"Tubuhmu masih sama seperti dulu say." Ucap Anwar memuji istrinya itu.
Bu Ranti kembali berjongkok di bawah tubuh Anwar, mulutnya kembali menelan seluruh batang penis suaminya itu, melanjutkan servis oral sex di bawah guyuran air shower. Anwar terus menekan kepala Bu Ranti, dia juga memaksa seluruh batang penisnya bisa masuk lebih dalam ke mulut Bu Ranti. Lambat tapi pasti, birahi Bu Ranti mulai ikut terbakar, tangan kanannya mulai menyentuh dan memainkan permukaan vaginannya sendiri.
Gerakan pinggul Anwar maju mundur dengan cepat mengobok-obok isi mulut Bu Ranti, gerakan kasar itu beberapa kali berhasil membuat Bu Ranti tersedak hebat, bahkan tak jarang Bu Ranti hendak memuntahkan isi perutnya karena batang penis Anwar hampir menyumbat kerongkongannya.
Setelah puas bermain-main dengan mulut Bu Ranti, Anwar menarik tubuh sintal istrinya itu. Kini tubuh keduanya saling berhadapan, dengan rakusnya Anwar melumat bibir Bu Ranti, istrinya itu awalnya tak kuasa menanggapi serangan kasar bibir Anwar, tapi lambat laun Bu Ranti mulai bisa mengimbangi ciuman Anwar. Bibir keduanya saling memagut, dua lidah saling menjilat liar, mulut suami istri itu saling memuaskan satu sama lain.
"Ayo masukin Mas." Kata Bu Ranti setelah menyudahi ciuman.
"Kamu pengen kontolku?" Anwar mengacung-acungkan penis kekarnya, seolah menyombongkan pusakanya pada Bu Ranti.
"Iya Mas, aku pengen dipuasin kontolmu yang gede." Bu Ranti kembali mengocok penis suaminya itu dalam posisi berdiri, jilatan lidahnya berpindah ke puting Anwar.
"Kamu memang lonte!" Teriak Anwar saat Bu Ranti menggigit putingnya dengan keras.
"Ayoo Mas, masukin kontolmu." Rengek Bu Ranti.
Anwar membalikkan tubuh Bu Ranti, kini posisi Bu Ranti membelakangi tubuh Anwar. Guyuran air shower semakin membuat basah tubuh keduanya, Anwar sedikit membungkukan tubuh Bu Ranti, tangan istrinya itu berpegangan pada tiang shower. Anwar menggesek-gesekkan kepala penisnya ke lubang vagina Bu Ranti, dia masih ingin mencoba mempermainkan birahi istrinya itu.
"Oochh Masss! Ayooo masukin! Masukin kontolmu Mas." Bu Ranti seolah tak tahan, rasa gatal pada area kewanitaannya membuatnya meracau.
"Diam kau lonte!!"
Anwar menjambak rambut basah Bu Ranti dari belakang, membuat tubuh wanita itu sedikit melengkung ke arah belakang.
"Aaacccggghhhttt!!!" Bu Ranti berteriak kencang saat seluruh batang penis Anwar masuk dengan tiba-tiba ke vagina bebarengan dengan jambakan suaminya itu.
Anwar mulai memompa tubuh Bu Ranti dari belakang dengan kecepatan tinggi. Anwar menyodokan seluruh batang penisnya dengan brutal, membuat tubuh Bu Ranti berguncang hebat. Anwar juga mulai menampar pantat bulat istrinya itu, tamparan demi tamparan meninggalkan tanda merah pada pantat Bu Ranti.
"Enak? Jawab lonte!!" Teriak Anwar disela-sela genjotannya pada tubuh Bu Ranti.
"Aaaaacchhttt!!! Maaaass!!! Pelaann Mass, saaakiitttt!!! Aaaacchhhhttt!!!" Bu Ranti meremas tiang shower agar tubuhnya tak semakin bergerak ke depan mengingat genjotan Anwar dari arah belakang semakin lama semakin brutal.
"Aaarrgghhttt!! Fuck!!! Lonte!!" Seolah tak mendengar teriakan Bu Ranti, Anwar terus melesakkan penisnya ke dalam vagina istrinya itu dengan kecepatan tinggi.
"Oooouuuhh! Maaass, aampunnn Mas! Aacchhhhtt, Maasss! Aampuunnn saakiitt Maaass!! Aaaaacchhtt!!!" Kepala Bu Ranti bergoyang goyang menandakan lesakan penis Anwar benar-benar telah menyakiti dirinya.
Anwar menghentikan penetrasi, nafasnya terengah engah, begitu juga dengan Bu Ranti. Anwar melepaskan penisnya dari dalam vagina, tubuh Bu Ranti yang masih membungkuk membelakanginya diputar berhadapan dengan tubuhnya. Kali ini Anwar sedikit menggeser tubuh Bu Ranti hingga punggung istrinya itu menyentuh dinding kamar mandi.
Anwar mulai menghisap dua puting Bu Ranti yang sudah daritadi mengeras, dua tangannya juga mulai meremas-remas payudara kenyal Bu Ranti.
"Aaaaacchhhh! Aaaauuuwww, Maass!" Bu Ranti kembali melenguh panjang saat Anwar menyedot puting kirinya.
Anwar lalu mengangkat satu kaki Bu Ranti, dia kembali bersiap melakukan penetrasi ke dalam vagina istrinya itu dari posisi depan. Penisnya yang masih menegang sempurna tak kesulitan untuk kembali merangsek, menerobos dinding vagina Bu Ranti.
"Aaaacchhhhh, Mass!"
Dua tangan Bu Ranti merangkul leher Anwar, mencoba menyeimbangkan tubuhnya yang kini berdiri hanya dengan satu kaki. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini penetrasi penis Anwar sedikit lebih lembut, tak lagi menghentak kasar. Bu Ranti hanya bisa mengerang nikmat saat batang penis Anwar keluar masuk di dalam rahimnya. Gerakan tubuh Anwar yang simultan dan lembut ditambah kenakalan mulut Anwar yang terus menghisap puting lambat laun membuat Bu Ranti segera mendapatkan orgasme.
"Aaaaacchhhhh Maaasss! Aku mau keluar! Aaaaaacchh!"
Bu Ranti memeluk erat tubuh Anwar, sesaat tubuhnya mengejang hebat. Anwar melepaskan penisnya dari dalam vagina Bu Ranti, dilepaskannya juga pelukan istrinya itu. Dengan cepat Anwar berjongkok di bawah tubuh Bu Ranti, Anwar menghisap permukaan vagina Bu Ranti dengan keras.
"Aaacchhht! Aacchh!!! Mas! Aacchh!!!"
Bu Ranti berteriak kencang saat mulut dan lidah Anwar bertindak brutal di atas permukaan vaginanya, apalagi orgasme yang baru saja datang belum sepenuhnya hilang. Tangan Bu Ranti meremas keras rambut suaminya itu.
"Oohhhh! Oohh! " Desahan Bu Ranti semakin tak terkontrol saat Anwar mulai menghisap klitorisnya.
"Maaass, aaaacchhhh! Aku keluar lagi! Aahh!" Tubuh Bu Ranti kembali mengejang hebat saat orgasme keduanya kembali datang akibat hisapan mulut Anwar pada vaginanya.
Anwar menghentikan hisapannya, dia membiarkan Bu Ranti melenguh panjang akibat orgasme. Dilihatnya tubuh basah istrinya itu dengan penuh nafsu, Anwar kembali berdiri, diraihnya kepala Bu Ranti dan kembali menciumi bibirnya. Suami istri itu kembali terlibat ciuman panas di bawah shower kamar mandi.
Anwar menarik tangan Bu Ranti, mengarahkannya untuk tidur terlentang di atas keramik kamar mandi yang sudah basah. Tanpa penolakan, Bu Ranti seolah tau apa yang diinginkan suami keduanya itu, dia mulai tidur terlentang di bawah tubuh Anwar, dua buah pahanya dibuka lebar seolah memberi jalan pada Anwar untuk kembali melakukan penetrasi di dalam vaginanya. Tak menunggu lama, Anwar mulai berjongkok di depan selangkangan Bu Ranti. Penisnya tegang mengkilap, siap untuk kembali mengobok-obok isi rahim wanita di depannya itu.
"Uuuuugghhhhttt !"
Bu Ranti menggigit bibirnya sendiri saat Anwar memasukkan batang penis ke dalam vaginannya dengan keras dan kasar, setelah masuk seluruhnya, Anwar mulai menggenjot tubuhnya dari atas dengan kecepatan tinggi.
"Aaaaacchhh! Aaccchh! Mas! Ampun Mas! Aaaarrgghhttt!!!"
Bu Ranti kembali berteriak kesetanan saat Anwar menggenjot tubuhnya dengan begitu kasar, beberapa kali Anwar juga menampar dua buah payudaranya dengan keras, membuat rasa ngilu pada dadanya.
"Aaaacchhhh!! Diam kau lonte!!! Rasakan penisku ini!!! Aaacchhhh!!!"
Anwar tampaknya justru semakin terangsang saat melihat istrinya itu berteriak kesakitan meminta ampun. Anwar semakin mempercepat genjotannya, membuat tubuh sintal Bu Ranti kelejotan kesana kemari, Anwar kini tak hanya menampar payudara istrinya itu tapi juga mulai mencekik leher jenjang Bu Ranti. Rontaan Bu Ranti karena kesulitan bernafas semakin membuat Anwar bernafsu, lesakan demi lesakan penisnya dihujamkan semakin dalam dan keras.
"AAAARRGGHHTTT!!! Aku mau keluar!!!"
Anwar mencabut penisnya dari dalam vagina, secepat kilat dia arahkan batang penisnya itu ke dalam mulut Bu Ranti yang masih terengah-engah akibat kekurangan oksigen.
"Eeemcchhhhh !Eeemmchh!!" Mata Bu Ranti melotot saat tiba-tiba mulutnya sudah dijejali batang penis Anwar.
"AAARRGGGHHTTTT!!!! iseep yang kenceng lonte!!!" Teriak Anwar sambil menjambak rambut basah Bu Ranti dari atas.
Beberapa detik kemudian tubuh Anwar mengejang, dia mengalami ejakulasi di dalam mulut Bu Ranti. Mulut Bu Ranti penuh oleh sperma Anwar, pria gahar itu kemudian jatuh terduduk di samping tubuh Bu Rantai, nafasnya sedikit tersenggal.
“Kau tunggu di sini sebentar, ada kejutan untukkmu.” Ucap Anwar sebelum bangkit dan keluar dari kamar mandi.
“Kejutan apa Mas?“ Bu Ranti mulai was-was, Anwar bukanlah sosok yang romantis dan suka memberikan kejutan manis.
Terdengar Anwar membuka pintu rumah, tak lama kemudian terdengar langkah kaki mendekati kamar mandi. Bu Ranti beringsut, dia menyadari jika langkah kaki yang mendekat bukan hanya langkah kaki Anwar, tapi juga orang lain. Benar saja, beberapa saat kemudian Anwar muncul, kali ini tidak sendiri, dia bersama Erik, seorang pria tambun berusia 40 tahun, teman minum Anwar sehari-hari.
“Apa-apaan ini Mas ?!” Teriak Bu Ranti sembari menutupi bagian tubuhnya yang telanjang dengan kedua tangannya. Anwar hanya tersenyum tipis kemudian mendekati tubuh Bu Ranti.
“Dengarkan aku lonte! Kali ini Kau harus memuaskan Erik, dia sudah lama ingin merasakan sempitnya memekmu!” Ucap Anwar dengan tatapan bengis.
“Aku nggak mau Mas! Apa Kau sudah gila?!”
PLAK !
Anwar dengan kasar menampar pipi Bu Ranti, membuat wanita cantik itu terhuyung ke belakang.
“Diam! Kalau Kau tidak mau menuruti kemauanku maka akan kubunuh anakmu! Atau jika perlu Aku bunuh Kau juga!” Ancam Anwar.
Bu Ranti terisak, dia tak mengira jika Anwar akan bertindak senekat dan sejahat ini pada dirinya. Ketakutan melanda Bu Ranti, dia membayangkan nasib buruk yang akan menimpa dirinya dan Boy jika dia tak menuruti kemauan Anwar kali ini.
“Jangan kasar-kasar lah bos.” Ucap Erik.
“Udah! Lu diem aja! Sekarang Lu mau ngentotin bini Gua nggak?!” Hardik Anwar kasar.
“Heheheheeh, tenang. Rencana tetep berjalan dong.”
Takut akan kemarahan Anwar, Erik bergegas melucuti pakaiannya sendiri, matanya masih menatap tubuh polos Bu Ranti yang basah, pikiran-pikiran kotornya akan kejadian saat nanti dirinya bersenggama dengan istri sahabatnya itu menyeruak di dalam otak.
“Mas, tolong jangan lakukan ini. Aku mohon Mas.” Bu Ranti terisak memohon pada Anwar, tapi suaminya itu bergeming.
“Kau pasti akan senang, kontol Erik akan memuaskanmu.”
1008Please respect copyright.PENANAYA3zUhvN2h
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.45da2