BU RANTI POV
779Please respect copyright.PENANAwvNDMQUa6p
Mataku menatap nanar sosok Erik yang sudah telanjang bulat di hadapanku. Pria botak dan tambun itu menatapku dengan jalang, seolah ingin menerkamku dan memakanku hidup-hidup. Sementara suamiku justru meninggalkanku seorang diri, entah setan apa yang merasuki pikirannya hingga tega membiarkanku digagahi oleh sahabatnya sendiri.
Erik semakin mendekat, Aku berusaha beringsut menjauhinya, tapi apa daya ruang yang tersedia untukku tak cukup luas. Tangannya mulai meraba-raba payudaraku. Kontan dengan cepat akupun menepis tangannya yang lancang itu.
"Pergi!! Lepasin Aku !" bentakku sambil menatapnya dengan marah.
Sekejap aku berdiri dan ketika aku berusaha membuka pintu kamar mandi ternyata pintunya sudah terkunci, sungguh kali ini aku benar-benar terpojok. Dengan sigap pria tambun itu mendorong tubuhku hingga terjatuh di lantai hingga aku menjerit kecil.
Ia langsung menindihku dengan tubuhnya yang gendut sehingga aku sulit bernapas. Harga diri dan martabatku langsung bangkit marah. Aku berontak dan melawannya habis-habisan dan berusaha mendorong tubuhnya tapi ia terlalu tangguh dan kuat bagiku.
“Ayolah Ranti, nikmati saja ini, daripada kita berdua nanti disemprot Anwar lagi.” Ucapnya seolah tanpa ada perasaan berdosa.
"Tolong lepasin Aku! Aku mohon!"
Aku mengiba padanya agar dia tidak melanjutkan aksi bejatnya. Aku mulai meneteskan air mata menyadari diriku tidak akan bisa lepas dari bandot tua ini. Kini kedua tanganku ditariknya ke atas kepalaku dan ditahan dengan satu tangannya sementara tangan satunya lagi mulai meremas-remas payudaraku yang sudah terbuka tanpa penutup sehelai benangpun.
"Wooww! Payudaramu sungguh kenyal, besar pula!” ucapnya sambil tertawa, Erik semakin keras meremas payudaraku sehingga aku merintih ke sakitan.
"Ooohhh! Sakiiittt!" Rintihku menahan rasa ngilu di dada.
Remasan demi remasan semakin membuatku terangsang, apalagi terkadang ia memilin putingku dengan keras dan menggesek-gesekkan jarinya pada bulatan sensitif tersebut.
"Cukup! Hentikan! Eeemmcchhhh!!!"
Antara menolak dan menerima, aku pun mulai mendesah pelan menahan nikmat yang sangat luar biasa itu. Tangannya kini mulai mengusap perutku sekali-kali mengelitik pinggangku yang membuat badanku bergoyang-goyang..
"Kok Kamu goyang-goyang gitu sih? Mau joged ya?"
Mukaku makin panas mendengar ejekan demi ejekan yang terlontar dari mulutnya. Namun anehnya, bukannya marah aku malah makin terangsang. Sadar aku telah pasrah dan juga tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi, Erik pun melepaskan tangannya yang tadi memegang pergelanganku. Satu tangannya beralih menuju area kewanitaanku yang mulai basah kembali.
"Wah kok udah basah gini? Kan belum diapa-apain, Kamu udah nggak tahan pengen dientot kan?" ejek Erik setelah mengetahui daerah kewanitaanku sudah lembab oleh lendir kenikmatan. Jari tengahnya kini mulai menyelusuri belahan vaginaku, sekali-kali ditekannya wilayah itu sehingga Aku tidak tahan untuk mendesah.
"Ooooh! Eeemhhh!!!”
Usapannya di vaginaku semakin menjadi-jadi sehingga tubuhku bergetar tanpa dapat kutahan. Kini jarinya mulai bermain-main dengan bibir vaginaku tanpa dapat kucegah lagi. Aku semakin terangsang ketika satu lagi jarinya menyelinap masuk ke vaginaku
"Oooocchh!! Eeemcchh!!" aku mendesah menjadi-jadi ketika kedua jari itu keluar masuk vaginaku sehingga membuatnya semakin basah.
“Apa kataku, Kamu akan menikmatinya jika tidak melawan.” katanya sambil memaju mundurkan jarinya ke liang vaginaku.
Mulutku mengap-mengap, mataku terpejam-pejam dan dari kelopak mataku yang setengah terbuka itu kulihat senyum mesumnya yang memuakkan. Tak lama kemudian, tiba-tiba badanku terasa bergetar hebat, dari vaginaku semakin banyak mengeluarkan cairan, ya Aku telah sampai ke puncak kenikmatan itu.
"Ooohh!!! Aaaachh!!!"
Aku mengalami orgasme hebat, namun ironisnya kudapat dari seorang pria jelek bernama Erik, bukan suamiku. Kini aku hanya bisa mengutuk diriku sendiri yang harus memuaskan nafsu pria bejat ini.
“Akhirnya keluar juga! Kamu mau yang lebih hebat lagi?"
Tiba-tiba Erik menarik tubuhku ke bawah, kini posisi wajah Erik persis di bawah selangkanganku, Aku merasa ada hembusan napas menerpa vaginaku..
"Uuummhh! Wanginya memekmu." Kata Erik sambil sambil menghirup selangkanganku.
“Ooocchhhh! Occhhh!” Aku cuma mendesah ketika lidahnya yang kasar mulai menjilat bibir vaginaku.
"Oooohhh! Ammpuunnn!! Ooohhhh!" Erangan demi erangan mulai keluar dari mulutku, dengan rakus dia menjilat vaginaku yang semakin banjir oleh cairan kewanitaan.
"Hhmm, sedap banget memekmu!!" Dengan bernafsu Erik menjilati vaginaku, sesekali ia menggigit klitorisku sehingga pantatku sedikit ke angkat akibat tersengat sensasi nikmat.
"Oooccchhh!! Fuck!!" Vaginaku makin terasa banjir
"Ooocchhh! Berhenti! Aku mohon!!.”
Aku mulai merengek agar Erik menghentikan aksinya. Aku menggerakkan bola mataku ke bawah sana melihat pria itu membenamkan wajahnya di antara kerimbunan bulu-bulu vaginaku, matanya yang nanar bertemu dengan pandangan mataku. Namun anehnya aku malah semakin bergairah, sepasang paha mulusku menjepit kepalanya semakin erat seolah tidak rela pria itu menghentikan jilatannya pada daerah kewanitaaanku.
Bukan hanya menjilati vaginaku, ia juga menciumi paha dan sekitar selangkanganku sehingga akupun makin mendesah terbakar birahi, aku tak sanggup mendesah lebih panjang terutama ketika lidahnya menyentuh klitorisku, terasa nikmat sekali, apalagi ketika lidah itu menari nari menyusuri bibir vagina, sungguh melayang aku dibuatnya, tak sadar kuremas remas kepalanya yang hanya berambut sedikit. Puas bermain-main dengan vaginaku, ia menegakkan kembali badannya dan menarik tubuhku hingga bangkit terduduk.
"Nah, sekarang kamu jongkok cepetan!!" Perintah Erik.
Dengan berat hati aku mengikuti semua perintahnya, aku berjongkok di hadapannya, kulihat di balik celananya penisnya sudah menggelembung.
"Sekarang kamu emutin kontolku dulu!” Perintahnya lagi.
Mendengar perkataannya badanku terasa panas dingin. Aku begitu bimbang dan risih karena sebelumnya aku belum pernah melakukan oral seks pada pria selain suamiku. Pria itu menunjukkan penisnya yang telah ereksi , benda itu mengacung tepat di depan wajahku seperti pistol yang ditodongkan. Aku benar-benar gugup karena sekarang di depanku ada penis yang bukan punya suamiku yang harus aku hisap. Erik memegangi kepalaku dan mendekatkan benda itu ke mulutku
“Ayo dong, buka mulutnya, kok malu-malu gitu?”
Perlahan dengan ragu-ragu, aku mulai membuka mulutku dan memasukkan penisnya yang kira-kira berukuran 16 cm berdiameter 3-4cm itu. Aku mempraktekkan apa yang pernah kulihat di film-film porno dengan memaju-mundurkan kepalaku menghisap penis itu. Aku memberikan pelayananku sebaik mungkin agar ia bisa secepat mungkin mengeluarkan spermanya dan menyudahi perkosaan ini.
"Ooohh, siip!! Memang enak mulutmu pelacur! Terus isap!!" Perkataan Erik membuat Aku makin terhina sehingga aku ingin cepat menyelesaikannya.
“Lidahnya ikut mainin juga! Isep yang dalam!” Erik makin meracau.
Demikian suara mulutku yang lagi menghisap penis Erik. Aku menuruti apa yang dimintanya, kumainkan lidahku menyapu-nyapu batang dan kepala penisnya, meskipun mulanya mual dan hampir muntah, aku terus mencobanya lagi karena pria itu memegangi kepalaku, aku juga menggunakan tanganku untuk mengocok batangnya dan memijat buah zakarnya.
Sekitar lima menit aku melayani penis Erik dengan mulutku. Aku menerima terpaan getar nikmat yang membuat tubuhku merinding dan menggelinjang. Aku seolah didorong oleh semacam kekuatan untuk mendobrak segala yang selama ini merupakan sangat tabu bagiku dan sangat menjijikkan bagi penalaranku.
Kekuatan itu membuatku menerima dengan sepenuh hasrat dan nafsu birahiku. Aku mulai menikmati tugasku mengoral penis sahabat suamiku ini dengan melakukan gerakan melumat dan menjilat secara intens. Terkadang aku cabut penis itu untuk aku lumati batangnya yang penuh guratan otot.
Erik yang keenakan itu mulai menggoyangkan pantatnya menyenggamai mulutku, dan ketika kudengar dia mulai benar-benar merintih dan mendesah yang membuat Aku semakin terbakar oleh libidoku yang memang telah menyala-nyala Aku menyadari bahwa macam nikmat birahi itu demikian banyaknya. Aku belum pernah merasakan macam ini sebelumnya.
Tak lama kemudian, Aku merasa penis Erik yang sedang kukulum itu semakin berkedut-kedut lalu disusul lenguhan panjangnya yang keluar terbata-bata dari mulut pria setengah baya itu, akhirnya sebuah kedutan besar menggoncang rongga mulutku. Cairan kental panas luber menyiprat dan menyemprot-nyemprot langit-langit mulutku. Ada sekitar 7 atau 8 kedutan yang selalu diikuti dengan semprotan sperma hangat. Mulutku langsung penuh oleh cairan kental berwarna putih susu itu.
Terlintas kembali rasa jijik yang membuatku ingin memuntahkannya setelah benda itu lepas nanti. Tetapi ternyata itu lain dengan apa yang terlintas dalam benak, nafsu dan tingkah Erik.
"Oohhkk!!! Yeah!!!"
Erik menekan kepalaku sehingga aku sulit bernapas, dipaksanya aku menelan semua spermanya yang tumpah dalam mulutku. Aku gelagapan dan hanya punya satu pilihan agar tidak tersedak sehingga dengan terpaksa aku harus menelan semua spermanya.
"Anjing!" gerutuku dalam hati karena kesal.
"Gimana sayang? enak kan pejuku?"
Tanyanya dengan gaya melecehkan, sementara aku mengap-mengap mengambil udara segara setelah penisnya lepas dari mulutku. Aku hanya bisa bersimpuh diam di lantai kamar mandi dan menatap kesal padanya menahan emosi. Perlahan dia mendorong pundakku sehingga aku telentang di atas lantai kamar mandi.
"Ya Tuhan, apa lagi yang ingin dia lakukan!?" Gumamku dalam hati.
Sebelum aku sempat berpikir panjang Erik langsung menindih tubuhku yang telanjang bulat. Bibirnya berusaha melumat bibir tipisku . Aku tiga kali menggelengkan kepala ke kiri dan kanan sebelum ia akhirnya berhasil mencaplok bibirku dan melumatnya.
"Uuugghhh! Eehhhmm!"
Aku mendesah tertahan di tengah cumbuannya yang ganas. Secara refleks lidahku juga ikut bermain membalas lidahnya yang menari-nari di dalam mulutku. Perlahan tangannya mulai meraba-raba vaginaku lagi. Terdengar suara kecipak dari jarinya yang sedang mengocoki kewanitaanku yang sudah sangat basah. Aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku bercampur dengan desahan nikmat dari sela-sela percumbuan kami.
"Udah Rik! Udah!! Aku mohon!"
Kataku dengan napas terengah-engah setelah ia puas melumat bibirku. Namun ia hanya tersenyum tanpa melepaskan tindihannya terhadapku. Kemudian aku merasakan benda tumpul bersentuhan dengan bibir vaginaku, benda itu menekan mencoba menerobos masuk ke vaginaku yang terasa sangat sempit bagi penisnya.
"Nikmatin aja, jangan banyak protes." Jawabnya sambil terus menekan penisnya ke dalam vaginaku.
"Aaaahhh!! Sakiitt! Jangan diterusin!"
Aku mencoba menghindari sodokan penis Erik dengan menggoyang-goyang pantatku, namun dalam posisi terhimpit seperti ini aku tak dapat berbuat banyak untuk menghentikan gerak laju penis itu. Kini penis Erik sudah setengahnya masuk, itupun sudah terasa memenuhi liang senggamaku dan menciptakan rasa nikmat.
"Eeeemmhhh! memekmu sempit banget!"
Ceracau Erik yang terus menyodok vaginaku sampai mentok hingga perih aku dibuatnya. Pria itu memompakan penisnya dengan irama teratur, terdengar suara pelirnya yang terayun-ayun memukuli selangkangan kami.
Aku sendiri yang dilanda kenikmatan terlarang ini hanya bisa mendesah dan merintih sambil kepalaku bergoyang ke kanan dan ke kiri, seperti menggeleng-geleng, karena nikmat yang tak mampu kutahan itu.
"Gila! Memekmu benar-benar enak!" ceracaunya sambil menyodok vaginaku dengan kencang.
"Oooccchh! Cukup Rik! Cukup, Aku mohon!!” Rintihku antara menolak dan pasrah. Kira-kira 15 menit kami melakukannya dalam gaya missionaris, kemudian Erik melepaskan tubuhku dan memapahku hingga berdiri.
Aku masih lemas hingga tanganku berpegangan pada kedua pundaknya. Ia meminta ku untuk menungging dan dengan terpaksa aku ikuti kemauannya. Dengan kedua tangan berpegangan pada tiang shower, aku menyodorkan pantatku ke arahnya. Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dan payudaraku.
Jari-jarinya yang gemuk juga memilin-milin putingku, ia juga menyibakkan rambutku ke sebelah agar bisa mencium pundak dan leher jenjangku. Kali ini ia melakukannya dengan sangat lembut dan penuh perasaan membuatku terbuai dalam sentuhan-sentuhan erotisnya.
Tidak!! Apakah pikirnya ia bisa menundukkanku dengan caranya yang demikian itu? Aku harus berontak menghentikan semua ini, Aku adalah wanita baik-baik dan telah memiliki suami, Aku tidak boleh tunduk pada pria gemuk berkepala setengah botak ini. Tapi apa dayaku ? aku kini bagai kijang yang telah lumpuh dalam terkaman serigala. Aku telah rebah ke tanah dan cakar-cakar serigala itu telah menghunjam di urat leherku.
Kini Aku hanyalah seonggok daging untuk dikonsumsi binatang jahanam. Perlahan Aku merasakan penisnya kembali melesak masuk ke vaginaku. Titik-titik saraf sensitifku pun bereaksi. Aku menengadahkan kepala sambil mendesah panjang, jari-jari tanganku meremasi tiang shower dengan lebih erat. Kenikmatan itu seakan bagaikan air bah yang menghanyutkan seluruh haribaanku, sungguh suatu kenikmatan yang tiada tara.
"Ayoo, goyangin pantatmu!!"
Suruhnya sambil sesekali tangannya meremasi bongkahan pantatku yang membulat padat. Birahi yang menggelegak campur aduk dengan perasaan bersalah, marah dan kecewa kepada suamiku yang dengan tega membiarkanku digagahi oleh pria lain, birahi itu mendorongku menggerakkan pinggulku menyambut sodokan penis Erik.
Aku merasakan vaginaku semakin banjir saja, terasa sekali dari suara becek yang makin terdengar dan semakin lancarnya penis Erik merojok-rojok. Ditengah genjotannya Erik sesekali menampar pantatku secara kasar. Tak terasa, Aku malah semakin menikmati perkosaan ini, setiap genjotan kasar yang dilakukan oleh Erik membuat tubuhku bergetar hebat.
"Aaaahh!! Terusin Rik!! Aaaahh!!!"
Erangku sambil memaju mundurkan pantatku mengikuti irama Erik. Gila! Kenapa Aku malah meminta seperti itu, aku sungguh tidak menyadarinya ketika kata-kata itu terucap, apakah libidoku sudah demikian mendominasi diriku melebihi nuraniku? Tidak butuh waktu lama bagiku untuk kembali orgasme, dinding vaginaku semakin berkontraksi dan terasa seperti menyedoti penis Erik. Pria itu menekan-nekan penisnya semakin dalam hingga akhirnya tubuhku pun mengejang hebat.
Erangan panjang terlontar dari mulutku, aku tidak peduli lagi apakah suaraku terdengar sampai luar sana atau tidak, yang jelas aku tak sanggup lagi menahan gelora kenikmatan yang sedang menerpa tubuhku ini. Aku dapat merasakan cairan kewanitaanku membanjir hingga meleleh keluar membasahi selangkangan dan paha dalamku.
“Aahh! Riiikkk!!! Aku keluar!!! Aahh!!!”
Tubuhku bergetar begitu hebat, kedua tangan Erik meremas pantatku kemudian menghujamkan seluruh batang penisnya ke dalam rahimku, Aku merasakan sesuatu telah menyembur kencang dari sana dan melumeri seluruh liang kewanitaanku, hangat dan basah.
“Oochh!!!! Occhhhh!!!!” Erik juga mengerang hebat, ternyata dia mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku.
"Enak kan?” Tanyanya dengan masih mendiamkan penisnya yang mulai melemah di dalam vaginaku, Aku hanya terdiam, malu menggakui jika persetubuhan kami barusan juga membuatku merasa puas.
779Please respect copyright.PENANAlIjqBUIZX7
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.45da2