Sore hari di Jakarta, suasana jalan arteri di kawasan Sudirman begitu padat. Jam pulang kantor ditambah volume kendaraan yang menumpuk membuat kemacetan bertambah parah. Di salah satu mobil, Nadia bersama Arya dan Bima ikut terjebak kemacetan sore itu.
"Gila, kalo macetnya kayak gini bisa-bisa kita nginep di jalan nih!" Gerutu Arya yang berada di belakang kemudi.
"Gue bilang juga apa, Lu sih ngotot balik jam segini, mending nongkrong dulu tadi di cafe." Kata Nadia yang duduk di kursi belakang.
"Kan Gue udah bilang kalo hari ini Gue ada janji sama Lusy buat nganterin dia milih undangan." Arya mencoba kembali menjelaskan.
"Alah paling Lu udah sange banget pengen dipuasin Lusy kan? Hahahaha!" Ejek Bimo yang duduk di samping Arya.
"Yeeee! kalo itu mah udah pasti Bro, bebas dong sange sama calon bini, hehehehe." Kata Arya sambil terkekeh.
Nadia, Arya, dan Bima memang masih sangat dekat hingga saat ini, setelah lulus SMA, 3 orang ini masih juga intens menjalin komunikasi meskipun mereka kuliah di kampus yang berbeda. Tak jarang mereka bertiga sering hangout bareng menghabiskan waktu bersama. Untuk urusan sex, mereka bertiga juga masih aktif, sudah sangat sering mereka melakukan threesome.
Bahkan disaat Arya sudah memiliki kekasih, mereka masih intens menyalurkan hasrat seksualnya secara bersama-sama.Bima diam-diam melirik Nadia yang duduk cemberut di kursi belakang melalui kaca spion yang berada di atas kemudi.
"Daripada manyun mending Lu bikin Gue enak Nad,hehehe." Goda Bima.
"Sange Lu?" Tanya Nadia dengan nada cuek.Tanpa menunggu intruksi, Bima langsung memindahkan tubuh besarnya ke kursi belakang, mendekati Nadia.
"Kebiasaan."
Bisik Nadia saat Bima sudah duduk di sampingnya. Tanpa diminta, Nadia mulai membuka resleting celana Bima, mengeluarkan penis dari kungkungan jeans. Dengan lembut, Nadia mulai mengocok penis Bima yang belum terlalu keras. Keduanya juga mulai terlibat ciuman panas, bibir dan lidah dua orang itu mulai beradu, menggigit, mengecap dan menjilat.
"Ah kalian suka main sendirian."
Arya terlihat melirik kegiatan yang tengah dilakukan oleh Bima dan Nadia, ada rasa iri dalam nada bicaranya.
"Udaahh Lu nyetir aja dulu,ntar kalo Gue udah muntahin sperma ganti Elu yang ke belakang, hehehehe." Ledek Bima.
Sementara itu, Nadia mulai mengoral penis Bima. Bibir mungilnya tampak kewalahan menserviz penis Bima yang berukuran jumbo. Beberapa kali Nadia tersedak saat dengan isengnya Bima menekan kepala gadis itu semakin dalam ke bawah, membuat keseluruhan batang penis menyeruak masuk hingga ke kerongkongan Nadia.
"Aaaahhh!! Pelan!!!" Protes Nadia
"Hehehe, lanjutin!" Balas Bima cuek.
Nadia melanjutkan kembali kuluman terhadap penis Bima, sementara Bima mulai sibuk meremas dan memainkan puting Nadia yang masih terbungkus kaos tipis.
"Eeemmmccchhh !" Lenguh Nadia saat jari-jari Bima mulai menelusup masuk ke dalam kaos, memainkan putingnya.
"Aaaacchhhhh! Aaaaacchhhh!"
Bima mengerang nikmat saat Nadia dengan sengaja menghisap kencang ujung penis. Semakin kencang Nadia menghisap penis,Bima juga semakin kasar meremas gundukan payudara gadis itu.
"Aaaaarrrgghhttt!!!"
Tubuh Bima mengejang kuat karena secara tiba-tiba dia memuntahkan sperma ke dalam mulut Nadia. Gadis itu sekilas mengenyritkan dahi,matanya juga melirik tajam ke arah Bima. Namun begitu, mulutnya masih terus menghisap penis Bima,menyedot habis sperma yang keluar dan langsung menelannya ke dalam perut.
"Brengsek! Cepet banget sih keluarnya?!" Protes Nadia sambil mengelap mulutnya dengan tangan. Ceceran sperma membasahi mulut dan sebagian wajahnya.
"Hehehehe, udah nggak tahan." Kata Bima sambil terkekeh ringan.
"Udahan Guys?" Tanya Arya dari kursi depan.
"Udah, paket ekspres!" Seru Bima.
“Eh, daripada kentang kayak gini gimana kalo kita ke apartemen Mayang?” Ucap Arya sambal terus memperhatikan arus lalu lintas yang padat merayap.
“Heh?? Apartamen Mayang? Mau ngapain ???” Nadia tampak terkejut dengan ide yang dilontarkan oleh Arya barusan.
“Ya siapa tau dia lagi sange juga. Hahahahaha!”
“Nah bener juga tuh, jarang-jarang nih kita bisa orgy party!” Timpal Bima tak kalah semangat.
“Gila kalian! Mana mungkin Mayang mau?” Kata Nadia.
“Pasti mau, Gue punya senjatanya kok. Tuh liat sendiri, baru Gue tuh yang punya.”
Arya menyerahkan smartphonenya pada Nadia. Wanita cantik itu langsung terkejut saat melihat potongan beberapa foto di gallery smartphone tersebut. Terpampang dengan jelas sahabat baiknya sedang disetubuhi oleh tiga pria sekaligus, adegan demi adegan difoto dengan sangat rapi dan bahkan Mayang seolah menyadari dan membiarkan hal itu terjadi.
“Gila! Gue sama sekali nggak nyangka kalo Mayang bisa sebinal ini!” Cerocos Bima saat ikut melihat foto-foto mesum Mayang.
“So, gimana menurut Lu Nad?” Tanya Arya.
“Maksud Lu?” Nadia masih terhenyak dengan apa yang baru saja dia saksikan, dia sama sekali tak mengira jika Mayang bisa sebinal ini.
“Kita coba ke sana dan ngajakin having fun bareng kita.”
“Ah, terserah Lu aja deh! Pokoknya Gue nggak mau ikut campur kalo sampek Mayang marah gara-gara ini.” Gerutu nadia kesal.
“Alah tenang! Bagian Gue itu buat speak-speak Mayang. Hahahahaha!” Cerocos Bima.
Mobil yang dikendarai ketiga orang ini pun melaju menuju apartemen Mayang. Setelah hampir 1 jam terjebak macet, akhirnya mereka bertiga sampai di pelataran parkir apartemen mewah yang ditempati oleh Mayang. Nadia terlihat kurang bersemangat, berbeda dengan Bima serta Arya yang turun dari monbil dengan perasaan sumringah, senyum mengembang di wajah mereka berdua.
“Lu tenang aja Nad, pokoknya kali ini akan jadi pengalaman sex yang paling menyenangkan!” Ucap Bima penuh semangat.
Nadia tak menyahut, dia masih ragu apakah Mayang akan menerima ajakan orgy party. Tak berselang lama, mereka bertiga sudah berada di depan pintu ruang apartemen yang dihuni oleh Mayang.
126Please respect copyright.PENANAejiIfMmVGn
***
126Please respect copyright.PENANA2nwDiCp7kr
MAYANG POV
126Please respect copyright.PENANAl74LzcyS6l
Aku bergegas membuka pintu apartemenku setelah terdengar pintu terketuk dari luar, Nadia, Bima, serta Arya ternyata gerangan yang mengunjungiku. Tumben.
“Hei Nad! Masuk yuk! Tumben kalian datang rame-rame ke sini?” Kataku mempersilahkan mereka bertiga masuk ke dalam apartemenku.
“Lagi gabut aja nih May, trus curut-curut ini ngajak maen ke sini.” Jawab Nadia, Aku hanya tertawa mendengar jawaban itu.
“Curut? Hahahaha, lupa ya curut ini yang bikin Lu tadi mendesah-desah? Hahahahaha !” Cerocos Arya sambil tergelak, yang disambut pukulan ke arah pundaknya oleh Nadia.
“Mau minum apa kalian?” Tanyaku kembali setelah mereka bertiga duduk di atas sofa ruang tamuku.
“Apa aja deh Nad, yang penting nggak ngrepotin Kamu.” Jawab Arya, Aku kemudian bergegas menuju lemari es dan kembali ke ruang tamu dengan membawa 4 botol beer dingin.
“So, darimana kalian?” Tanyaku pada mereka, Arya dan Bima saling melirik dan sesaat tersenyum ke arahku.
“Sebenarnya Kami ke sini karena ada yang ingin Kami tunjukin ke Lu May.” Ucap Bima.
“Bim!“ Hardik Nadia tiba-tiba.
“Udah tenang aja Nad, Gue yakin Mayang nggak akan marah kok. Iya kan May?” Timpal Arya.
Aku tertegun karena sama sekali tidak mengerti maksud pembicaraan ini, sesaat Aku melirik Nadia yang duduk di sampingku, sahabatku ini terlihat gelisah.
“Sebenarnya ada apa sih? Nad?” Tanyaku pada Nadia, sahabatku ini hanya terdiam.
“Coba lihat ini May.”
Bima menyerahkan smartphonenya kepadaku, bak petir di siang bolong Aku langsung terhenyak saat melihat tubuh polosku yang sedang beradegan sex bersama Bram dan Randy terpampang di situ. Shock, tapi aku mencoba tenang, toh Aku yakin Nadia, Bima, dan Arya juga pernah melakukan hal tersebut.
“Oh, ini.” Ucapku tenang kemudian mengembalikan smartphone pada Bima.
“Lu nggak takut ini nyebar May?” Tanya Arya.
“Maksud Lu? Lu ada rencana buat nyebarin foto-foto Gue?! Lu ngancem Gue?!” Hardikku.
“Oh nggak May, bukan gitu maksud Gue.”
“Trus apa maksud Lu bilang gitu tadi?”
“Maksud Gue, Bima aja udah bisa dapetin foto-foto Lu, apa kabar dengan yang lain?”
Arya coba mengintimidasiku dengan pertanyaan retorika, sekilas Aku menatap wajah pria itu, mencoba memberi tanda padanya bahwa Aku bukan tipe wanita cemen seperti yang dia pikirkan.
“Ya udah nggak apa-apa, lagipula itu terjadi saat event di night club milik Randy. Kalian tau kan siapa Randy? Aku pikir orang akan berpikir dua kali kalau ingin macam-macam dengan dia. Jika foto itu tersebar pasti Randy akan mencari penyebarnya, dan kalian pasti tau apa yang akan dilakukannya pada orang brengsek macam itu kan?” Kataku balik mengancam.
Arya dan Bima saling berpandangan, senyum mereka berdua langsung memudar. Ancamanku berhasil, mereka berdua tampaknya tau reputasi randiy yang terkenal sebagai anak seorang Menteri.
“Lu kenapa diem aja Nad?” Tanyaku kemudian pada Nadia yang biasanya cerewet banget tapi tiba-tiba sekarang dia menjadi pendiam.
“Nggak apa-apa May, Gue cuma ngrasa nggak enak aja sama Lu.” Ujarnya.
“Hahahahaha! Nggak enak kenapa? Gue malah seneng kalian memberitahu tentang foto itu, tapi tenang Gue sama sekali nggak khawatir kalau foto-foto itu bakal nyusahin hidup Gue.” Kataku, Bima dan arya semakin salah tingkah, Aku tau mereka berdua memiliki niat lain terhadapku, terlebih sikap yang berbeda ditunjukkan oleh Nadia.
“Pamit yuk guys!” Kata Nadia tiba-tiba.
“Loh kok buru-buru sih? Kalian nggak mau ini?”
Perlahan Aku meremas sendiri payudaraku yang masih terbungkus tanktop tipis dari luar, Bima dan Arya terbelalak menyaksikannya. Keduanya kemudian mendekati tubuhku, sementara Nadia seperti terkejut atas apa yang sedang Aku lakukan, menggoda dua pria yang selama ini kerap menidurinya. Bima dan Arya kini mengapitku, nafas mereka berdua bergemuruh, nyaris terdengar olehku. Tangan Bima yang lebar dan kasar mulai membelai pipiku, Aku hanya tersenyum tipis padanya.
"Kamu cantik banget May.”
Ucap Bima lirih, Aku melihat ke arah Nadia, sahabatku itu masih sedikit canggung dengan apa yang terjadi di apartemenku saat ini. Perlahan tangan Bima mulai bergerilya menyingkap tanktopku sementara tangan satunya membelai pahaku.
Ia lalu menjamah betisku yang jenjang membuat tubuhku merinding, dengan cepat tangannya masuk ke celana pendek yang masih Aku kenakan dan meremas-remas vaginaku dari luar celana dalam, kenakalan yang membuatku merintih.
“Ohhhhcchh!”
Remasannya semakin kasar, sedetik kemudian dia melepaskan tangannya dari bawah sana dibentangkannya pahaku dan ia mengambil posisi berlutut di antaranya. Aku terdiam menatap pria itu, Arya yang mulai mengerjaiku juga, perlahan dia mengelus belahan dadaku yang montok.
"Gede banget May tetek Lu." celotehnya, Arya memainkan payudaraku dengan lembut, sesekali putingku di pelintir pelan membuatku menahan nafas dan kembali mendesah.
"Ooohhh,fuck !”
Mataku terpejam saat jari-jari itu memelintir pelan puting payudaraku yang mulai mengeras, tonjolannya semakin terlihat jelas di balik tangtopku yang tidak memakai BH, Aku sudah terangsang semakin terangsang saat tangan kasar Bima mengelus-elus pahaku. Perlahan celana pendekku sudah terlepas dari badan, gundukan kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam merah tersingkap.
Sambil tersenyum mesum Bima mengelus-elus wilayah sensitif itu yang telah basah sehingga aku tak tahan untuk mengerang. Nadia yang awalnya hanya diam melihat Arya dan Bima mengerjaiku kini mulai ikut larut dalam permainan, tanpa canggung sahabat baikku itu menciumi leher jenjangku, sesekali dia memainkan lidahnya membuatku semakin bergidik.
"Ooohhhh!”
Sambil menggeleng-gelengkan kepala, untuk pertama kalinya aku dikerjai oleh tiga orang sekaligus sehingga menimbulkan sensasi yang berbeda. Perlahan tangan Nadia mengeluarkan payudaraku dari dalam tangtop. Kini payudaraku yang membusung itu terlihat jelas oleh mereka. Celana dalamku yang sudah basah menambah keseksianku, terutama saat jari-jari gemuk Bima meraba selangkanganku, reflek kakiku menjepit tangannya.
"Fuck....”
Rintihku dalam kenikmatan, tangtopku perlahan mulai terangkat, kini kedua buah payudaraku yang membusung kenyal begitu jelas terlihat. Nadia dan Arya menciuminya, sesekali mereka menghisap-hisap kedua putingku yang semakin mengeras.
"Ooohhhhh yeess! Aaaaaahhh!!"
Nadia tersenyum melihatku yang semakin tenggelam ke dalam jurang kenikmatan. Arya melumat payudara kiriku dengan gemas, tangannya terus bergerilya menjelajahi tubuhku. Sementara jari-jari Bima berusaha menarik celana dalamku. Dengan sengaja aku meliuk-liukkan kakiku dan merapatkan pahaku agar Bima sedikit kesulitan membuka celana dalamku.
Namun, sia-sia, tenagaku kalah darinya, celanaku makin tertarik lepas olehnya, sedikit demi sedikit rambut kemaluanku terlihat dan akhirnya mahkotaku pun terlihat dengan jelas. Mata yang sama saat melihatku bugil kembali terlihat.
"Kamu memang nafsuin banget May!” Sahut Bima dengan tertawa terkekeh-kekeh dan tatapan penuh napsu.
"Eeemmmcchhh! tetek Lu bener-bener bikin Gue ketagihan!"
Arya melepaskan kenyotannya pada payudaraku dan lalu mendekatkan mukanya ke mukaku hingga bibir kami berdua beradu. Dengan ganas Arya melumat bibirku yang mungil, beberapa kali aku harus menelan air ludahnya. Saat sedang melayani Arya bercumbu, tiba-tiba aku merasakan panas dan geli melanda kemaluanku. Aku tidak bisa melihat ke bawah karena terhalang wajah Arya, tapi aku tahu pasti Bima sedang asyik melahap vaginaku.
Lidahnya yang mengais-ngais vaginaku itu sungguh membuatku semakin menggelinjang, bukan itu saja, tangan itu juga mengelus-elus paha dan pantatku. Tidak ada lagi bagian tubuhku yang terlewatkan oleh mereka. Belaian, jilatan, hisapan dan ciuman semua kuterima dengan pasrah, libidoku menggelegak tanpa dapat tertahankan lagi. Beberapa menit kemudian Arya melepaskan lumatannya pada bibirku, aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil udara segar.
"Lu harus puasin Gue May!"
Katanya dekat telingaku sehingga hembusan napasnya terasa menggelitik daun telingaku. Arya kemudian berlutut di sebelahku, ia membuka celananya sendiri dan mengeluarkan penisnya yang telah ereksi dari baliknya. Penis itu ia dekatkan pada wajahku, bau sedikit pesing langsung tertangkap oleh indera penciumanku sehingga aku mengernyit menahan jijik.
Pria itu menggenggamkan tanganku pada batang penisnya, sungguh keras dan berurat sekali dengan kepalanya yang bersunat berwarna kemerahan itu. Aku sungguh enggan bila harus menggoral benda itu, aku menoleh ke sebelah. Aku terhenyak saat melihat Nadia yang sudah telanjang bulat tanpa memakai apa-apa lagi. Ia pasti membuka bajunya sendiri ketika aku sedang berciuman dengan Arya tadi.
Tubuhnya masih mulus dan langsing, tidak berubah sejak kami kuliah bersama dulu, bulu kemaluannya tumbuh dengan lebat membentuk segitiga hitam yang menyelubungi kemaluannya. Rambut hitam panjangnya diikat ke belakang sehingga lehernya yang jenjang itu terlihat. Ia tersenyum dan mengangguk padaku sambil membelai rambutku.
"Emutin May, enak kok." Katanya dengan lembut.
Entah mengapa aku merasa sedikit tenang oleh perlakuannya yang lembut, Aku seolah rela diperintah olehnya. Perlahan aku pun mendekatkan wajahku pada penis itu, kukeluarkan lidahku menjilati kepala penis itu walau masih agak ragu.
“Oouuhhh!“
Aku kembali melenguh saat lidah Bima menyapu vaginaku yang, lidahnya menyentuh dan menjilati klitorisku. Sensasi itu seakan menambah semangatku untuk tidak ragu lagi mengoral penis Arya yang sedang menunggu untuk Aku puaskan. Aku pun memasukkan penis itu ke mulutku dan mulai mengulumnya. Pria itu melenguh nikmat merasakan sapuan lidahku pada kepala penisnya. Sementara itu Nadia terus merangsangku dengan mengulum dan meremas payudaraku secara bergantian
"Eeemmcchh!! Eeemmmcchh!!"
Bukan hanya menghisapi vaginaku, beberapa kali Bima juga memainkan jarinya untuk mengobok daerah intimku itu.
"Enak banget memekmu May, wangi!” Ucap Bima di sela-sela kegiatannya menjilati vaginaku. Tak lama kemudian, aku merasa ada sesuatu benda tumpul mencoba menerobos lobang kenikmatanku.
"Aaaakkhhh!"
aku kembali menjerit, kulumanku pada penis Arya kulepaskan sejenak untuk menjalani proses penetrasi pada vaginaku. Perlahan benda itu terus menerobos masuk ke vaginaku.
"Nggak mungkin sebesar ini !" Kataku dalam hati.
Karena penasaran, kucoba untuk mencoba mencari celah untuk melihat ke bawah karena kepala Nadia agak menghalangi pandangaku. Kulihat ke bawah sana dan ternyata yang mengobok vaginaku bukanlah penis Bima melainkan penis mainan yang berukuran besar.
"Ooohhhh!! Sakit goblok!“
Umpatku saat dildo itu masuk semuanya, menyentuh dinding rahimku, dengan cepat Bima memainkan dildo tersebut, rasa ngilu bercampur perih terasa pada organ intimku. Bima seperti tak menghiraukan protesku, dia terus memainkan dildo jumbo itu, rintihan demi rintihan terus terlontar dari mulutku.
"Enak May? Enak nggak?" Tanyanya dengan suara keras.
"Oohhhh Fuck! Fuck! Enak goblok!”
Jawaban itu terlontar begitu saja dari mulutku lalu tersumbat karena Arya kembali menjejali mulutku dengan penisnya. Sekali-kali aku menggoyangkan pinggulku, aku merintih layaknya seorang pelacur. Vaginaku terasa makin berdenyut-denyut seiring dengan getaran dildo itu. Tak lama kemudian tubuhku bergetar sangat hebat, otot-otot vaginaku semakin menjepit dildo tersebut
"Oooohhh!! Im cumming! Fuck!! Aaaahhhh!!”
Cairan kenikmatan dari dalam rahimku mengalir dengan derasnya membasahi selangkanganku. Bima menatap wajahku penuh dengan kepuasan, ia lalu menarik lepas dildo itu dari vaginaku. Nampak cairan orgasmeku menjuntai seperti benang ketika benda itu ditarik lepas dari vaginaku. Tanpa rasa jijik Bima menjilat juntaian cairan kewanitaanku nyaris tanpa sisa. Napasku terengah-engah setelah menarik kepalaku dari pegangan Arya dan melepas penisnya dari mulutku, namun tanpa henti-hentinya, mereka terus mengerjaiku, Nadia berdiri dan menaiki wajahku, terlihat jelas vaginanya yang merah merekah di tengah kerimbunan bulu-bulu kemaluannya, perlahan-lahan digesekannya ke wajahku
"Ayo say, dijilatin ya, enak kok" Katanya dengan nafas yang memburu, sedangkan tangannya aktif membelai-belai payudaranya sendiri. Awalnya aku agak ragu tapi akhirnya aku memberanikan diri untuk menjulurkan lidahku meyapu bibir vagina temanku itu.
"Eeemmcchh!"
Aku mulai menjilati vagina Nadia dan menikmatinya, vaginanya begitu terawat dan wangi, sepertinya ia baru mencucinya sebelum ke apartemenku.
"Oohhh! Enak banget May! Ooohhhh!!”
Beberapa kali pantatnya terangkat. Arya menggengamkan tanganku pada penisnya dan langsung kukocok tanpa diperintah lagi. Ia mendekap tubuh Nadia dan melumat payudaranya dengan rakus. Nadia memeluk kepala pria itu seakan memintanya terus mengenyoti payudaranya dan tidak ingin melepaskannya.
Sementara di antara kedua belah pahaku sana, Bima sekarang sudah bugil dan bersiap menyetubuhiku, kini penisnya tepat menempel di bibir vaginaku dan siap untuk masuk ke sarangnya. Sekali lagi aku meringis kesakitan saat kepala penis itu masuk ke vaginaku.
“Eeemmchhh! Seret banget sih May? Padahal barusan udah dibobol pake dildo." Katanya sambil mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur.
"Oohhhh!! Pelan anjing!!" Rintihku saat penis itu memaksa masuk ke vaginaku yang terasa nyeri, tapi Bima tidak mendengar kata-kataku, malahan semakin brutal menyetubuhiku.
"Oohhh! Sumpah memekmu enak banget May, pantes aja banyak yang antri buat jadi pacarmu!”.
Tiba-tiba cairan orgasme Nadia yang bening dan hangat mengucur ke wajahku diiringi erangannya. Saat itu Arya yang sedang asyik melumat payudaranya langsung berpindah melumat bibirnya yang indah. Nadia menikmati orgasmenya sambil berpelukan dan berciuman panas. Ia juga makin menempelkan vaginanya ke wajahku.
Aku tahu apa yang harus kulakukan, maka kujilati vagina Nadia yang berleleran cairan kewanitaannya itu hingga menimbulkan bunyi menyeruput. Sekitar tiga menitan baru Nadia bangkit berdiri dan Arya menggantikanku menjilati sisa-sisa cairan orgasmenya. Maka kini aku fokus melayani Bima yang tengah asyik menyodok-nyodok vaginaku.
"May! oohh!! Ooohhh!!" Ceracau Bima saat otot-otot vaginaku makin berdenyut menjepit penisnya.
"Aaahhh! Aaahhh!! Iya, kencengin!!!" Desahku saat penis Bima menusuk lebih dalam ke vaginaku, dengan sangat kasar Bima terus mengenjot vaginaku yang semakin basah oleh lendir.
“Ganti posisi yuk May! Biar lebih berasa.”
Kata Bima sebelum mencabut batang penisnya dari dalam vaginaku, Bima mengambil posisi tiduran. Aku dibantu oleh Nadia dan Arya untuk menduduki penis Bima. Kuturunkan tubuhku perlahan-lahan sambil membuka bibir vaginaku. Setelah penis itu masuk sebagian, dengan sekali sentakan Bima memasukkan semua batang kemaluannya hingga terbenam ke lubang surgaku, tubuhku pun menggeliat dan menjerit karenanya.
"Ohhh!! Fuck, nikmat banget May!" Perlahan-lahan aku menaik turunkan tubuhku.
"Ohhh May! Iya terusin kayak gitu May!"
Aku maju mundurkan pantaku, dengan semangat 45 Bima terus menggenjot vaginaku tanpa ampun, sangat terasa kalau vaginaku semakin basah oleh cairan karena setiap alat kelamin kami bertumbukan terdengar bunyi kecipak yang nyaring. Saat itu Nadia sedang mereguk kenikmatan bersama Arya.
Pria itu menindih tubuh mulusnya dan menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Nadia. Kedua tangan Nadia melingkari tubuh Arya, sepasang pahanya juga mengapit erat pinggul Arya. Ia nampak sangat menikmati sekali persetubuhan itu, suara desahan-desahan liar keluar dari bibirnya yang basah menggairahkan.
"Ohhh Bim!!" Belum sempat Aku berkata, Bima menarik pundakku sehingga tubuhku menindih tubuhnya.
"Ayo goyangin terus May!!" Perintah Bima dengan nada yang sedikit bergetar bertanda bahwa dia sudah hampir klimaks.
"Aku harus cepat menyelesaikan permainan ini"
Gumamku dalam hati karena aku takut pembantuku pulang dan melihat aku yang lagi disetubuhi Bima, maka aku pun semakin cepat menggoyang pantatku, makin cepat dan makin cepat. Sesekali aku berciuman dengannya, lidah kami saling beradu hingga erangan kami agak tersendat. Tangan pria itu membelai punggungku yang basah berkeringat dan tangan satunya meremasi pantatku.
Aku dapat merasakan putingku menggesek dadanya yang sedikit berbulu. Erangan kenikmatan sahut-menyahut memenuhi apartemenku ini dari dua pasangan yang sedang bercinta di dalamnya. Aku menoleh ke arah Nadia yang saat itu sedang memandangiku sehingga pandangan kami saling bertemu.
Ia tersenyum nakal sambil sesekali mendesah di tengah genjotan Arya. Setelah lima belas menit disenggamai, aku merasa akan segera orgasme, vaginaku semakin erat meremasi penis Bima dan seperti ada gelombang dahsyat yang menerpa tubuhku hingga akhirnya,
"Ohhhh!!! Ooohhhh!!Fuck!!!”
Aku orgasme berbarengan dengan Bima. Ia menekan penisnya dalam-dalam dan menyemprotkan spermanya di dalam rahimku. Cairan kental dan hangat itu terasa sekali mengisi vaginaku. Bima lalu menarik lepas penisnya dari vaginaku. Aku mengira semua ini sudah selesai, tapi ternyata belum, ia kini membalikkan tubuhku.
"Gila! lu masih mau lagi?" Tanyaku.
"Bentar lagi ya May, Gue masih sange banget ni!” Katanya sambil mengelus rambutku.
"Lu nungging ya May.”
Tubuhku terasa semakin lemas saat mendengar perkataan Bima. Dengan sedikit kasar ia membalikkan tubuhku dan memposisikannya nungging. Perlahan tangan kasarnya mulai mengelus belahan pantat ku dan berhenti di lubang kenikmatanku, sekali-kali dia tusuk dengan sangat lembut,
"Ooohhhh!” Rintihku saat jari itu menembus vaginaku.
"Eeemmcchhh! Vaginamu memang paling juara May!" Kata Bima sambil mendekatkan wajahnyanya ke pantatku.
"Pantatmu juga padet banget!” Tiba-tiba Aku merasakan lidah Bima menyapu lubang anusku, sementara itu kocokan jarinya di vaginaku semakin menjadi-jadi.
"Aaahhh!!! Fuck! Lu apain Bim??!! Fuck!!.” Aku mengerang, rasa geli dan gatal bercampur menjadi satu.
"Enak kan May?" Tanya Bima masih dengan mempermainkan anus dan vaginaku.
"Iya, enak banget! Aaaahhhh!!”
"Bener enak?” Kocokannya makin cepat sehingga aku semakin menggeliat tak terkendali.
"Bagaimana kalau kita pake ini lagi ?" Bima kembali menancapkan dildo ke dalam vaginaku.
"Aaaakkhhh!" Aku sedikit menjerit saat dildo itu kembali membelah vaginaku.
"Oohhh Fuck!! Sakit goblok!!!!"
Aku kembali terpekik saat jari tengahnya menerobos anusku yang masih virgin, terlihat senyum mesum Bima yang semakin mengembang, ia semakin bernafsu mempermainkan kedua lubangku. Sementara aku sendiri juga sudah tak mampu lagi menutupi diriku yang semakin terangsang. Semakin lama semakin cepat kocokannya di anus dan vaginaku. Perlahan aku mangangkat wajah dan melihat ke sebelah, kali ini Nadia sedang naik turun di pangkuan Arya yang duduk bersandar pada sofa.
Sangat kontras sekali tubuh mereka yang sedang berpelukan erat dan menyatu itu, Nadia begitu langsing dan putih, kulitnya pun kencang dan halus, sedangkan Arya kurus, dekil dan kulitnya sedikit hitam. Mereka bersetubuh dalam tempo lambat dengan disertai sesekali beradu lidah, pantas suaranya tidak terlalu ribut seperti aku dan Bima.
"Oohhhhh!!”
Lagi-lagi mataku membeliak dan kepalaku terangkat saat kedua lubangku dikerjai dengan bersamaan.
"Aku masukin ke anus ya May?" Tanya Bima yang tanpa menunggu jawaban dariku langsung mempersiapkan penisnya di depan lubang anusku.
"Jangan Bim! Jangan! Sakit anjing!" Mohonku dengan suara yang sedikit bergetar, tapi ia tidak peduli dan dibukanya lebar-lebar belahan pantatku.
"Makanya dibikin pernah biar terbiasa, Lu sudah siap kan May?" Perlahan kepala penis itu ditekannya hingga melesak masuk ke anusku.
"Aaahhh!! Fuck! Sakit anjing!!!” Umpatku menahan lesakan penisnya di dalam lubang anusku, perlahan anusku mulai terbelah sebesar kepala penis Bima.
"Aaahhh!!! Fuck!! Sakit goblok!!"
Umpatanku kembali meledak saat penis itu terus merangsek masuk hingga akhirnya amblas ke lubang anusku. Dengan sekuat tenaga Bima mendorong penisnya lebih dalam lagi sampai mentok hingga akupun tak sanggup untuk tidak menjerit
"Gila! Enak banget May anusmu! Fuck!"
Ucap Bima sambil meremas pantatku, dia mendiamkan dulu penisnya menancap pada anusku untuk meresapi jepitannya sekaligus beradaptasi. Rasanya bener-bener sangat sakit, aku tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi padaku. Semenit kemudian, Bima mulai menggerakkan pinggulnya menyodomiku.
Terkadang ia memukul pantatku hingga bongkahan pantatku perih. Mula-mula genjotan itu dilakukannya dengan tempo pelan sehingga aku dapat beradaptasi. Gesekan-gesekannya memberi rasa nyeri namun juga tak dapat kusangkal akupun mulai keenakan karenanya.
"Uuhhh!! Uuhh!! Pelan aja njing!!" Teriakanku semakin kencang saat penis itu menyodok anusku dengan sangat kuat.
"Tenang May, Lu nikmatin aja!"
Kata Bima sambil terus menyodok anusku yang semakin lama semakin nikmat. Sementara di sebelah, Nadia semakin menceracau, gerak naik-turunnya pun semakin liar dan menimbulkan bunyi bertepukan dari kontak alat kelamin mereka. Aryapun aktif menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas sambil mulutnya menghisapi payudara Nadia.
Akhirnya Nadia mencapai orgasme terlebih dulu, tubuhnya melenting ke belakang sehingga payudaranya makin membusung ke depan. Selama beberapa saat tubuhnya yang telah berkeringat berkelejotan dalam dekapan pria itu. Arya membaringkan tubuh Nadia yang terkulai lemas pasca orgasme. Kemudian perhatiannya langsung tertuju padaku. Arya mendekatiku sambil memegang penisnya yang masih tegang.
"Emutin May, belepotan banget nih!"
Perintahnya sambil menjenggut rambutku dan menempelkan kepala penisnya pada bibirku. Aku tidak punya pilihan lain dan terpaksa membuka mulutku lalu mulai mengulum penis yang masih basah oleh cairan kewanitaan temanku. Aku menjilati batangan itu dan mulai memaju-mundurkan kepalaku mengoralnya dengan harapan pria itu cepat orgasme.
Aku kini melayani dua pria, Bima, menggarap anusku dari belakang, tangannya tidak pernah diam, selalu menggerayangi lekuk-lekuk tubuhku terutama payudaraku yang paling sering diremasnya, sementara di depan aku harus melayani Arya, yang penisnya sedang kukulum dan kuhisapi.
Arya bergetar menahan nikmat saat lubang kencingnya kusapu dengan lidahku. Aku tahu ia akan segera orgasme karena sudah cukup lama menggarap Nadia tadi sehingga aku pun mempergencar serangan mulutku. Akhirnya Aryapun orgasme di mulutku, ia melenguh panjang dan menyiramkan spermanya di dalam mulutku, kepalaku dipeganginya sambil meremas-remas rambutku.
Cairan seperti susu kental itu banyak sekali dan baunya sungguh menusuk, aku tidak sanggup menelan semuanya sehingga banyak yang meleleh di pinggir bibirku. Ia akhirnya mencabut penisnya dan ambruk di sebelahku. Sekarang tinggal Bima, aku juga menggoyangkan pinggulku turut berpacu dengannya. Sesuai harapanku, yang ditunggu-tunggu tiba juga, penis Bima dalam anusku bergetar hebat dan siap menumpah kan laharnya.
"Ooohhhhhhh!!"
Erang Bima melepas orgasme, spermanya menyembur membasahi anusku. Tubuhnya langsung roboh di sampingku. Empat tubuh telanjang bergelimpangan di dalam apartemenku, nafas yang menderu-deru terdengar jelas di sini. Aku memejamkan mataku cukup lama sambil mengatur nafas dan beristirahat.
Tubuhku terasa remuk dan hancur berkeping-keping, anusku juga sangat perih sekali, begitu juga dengan vaginaku. Aku terbangun ketika merasakan pantatku diangkat, mataku membuka dan melihat Arya telah mengambil posisi di antara pahaku. Tanpa basa-basi ia menempelkan kepala penisnya ke vaginaku dan menekannya hingga masuk.
"Ooohhhh!!" Aku merintih saat vaginaku kembali dimasuki penis
"Sekarang giliranku ya May.” katanya Arya.
Aku melihat ke samping, Bima tersenyum puas padaku. Pergumulan belum selesai, Akuy harus melayani Arya dan mungkin juga Bima kembali atau justru Aku harus memuaskan ketiga temanku itu sekaligus.
126Please respect copyright.PENANA5Bh9OMX69P
BERSAMBUNG
Cerita ini sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION , KLIK LINK DI BIO PROFIL UNTUK MEMBACA VERSI LENGKAPNYA126Please respect copyright.PENANAgVMTKZKqHH