Tanggal 5 mei, aku merasa sani sedang merencanakan sesuatu dengan salah satu temanku entah apa yang akan dia lakukan. Sela jam pelajaran temanku itu mengajak ku ke kamar mandi padahal dia tidak pernah mengajakku sebelumnya. Akupun menerima ajakkanya. Sesampai di kamar mandi tiba-tiba terlihat sani keluar dari kelas sendirian dan sepertinya dia menuju kamar mandi. Ada apa ini?? Aku mulai curiga. Sesampai di kamar mandi temanku itu memanggil sani.
“sani…sani…”
“apa?”
“jadi apa enggak? Ayo cepat ga usah malu-malu”
“tolong bilangin ke alif ya?”
“ga ah…ya bilangsendiri dong!”
Karena sani terlalu lama dan akunya yang malu-malu akhirnya temanku yang bilang padaku
“lif…sani itu suka sama kamu. Gimana? Kamu mau gak jadi pacarnya?”
Akupun kaget mendengarnya apa yangku pikirkan menjadi kenyataan. Tanpa berfikir panjang aku menerimanya dengan jawaban iya dan segera mengajak temanku kembali ke kelas. Dia terlihat bahagia. Bibirnya yang merah merona itu terlihat ikut bahagia karena senyuman menghiasinya. Setiba di kelas tiba-tiba teman-temanku meledekku ternyata mereka mengetahui rencana sani itu. Lalu mereka beratanya bagaimana jawabanku. Aku belum menjawabnya tetapi raut wajah sani lah yang telah menjawabnya. Aku merasa malu sekali. Saat ini aku belum mengerti bagaimana perasaanku yang sebenarnya kepada sani. 5 haripun berlalu, tanggal 10 mei aku memutusankannya karena aku merasa aku lebih nyaman dan bahagia ketika kami berteman bukan sebagai sepasang kekasih. Sejak saat itu aku mulai jauh darinya tak seperti sebelumnya.
Beberapa hari kemudian aku mendengar kabarbahwa sani akan pindah sekolah. Tapi aku tak percaya dengan itu. Kalo memang benar lalu kenapa?tak ada masalah denganku. Itulah dipkiranku.
Esoknya pun tiba semua teman-temanku berkumpul di salah satu rumah temanku. Semua temanku menangis merasa sedih hanya aku yang biasa saja. Apa yang mereka lakukan terlihat berlebihan menurut pendapatku. Cukup lama mereka menangis untuk sani dan aku tetap biasa saja.
Setiba dirumah, tiba-tiba aku menangis dengan keras sekali.entah kenapa bisa seperti itu.aku baru menyadari bahwa aku akan kehilangan sani dan aku tak akan bisa becanda dengannnya lagi. Bahkan becanda untuk Melihantnya pun pasti sudah tak bisa.
Paginya seperti biasa temanku menjemputku ke rumah untuk pergi sekolah. Ibuku bercerita kepadanya tentang kejadian kemarin ketika aku tiba-yiba menangis. Temankupun tertawa mendengarkan. Ketika di sekolah dia langsung menceritakan hal itu kepada sani. Aku sudah menduga sebelumnya. Akhirnya sani ingin bertemudenganku di lantai dua belakang sekolah. Akupun datang dengan dua temanku dan sanipun mengajak seorang temannya. Disini sani tak heti-hentinya meledekku.
“siapa ya yang kemarin nangis?” ledeknya padaku.
“siapa? Ga ada” jawabku.
“jujur aja lif”sahut temanku.
Merka semua tertawa sedangkan aku malu dibuatnya. Tak lama kemudian dia mengajakku bersalaman sempai 3x dia bersalaman denganku tentunya sambil meledekku. Setelah itu kamipun pulang.
ns 15.158.61.54da2