BERMAIN cinta, atau melakukan hubungan layaknya suami istri merupakan puncak dari tahapan bermesraan. Memang, tak semua aktivitas bermesraan atau bercumbu berakhir dengan hubungan intim. Namun jika situasi dan kondisi memungkinkan, rata-rata pihak yang bercumbu itu akan berakhir pada menyatunya tubuh.
Hal seperti itu yang terjadi padaku dan Arsyila. Bersetubuh hanya masalah waktu. Hanya masalah waktu bagi kami untuk berhubungan layaknya suami istri. Berhubungan intim itu hanya masalah cepat atau lambat.
Bahwa bersetubuh merupakan tahapan akhir yang dituju, itu tak bisa diperdebatkan. Semua persyaratan untuk menuju ke tahapan itu sudah tersedia dan sangat terbuka. Matahari sudah berada di atas kepala kami, aku bahkan tak sadar jika hampir dua jam kami berdua berada di tepi kolam renang dalam keadaan telanjang bulat.
“Pindah ke dalam aja yuk.” Ucap Arsyila.
“Yakin? Masih kotor kan?” Kataku mengingat kondisi ruang tamu yang tadi aku lihat saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini.
“Kamu nggak pengen nyobain sensasi ngewe di ruang tamu?” Ujar Arsyila dengan senyum binal nan menggoda.
“Hmmm, belum pernah sih. Boleh juga kayaknya.”
“Ya udah ayok.”
Arsyila langsung bangkit dari kursi santai dan menggandeng tanganku melangkah kembali menuju dalam rumah. Kupandangi pantatnya yang bahenol meliuk-liuk bergoyang mengikuti gerak gemulai kaki jenjangnya. Aku bahkan masih mengira jika semua ini adalah mimpi indah di siang bolong. Arsyila, istri sahabatku sendiri sebentar lagi akan kugagahi.
GILA!
Kami akhirnya sampai di ruang tamu, aku langsung mengambil duduk di sofa merah di bagian tengah ruangan. Kemudian Arsyila naik ke pangkuanku. Duduk berhadapan denganku. Tangannya memegang penisku yang sudah tegak keras itu. Tanganku pun langsung meremas lembut payudara di hadapanku.
Payudaranya tak hanya berukuran besar, tapi juga kencang dan kenyal, kuusap dan kemudian kujilat puting susunya yang mancung yang menggemaskan. Kedua tanganku tidak habis ingin terus meremas kedua buah dada kenyal itu. Kujilat dan kumainkan kedua puting susu itu bergantian. Tangan Arsyila masih bermain-main di penisku yang belum tersunat.
"Kayak tongkat hansip punyamu." Kata Arsyila di tengah-tengah permainanku.
"Dildo yang kupunya aja nggak sebesar ini." Selorohnya lagi. Aku mengrenyitkan dahi.
“Dildo? Kenapa masih butuh sextoys kalau ada Adam di rumah?” Tanyaku tak bisa menyembunyikan rasa penasaran.
“Kita udah sepakat nggak bahas dia dulu kan?” Arsyila mengingatkanku. Aku mengangguk setuju.
“Sorri…”
“I’ts okey…”
Tanganku kembali mengerayangi perut ratanya, kuelus dengan sangat lembut hingga membuat Arsyila merintih kegelian. Aku benar-benar tidak tahan. Aku sudah melupakan fakta jika wanita yang kini tengah bercumbu denganku adalah istri sahabatku sendiri. Hanya ada nafsu-nafsu dan nafsu.
Tangan kiriku bergerak ke bawah, menggerayangi area vagina. Kurasakan bulu-bulu kemaluannya, pendek dan tajam serta bibir vaginanya yang basah. Aku menatap wajah Arsyila. Wajah perempuan cantik itu sudah memerah karena terangsang. Tapi aku tidak ingin buru-buru, tanganku tetap bermain di klitorisnya sehingga membuat perempuan itu menggeliat dengan mata terpejam.
Tangannya meremas penisku. Satu ruas jari tengahku bergerak menelusup masuk, kusodokkan sedikit demi sedikit ke dalam liang senggamanya. Meskipun tadi sempat kukocoki hingga Arsyila mengeluarkan cairan squirt tapi tetap saja liang vaginanya terasa begitu sempit. Gerakan mengocok jari tengahku sukses membuat tubuhnya menggeliat diiringi desahan binal.
“Ouuucchhh! Anjing, pinter banget kamu…” Desisnya sambil berusaha menempelkan ujung penisku ke permukaan vaginanya.
Aku rasa inilah saatnya kami melangkah ke sesi intim berikutnya. Maka kulepas jari tengahku, kusudahi kocokan di dalam liang vaginanya. Kubiarkan Arsyila mengeksplorasi ujung penisku dengan cara menggesek-gesekkannya ke permukaan bibir vagiananya yang basah. Istri Adam itu lalu berusaha memasukkan batang kejantanananku ke dalam vaginanya.
"Nggak pakai kondom?" Tanyaku.
“Kamu bawa?” Arsyila menghentikan gerakan tangannya yang berusaha menelusupkan batangku ke liang senggamanya.
“Nggak.” Jawabku sambil menggelengkan kepala.
“Ya udah nggak usah pakai, aku juga nggak pernah ready kondom.” Ujar Arsyila santai.
“Kamu yakin?”
“Heemh…Lagian lebih enak nggak pake kan? Skin to skin, lebih berasa.” Katanya santai.
Arsyila mendesak tubuhnya supaya kepala penisku masuk ke dalam vaginanya. Ada rasa sedikit perih dilubang saluran kencingku ketika penisku memaksa memasuki vaginanya. Lembut dan hangat ketika perlahan-lahan kurasakan kedua alat kelamin kami bersatu. Alat kelaminku masuk ke dalam vaginanya yang hangat dan bergerinjel sampai mentok di ujung vaginanya.
"Hmmmmfff..." Arsyila mendesah ketika batang kemaluanku memenuhi seluruh liang vaginanya.
Aku menengok ke bagian kelamin. Kulihat hanya tersisa seperempat saja penisku di luar sisanya ada di dalam vagina wanita seksi ini. Kurasakan dinding-dinding vagina Arsyila terasa memijat dan menjepit walau belum memulai goyangan. Sesaat kami hanya saling bertatapan erat, seperti ingin meresapi momen erotis dan intim yang sedang terjadi.
Beberapa saat kemudian Arsyila mulai bergoyang naik turun pelan sambil mendesah pelan. Tanganku memegang pinggangnya menahan berat tubuhnya agar mudah dikontrol. Aku tidak bohong, kalau persetubuhanku dengan Arsyila adalah seks ternikmat sepanjang hidup.
Bukan hanya karena sensasi adrenalinku terpacu sebab berhasil meniduri sahabatku sendiri, tapi juga karena jepitan vagina wanita cantik ini begitu membuatku melayang. Tak pernah sekalipun aku merasakan hal yang sama saat bercinta dengan beberapa wanita sebelumnya.
“Ouucchhh Daniel…”
“Enak?”
“Heemh…Kontol kafir ternyata seenak ini…”
“Hahahahah! Emang kontol suamimu yang alim itu nggak enak ya?” Godaku sambil terus menahan punggungnya agar tetap teratur menggenjot naik turun.
“Enak juga, tapi nggak seenak ini…Eeemmcchhhh…”
Arsyila menyodorkan buah dadanya ke wajahku. Aku segera bereaksi dengan menjilat dan menggigit-ggit kecil puting mancung itu. Arsyila mendesah-desah. Tiba-tiba kurasakan geli gatal di batang penisku. Sial. Lagi enak-enak udah mau nge-crot kataku dalam hati. Aku harus bisa membuat Arsyila keluar lebih dulu bagaimanapun caranya.
"Kenapa? Udah mau crot ya pejumu?" Tanya Arsyila saat melihat perubahan raut di wajahku.
“Eng-Enggak…” Kataku berbohong. Aku tidak mau dicap sebagai lelaki lemah karena baru beberapa menit penetrasi sudah harus ejakulasi.
“Bener? Yakin nggak mau crot sekarang?”
“I-Iyah…”
Sialan, Arsyila ternyata jauh lebih binal dari yang aku kira. Bahkan dia juga mengerti kalau aku sedang mengalihkan pikiranku untuk menunda ejakulasi.
Pinggangnya naik turun maju mundur dengan kecepatan tinggi, kedua tangannya tiba-tiba menarik kepalaku, membenamkan wajahku di antara kedua buah dadanya yang sentosa itu. Kurasakan pijatan vagina di penisku mulai terasa makin kencang ditambah genjotannya yang semakin cepat. Rasa hangat dan panas kurasakan di sekitar batang kemaluanku menjalar dari kepala penis sampai ke seluruh batang.
"Errggghhh..."
Kedua tangan Arsyila membekap kepalaku di buah dadanya sehingga aku kesulitan benafas. Goyangan wanita itu liar berputar-putar, kedua tanganku menahan pinggulnya. Satu hentakan keras diiringi lenguhan panjang dan bagian paha yang bergetar hebat memberi tanda bahwa Arsyila baru saja mendapatkan orgasmenya.
“AAAARGGHTTTTTT!!!”
Kini saatnya giliranku menuntaskan hajat belenggu birahi yang setengah mati sempat kutahan. Goyangan Arsyila beberapa saat lalu sukses membuat spermaku tak terbendung. Aku tak berpikir panjang saat menarik ke bawah pinggulnya dan menahannya dengan kedua tanganku, sementara penisku bergerak dari bawah, menyentak hebat beberapa saat hingga kemudian semburan cairan kental nan hangat keluar begitu saja memenuhi liang senggama Arsyila.
“AAAAAHHHHHHH…..”
Kami berdua berpelukan berdiam diri setelah orgasme dashyat yang sama-sama kami alami. Penisku terasa di pijat-pijat oleh vagina lembut itu. Tangan Arsyila mengelus rambutku. Wajahku masih memeluk dadanya yang kenyal. Sedangkan tanganku mengelus-ngelus punggung mulusnya, di tengah deru nafas tersenggal kami kembali berpagutan lembut.
Kami tertawa kecil. Kembali kukenyot putingnya sementara kedua tanganku meremasi buah dada indahnya. Aku bak seorang bayi kecil yang sedang menyusu pada ibunya. Arsyila dengan telaten membiarkanku bermanja-manja, meskipun seskali aku iseng mengigit putingnya.
Penisku yang sudah lemas masih terbenam di dalam vagina perempuan itu. Kurasakan rasa becek di bagian kemaluan kami yang masih bersatu. Pijatan-pijatan vagina Arsyila terasa di sekujur batang penisku. Cairan lendir terasa mengalir di buah zakarku menetes dari sela-sela vagina Arsyila. Lendir hasil perpaduan kedua kelamin kami.
Arsyila memainkan putingku. Membuat badanku bergetar kegelian sambil masih menjilat dan mengenyot buah dadanya. Arsyila memegang kepalaku, menjauhkan buah dadanya dari kenyotan rakusku.
"Kenapa?" Bisikku.
"Aku mau pipis dulu" Arsyila tersenyum kepadaku.
Wanita itu berdiri mengeluarkan batangku yang mulai sudah setengah ngaceng dari dalam vaginanya. Cairan sperma langsung terlihat menetes melewati lubang vaginanya, berleleran di sofa.
"Banyak amat pejumu Niel." Arsyila tertawa kecil, tangan kirinya diletakkan di vaginanya supaya spermaku tidak tumpah keluar.
"Sudah dua minggu." Kataku.
"Hmmm, pantesan." Kata Arsyila sambil berjalan menuju kamar mandi, tangan kirinya masih berada di selangkangannya.
“Kamu yakin nggak apa-apa?”
“Amaaannn, tenang aja.” Balas Arsyila sembari terus berlalu menuju kamar mandi.
Bagaimana mungkin Arsyila bisa bersikap setenang dan sesantai itu padahal baru saja spermaku meluber di dalam liang senggamanya? Apakah wanita cantik itu tak takut akan resiko kehamilan? Sampai detik inipun aku masih bertanya-tanya apa sebab Arsyila bisa bertingkah sebinal ini padaku.
Untuk beberapa saat perasaan bersalah menggelanyut dalam diriku, membayangkan sosok Adam yang telah “kutusuk” dari belakang. Aku tak tau apa yang akan terjadi jika Adam mengetahui perbuatan bejat yang telah aku lakukan dengan istrinya.
Tak mau terlalu hanyut oleh perasaan bersalah, aku memutuskan untuk bangkit dari sofa dan melangkah menuju kamar di dekat ruang tamu yang pintunya dibiarkan terbuka. Aku melongok ke dalam dan mendapati sebuah ranjang besar dan sebuah lemari kayu berukuran tanggung. Ruangan kamar ini terlihat cukup bersih, membuatku tak ragu untuk langsung merebahkan diri di atas ranjang.
Kudengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi. Arsyila pasti masih sibuk membersihkan sisa-sisa spermaku di dalam vaginanya. Membayangkan tubuh seksi telanjangnya lambat laun membuat penisku pelan namun pasti kembali mengeras. Bayangan adegan demi adegan erotis yang baru saja kami lakukan di atas sofa tadi menyeruak memenuhi isi kepalaku. Ah, gila! Kenapa kejadian seperti ini baru aku rasakan sekarang? Kenapa tidak dari dulu saja?
“Wah udah ngaceng aja tuh kontol kafir.”
Aku terkejut mendapati Arsyila sudah berdiri di depan pintu kamar. Kali ini kepalanya sudah tak lagi tertutup hijab, rambutnya yang sebahu tergerai begitu saja.
“Eh, sori aku nggak ijin masuk ke sini.” Kataku sambil berusaha untuk bangkit dari tidur.
“Kamu dari tadi kebanyakan minta maaf ih.” Arsyila masuk ke kamar sambil tersenyum manis. Tubuh mulusnya terlihat begitu menggoda ketika berjalan ke arahku.
Tanpa basa-basi Arsyila menaiki tubuhku yang tergeletak di ranjang. Tangan kirinya mencengkeram batang penisku, diarahkannya ke lubang vaginanya. Arsyila menekan tubuhnya untuk memasukkan penisku. Kurasakan penisku mulai masuk kembali ke sarangnya, ke dalam vagina yang legit itu. Vaginanya sudah tidak terasa begitu basah, peret dan menjepit erat batang penisku di dalamnya.
“Eh….”
“Kenapa? Masih kuat kan untuk ronde kedua?” Tanya Arsyila dengan tatapan genit.
“Kuat sih, tapi apa kamu nggak takut kalo…”
“Kalo apa?” Potong Arsyila.
“Ehmm, hamil mungkin?”
“Hahahaha! Emang kalo aku hamil kenapa? Tenang aja aku nggak akan nuntut kamu buat nikahin aku kok.”
“I-Iya sih, tapi kan…”
“Sssssttt…Kamu jangan kebanyakan mikir, kita nikmatin aja momen ini ya sebelum Adam balik ke sini lagi.” Kata Arsyila. Aku hanya mengangguk setuju.
Kuraba dan kuremas buah dadanya, ketika Arsyila mulai menggoyang badannya naik turun. Wajahnya yang cantik dan bibirnya yang tipis mendesah pelan menikmati lesakan penisku di dalam vaginanya. Kubiarkan Arsyila memegang kontrol penuh permainan. Sesekali perempuan itu membuat gerakan berputar di pinggangnya kemudian naik turun lagi di atas tubuhku. Kedua tangannya menekan dadaku. Vaginanya terasa seperti menjepit dan menyedot-nyedot batang kejantananku. 2408Please respect copyright.PENANALP7WJgsqLV
“Ouuucchhhhh!”
“Kenapa?”
“E-Enak banget memekmu…”
“Hehehehehe, gombal! Kamu pasti udah sering ngewe sama cewek lain kan?”
“Hah? Nggak kok!”
“Udah ngaku aja nggak apa-apa, Adam sering cerita ke aku kok.”
“E-Emang Adam cerita apa aja?” Aku berusaha kuat untuk membagi konsentrasi antara mengimbangi genjotan tubuh Arsyila dan menjawab pertanyaannya.
“Ehmm, kata Adam, kamu kalo ngewe sering pake cewek lebih dari satu.”
“Hah? Adam pernah bilang kayak gitu?”
Sesaat aku kembali mengingat kenakalanku di masa lalu sebelum Adam menikah dengan Arsyila. Kami berdua memang sering mendatangi Spa plus-plus atau tempat karaoke yang menyediakan deretan LC kelas atas. Setiap kali kami mendatangi tempat-tempat tersebut, aku selalu berakhir di dalam sebuah ruangan dengan lebih dari satu wanita penghibur. Bisa, dua, tiga, bahkan satu waktu aku pernah menghabiskan malam bersama tujuh wanita sekaligus.
“Dasar kafir brengsek…” Desis Arsyila sambil terus menggoyangkan tubuhnya di atasku.
“Ouucchhhh…Ta-Tapi kamu suka kan sama kontol kafir?” Ejekku membalas umpatannya.
“Iya, kontol kafir enak banget!”
Arsyila mempercepat goyangannya, naik-turun maju-mundur kiri-kanan. Tubuh perempuan itu mengejang. Tubuhnya melenting ke belakang memamerkan kedua putingnya yang mengencang. Gemas rasanya melihat buah dada bulat berukuran besar bergoyang-goyang erotis. 2408Please respect copyright.PENANACdcGBEHpfz
Kurasakan vaginanya memijat-mijat penisku. Rasa hangat terasa mengalir dari kepala sampai batang kemaluanku. Desahan kencang dari mulut Arsyila yang tanpa malu-malu menggema di seluruh ruangan. Lalu kurasakan vaginanya mengencang, meremas penisku dari dalam, kemudian disambut desahan parau panjang. Arsyila kembali mendapatkan orgasmenya lagi.
“AAAARRGGHHHHTTTTT….!”
Nafas Arsyila mulai ngos-ngosan sehabis orgasme. Aku bangkit dan mencium puting susunya sambil memainkan buah dadanya dengan kedua tanganku. Istri Adam itu hanya bisa mendesah manja tanpa melakukan perlawanan sama sekali.
"Nungging ya." Kataku memberi perintah. Tanpa membantah, Arsyila menurutinya.
Arsyila bangkit mengeluarkan penisku dan mengambil posisi doggy style. Kuarahkan penisku ke bibir vaginanya lalu kuhujamkan dalam-dalam penisku. Kugesek vagina legit dan lembut itu sambil memegang pinggang rampingnya.
“Aaachh! Fuck!!”
Desahan dan erangan perempuan itu menggema di ruangan kamar. Bibir vagina Arsyila ikut tertarik keluar ketika kutarik penisku dan kembali ikut terbenam ketika kusodok penisku lebih dalam. Aku menarik bahu perempuan itu supaya menegakkan tubuhnya, sehingga denganleluasa dapat kuremas kedua buah dada putih yang sedang menggantung miliknya.
“Ouucchh! Daniel! Enak banget! Mentok banget kontolmu!”
Digoyangkan pinggulnya maju-mundur dengan liar di tengah gerakan pebisku yang keluar masuk di dalam vagina. Kuremas payudaranya yang berukuran besar, sambil sesekali kupilin putingnya yang masih mengeras. Cukup lama kami bersetubuh dengan posisi menungging hingga beberapa saat kemudian Arsyila ambruk lemas terngkurap di ranjang dengan penisku masih menancap di liang vaginanya.
“Aaachhhh! Ampuuuun Daniel….”
“Udahan?”
“Ampuunnnn….”
“Yakin mau udahan?” Godaku.
“Anjing kamu Daniel! Brengsek! Kontol brengsek! Aaacchh!”
Tanpa mempedulikan racauan serta umpatan Arsyila, aku terus menggerakkan pinggulku maju mundur, bahkan kali ini dengan kecepatan yang makin tinggi. Dua tanganku beralih ke bongkahan pantat semok milik istri Adam itu. Kuremasi sembari menamparinya gemas. Suara kecipak tumbukan kelamin kami terdengar makin nyaring.
“Aaacchh! Fuck! Fuck!”
“Enak banget memekmu! Sempit!!”
“Lebih enak mana sama lonte Kristen?”
Aku mengrenyitkan dahi, tak menduga jika Arsyila akan meracau seperti itu. Menyebutku sebagai seorang kafir masih bisa aku teleransi, tapi kenapa sekarang wanita cantik itu makin terdengar rasis? Apakah ini salah satu fetisnya?
“Kenapa berhenti?” Arsyila menoleh ke belakang, menatapku dengan raut wajah heran.
“Kamu tersinggung ya? Sorri, aku dari dulu pengen kayak gini, bebas ngomong apa aja waktu ngewe.” Ucapnya sekali lagi memberiku penjelasan.
“Ah nggak kok, aku cuma belum terbiasa aja.” Kataku beralasan.
“Lanjutin please….” Rajuk Arsyila.
Kuputar tubuhnya agak miring dengan kaki kirinya di bahuku. Dengan posisi seperti ini, vagina Arsyila terasa makin menjepit penisku, cengkramannya terasa lebih ketat.Kudorong pinggulku perlahan, penisku menelusup makin dalam diiringi desahan manja Arsyila.
Tanganku kembali leluasa bermain di payudaranya, kuremasi gemas, kutarik-tarik putingnya yang mengeras. Arsyila mengerang, matanya merem melek menikmati serangan nafsuku. Kedua tangannya mencengkeram seprai ranjang menahan kenikmatan yang kuberikan.
“Aaachh! Terus Daniel! Terus! Entotin! Acchh!”
Tubuh Arsyila terlonjak-lonjak menerima hantaman penisku. Kurasakan penisku di sedot-sedot oleh vaginanya yang sempit. Wanita cantik ini sebentar lagi akan kembali mendapatkan orgasmenya.
"Acchhh! Daniel! Aku mau keluar! Aku mau keluar! Aaachh!!” Tubuh Arsyila bergetar.
Ia kembali memelukku erat ketika kurasakan orgasme perempuan itu kembali datang. Arsyila menggigit pelan bahuku merasakan deru orgasmenya yang melanda. Kurasakan perih ketika gigi-gigi wanita itu menghujam di bahuku. Nafasnya terengah-engah.
“Ahhh! Gila! Kontolmu bisa bikin aku keluar berkali-kali.” Pujinya seraya mengecup pipiku. Aku tersenyum bangga.
“Masih mau lanjut? Pejuku belum keluar nih.” Kataku.
“Iyah…Lanjutin…” Jawab Arsyila pasrah.
Selang beberapa saat, kugoyang kembali batangku lebih kencang menggesek di vagina yang sudah sangat becek itu, karena memang aku sudah mulai merasakan air maniku hendak muncrat akibat goyangan pinggang ditambah sedotan-sedotan vagina Arsyila. Perempuan ini terus memelukku erat seakan tidak mau lepas. Desahannya terdengar jelas di kupingku.
"Aaahh!!! Aaahh! Genjot terus Daniel!"
Tidak bisa menahan lagi rasa geli dan gatal di ujung penisku. Kusodokkan seluruh penisku mentok ke ujung lorong vaginanya. Kusemprotkan air maniku di dalam untuk kedua kalinya. Kurasakan sedotan vagina Arsyila seakan ingin menghisap seluruh air mani dari penisku. Mataku memejam, tubuhku mengejang ketika merasakan kenikmatan sampai ke ubun-ubun.
Kurasakan semprotan cairan mani terakhir keluar dari penisku. Aku terkulai lemas di atas tubuh Arsyila. Rasanya tidak puas-puasnya kami bersetubuh. Aku menciumi dan menjilati leher perempuan itu. Arsyila tertawa kegelian karena tingkahku.
"Masih banyak aja keluarnya. Mau ronde tiga?" Katanya berbisik di telingaku.
2408Please respect copyright.PENANAiYuWHjipmN
BERSAMBUNG
2408Please respect copyright.PENANANoAU2zQYAE