Tak terasa waktu cepat berlalu, dan sekarang menunjukkan pukul 11 malam. Gus Faz mengakhiri ceramahnya dan berpamitan pada masyarakat setempat.
“terima kasih telah berkenan hadir dalam acara ini Gus.” Ucap salah seorang panitia seraya menjabar tangan Faz
Faz membalas jabat tangan dari panitia tersebut “sama-sama pak. Saya hanya sekedar menggantikan Abah karena sedang kurang sehat.”
“hati-hati di jalan Gus” faz berjalan menuju mobil nya. Saat akan membuka pintu mobil, ia di kejutkan dengan suara bariton seseorang “Gus Faz, ngapunten”
Faz menengok ke sumber suara “oh iya pak bagaimana?”jawab Faz sopan
“Gus apakah Gus sudah memiliki calon? Gus saya punya anak perempuan umurnya 20 tahun bernama Khadijah. Apakah kiranya Gus mau menjadi pendamping putri saya? Saya akan sangat Bahagia kalau putri saya bisa bersanding dengan Gus Faz.” Pinta seorang paruh baya tersebut
“maaf sebelumnya pak, saya memang belum memiliki calon . tapi saya juga belum berpikir untuk mencari istri pak. Saya ingin fokus mengembangkan pesantren dulu, karena Abah saya akhir-akhir ini kesehatan nya menurun. Jadi mohon maaf pak” mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
“coba lihat dulu aja fotonya Gus, putri saya cantik loh. Siapa tau nanti tertarik” ucap nya masih memaksa
“ngapunten nggeh pak, bukan bermaksud tidak sopan. Gus Faz nya harus pergi sekarang. Takut kemalaman di jalan, besok juga Gus Faz masih banyak kegiatan.” Bukan Faz yang menjawab, melainkan santri yang ikut bersamanya
Mau tak mau laki – laki paruh baya itu sedikit memundurkan badan nya untuk memberikan akses jalan bagi Gus Faz memasuki mobil nya. “ngapunten nggeh pak, saya harus berangkat sekarang. Assalamu’alaikum” Ucapnya tersenyum
“Wa’alaikumsalam, padahal aku belum selesai bicara. Kalau seperti ini kapan lagi akua da kesempatan untuk bicara dengan Gus Faz” batinnya
Mobil yang membawa Gus Faz melaju meninggalkan tempat kajian menuju pondok pesantren Al-Mukmin, tempat tinggal nya. Hanya keheningan yang menyelimuti, karena lagi lagi gus Faz melamun memandang tasbih yang sedari tadi membuat kacau pikirannya. Ahmad, santri yang bersama nya dan memegang kendali kemudi itu pun terheran-heran. Tidak seperti kebiasan Gus Faz, itu yang ada dalam fikirannya.
“apakah Gus ingin mampir dulu ke suatu tempat?” suara Ahmad memecah keheningan diantara mereka
Faz menoleh “tidak santri, lanjutkan saja perjalanan nya. Agar tidak terlambat sampai pondok”
“baik Gus”
71Please respect copyright.PENANAEc3xeo7quc
***
Syira dan Nada sedang dalam perjalanan ke swlayan yang dekat dengan kampus untuk membeli beberapa kebutuhan persiapan magang. “Ra, mau beli apa dulu ya aku bingung nih”
“beli yang perlu aja Nad, keperluan mandi dan snack mungkin”
“oke baiklah yuk”
Setelah puas hampir satu jam mereka berbelanja kebutuhan, rasa lelah sekarang mulai menyerang. “Nad, ayo pulang aku lelah” ucap nada mengurut kaki nya yang sedikit merasa nyeri
“ayok Ra aku anter pulang ya. Aku juga capek nih.”
Karena jarak rumah Syira dengan swalayan tidak terlalu jauh, maka tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk sampai di rumah.
“ra udah sampai nih tapi maaf aku nggak mampir dulu ya. Bapakku udah nelfon terus dari tadi.” Nada berucap
“iya Nad gakpapa, terimakasih udah nganter aku.”
“sampein salam ku untuk ayah dan ibu ya. Byee. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam. Hati- hati Nada”
Motor Nada berjalan meninggalkan kediaman Syira, lalu Syira bergegas memasuki rumah. Dibuka nya pi tu seraya mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum ayah ibu. Syira pulang”
Ibu Zara yang sedari tadi berkecimpung di dapur mendengar salam dari putri tercintanya segera mengakhiri kegiatan di dapur dan menyambut kedatangan Syira.
“wa’alaikumsalam, eh anak cantik ibu udah pulang”
Syira mencium tangan Ibu dengan takzim “iya bu, tadi mampir dulu ke swalayan. Beli bekel buat magang.”
“ya sudah, kamu ke kamar dulu bersih-bersih. Ngobrolnya nanti lagi, Ayah juga paling sebentar lagi pulang.”
“baik bu”
Syira bergegas menuju kamar nya dan melakukan ritual mandi. Setelah selesai Syira keluar kamar dan segera bergabung dengan kedua orang tua serta kakak nya.
“adek kecil Mas udah cantik aja nih.” Ucap sang kakak
“Syira kan dari dulu memang udah cantik mas, emang mas baru tau sekarang ?” ucap Syira mengerucutkan bibirnya
“tuh bu liat, putri ibu kalau manyun gitu kayak Donald bebek ya bu?” ucap kakak kepada Ibu Zara.
“ihh mas kok aku di samain kayak Donald bebek sih” Syira memukul lengan sang kaka
“sudah sudah, lebih baik makan dulu. Nanti baru di lanjut debat nya setelah makan” suara ayah abi menginterupsi
Mereka berempat pun menyantap hidangan yang telah di siapkan oleh Ibu Zara. Hanya nasi putih di padukan dengan sayur asam, ikan tongkol, tempe, dan yang pastinya ada sambal. Walaupun terkesan sederhana tapi karena di masak dan di sajikannya dengan penuh cinta dan ke harmonisan maka rasanya pun juga luar biasa nikmat. Syira dan Ibu Zara mencuci piring bekas mereka makan, sedangkan Ayah Abi dan Attar membersihkan meja makan. Yahh, Ayah abi memang mengajarkan anak-anak nya untuk mengerjakan tugas rumah tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, mereka duduk di Bersama di sofa ruang keluarga.
Memang setiap harinya Ayah Abi dan Ibu Zara selalu memberikan waktu untuk sekedar berbincang dan bercengkerama dengan putra putrinya, walalupun sudah sibuk dengan kegiatan masing- masing.
“Le, gimana kuliah kamu?” suara Ayah Abi memulai obrolan
“alhamdulillah lancar yah. Kemaren Attar udah ngajuin judul tesis. Doakan saja semoga segera di acc dospem” jawab Attar
“Alhamdulillah, aamiin semoga di lancarkan urusan kamu Le” sahut ibu Zara
Yaaa Attar Yafiq, kakak kandung dari Syira sekarang tengah menempuh Pendidikan S2 jurusan Hukum Islam jalur beasiswa prestasi di Universitas yang berada di Yogyakarta. Tingkat ketampanan dan kepintaran dari Attar sudah tidak bisa diragukan lagi.
“kalo Syira kuliahnya bagaimana” ibu Zara bertanya
“lancar juga bu, dua hari lagi Syira berangkat magang. Syira dapat tempat magang di pondok pesantren Al-Mukmin di Jawa Timur” sahut Syira. Seketika raut wajah sang ibu mulai sendu dan sayu.
“loh Ibu kenapa sedih ?” tanya syira
“nggak papa nduk, ibu kan belum terbiasa jauh dari kamu nduk. Apalagi tempat magang kamu sekarang di Jawa Timur” kemudian Syira memeluk Ibu
“Bu jangan sedih gitu dong. Ayah dengar pondok Al-Mukmin itu pondok yang paling tersohor di Jawa Timur. Biarkan Syira mendapatkan ilmu dan pengalaman disana, disini juga masih ada Ayah dan Attar. Kalau kita kangen tinggal berkunjung saja kesana, atau Syira bisa izin pulang beberapa hari” mendengar suara dari sang Suami membuat tenang hati Ibu Zara
“maafkan ibu yah, ibu hanya terbawa perasaan karena belum pernah berjauhan dengan Syira” ucap Ibu seraya memberikan usapan lembut di kepala Syira yang masih memeluknya.
Saking asyiknya mengobrol, Tak terasa waktu sudah menandakan malam tiba. Mereka bergegas menuju ke kamar masing-masing untuk beristirahat
***
Dua hari telah berlalu, sekarang tiba saat nya Syira dan teman-temannya berangkat ke lokasi magang. Lagi – lagi penampilan cantik Syira memukai membuat semua laki-laki terpana. Padahal Syira hanya mengenakan rok bahan hitam, tunik berwarna mocca di padukan dengan jilbab syari hitam, dan tidak lupa memakai jas almamater.
“Syira” suara bariton laki-laki memanggilnya.
ns 15.158.61.54da2