Basyira Syadza Nashira
Atau orang-orang sering memanggilnya dengan nama Syira. Gadis cantik berkulit putih serta memiliki mata yang cukup teduh. Memiliki sifat yang sangat santun serta penuh kasih sehingga membuat siapapun yang berada didekatnya nyaman. Putri kedua dari pasangan dari ayah Abiyan Zimraan dan Ibu Zara Nadira. Pasangan suami istri yang bekerja dalam dunia pendidikan menjadi seorang guru honorer. Walaupun kehidupan Syira cukup sederhana, tapi keluarganya selalu hangat, harmonis, dan juga agamis. Karena Ayah dan Ibu nya selalu menerapkan ilmu agama kepada kedua anaknya sedari kecil serta memberikan curahan kasih sayang tanpa adanya perbedaan dengan kakak laki lakinya yang bernama Attar Yafiq.
Syira sedang menempuh pendidikannya di semester 5 pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di salah satu di Universitas di daerah Yogyakarta. Sudah saatnya Syira untuk melaksanakan kegiatan magang.
Syira yang baru sampai di parkiran kampus pun segera memarkin motornya dan melepas helmnya. Mengawali pagi dengan Bismillah dan senyuman, itulah yang selalu diterapkan Syira setiap sampai di kampus tercintanya. Sebelum menuju ke gedung Fakultasnya, Syira menyempatkan diri untuk ke taman kampus. yahh hanya sekedar untuk menatap bunga-bunga yang ditata sedemikian rupa sehingga menghiasi taman itu begitu indahnya.
Syira duduk di bangku taman seraya membaca buku yang di bawanya. Mencari ketenangan, yah dengan cara itu lah Syira memperoleh ketenangan. Membaca buku dengan suasanya taman bunga yang asri dan indah. Saking fokusnya Syira membaca buku, dia tak menyadari bahwa ada seseorang dengan postur tubuh yang tinggi berkulit putih bermata coklat yang sudah ada di sampingnya.
"Assalamu'alaikum Syira." ucapnya sambil tersenyum
mendengar ucapan salam yang ditujukan untuknya, Syira pun mendongak melihat siapa gerangan yang mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam Warohmatullah" jawab Syira seraya menundukkan pandangannya setelah mengetahui bahwa yang di dekatnya adalah laki-laki.
"apakah aku sudah mengganggu waktunya Syira?" tanya laki-laki tersebut.
"euummm.. ti-tidak kak. eummm kak Dzaki ada perlu apa ya ?" jawab Syira gugup, karena belum pernah berduaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya.
Iya laki laki yang sedang duduk disamping Syira adalah Dzaki Ibadurrahman. Laki-laki yang sangat populer dikalangan mahasiswa perempuan, karena ketampanan dan juga kecerdasan yang dimilikinya. Kakak tingkat Syira di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam sekaligus ketua BEM. Banyak perempuan yang bermimpi untuk menjadi pasangan hidup dari Dzaki Ibadurrahman. Hanya saja laki - laki tersebut tidak pernah mengindahkan para kaum hawa yang sedang menggandrunginya.
"ada hal yang ingin aku sampaikan kepadamu Syira." Ucap Dzaki tegas
tanpa memandang lawan bicaranya Syira menjawab "hal apa kah yang akan kak Dzaki sampaikan kepada saya ?"
Dzaki menghela nafas mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang selama ini mengganggu pikirannya " jadi begini Syira, aku merasa tertarik kepadamu. Sudah lama sejak kamu masih menjadi Maba di kampus ini. Kamu yang berbeda dengan teman-temanmu yang lain. Kamu yang ramah kepada sesama, kamu yang selalu tersenyum dengan sifat kasihmu banyak orang yang nyaman berada didekatmu. Kamu yang selalu taat beribadah kepada-Nya dan masih banyak hal lagi yang membuatku tertarik kepadamu. Aku tidak mau rasa ini terus berlarut tanpa adanya kepastian. Jadi hari ini aku beranikan diriku untuk mengungkapkan semua kepadamu Syira..." Dzaki menarik nafas dalam sebelum melanjutkan perkataannya. "Syira maukah kamu menjalankan ta'aruf denganku?"
Deg!
Syira masih diam terpaku mendengarkan semua yang dikatakan oleh Dzaki. Masih mencoba memahami setiap kata yang diucapkan Dzaki. Syira sedikit menoleh melihat Dzaki, kemudian menundukkan kembali wajahnya. Dengan lirihnya Syira menjawab " apa yang kak Dzaki katakan? Kalau ingin bercanda jangan seperti ini kak, ini tidak lucu sama sekali."
"aku sedang tidak bercanda Syira, aku serius dengan kata-kataku tadi. Aku ingin mengajakmu untuk ta'aruf, aku ingin mengenalmu lebih dalam dan memperdalam hubungan ini jika kamu berkenan." jawab Dzaki mempertegas
Syira pun yang masih belum terlalu percaya dengan apa yang didengarnya. "kak tapi kenapa saya? banyak perempuan lain yang lebih segalanya dari saya kak yang cukup pantas bersanding dengan kak Dzaki."
"kamu tidak harus menjawabnya sekarang Syira, kamu boleh mengambil waktu berfikir tentang tawaran ta'arufku tadi. kalau begitu aku pamit dulu karena sebentar lagi ada rapat. Assalamu'alaikum." Dzaki pun pergi meninggalkan Syira dengan keadaan yang diam terpaku karena masih syok. Tak berselang lama ada perempuan yang berlarian menuju taman
"Syiraa...Syiirraaa." teriak sahabat Syira yang bernama Nada
"Astaghfirullah Nada, perempuan jangan teriak-teriak seperti itu" jawab nada dengan senyuman
"hehe..maaf syira aku reflek" menggaruk lehernya yang tidak gatal
"iya tidak apa Nada, ada apa gerangan kamu sampai teriak-teriak seperti itu?" jawab Nada seraya mengarahkan Nada untuk duduk disampingnya
"tadi aku sempat sedikit mendengar dari ruang dekan bahwa kamu salah satu mahasiswa yang terpilih untuk mengikuti pertukaran pelajar di Turki Syiraa" menjelaskannya dengan antusias
Seketika mata Syira membelalak kaget. Dia tidak menyangka bahwa akan terpilih dalam program pertukaran pelajar. Yahh Syira merupakan mahasiswa yang memiliki segudang prestasi untuk kampus tercintanya. Tak ayal pihak Universitas memilihnya untuk mengikuti program ke Turki. Ada rasa bahagia terpancar dalam wajah cantik Syira, akan tetapi tidak lama senyum bahagia itu luntur berganti dengan raut wajah yang murung. Semua perubahan ekspresi Syira itu tak luput dari pandangan sahabatnya, Nada.
Nada pun memegang bahu sahabatnya, seketika membuyarkan lamunan Syira "hey Syira kenapa kamu jadi murung seperti ini ?"
"ah tidak apa apa nada, aku hanya sedikit kaget saja mendengar kabar yang kamu sampaikan" jawab Syira dengan mengalihkan pandangan ke tempat lain.
nada mengerutkan keningnya "kita bersahabat sudah sangat lama Syira, kamu tidak pandai untuk membohongiku. Raut wajahmu mengatakan bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja. Hayolah Syira, kamu tidak mau menceritakan apapun kepadaku ?" menatap sahabatnya dengan tajam
Syira menghela nafasnya kasar " Huffftttt... memang aku tidak akan pernah bisa membohongi sahabatku yang cantik ini." jawab Syira seraya mencubit pipi Nada agar sahabatnya itu tidak marah kepadanya. "aku bahagia mendengar kabar bahwa aku salah satu mahasiswa yang terpilih untuk berangkat ke Turki. Hanya saja sepertinya aku tidak akan berangkat kesada Nada." Syira menjelaskan dengan menundukkan kepalanya
"Kenapa?"
"Aku tidak tega meninggalkan orangtua ku, mas Attar sudah pergi menempuh pendidikan ke Yaman. Aku tidak mungkin pergi juga kan? siapa yang akan menjaga orangtuaku kalau aku juga pergi ke Turki. Apalagi kondisi ibuku dikatakan sedang kurang sehat. Aku tidak tega Nada, aku tidak tega meninggalkan mereka walaupun cuma enam bulan" Air mata Syirapun jatuh mengenai wajah cantiknya.
melihat sahabatnya menangis, dengan cepat tangan Nada menghapus air mata Syira. "jangan menangis Syira. Aku tahu posisi mu sekarang ini. Baiklah jika kamu tidak mau berangkat ke Turki, kita akan bersama-sama disini untuk mencari tempat magang. Okeyy? " tanya Nada sembari tersenyum
"Nada, terimakasih. Kamu sahabat terbaikku, yang bisa membuat mood ku yang buruk kembali baik." ucap nya sambil tersenyum sembari mengusap airmata
"sama sama, yaudah yuk ke kantin. Aku lapar banget nih, keburu dosennya dateng." Nada pun menarik lengan sahabatnya untuk berdiri, lalu mereka berdua beriringan menuju ke kantin Universitas.
Basyira Syadza Nashira
Atau orang-orang sering memanggilnya dengan nama Syira. Gadis cantik berkulit putih serta memiliki mata yang cukup teduh. Memiliki sifat yang sangat santun serta penuh kasih sehingga membuat siapapun yang berada didekatnya nyaman. Putri kedua dari pasangan dari ayah Abiyan Zimraan dan Ibu Zara Nadira. Pasangan suami istri yang bekerja dalam dunia pendidikan menjadi seorang guru honorer. Walaupun kehidupan Syira cukup sederhana, tapi keluarganya selalu hangat, harmonis, dan juga agamis. Karena Ayah dan Ibu nya selalu menerapkan ilmu agama kepada kedua anaknya sedari kecil serta memberikan curahan kasih sayang tanpa adanya perbedaan dengan kakak laki lakinya yang bernama Attar Yafiq.
Syira sedang menempuh pendidikannya di semester 5 pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di salah satu di Universitas di daerah Yogyakarta. Sudah saatnya Syira untuk melaksanakan kegiatan magang.
Syira yang baru sampai di parkiran kampus pun segera memarkin motornya dan melepas helmnya. Mengawali pagi dengan Bismillah dan senyuman, itulah yang selalu diterapkan Syira setiap sampai di kampus tercintanya. Sebelum menuju ke gedung Fakultasnya, Syira menyempatkan diri untuk ke taman kampus. yahh hanya sekedar untuk menatap bunga-bunga yang ditata sedemikian rupa sehingga menghiasi taman itu begitu indahnya.
Syira duduk di bangku taman seraya membaca buku yang di bawanya. Mencari ketenangan, yah dengan cara itu lah Syira memperoleh ketenangan. Membaca buku dengan suasanya taman bunga yang asri dan indah. Saking fokusnya Syira membaca buku, dia tak menyadari bahwa ada seseorang dengan postur tubuh yang tinggi berkulit putih bermata coklat yang sudah ada di sampingnya.
"Assalamu'alaikum Syira." ucapnya sambil tersenyum
mendengar ucapan salam yang ditujukan untuknya, Syira pun mendongak melihat siapa gerangan yang mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam Warohmatullah" jawab Syira seraya menundukkan pandangannya setelah mengetahui bahwa yang di dekatnya adalah laki-laki.
"apakah aku sudah mengganggu waktunya Syira?" tanya laki-laki tersebut.
"euummm.. ti-tidak kak. eummm kak Dzaki ada perlu apa ya ?" jawab Syira gugup, karena belum pernah berduaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya.
Iya laki laki yang sedang duduk disamping Syira adalah Dzaki Ibadurrahman. Laki-laki yang sangat populer dikalangan mahasiswa perempuan, karena ketampanan dan juga kecerdasan yang dimilikinya. Kakak tingkat Syira di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam sekaligus ketua BEM. Banyak perempuan yang bermimpi untuk menjadi pasangan hidup dari Dzaki Ibadurrahman. Hanya saja laki - laki tersebut tidak pernah mengindahkan para kaum hawa yang sedang menggandrunginya.
"ada hal yang ingin aku sampaikan kepadamu Syira." Ucap Dzaki tegas
tanpa memandang lawan bicaranya Syira menjawab "hal apa kah yang akan kak Dzaki sampaikan kepada saya ?"
Dzaki menghela nafas mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang selama ini mengganggu pikirannya " jadi begini Syira, aku merasa tertarik kepadamu. Sudah lama sejak kamu masih menjadi Maba di kampus ini. Kamu yang berbeda dengan teman-temanmu yang lain. Kamu yang ramah kepada sesama, kamu yang selalu tersenyum dengan sifat kasihmu banyak orang yang nyaman berada didekatmu. Kamu yang selalu taat beribadah kepada-Nya dan masih banyak hal lagi yang membuatku tertarik kepadamu. Aku tidak mau rasa ini terus berlarut tanpa adanya kepastian. Jadi hari ini aku beranikan diriku untuk mengungkapkan semua kepadamu Syira..." Dzaki menarik nafas dalam sebelum melanjutkan perkataannya. "Syira maukah kamu menjalankan ta'aruf denganku?"
Deg!
Syira masih diam terpaku mendengarkan semua yang dikatakan oleh Dzaki. Masih mencoba memahami setiap kata yang diucapkan Dzaki. Syira sedikit menoleh melihat Dzaki, kemudian menundukkan kembali wajahnya. Dengan lirihnya Syira menjawab " apa yang kak Dzaki katakan? Kalau ingin bercanda jangan seperti ini kak, ini tidak lucu sama sekali."
"aku sedang tidak bercanda Syira, aku serius dengan kata-kataku tadi. Aku ingin mengajakmu untuk ta'aruf, aku ingin mengenalmu lebih dalam dan memperdalam hubungan ini jika kamu berkenan." jawab Dzaki mempertegas
Syira pun yang masih belum terlalu percaya dengan apa yang didengarnya. "kak tapi kenapa saya? banyak perempuan lain yang lebih segalanya dari saya kak yang cukup pantas bersanding dengan kak Dzaki."
"kamu tidak harus menjawabnya sekarang Syira, kamu boleh mengambil waktu berfikir tentang tawaran ta'arufku tadi. kalau begitu aku pamit dulu karena sebentar lagi ada rapat. Assalamu'alaikum." Dzaki pun pergi meninggalkan Syira dengan keadaan yang diam terpaku karena masih syok. Tak berselang lama ada perempuan yang berlarian menuju taman
"Syiraa...Syiirraaa." teriak sahabat Syira yang bernama Nada
"Astaghfirullah Nada, perempuan jangan teriak-teriak seperti itu" jawab nada dengan senyuman
"hehe..maaf syira aku reflek" menggaruk lehernya yang tidak gatal
"iya tidak apa Nada, ada apa gerangan kamu sampai teriak-teriak seperti itu?" jawab Nada seraya mengarahkan Nada untuk duduk disampingnya
"tadi aku sempat sedikit mendengar dari ruang dekan bahwa kamu salah satu mahasiswa yang terpilih untuk mengikuti pertukaran pelajar di Turki Syiraa" menjelaskannya dengan antusias
Seketika mata Syira membelalak kaget. Dia tidak menyangka bahwa akan terpilih dalam program pertukaran pelajar. Yahh Syira merupakan mahasiswa yang memiliki segudang prestasi untuk kampus tercintanya. Tak ayal pihak Universitas memilihnya untuk mengikuti program ke Turki. Ada rasa bahagia terpancar dalam wajah cantik Syira, akan tetapi tidak lama senyum bahagia itu luntur berganti dengan raut wajah yang murung. Semua perubahan ekspresi Syira itu tak luput dari pandangan sahabatnya, Nada.
Nada pun memegang bahu sahabatnya, seketika membuyarkan lamunan Syira "hey Syira kenapa kamu jadi murung seperti ini ?"
"ah tidak apa apa nada, aku hanya sedikit kaget saja mendengar kabar yang kamu sampaikan" jawab Syira dengan mengalihkan pandangan ke tempat lain.
nada mengerutkan keningnya "kita bersahabat sudah sangat lama Syira, kamu tidak pandai untuk membohongiku. Raut wajahmu mengatakan bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja. Hayolah Syira, kamu tidak mau menceritakan apapun kepadaku ?" menatap sahabatnya dengan tajam
Syira menghela nafasnya kasar " Huffftttt... memang aku tidak akan pernah bisa membohongi sahabatku yang cantik ini." jawab Syira seraya mencubit pipi Nada agar sahabatnya itu tidak marah kepadanya. "aku bahagia mendengar kabar bahwa aku salah satu mahasiswa yang terpilih untuk berangkat ke Turki. Hanya saja sepertinya aku tidak akan berangkat kesada Nada." Syira menjelaskan dengan menundukkan kepalanya
"Kenapa?"
"Aku tidak tega meninggalkan orangtua ku, mas Attar sudah pergi menempuh pendidikan ke Yaman. Aku tidak mungkin pergi juga kan? siapa yang akan menjaga orangtuaku kalau aku juga pergi ke Turki. Apalagi kondisi ibuku dikatakan sedang kurang sehat. Aku tidak tega Nada, aku tidak tega meninggalkan mereka walaupun cuma enam bulan" Air mata Syirapun jatuh mengenai wajah cantiknya.
melihat sahabatnya menangis, dengan cepat tangan Nada menghapus air mata Syira. "jangan menangis Syira. Aku tahu posisi mu sekarang ini. Baiklah jika kamu tidak mau berangkat ke Turki, kita akan bersama-sama disini untuk mencari tempat magang. Okeyy? " tanya Nada sembari tersenyum
"Nada, terimakasih. Kamu sahabat terbaikku, yang bisa membuat mood ku yang buruk kembali baik." ucap nya sambil tersenyum sembari mengusap airmata
"sama sama, yaudah yuk ke kantin. Aku lapar banget nih, keburu dosennya dateng." Nada pun menarik lengan sahabatnya untuk berdiri, lalu mereka berdua beriringan menuju ke kantin Universitas.
ns 15.158.2.213da2