Dia ?
Ternyata dia putra pemilik pondok ini, ya Allah takdir apa ini? Ucap Syira dalam hati
Kenapa dia ada disini?
Itulah yang tengah dipikirkan Gus muda bernama Faz. Tak pernah disangka ia akan kembali dipertemukan dengan dengan perempuan yang sempat membuat kacau pikirannya.
“Faz.. Faz” sang ummah berulang kali memukul lengan sang putra untuk menyadarkannya dari lamunan.
“astaghfirullah” ucap Faz kikuk
“kamu kenapa to Le kok melamun, pasti kamu terpesona kecantikan Syira. Iya tho? Ummah juga kagum sama wajah teduhnya” senyum ummah
Bak kucing yang ketahuan sedang mencuri makanan, Faz berkilah.
“a-ah nggak ummah. Ta-tadi Faz sedang memikirkan pekerjaan” jawab Faz gugup. Ia langsung memposisikan diri duduk di dekat Abahnya untuk mengurangi kecanggungan
“tapi Syira cantik kan?” tanya ummah
Oh jadi nama gadis cantik ini Syira, nama yang cantik sesuai dengan wajahnya.
“iya dia cantik ummah” jawabnya keceplosan. Syira yang mendengarnya pun tak kuasa menyembunyikan rona merah yang bersemu di pipinya.
Malu ? Pasti!
Menyadari kecerobohannya ia segera bangkit dari duduknya “maaf ummah abah, Faz ke kamar dulu mau mandi” tanpa menunggu jawaban orangtuanya
“ah itu tadi putra tunggal saya namanya Fazil Latif Saad Al-Kautsar, kalian bisa memanggilnya Gus Faz” suara Abah mencairkan suasana “sebentar lagi akan masuk waktu ashar. Sekarang kalian boleh masuk ke kamar untuk beristirahat dulu. Dan maaf disini hanya ada dua kamar kosong, jadi nanti berbagi saja ya.”
“iya Abah tidak apa-apa, kami pamit masuk ke kamar abah ummah” pamit mereka
Abah Emir dan Ummah Aisha menganggukkan kepala seraya tersenyum. Ummah Aisha mendekati sang suami “Abah sepertinya Faz menyukai Syira bah. Wah bentar lagi ummah punya mantu nih”
“iya mah, Abah tadi juga melihat tatapannya berbeda. Tapi biarkan masalah hati mereka selesaikan sendiri, kita tidak perlu mencampurinya. Yang harus kita lakukan hanya mendoakan semoga Faz mendapatkan jodoh terbaik” jawab Abah bijak.
***
Keesokan harinya Syira dan teman-temannya tengah persiapkan menjalan program kerja yang telah disusun di hari-hari sebelumnya. Syira dan Nada akan fokus untuk membantu mengajarkan teknologi kepada SDM di lingkungan pondok pesantren, sehingga mereka dapat membantu untuk mengembangkan pondok. Sedangkan ketiga teman laki-laki nya membantu dalam hal pengajaran di kelas-kelas.
Saat Syira dan Nada hendak menuju ke ruang pengajar, ada suara yang menghentikan langkah mereka “Nduk Syira..” panggilnya dengan lembut
“wonten dawuh ummah”
“untuk program yang akan kalian lakukan nanti koordinasinya dengan Faz ya Nduk, soalnya kan Faz yang akan melanjutkan kepemimpinan di pondok ini. Jadi biar Faz juga sekalian belajar. Abah ingin istirahat dulu katanya” ummah menjelaskan
“Huft kenapa harus dengan Gus Faz sih. Apa tidak ada yang lain ya, kalau kayak gini jantungku serasa tidak aman” batin Syira
“eh i-iya ummah.” Jawab Syira terbata- bata
“kalau begitu kesana nya biar sekalian bareng sama Faz, Nduk. Ummah mau pergi dulu sama Abah ke desa sebelah.”
“iya ummah silahkan” ucap Syira dan Nada bersamaan
“Faz jagain Syira dengan baik, Ummah tau kamu ada hati sama Syira. Segera di halalkan kalau udah ngerasa cocok, keburu diambil orang. hihihi” bisik Ummah tersenyum jahil
Sontak Faz pun menatap Ummah, mata nya membola kaget. Kenapa bisa sang ibu mengetahui bahwa Faz menaruh hati kepada Syira. Ummah mengabaikan tatapan dari sang putra “Syira , Nada ummah pamit pergi dulu, itu Abah udah nungguin. Assalamu’alaikum”
“wa’alaikumsalam. Hati-hati ummah”
“Ehhhmmm” Faz mulai mencairkan suasana “mari saya antar ke ruang pengajar, Ukhti”
“panggil saja saya Syira Gus” jawab Syira mencoba untuk tidak terlihat tegang. Padahal sebenarnya dalam hati Syira tengah menjerit “MasyaAllah suaranya saja bikin adem di hati.” Tapi Syira segera menepis kata hati nya, karena tidak mau terlalu dalam menaruh hati kepada laki-laki yang bukan mahromnya.
Mereka berjalan beriringan sembari mengobrol sederhana. Tanpa mereka sadari, ada Nada yang tertinggal jauh di belakang. “duh nasib nasib, dunia meresa milik mereka berdua yang lain ngontrak” gerutu Nada.
“nah ini ruang pengajarnya. Assalamu’alaikum” ucap Faz
“wa’alaikumsalam Gus” jawab mereka serempak
“perkenalkan ini Syira dan Nada, mahasiswa yang sedang magang di pondok kita. Mereka akan mengajari kita semua tentang menulis, public speaking , dan teknologi terkini.” Jawab faz menjelaskan. Syira dan Nada menanggapi mereka dengan tersenyum.
“Assalamu’alaikum ustadz ustadzah, mohon bimbingannya selama kami disini.”
“siap mbak Syira Mbak Nada” jawab mereka serempak
Syira dan Nada mulai menjelaskan konsep yang ingin di ajarkan ke Ustadz dan Ustadzah yang ada di pondok tersebut. Mulai dari bagaimana agar bisa menulis dengan baik, bagaimana cara agar kita bisa berkomunikasi dengan baik dan benar.
Syira menjelaskan nya dengan sabar dan telaten, menjawab semua pertanyaan dari para pengajar yang belum paham dengan lembut. Walau terkadang merasa lelah, tapi Syira tak pernah menunjukkan nya kepada siapapun, karena Senyum manis selalu menghiasi wajahnya yang teduh. Sambil menunggu para pengajar menulis, Syira mendudukkan tubuhnya disebuah kursi sembari bermain laptop.
Aktifitas nya tak luput dari dua pasang mata yang sedari tadi mencuri-curi untuk memandangnya. Tanpa sengaja pandangan mata mereka saling bertemu, saling memandang sepersekian detik dengan segala gundah di dalam hati.
“perempuan yang pintar dan sabar. Ya Allah ada apa dengan hatiku setiap melihat senyumnya darahku rasanya berdesir sangat kuat” gumam Faz. Yaah yang sedari tadi mencuri pandang ada Gus Faz
“masyaAllah, sosok laki laki idaman. Memiliki akhlak yang sangat baik, sopan, dan juga pintar. Sangat beruntung perempuan yang bisa bersanding dengannya.” Batin Syira menghela nafas “Astaghfirullah Syira sadar, kamu dan dia tidak sebanding. Dia berasal dari keluarga yang sangat berada, sedangkan kamu? Kuliah saja beasiswa.” Menundukkan wajahnya sendu, hati dan pikirannya tengah bertarung.
“kenapa wajahnya terlihat sedih, apa yang membuatnya sedih?” tanya Faz dalam hati. Tiba-tiba Faz datang menghampirinya dengan membawa sebotol minuman. “ini untukmu” menyodorkan minuman ke arah Syira
“ah..i-iya Gus, terima kaasih. Tapi Anda tidak perlu repot seperti ini Gus” mengambil minuman yang ada di depan nya
“tidak repot, tadi sekalian saya membawakan untuk yang lain” jawab Faz mengelak. Padahal sebenarnya ia hanya mengambilkan untuk Syira saja. Hihi ada ada aja modusnya
“bolehkah aku duduk disini ?” tanay Faz
“ooh iya Gus boleh, ini kan pondok Anda Gus, tidak perlu meminta ijin kepada saya” jawabnya menunduk
Faz memposisikan diri duduk di samping Syira, dan masih tetap menjaga jarak.
“maaf kita belum berkenalan dengan baik kemarin. Namaku Faz, Fazil Latif Saad Al-Kautsar. Namamu ?”
“nama saya Syira Gus, Basyira Syadza Nashira” ucapnya menangkupkan kedua tangan di depan dada
“nama yang sangat indah” Syira seketika menoleh, semburat merah muncul di pipinya. Kemudian dia menundukkan kembali wajahnya agar tak terlihat.
“Syira, bolehkah aku bertanya satu hal kepadamu ?” tanya Faz yang memandang lurus kedepan
ns 15.158.61.8da2