“Syira” suara bariton laki-laki memanggilnya.
Syira menoleh ke arah seseorang yang sedang memanggil nya. “iya kak Dzaki, ada yang bisa saya bantu?”
Yaaaa, laki – laki yang memanggilnya adalah Dzaki Ibadurrahman yang dulu pernah mengajak Syira untuk berta’aruf. Dan Sekarang ia tengah menanyakan jawaban ta’arufnya tersebut.
“ehmm..syira, bagaimana dengan tawaran ta’arufku beberapa hari kemaren ?” tanya nya.
“Maaf kak Dzaki saya tidak bisa” jawab Syira menunduk
Deg!
Hati Dzaki bagaikan tertusuk seribu panah. Ia hanya terdiam dan tertunduk lesu. Wanita yang ia cintai sejak pertama kali menjadi maba, sekarang menolak cintanya. Tapi mau bagaimana lagi, Dzaki tidak akan bisa memaksa Syira untuk membalas cinta nya.
Menghela nafasnya “kenapa syira tidak menerima ajakan ku? Apa karena aku bukan dari keluarga kaya? Atau karena aku tidak memakai mobil ? atau karena aku ….”
Belum sempat Dzaki melanjutkan kata-katanya, Syira lebih dulu menyela “maaf kak, apa di mata kak Dzaki aku ini perempuan yang materialistis, begitu! Sebegitu rendahnya aku di mata kak dzaki! Aku tidak memikirkan itu semua kak! Astaghfirullah!” air mata Syira pun luruh membasahi wajah cantiknya.
Dzaki yang melihat nya pun sontak kaget, menyesali apa yang telah dia katakan. Karena terbawa emosi, dia mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakiti orang yang begitu ia cintai. Lidah nya mendadak kelu untuk berucap. “Syi-Syira.. aku tidak bermaksud..”
“STTOOPP KAK !!!” Syira menyela perkataan Dzaki “tidak usah mengatakan apapun lagi, sudah cukup kau merendahkanku kak! Semoga kita tidak bertemu lagi” Syira melenggang pergi meninggalkan Dzaki yang masih membisu. Ia mengusap air mata yang masih saja berjatuhan di wajah nya, “bodoh kamu Dzaki bodoh kamu” ia terus mengerutuki kesalahannya dan terus memukul kepalanya. “sekarang sudah tidak ada harapan lagi” lirihnya menutup wajah dengan telapak tangannya.
Di lain sisi Nada sedang bingung mencari sahabatnya yang sedari tadi tidak muncul batang hidungnya.”huhhhh, dimana sih Syira.” Gerutu Nada. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang “Nad..”
“ya ampun Syira kamu dari mana aja sih, aku dari tadi udah nyarii kamu dari tadi. Eits bentar, kok mata kamu sembab. Ada apa?” ucap Nada menatap tajam
“gakpapa Nada dah yuk kumpul dengan yang lain, sepertinya sudah mau berangkat” ucapnya mencoba mengalihkan pembicaraan.
Menghela nafas sejenak “ kamu berhutang penjelasan kepadaku Ra”
Bagi para mahasiswa yang akan melaksanakan magang, silahkan menuju bus nya masing-masing karena sebentar lagi akan bus akan diberangkatkan.
Begitu terdengar suara pengumuman, para mahasiswa yang sudah bersiap menuju ke bus nya masing-masing. Ada sekitar 20 bus yang akan berangkat menuju ke Jawa Timur. Perjalanan dari Yogyakarta menuju Jawa Timur membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam perjalanana via tol. Semua rombongan berpisah di daerah Surabaya, ada yang menuju ke Sidoarjo, Lamongan, Malang, dan Gresik. Setelah beberapa saat perjalanan bus yang di tumpangi Syira sampai di terminal Bus Bunder Gresik pukul 2 siang. Sesampainya disana ternyata sudah ada mobil dari pesantren Al-Mukmin yang akan menjemput Syira dan ke empat temannya. Yaa Syira magang di ponpes Al-Mukmin bersama dengan Nada, Hafish, Malik, Isa. Mereka bertiga berasal dari jurusan yang berbeda dengan Syira dan Nada. Pendidikan Agama Islam, itu lah jurusan asal mereka bertiga.
“assalamu’alaikum, Nuwun Sewu. apa benar mas dan mbak nya yang akan magang di pondok Al-Mukmin?” tanya seorang lelaki muda yang memakai sarung batik, koko lengan Panjang warna maroon, dan tidak lupa dengan peci warna hitam. Dilihat dari pakaian yang di kenakan dapat di simpulkan bahwa yang menjemput mereka adalah salah satu santri kelas atas di pondok tersebut.
“wa’alaikumsalam. Benar mas, kami berlima yang akan magang di sana.” Jawab Hafish.
“pesan dari Abah Yai kita langsung menuju pondok ya mbak, mas. Nanti biar bisa shalat ashar berjamaah di pondok”
“iya. Kita juga sudah ngerasa lelah sekali.’ Jawab Isa
“mari mbak mas, mobil ada di sebelah sana” menunjukkan posisi parker mobil dengan jempol tangannya seraya membungkukkan badan. Itu lah adab yang selalu di ajarkan oleh Abah Yai Emir kepada semua santrinya, agar selalu menghormati setiap orang. Baik itu muda atau pun lebih tua.
Mereka berjalan menuju mobil yang di tunjukkan oleh santri, untuk menempuh perjalanan berikutnya. Di dalam mobil hanya ada celotehan dari ke empat laki-laki tersebut. Syira dan Nada tidak terlalu banyak bicara, karena memang sedari kecil mereka di ajari untuk membatasi interaksi antara lawan jenis. Mereka asyik dengan camilan nya.
Menempuh waktu kurang lebih 20 menit untuk bagi mereka untuk memasuki Kawasan pondok pesantren Al-Mukmin. Gerbang besar berwarna hijau muda bertuliskan arab yang kalau di baca adalah Selamat Datang telah terlihat. Dan tibalah mereka di depan sebuah rumah yang cukup besar, bergaya Jawa Klasik yang di hiasi dengan taman bunga menambah asri dan damai bagi siapa pun yang masuk.
“alhamdulillah sudah sampai di rumah Abah Yai mas, mbak, silahkan turun.” Ucap santri
“terimakasih mas santri” ucap mereka bersamaan
“sama-sama tidak perlu sungkan. Ini sudah kewajiban saya”
Mereka turun dari mobil , dan menurunkan koper yang berada di bagasi menariknya menuju ke rumah Ndalem.
(Ndalem adalah sebutan untuk tempat tinggal pemilik pondok pesantren)
“Assalamu’alaikum” ucap mereka serempak
Seorang laki-laki paruh baya dengan gamis warna hitam serta sorban yang bertengger di kepala keluar dari dalam rumah “wa’alaikumsalam. Ternyata kalian sudah datang, ayo silahkan masuk.”
“tamu nya sudah datang to bah, ayo sini Nak masuk saja. Silahkan duduk, Anggap sedang di rumah sendiri.” Ucap sang istri yang mengekori laki-laki paruh baya tersebut
“terimakasih pak, bu” jawab Syira
“panggil saja ummah sama seperti yang lain. Dan panggil suami saya Abah ya” ucap ummah
Yang menyambut mereka tadi adalah Abah Emir dan Ummah Aisha. Pasangan suami istri pemilik pondok pesantren.
“baik ummah, abah” jawab mereka
“kamu cantik sekali Nduk, namamu siapa ?” tanya ummah mengusap kepala Syira.
“saya syira ummah, disamping saya namanya Nada, teman saya yang laki-laki bernama hafish, malik, dan Isa” Ungkap syira memperkenalkan teman-temannya. Mereka yang di perkenalkan membalas dengan senyuman.
“semoga kalian bisa betah disini ya, maafkan kalau masih banyak kekurangan di pondok ini. Abah harap kalian bisa menyalurkan ilmu untuk para santri.” Harap Abah pada Syira dan teman-temannya
“insyaallah Abah, terima kasih telah menyambut kami dengan baik. Mohon bimbingan nya selama kami melaksanakan program magang disini” ucap Malik mawakili
Belum selesai perbincangan mereka, datang seorang pria tampan yang menjadi pusat perhatian se pondok pesantren.
“Assalamu’alaikum” ucapnya memasuki Ndalem
“wa’alaikumsalam. Eh anak ummah sudah pulang, gimana Le ngajarnya, lancar ?”
“alhamdulillah Ummah semua berjalan dengan lancar” jawabnya mengambil tangan kedua orang tuanya lalu mencium dengan takzim. Saat melepaskan tangan Ummah, tanpa sengaja sepasang mata nya menangkap siluet seorang perempuan yang juga tengah menatapnya.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantungnya berdetak dengan cepat saat menyadari siapa yang tengah duduk di samping ibu nya.
Dia?
ns 15.158.61.8da2