Sejadah aku lipat Bersama mukenaku lalu aku letakan ke tepi, aku menarik nafas dalam dalam. Terasa air mataku masih mengalir dan mataku berkaca kaca. Aku duduk di pinggir Kasur, apa yang terjadi kepadaku dan fajar 3 hari lalu menyadarkanku, aku terbawa dalam pusaran nafsu syahwat terlalu jauh.
Aku adalah seorang ustazah, tidak seharusnya aku melakukan hal tersebut.
Di dalam kelas hari ini pun aku langsung tidak bertegur sapa dengan fajar ataupun bermain mata dengannya. Entah kenapa aku merasakan penyasalan yang sangat dalam. Aku sadar kalau aku mulai menyayangi fajar, namun aku juga sadar yang dia sudah lakukan padauk, membawaku ke dalam dunia maksiat yang seharusnya terikat hubungan nikah untuk melakukannya.
Aku tak menyangka niatku yang dulu baik, malah terjadi seperti ini, mesum.
Aku sudah mengambil keputusan untuk menyudahi hubungan ini dengan fajar, lagi pula fajar harus fokus dengan ujiannya yang akan segera datang.
Aku menarik nafas dalam, aku membulatkan tekad dalam hati.
---
Aku letakan buku terakhir yang aku periksa ke samping meja, aku menarik nafas dalam sebelum mengambil ponselku dari dalam tas. Perlahan wasap fajar aku buka, awal subuh tadi aku sudah mengirimkan pesan kepadanya, menyuruhnya ke datang ke ruang guru pendidikan agama setelah pulang sekolah, dan aku tahu semua guru pendidikan agama hari ini ada kegiatan masing-masing.
Tiba tiba pintu ruangan itu diketuk perlahan, aku bangun lalu menuju pintu dan aku buka pintunya, aku melihat fajar diluar.
‘assalamualaikum ustazah...’ dia mengucap salam dengan sopan.
‘waalaikumussalam... silakan masuk...’
Fajar melepaskan sepatunya lalu masuk ke dalam, aku dan fajar duduk seperti pertemuan sebelumnya, dia menarik kursi ustazah huda agar dekat dengan ku.
‘ehm... kenapa ustazah mau bertemu saya hari ini?
Karena sebenarnya jadwal pertemuan kami adalah 4 hari lagi.
‘ada hal yang ingin saya sampaikan ke kamu... fajar... dan saya berharap kamu faham dengan baik...’
Aku mengeluarkan kata kata yang telah aku latih sejak tadi malam.
‘eh... ada apa ustazah?’
‘emm... kamu tahu kan apa yang sudah kita lakukan sejauh ini salah?’ dia diam sebentar dan mengangguk.
‘ii... iya ustazah saya tahu itu salah...’
‘sa... saya ini ustazah... fajar... tidak sepatutnya saya melakukan hal seperti itu dengan murid saya... saya... saya mengaku saya juga salah... tapi... apa yang sudah kita lakukan hari itu... sudah ...’
Aku tak menyelesaikan kalimatku, tapi aku tahu dia faham, dia sudah merenggut daraku, dara yang sepatutnya aku simpan untuk suamiku yang halal.
Fajar mengangguk faham.
‘sa... saya faham ustazah... maksudnya... ustazah sudah tidak mau menolong saya lagi... kan?’ aku tidak menjawab pertanyaannya, dari nada bicaranya aku tahu dia tidak marah, hanya kecewa dan aku tahu jawaban diriku ataspertanyaannya.
Fajar mengangguk.
‘saya faham... tapi... kalau saya.. ehm... mau minta sekali lagi.. untuk terakhir kalinya... boleh?... sa.. saya mau.. saya mau mengingat baik baik..’
Aku menggigit bibir bawahku, terasa bersalah karena aku tahu bahwa aku juga menikmati perzinahanku dengan fajar, mataku dan fajar saling bertatapan.
‘baiklah... tapi.. kita tak boleh melakukan... ‘itu’... ya?’ dia mengangguk tanda faham.
Seperti saat pertama kalinya, kaku. Fajar yang memulai duluan, perlahan tangannya meraba pahaku yang berlapiskan jubah biru dongker, di bawah jubahku aku memakai celana tights hitam tipis, dan aku dapat merasakan jemarinya merapa pahaku, mulai meremas lembut.
Fajar merapatkan tubuhnya sedikit sebelum tangannya yang satu lagi mengambil tanganku, lalu perlahan di letakkan diatas tonjolan celananya yang sidah mengeras, perlahan aku mengurut dari luar celana.
‘emm.. tapi kamu harus berjanji juga... walaupun saya sudah tak bisa ‘menolong’ kamu... kamu tak boleh onani atau melihat video mesum lagi...’
Fajar mengangguk perlahan sebelum dia mengecup leherku dari luar kerudung lebarku.
‘ummpph... fajar....’
Aku mengerang lembut, tangan fajar mulai naik perlahan ke kerudung lebarku, buah dadaku yang membulat dia remas perlahan. Aku merasakan jemarinya mulai tenggelam ke dalam daging buah dadaku walau masih berlapis bra, aku terus mengurut batang fajar dari luar, sebelum tanganku memegang celananya dan perlahan tanganku diperintahkan nafsuku membukanya, nafasku semakin berat mendapat sentuhan fajar.
Perlahan aku menarik keluar batang fajar yang sudah keras, lalu aku urut perlahan, merasakan betapa kerasnya batang panas itu dalam tanganku. Aku menggigit bibir bawahku sebelum bibir fajar mengecup telingaku dari luar kerudung, tangannya terus menerus meremas buah dadaku yang bersar itu dalam kerudung.
Nafasku dan fajar semakin berat, dan aku mengetatkan genggamanku ke batang kerasnya sambil terus mengurut.
Tiba tiba, fajar bangun lalu menarik aku bangun bersamanya, bibirku dikecup lembut fajar dan kau mulai membalasnya perlaha. Tidak lama setelah itu, lidah kami mulai bersilat penuh nafsu, melepaskan nafas dan erangan ke mulut masing masing, dengan tanganku yang masih mengurut batangnya dan tangannya masih meremas buah dadaku dengan rakus.
‘ummmmph.... ustazah....’
Tangannya turun ke arah pantatku dan terasa semakin membulat, membuat kau mengerang manja ke dalam mulut fajar. Jemarinya tenggelam dalam daging pantatku walaupun masih terhalang jubah, dengan tangan yang satu lagi masih meremas gunung kembar.
Aku dan fajar berciuman cukup lama kali ini, dan aku biarkan saja. Aku sangat suka ketika lidah kamu saling membasahi satu sama lain, dan aku suka mendengar erangannya ke dalam mulutku, sambil tanganku terus megurut batang dia.
Tangan fajar tiba tiba bergerak dari buah dadaku ke arah leherku dari luar kerudung, lalu dia pegang kepalaku. Sambil tangannya yang lain meremas pantat bulatku semaunya, kemudian kecupan dia lepaskan, aku menggigit bibir bawahku karena malu, aku masih mau.
‘ump... hisap batang saya ustazah...’
Aku tersenyum nakal sebelum mengangguk, perlahan aku berlutut di hadapan fajar, muridku. Batang yang memang aku genggam dari tadi aku urut perlahan sebelum bibirku mencium mengelilingi batangnya. Tahu ini yang terakhir yang akan kami lakukan aku akan memuaskan muridku ini, sengaja aku menciumi lebih lama.
Fajar melihat saja perlilaku ustazahnya, sesekali tangannya membelai kepalaku dan sesekali ak usengaja melihat ke wajahnya sambil mengecup batangnya.
Kemudian, perlahan aku dekatkan bibirku ke kepala batangnya, sebelum aku dorong batangnya ke dalam mulutku. Aku masukkan setiap inchi batang fajar ke dalam mulutku, dan aku hisap perlahan. Aku mulai gerakkan kepalaku ke depan dan belakang perlahan, menikmati betul betul rasa batangnya di dalamu mulutku agar aku terus mengingatnya.
Rasa panas itu.
Rasa keras itu.
Rasa denyutannya di dalam mulutku
Aroma batangnya masuk ke saraf penciumanku
Aku masukkan memori itu kedalam otaku
Tanganku yang satu lagi memegang kantung maninya lalu aku urut perlahan, sambil aku mulai menggerakkan sedikit cepat. Cukup pelan untuk aku nikmati batangnya dalam mulutku, dan kucup cepat untuk menambah nikmat ke batang fajar.
‘ahhh... ustazah... ummmph... saya pasti akan merinduka rasa... ummmph... mulut ustazah ini... ahhhh...’
Aku hisap sedikit kuat smbil mataku bertemu dengan mata fajar, memberi pesan bahwa aku juga akan merindukan batang dia dalam mulutku.
Aku mulai mempercepat gerakan kepalaku, batang fajar aku masukkan semakin dalam menyentuh tekakku, aku terus mengurut dasar batang fajar sambil aku terus hisap dan kulum batang muridku. Fajar mengerang sambil tangannya memegang kepalaku.
Tanganku yang lain aku biarkan di paha fajar, sambil aku mempercepat dayungan kepalaku.
‘ahhhh.... ustazah... nikmat sekali... ummmmph...’
Lalu dapat aku rasakan batang fajar berdenyut semakin kuat, aku tidak mau terkahir kali fajar keluar dengan cepat maka aku keluarkan batangnya dari mulutku, perlahan aku mengecup kepala batangnya sambil memegang dasar batangnya, aku mencoba berbuat demikian agar mengurangi rasa akan keluarnya mani fajar.
‘ummmp... fajar mau keluar ya?’
Fajar mengangguk dengan malu, aku tersnyum nakal sebelum aku turn lalu aku jilat dan cium kantung maninya, membiarkan batang fajar istiraha sebentar.
Kemudian aku bangun lalu aku menunggingkan pantatku untuk fajar, aku tahu fajar suka pantatku.
‘ump... fajar mainlah dengan pantat ustazah dulu...’
Fajar tersenyum nakal dan tanpa menunggu lama, giliran dia pula yang berlutut. Masih berlapiskan jubahku, tangan fajar, keduanya mulai meremas rakus pantatku. Sebelum bibirnya mulai mencium daging pantatku.
Perlahan, tangan fajar masuk ke dalam jubah lebarku, lalu menarik turun celana innerku bersama cangcutku, dan aku biarkan saja. Bibir dan tangan fajar merasai daging pantatku semaunya. Jemari fajar menyentuh setiap ichi daging pantatku, meremas, mencubit, dan merasi dagin pantatku yang bulat pejal. Walalpun aku memakai jubah, pantatku yang bulat itu masih menonjol menarik mata mata gatal ke pantatku itu.
Aku tunggingkan lagi pantatku untuk fajar, dan aku biarkan tangan fajar menikmati daging patatku, aku menggigit bibir bawahku nakal, melihat muridku melahap pantatku.
‘ummmph... fajar suka pantat ustazah ya?’
Fajar mengangguk, dapat aku rasakan fajar menggigit pantatku perlahan sebelum dia bangun, tangannya terus merepas pantatku sebelum batang keras tadi diletakkan ke celah pantatku.
‘ummmph... sudah sedikit lega?’
Fajar mengangguk, batangnya ditekan supaya masuk ke celah pantatku yang hanya berlapiskan jubuh tipisku, tubuhnya dirapatkan sebelum tangannya bergerak maju, lalu kedua buah dadaku diremas rakus di atas kerudung lebarku.
‘ummmph... saya mau ustazah... saya mau ustazah sewaktu waktu..’
Dia berbisik lembut ke telingaku, aku menggigit bibir bawahku, wajahku merah mendengar kalimat fajar.
‘ummmph... tapi fajar... kita tidak bisa... kamu murid saya.... kita tak bisa... umph’
Aku mengerang lembut dengan tangangku memegang mejaku.
Pantatku lalu didayungbatang keras fajar, kedepan dan kebelakang, membuat aku mengerang manja.
‘aaahhhh... fajar... ke... kerasnya batang kamu... ahhh’
Aku mengerang manja, fajar mulai menggesekkan hidung dan wajahnya ke leherku yang berbalut kerudung, sambil kedua tangannya meremas buah dadaku.
‘ummph... ustazah yang membuat batang saya keras...’
‘aahh.. tapi ustazah tak ada saat kamu... umpph... mulai coli... nonton video mesum itu’
Sengaja aku gunakan kata coli, aku tahu ini terakhir kaliku bersamanya, mungkin aku bisa lebih nakal sedikit.
Aku memegang mejaku erat, menikmati tangan fajar meremas buah dadaku,mebiarkan tubuhku dinikmati fajar semaunya, nafasku semakin tak karuan dan aku dapat merasakan air vaginaku semakin meleleh ke paha.
Belum sempat aku berbuat apa apa, fajar menarik batangya sebelum meremas pantatku, lalu ditampar sedikit kuat.
‘ahhhhh.... fajar...’
Aku mengerang sedikit sakit namun terasa sedap, fajar senyum nakal sebelum tubuhku diputarnya, bibirnya kembali mengecup bibirku dan tangannya kembali meneroka tubuh ustazahnya itu, dan aku hanya mampu memeluk lehernya saja, membiarkan tubuhku dijamah muridku.
Lidah kamu kembali saling membasahi penuh nafsu, erangnan bersautan, nafas kami saling bertukar, tangan fajar turun ke buah dadaku, lalu diremas rakus, dari luar jubahku, fajar menarik turun braku, cukup untuk melimpahkan buah dadaku di dalam jubahku.
Tangan fajar kemudian keluar sebelum meremas buah dadaku dari luar, jemari fajar sengaja menarik kerudungku, mengetatkan di bagian buah dadaku supaya putingku yang keras menimbul walaupun di atas kerudungku, fajar melepaskan kecupan sebelum tersenyum nakal, dan aku tahu apa yang dia mau lakukan.
Wajahnya turun lalu mulutnya menangkap putingku yang timbul di atas kerudung, tubuhku melenting kesedapan diatas mejaku, dan tanganku mulai meliar, mendorong dorong semua buku dan kertas di atas mejaku yang tadinya sangat rapih.
‘ahhhhhhhhhhhhhhhh.... fajarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr.... umph... nikmat sekali,,, ahhh.’
Walaupun berlapiskan helai kerudung dan jubah aku dapat merasakan hangat dan basahnya mulut dan lidah fajar di putingku yang semakin keras, nafasku tidak karuan.
‘ummmph..... ustazah.... srrrrrrrp...’
Dia menghisap penuh birahi, dan sesekali putingku digigit manja, sebelum mulutnya dipindahkan ke puting satu lagi.
‘ahhhh.... fajar.... ummmmph.... ummmph....’
Aku mengerang kesedapan, satu tangan fajar meremas buah dadaku dan satu lagi memeluk pinggangku erat, memastikan tubuhku rapat dengannya, dan aku mau itu juga.
Aku merasakan tubuhku yang penuh birahi sambil aku mulai mengusap kepala fajar, membiarkan fajar menjamah buah dada besarku itu meski terhalangi kerudung lebar tipisku, tanganku seolah olah bergerak sendiri, turun mencapat batang keras fajar lalu aku urut perlahan, mau dia merasakan nikmat yang sama.
Aku tidak tahu berapa lama dia menjamah buah dadaku, dan aku tidak peduli. Aku biarkan saja fajar menikmati buah dadaku itu, sambil terus mengurut batang dia. Kemudian fjar menarik wajahnya sebelum kembali mencium bibirku, lidah kami kembali berteu penuh nafsu, basah sekali.
Aku dapat rasakan ciuman fajar sangat rakus ke bibirku, dan tangannya mulai bergerak ke celah pahaku. Jubahku ditarik sebelum jemarinya manangkap vaginaku yang tembem, membuat aku mengerang terkejut namun menikmatinya.
‘ummmph...’
Fajar tidak melepaaskan keupan, bibirnya dibiarkan bertautan dengan bibirku sambil jemarinya terus mengurut bibir vaginaku dari luar jubah, seperti dilakukan dalam mobil beberapa minggu lalu.
Nafasku semakin cepat dan tak karuan, mulai membiarkan mulutku diratah fajar semaunya. Tanganku memeluk leher fajar dengan tubuhku yang melenting kesedapan karena vaginaku yang dia urut. Aku sangat kagum padanya, karena walaupun baru sekali dua kali bermain dengan vaginaku, seolah olah dia tahu bagaimana hedak menyentuh agar aku merasa menikmati jemarinya.
‘aaahhhhhhhhhhh.... faaajjjar... ummmmphh..’
Fjar terus mencium penuh birahi, tangannya tak henti mengurut bibir vaginaku dan biji kelentitku. Membuat tubuhku melenting dan terangkat kesedapan, nafasku menjadi semakin tidak karuan.
Walaupun masih berlapiskan jubahku, aku tahu air vaginaku semakin meresap ke kain jubahku, pahaku mulai mengapit tangan fajar yang tidak mau pelan itu, jemarinya mulai mengurut semakin rakus dengan lidahnya terus menerus menjamah mulutku penuh nafsu.
‘ummmp... faj.... ar... ummph.. ahhhh’
Aku mengerang dalam kecupannya, tahu diriku semakin dekat ke puncak, tubuhku melenting kesedapan dan mulai memegang lengan fajar erat, nafasku semakin cepat, dan aku tahu fajar juga tahu kalai aku semakin dekat ke puncak kenikmatan seks.
‘ahhhh.... muncratkan saja ustazah... ahh..’
Erangan fajar diantara kecupan kami, aku mengangguk, aku memegang lengan fajar dengan erat sebelum pahaku mengapit tangannya dengan ketat. Tubuhku melenting kesedapan dan vaginaku mengemut kuat, memuntahkan air kepuasan ke jari fajar yang berlapiskan kurudung labuhku.
Nafas kami smekain berat, fajar berhenti mengurut namun jarinya masih di pahaku, sebelum tubuhku yang bergetar dari klimaks tadi, dan perlahan fajar melepaskan ciuman dari bibirku, mata kami bertatapn.
‘ummmppph... fajar.. kamu... nakal’
Fajar tersenyum nakal sebelum mencium pipiku, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan, pipiku menjadi merah karena malu bahagia.
Dan sebelum sempat aku berbuat apa apa, fajar menarik kursinya dan duduk, aku merasa sedikit keliru.
‘ummp... mau tidak... untuk yang terakhir kali ini... ustazah... ummm... urut batang saya pakai kerudung lebar ustazah? Seperti awal awal dulu?’
Wajahku merah malu mengingat apa yang aku lakkan kepadanya dulu, aku mengangguk sebelum aku turu berlutut di celah pahanya.
Perlahan aku bawa kerudung lebarku membalut batang fajar, sebelum aku mulai mengurut batangnya ke atas dan ke bawah.
‘uuummmph... ustazah..’ erangan manja.
Aku senyum nakal sebelum menundukkan kepalaku, lalu aku jilat sedikit kepala batangya yang berdenyut, aku tahu fajar tidak dapat menahan ini lama lagi.
‘ummmmph... ajar mau keluarin dimana?’
Fajar tersenyum namun wajahnya sedikit ragu.
‘emmmph... jawablah fajar’
Fajar melihat ke dalam mataku, bibirnya terbuka sedikit sebelum menjawab.
‘di... didalam memek ustazah...’
Mataku membulat kaget, aku tahu fajar juga mau yang telah aku larang agar tak memasukkannya kesana. Maka untuk mengeluarkan maninya di dalam adalah hal yang mustahil. Aku tidak menjawab.
‘ehhhmm... ustazah........’
Dari denyut batangnya aku tahu kalau dia sudah dekat mendapatkan kenikmatan seks, aku tidak tahu apa yang aku pikirkan, aku menggenggam batangnya erat tidak mau di keluar lagi, fajar sedikit terkejut dengan apa yang aku lakukan.
Aku mendorong diriku bangun, dan jujur aku merasa hilang akal karena nafsu ini.
Aku mulai memanjat utbuh fajar yang sedangduduk itu.
Aku menarik jubahku sampai cuku untuk aku naik ke atas fajar.
Batang fajar yang tidak aku lepaskan dari bibi vagianku, mataku bertemu dengan mata fajar.
‘ummmmphh... seperti itu... mau keluar di dalam ustazah... baiklah...’
Kataku manja, mau merealisasikan permintaan fajar yang terkahir, fajar sdikit terkejut sebelum mengangguk.
Kemudian aku menurunkan tubuhku, lalu aku bawa batang fajar ke dalam liang nikmatku.
Seinchi demi seinchi.
Vaginaku yang sudah tak berdara, namun terasa batangnya ketat.
Terasa pedih ketika batang fajar membuka lubang itu dan menyumpat liang nikmatku.
‘ummmmpppp... fajaaaaaaaaaaaaaaaaaaar!!!... muncratlah di dalam ustazah, fajaaar....’
Aku mengerang kesedapan, vaginaku yang masih basah dari klimaks dan masih sensitif terus mengemut batang fajar.
‘ahhhh..... ustazah.... bilang ‘kontol....!!!!’
‘kontooooooooooool’
Aku mengerang di telinganya, dia mengerang kesedapan sambil meremas pantatku. Batangnya berdenyut kuat di dalam vaginaku lalu fajar mendorong batangnya dalam dalam sedalam mungkin.
Memenuhi rongga vaginaku dan dengan itu batangnya memuntahkan lahar panas air mani ke dalam vaginaku yang haus itu.
‘anjiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing..... ustaazaaaaaaaaaaaaaaaaaah memek ustazah nyepot banget.... ahhhhhhhh’ aku biarkan dia mengatakan hal kasar itu padaku.
‘kontoooooooool muncraaaaat... aaaaaah’
Aku mengerang kesedapan merasakan vaginaku dipenuhi air mani fajar, vaginaku terus menerus mengemut batang fajar yang masih muntah itu, nafasku berombak mengikuti rentak denyutan batang fajar, sambil tubuhku bertemu dengan tubuhnya, aku menyandarkan kepalaku ke bahunya, membuat wajahku merah lagi dan badanku terasa sangat hangat.
‘ummmph... ahhh.... fajar... panas sekali air mani kamu’
Fajar hanya senyum sebelum bibirnya mencium kepalaku, aku malu sekali mendapat ciuman itu namun aku merasa bahagia.
‘ahhh... terima kasih ustazah... untuk... ‘semuanya’...’ bisiknya perlahan.
Semuanya, bibirku, buah dadaku, pantatku, vaginaku, dan dara perawanku.
Aku diam sebentar, entah mengapa, air mataku mulai berair sedikit. Tahu ini yang terakhir kali aku ‘bersamanya’. Walaupun selepas ini kami masih akan bertemu di dalam kelas, dia tidak akan sama seperti sekarang.
‘terima kasih juga.... fajar...’
Aku menjawab, menyenderkan kepalaku di bahunya, menyembunyikan air mataku.
Ada sekitar 15 menit kami dia begitu, tanpa kata, hanya nafas yang saling bersautan, nafasku dan nafasnya mulai tenang. Sampai fajar bilang kalau dia sudah pegal, karena aku duduk di pahanya.
Aku mencoba bangun dari posisi itu, kurasakan batang fajar mulai meninggalkan liang peranakanku.
‘aku akan rind kamu kontol’ dalam hati sambil melepaskan dia perlahan.
Plop
Kurasakan ada air dalam vaginaku yang meleleh ke batang fajar, lalu aku membersihkannya dengan mulutku. Setelah dia membereskan pakaianya, dia pamit pulang setelah mencium bibir dan keningku.
2 TAHUN KEMUDIAN
Ponselku berbunyi di kursi penumpang sebelah, mobil yang perlahankan untuk mengambil ponselku, nama yang terlihat di layar.
Bunda
Nafasku tarik sebelum tombol hujau ditekan, membawa ponselku ke dekat telinga.
‘assalamualaikum bunda...’
‘awaalaikumussalam... echa sudah dekat mana? Rombongan sudah mau sampai...’ kata bundaku.
‘bunda... masih dijalan ini... echa baru selesai rapat... kalau sudah datang pun mulai saja sama bunda ya... bukannya saya gaperlu ada disana juga...’ kataku bercanda.
‘hah?... terus nanti bunda yang pakai cincin dari dia gitu?... kamu ini... iyalah... cepat sedikit... menyetir yang baik...’ pesan bundaku, aku tertawa kecil sebelum mematikan telpon.
Dua tahun sejak kejadian itu, umurku kini mencapai 26 tahun, dan sepanjang tahun ini, bundaku tidak henti hentinya bercerita tentang nikahan, hampir semua anak rekan rekannya dia rekomendasikan kepadaku, namun semua aku tolak mentah mentah.
Aku katakan pada bundaku aku belum siap, karena hatiku masih terus mengingat fajar. Walaupun setelah lulus aku tidak tahu dia melanjutkan studi kemana, dan akan bertemu dengan perempuan yang lebih baik diusia sebayanya.
Mungkin karena aku sudah bosan dengan ocehan bundaku yang mau aku segera menikah, dan menurut dia ini pilihan lekaki yang tepat, maka aku iyakan yang terakhir ini.
Mungkin aku akan mencintainya nanti setelah menikah. Harapku.
Mobil aku parkirkan di tempat biasa, dan kelihatan dua buah mobil yang tidak aku kenali, sudah sampai kah mereka?
Sambil membetulkan kerudunglebarku di cermin sebentar, lalu aku keluar dari mobil, perlahan aku melangkahkan kaki ke arah pintu dengan hati yang berdebar debar, aku tidak tahu kenapa.
‘assalamualaikum...’
Aku memberi salam perlahan, namun cukup untuk semua yang ada diruangan itu, semua kepala mengarah kepadaku, aku senyum sopan sebelum matakau melihat ke arah seorang lelaki yang sedang duduk di sebelaj lelaki yang sedikit berumur, mungkin ayahnya.
Lelaki itu aku kenal betul..
Lelaki itu.....
Lelaki itu.....
Lelaki itu.....
Lelaki itu.....
Lelaki itu.....
Andika kangen band
Eh bukan....
ns 15.158.61.54da2