Masalalu yang diceritakan membuat otak bekerja untuk memutar kembali kenangan yang tersimpan. Seluruh perasaan dan emosi tumpah ruah menjadi bumbu pelengkap dalam cerita. Kepingan puzzle yang dulu berserakan kini perlahan membentuk cerita. Yang terkubur muncul ke permukaan, yang tak terungkap kini diceritakan, yang terkunci rapat sekarang terbuka. Satu demi satu benang merah mulai terurai. Sesuatu yang terkubur oleh waktu, kini dibuka kembali oleh takdir.
Setelah mendengar cerita mengenai ibunya, Mayang segera menghubungi Rio. Ia ingin mendengar kisah dari pihak Paman Doni dan Tante Maria. Rio satu-satunya anak Paman Doni yang dapat diajak bicara oleh Mayang. Jika itu Bisma maka pembicaraan mereka hanya akan menjadi pertengkaran saja. Jika itu Bram, ia akan berbohong dan mulai merayu.
Mayang dan Rio bertemu di taman kota pukul 8 pagi. Ia tidak ingin keluarganya tau, jadi ia berbohong ingin pergi ke rumah teman. Jika kedua kakaknya tau bahwa dia pergi untuk menemui Rio, maka Mayang akan dilarang pergi oleh kedua kakaknya. Kedua kakaknya khawatir jika Mayang akan mendapat masalah jika bertemu dengan ketiga anaknya Paman Doni.
Saat tiba di taman Mayang segera mencari Rio. Ia ingin segera mengetahui ceritanya dan segera pulang. Tak lama kemudian, Mayang melihat Rio melambai di kursih taman. Ia pun segera berlari menemuinya. Rio terlihat datang dengan baju rapi, rambutnya di sisir kebelakang sehingga tampak dewasa dan segar.
“Maaf aku terlambat” Mayang berusaha mengambil nafas
“Kenapa ingin bertemu denganku di taman?” Pipi Rio memerah tersipu malu. Rupanya Rio salahpaham tentang ajakan Mayang untuk bertemu di taman kota.
“Rio, aku ingin mendengar cerita ibuku yang kamu ketahui berdasarkan cerita dari Paman Doni dan Tante Maria” Mayang segera duduk bersemangat menyiapkan telinga.
“Huh?” Rio tidak percaya bahwa kedatangannya ke taman kota hanya untuk menjadi pendongeng di siang hari. Perasaan kecewa tergambar jelas di wajah Rio.
“Ayolah, aku akan melakukan apapun yang kamu minta untuk hari ini” Mayang menawarkan perjanjian demi mendengar cerita mengenai ibunya. Ia tau bahwa Rio kecewa mendengar perkataannya.
Rio pun kembali bersemangat mendengar tawaran Mayang, ia menceritakan kisah tentang ibunya dan adik ibunya. Mereka Kakak adik yang sangat akur sebelumnya hingga kejadian pembagian warisan. Ayah mereka memberikan bagian warisan lebih banyak kepada istri Pak Bambang. Ibunya Rio sangat sedih dan menikah dengan laki-laki kaya yaitu Paman Doni.
Istri Pak Bambang menikahi Pak Bambang yang waktu itu memiliki pekerjaan sebagai tukang pos. Ibunya Rio sangat marah kepada adiknya karena menyangka bahwa adiknya telah diperdaya oleh Pak Bambang sehingga ia menjadi kaya tanpa harus bekerja keras. Namun istri Pak Bambang tetap bersihkukuh ingin menikah dengan Pak Bambang.
Akhirnya pernikahan pun terjadi, mereka dikaruniai dua anak laki-laki yang tampan seperti Pak Bambang. Semenjak menikah Pak Bambang bekerja sebagai pegawai tetap di kantor pos. Jarak tempat ia bekerja dengan rumah yang ia tinggali sangatlah jauh, sehingga Pak Bambang jarang pulang.
Paman Doni dan Tante Maria mencurigai Pak Bambang telah berselingkuh. Ia berdalih tentang pekerjaan padahal ia tengah asyik menghamburkan uang keluarganya untuk bersenang-senang dengan wanita lain. Istri Pak Bambang sedih karena kakaknya tegah berprasangka buruk terhadap suaminya.
Rasa rindu tumbuh begitu besar, hingga tak dapat tidur nyenyak dan tak nafsu makan. Istri Pak Bambang pun akhirnya jatuh sakit berkali-kali. Hingga akhirnya penyakitnya menjadi parah dan meninggal dunia.
Saat adiknya meninggal, Pak Bambang tidak ada di samping adiknya disaat terakhirnya. Paman Doni mengatakan bahwa mungkin Pak Bambang tengah asyik bermain dengan para wanitanya, sehingga ia lupa bahwa ia punya seorang istri yang selalu menunggunya. Saat Pak Bambang datang melihat nisan istrinya, ia berulang kali mencoba menjelaskan kejadian yang menimpahnya. Namun, Paman Doni dan Tante Maria tidak ingin mendengar alasan Pak Bambang. Mereka menganggap Pak Bambang sedang berbohong dan mencari berbagai alasan untuk menutupi tabiat buruknya.
Setelah mendengar cerita dari Rio, Mayang pun menyetujui ajakan Rio untuk pergi berkencan dengannya ke aquarium. Mereka berfoto bersama dan menikmati pemandangan ikan di dalam air yang luar biasa mengagumkan. Rio suka dengan Mayang sejak pertama kali ia datang ke rumahnya. Sejak hari itu, ia selalu mencari cela untuk dekat dengan Mayang. Tapi, Bisma dan kedua kakak Mayang menjadi halangannya. Kini ia berhasil jalan berdua dengan Mayang.
Disisi lain, Pak Bambang berangakat menuju Restoran De Fanue untuk bertemu dengan Paman Doni. Mereka berjanji untuk datang di tempat tersebut untuk membicarakan sesuatu. Pak Bambang sudah berada di restoran tersebut tiga puluh menit sebelum waktu yang telah ditentukan.
“Aku terlambat karena terlalu sibuk dengan pekerjaan. Jadi aku ingin berbicara langsung pada intinya. Aku mengajakmu bertemu disini karena aku ingin kamu mengembalikan seluruh harta istrimu termasuk rumah yang kamu tinggali kepada istriku sebagai pewaris tunggal” Paman Doni yang baru datang, terlambat satu jam dari waktu yang telah ia tentukan tiba-tiba meminta Pak Bambang untuk mengembalikan seluruh harta warisan istrinya.
“Aku tau kakak berjasa banyak kepada keluargaku terutama disaat terakhir istriku. Oleh karena itu, aku tidak keberatan memberikan semua harta warisan istriku kecuali rumah kami” Pak Bambang pun berlapang dada demi menjaga tali persaudaraan.
“Syukurlah jika kamu tau diri. Tapi rumah itu juga termasuk harta warisan dan bukan milikmu” Paman Doni bersikeras menginginkan rumah tersebut.
“Maaf kak, aku tidak akan memberikannya karena itu satu-satunya kenangan bersama istriku” Pak Bambang pun berdiri dan meninggalkan Paman Doni. Ia tidak ingin terlibat pertengkaran dengan Paman Doni karena bagaimanapun juga dia adalah suami dari kakak istrinya. Pak Bambang tidak ingin istrinya sedih melihat keretakan dalam keluarganya. Ia teringat bahwa mendiang istrinya selalu saja menceritakan kakaknya penuh dengan kasih sayang. Oleh karena itu, Pak Bambang harus menahan diri agar istrinya bahagia di alam sana.
Paman Doni merasa sangat kesal dengan sikap Pak Bambang. Sikapnya terlalu arogan dan tidak sopan terhadap kakak iparnya. Ia segera pulang ke rumahnya dan menghasut istrinya agar sependapat dengannya. Tante Maria pun akhirnya terhasut dan meminta temu janji dengan Pak Bambang di taman kota. Pak Bambang tetap menemui Tante Maria meskipun ia tau maksud dari pertemuan itu. Ia berlapang dada memutar balik keretanya demi menemui Tante Maria.
“Apa kabar kak?” Pak Bambang menawarkan jabat tangan tapi tidak dihiraukan oleh Tante Maria.
“Seharunya kamu tau diri, bagaimna bisa tukang pos berani menikahi putri raja. Setelah itu kau menelantarkan adikku hingga ia tiada karena kesepian. Bahkan kamu tegah tidak datang disaat ia dikuburkan. Lalu apakah kamu pantas menolak untuk mengembalikan harta keluargaku?” Tante Maria menahan amarah dan dan air mata saat berbicara dengan Pak Bambang.
“Maafkan aku kak, aku bersedia mengembalikan semuanya kecuali rumah kami. Disana ada kenanganku dan mendiang istriku. Tolong mengertilah kak” Pak Bambang mencoba menjelaskan kepada Tante Maria. Tapi Tante Maria semakin marah.
“CUKUP! Jangan kau berdalih tentang kenangan. Jangan kau gunakan adikku yang polos sebagai perisai kebusukkanmu. Aku tau semua, kau menginginkan rumah itu agar kau bisa hidup bersama dengan selingkuhanmu kan. Pertama kau bohongi adikku tentang pekerjaanmu. Sekarang kau bohong kepada anakmu tentang anak hasil perselingkuhanmu. Aku sangat membencimu. Kau ....” Tante Maria meledak-ledak dan bercucuran air mata.
“Silakan kakak kutuk aku, aku tak keberatan. Tapi jangan ambil rumah kami” Pak Bambang mempertegas ucapannya dan pergi meninggalkan Tante Maria.
Tante Maria pulang tanpa berhasil membujuk Pak Bambang. Paman Doni pun semakin kesal karena tidak dapat memiliki rumah tersebut. Padahal ia ingin menjualnya kepada investor untuk mengamankan sahamnya sehingga ia memenuhi syarat untuk menjadi kandidat direktur utama di perusahaannya. Ambisi Paman Doni membuatnya ingin melakukan hal buruk lebih jauh lagi. Ia benar-benar kehilangan kendali dirinya karena dibutakan oleh ambisi, harta dan kedudukan.
ᴥᴥᴥᴥᴥᴥᴥᴥᴥ
ns 15.158.61.8da2