Keesokan harinya seperti biasa Mayang memasak, membersihkan rumah dan merawat taman sebelum Pak Bambang sekeluarga bangun dari tidurnya. Saat Pak Bambang sekeluarga bangun keadaan kembali seperti biasa tanpa ada yang bertanya apa yang telah terjadi kemarin di rumah Paman Doni.
Mereka makan dengan tenang, Pak Bambang memberi isyarat kepada Damar bahwa persiapan pesta sudah selesai. Sekarang waktunya memberi kejutan kepada Mayang. Damar menangkap isyarat dari Pak Bambang dan menyuruh Mayang untuk membuka kamar barunya “Mayang, ini kunci kamar yang ada di sebelah kamar Hermawan. Kamu kesana dan buka kamarnya ya?”.
Mayang baru sadar bahwa selama ini ada satu kamar yang selalu terkunci selama ini. Tanpa pikir panjang Mayang segera masuk kamar yang dimaksud dengan niat ingin membersihkan kamar tersebut. Namun, saat ia menyalahkan lampu di kamar, kamar tersebut dipenuhi dengan banyak hiasan, boneka, bunga dan kue besar di tengah meja ruangan itu. Dinding kamar terdapat tulisan yang bertuliskan selamat datang anggota baru keluarga Bambang Purnomo. Mayang sangat senang melihat semua itu, sampai tidak bisa berkata-kata.
“Selamat datang Mayang” Pak Bambang dan kedua anaknya secara bersamaan bertepuk tangan dan memeluk Mayang.
“Terima kasih” Wajah senang Mayang tidak dapat disembunyikan lagi. Ia sangat senang tidak terkira bagaikan mendapat durian runtuh. Dia meniup lilin setelah berdoa penuh harapan kepada tuhan.
“Tuhan, limpahkan karunia-Mu pada keluarga ini dan lindungi mereka dari orang-orang yang berniat jahat” Mayang memejamkan mata dan berdoa dalam hati.
Saat Mayang membuka mata ada seorang anak laki-laki berumur 11 tahun di belakang Pak Bambang dan kedua anaknya. Ia tampak berdiri membawa kado bewarna hitam dengan pita merah di atasnya. Ia terlihat keren dengan setelan jean dan sepatu boot kulit bewarna hitam.
“Kamu siapa?” Mayang bertanya heran.
Serentak Pak Bambang dan kedua anaknya melihat ke belakang.
“Bisma” Pak Bambang terkejut
“Kak Bisma” Serentak ke dua anak Pak Bambang pun terkejut dengan kedatangan Bisma.
Kedatangannya adalah pertanda akan ada kekacauan. Bisma adalah anak kedua dari Paman Doni dan anaknya yang paling nakal.
Damar mencoba untuk tenang dan berusaha untuk melindungi Mayang dari Bisma. Sedangkan Hermawan bersikap waspada kepada Bisma karena Bisma pasti datang dengan maksud tertentu yang besar kemungkinannya adalah sesuatu yang buruk. Berbeda dengan kedua anaknya, Pak Bambang menyambut Bisma dengan hangat, Pak Bambang juga memberikan ia potongan kue penyambutan Mayang.
Pak Bambang memberikan waktu bagi Bisma untuk bermain bersama anak-anaknya serta mengenal Mayang. Ia pergi sebentar untuk menelpon rekan kerjanya.
“Yo... kenapa kalian berwajah tegang seperti itu? Seharusnya kalian menyambut kedatanganku dengan wajah bahagia. Aku datang, meski tak diundang, membawa hadiah untukmu sayang.” Bisma menyapa mereka bertiga sambil meletakan kaki kirinya di atas meja. Ia mencoba untuk menyentuh wajah Mayang, tapi dihentikan oleh Hermawan.
“Apa yang kau inginkan kali ini?” Hermawan menatap sinis.
“Tenang brow, aku hanya penasaran dengan gadis cilik yang berani berkelahi dengan adikku saja.” Bisma merangkul Hermawan.
Damar segera merentangkan tangannya untuk melindungi Mayang dan memasang wajah serius.
Bisma segera mendekati Damar dan memegang wajah Damar “Jangan sok jadi pahlawan, aku hanya ingin berkenalan saja dengan dia. Memangnya tidak boleh?” Bisma menatap tajam Damar.
“Lepaskan Kak Damar, kalau kamu memang berniat baik maka bertindaklah yang sopan.” Mayang maju untuk berbicara dengan Bisma.
Bisma tersenyum girang dan segera mengeluarkan Damar dan Hermawan dari kamar.
“Aku sangat suka dengan keberanianmu, sikapmu yang seperti itu membuatku semakin ingin menjadikanmu mainanku. Apakah aku boleh menggigitmu hari ini?” Bisma menyerang dan mendekap Mayang layaknya serigala menangkap seekor kelinci. Ia tersenyum dengan licik.
Sementara itu Damar dan Hermawan berteriak memanggil Mayang dari luar ruangan.
“Lepaskan aku, kalau tidak...” Belum selesai Mayang berbicara Bisma menantangnya
“Kalau tidak apa? Apa yang akan kamu lakukan? Kamu akan berkelahi dengan ku? Memangnya kamu tidak takut denganku? Umurku dan tinggi badanku lebih besar daripada kau. Memangnya kamu pikir bisa menang melawanku? Tunggu, tunggu. Apa kau sebenarnya mengatakan makan aku dengan cara bicara yang terdengar angkuh?” Bisma menatap tajam Mayang.
“Tok...tok...tok...” Suara pintu kamar di ketuk
“Mayang.... apakah semua baik-baik saja?” Pak Bambang mencoba bertanya tentang keadaan Mayang.
“Baik yah, sebentar lagi Mayang keluar” Teriak Mayang dari dalam kamar.
Mayang membuka pintu dan semua terkejut melihat gaun Mayang.
“Aku membawakan dia gaun” Bisma tersenyum licik.
“Bagus sekali. Mayang bagaimana? Apakah kamu suka?” Pak Bambang bertanya pendapat Mayang. Sementara Damar dan Hermawan terkejut dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi di dalam kamar.
“Aku suka yah, kak Bisma juga yang mendandaniku” Mayang tersenyum kepada Pak Bambang meskipun ia enggan untuk berbaik-baik kepada Bisma.
“Kalau begitu saya pulang dulu om, kapan-kapan saya main lagi ke sini. Aku sangat senang bisa berkenalan dengan Mayang” Bisma langsung pergi dengan senyum licik yang tersirat di wajahnya.
“Mayang, kamu tidak apa-apa? Apa yang Bisma lakukan kepadamu?” Damar terlihat sangat khawatir.
“Tidak ada apa-apa kak, jangan khawatir” jawab Mayang singkat.
Hermawan mencoba mendesak Mayang untuk menceritakan apa saja yang dilakukan Bisma di dalam kamar bersama Mayang. Mayang akhirnya bercerita kepada mereka mengenai semua yang terjadi. Bisma ingin menjadikan Mayang sebagai mainannya, tapi Mayang menolaknya. Bisma kemudian menekankan lagi kepada Mayang bahwa apapun jawaban Mayang itu tidak penting, jika ia ingin Mayang menjadi mainannya maka terjadilah. Namun, Mayang juga tidak kalah dengan Bisma ia menatap Bisma tajam dan berkata “Cobalah jika memang kau mampu”. Bisma pun merasa tertantang mendengar pernyataan Mayang.
“Bisma benar-benar keterlaluan” Hermawan terlihat sangat marah.
“Aku dan Hermawan akan melindungimu Mayang. Jadi kamu jangan khawatir ya” Ucapan Damar menenangkan suasana.
“Iya kak, terimakasih. Aku harap kakak juga jangan memaksakan diri karena aku tidak ingin melihat kakak disakiti oleh Bisma ataupun Rio” Mayang tersenyum kepada Damar dan Hermawan.
“Sebenarnya jika Kak Damar mau, Kak Damar bisa mengalahkan Bisma. Tapi, Kak Damar tidak ingin melawannya karena hubungan saudara. Kak Damar selalu saja berkata bagaimanapun juga mereka adalah keluarga kami dari ibu. Kita harus menjaga ikatan keluarga tersebut demi kebahagiaan ibu di alam sana.” Hermawan terlihat kesal.
“Mau bagaimana lagi hubungan keluarga tidak boleh sampai renggang hanya karena masalah sepele kan? Lagipula Tante Maria lah yang telah membawa ibu ke rumah sakit” Damar mencoba menjelaskan kepada Hermawan tentang pentingnya sebuah keluarga dan tidak boleh melupakan jasa keluarga Paman Doni.
“Mereka tidak mau di ajak untuk akrab kekeluargaan, kenapa kita harus mati-matian jaga hubungan kekeluargaan? Paman juga lepas tanggung jawab setelah sukses. Padahal dulu dia tinggal bersama kita. Tapi setelah ia sukses dan punya rumah baru yang mewah ia pergi begitu saja. Paman datang ke rumah ini saat hari ketiga setelah ibu dikuburkan. Memberi sumbangan lalu pergi begitu saja alasan sibuk. Apakah itu keluarga? Pokoknya aku tidak mau jika harus mengalah kepada mereka. Aku tidak akan tinggal diam jika Bisma mencoba untuk menyakiti Mayang” Hermawan menggebu-gebu layaknya singa yang sedang lapar.
Perbincangan mereka berhenti saat Pak Bambang datang untuk mengajak mereka bersantai bersama. Pak Bambang tidak menyadari ketegangan yang terjadi diantara mereka bertiga. Siang berganti malam, Mayang teringat tentang pembicaraannya dengan Damar dan Hermawan. Ia mencoba untuk mencari tau kehidupan keluarga tersebut sebelum dan sesudah meninggalnya sosok ibu dan istri yang sangat dicintai keluarganya. Di tengah-tengah pencariannya, Mayang menemukan buku diary mendiang dan beberapa rekaman video.
Tanpa sadar ia tertidur saat melihat tayangan video sambil memeluk buku diary. Dia bertemu dengan sosok mendiang di dalam mimpi. Dia diajak berjalan ke tanah lapang dan ditarik untuk berlari sampai ke sebuah air terjun. Di sana semua terlihat samar dan monokrom sosok wanita dalam air, banyak gelembung yang keluar dari tempat ia mandi. Setelah itu ada satu gelembung yang datang menghampirinya. Gelembung tersebut seperti berkata sesuatu kepadanya hanya saja dia tidak mengerti apa yang ia katakan. Mayang pun terbangun dari tidurnya, ia sadar bahwa ia tertidur bukan di tempat tidur.
Keluarga adalah harta yang paling beharga. Tapi, bagaimana jika keluarga adalah duri derita?. Jika duri dibiarkan menusuk daging, maka daging tersebut akan membusuk. Satu satunya solusi adalah mencabut duri tersebut. Pemikiran ini terdengar masuk akal, tapi manusia bukanlah duri yang dengan mudah dapat dicabut dan dibuang begitu saja. Satu-satunya solusi adalah dengan menghadapinya.
ᴥᴥᴥᴥᴥᴥᴥᴥᴥ
ns 15.158.61.8da2