Kumoishi, adalah salah satu perusahaan yang cukup berkembang di kota Edogawa. Mereka bergerak di bidang bisnis snack, terutama snack kentang dan soda jeruk nipis yang saat ini menjadi ujung tombak penjualan. Dengan harga termurah dan kuantitas paling banyak, bukanlah aneh kalau kami menguasai 70% wilayah Tokyo.
Gedung tempatku bekerja terdiri dari lima lantai. Lantai pertama ada tempat resepsionis dan gudang barang pengiriman. Sementara pabrik produksinya berada di lantai dua sampai lantai tiga. Lantai empat ke atas adalah bidang perkantoran dan kantin. Beberapa divisi seperti administrasi, sales, marketting dan sebagainya bernaung. Tempatku berada di lantai itu, lantai empat. Lantai teratas adalah ruang meeting dan tempat pimpinan.
Salah satu kelebihan bekerja di sini adalah kami cukup sering menerima snack sebagai tester dari tim divisi produksi. Jadi kami bekerja sambil nyemil snack uji mereka. Di samping itu suasananya cukup ramah dan nyaman. Pada awalnya aku berpikir begitu, saat sebelum mengetahui manajerku sendiri, Mitsue Kashiwagi-san yang galaknya bukan main.
Aku dan Kinji-san satu tempat, sedangkan Aemi-san terletak di salah satu ruangan di lantai empat. Aemi-san adalah seorang admin legal.
Kinji-san menyuruhku lebih dulu masuk karena tiba – tiba ponsel dalam sakunya berbunyi.
(Kinji-san hebat! Baru mau masuk, klien sudah menelepon!) pikirku dalam hati sambil merasakan hawa takut kembali ke ruangan kantorku. Mitsue Kashiwagi-san satu ruangan di tempat divisi sales. Itu karena Mitsue Kashiwagi adalah manajer yang mengatur arah dan perkembangan sales.
Saat pintu hendak terbuka seperempatnya, aku mulai mendengar suara Kashiwagi-san dan satu pria dengan nada agak berat. Lantas, kututup kembali sambil menempelkan telingaku dengan cermat.
“Hm… Kashiwagi-san, dua puluh orang tim sales hampir separuhnya belum mencapai target. Kalau ini dibiarkan hingga quartal keempat, maka kami perlu audit…,”
“….,”
(Sepertinya Kashiwagi-san terkena masalah?) Aku sambil terus menguping. Sebenarnya ini bukanlah perbuatan yang baik, tapi mau bagaimana lagi? Toh itu ruanganku bekerja.
Langkah kaki pragmatis, pelan dan kalem, mulai terdengar.
“Mitsue, apa ada yang menghambatmu?”
“Bu-bukan seperti itu, paman. Semua orang bekerja keras. Kemunduran performa dipicu dari salah satunya adalah pesaing kita yang bermunculan. Lagipula, beberapa kekurangan target tim nggak terpaut terlalu jauh. Saya bisa menuntaskan target sisa mereka, paman,”
(Pa-paman? Aku nggak tahu kalau Kashiwagi-san punya paman yang bekerja di sini? Terlebih lagi suara pria itu… kok agak familiar ya?)
“Itulah masalahnya, Mitsue! Sampai berapa lama kamu bekerja hingga tengah malam?! Ayahmu, Takemitsu Kimo dari Shinzou Corp bisa marah padaku karena mempekerjakanmu terlalu keras!”
(E-e-eh? S-S-Shinzou Corp? Perusahaan sebesar itu ada hubungannya?”
Shinzou Corp, adalah salah satu perusahaan terbesar di jepang dengan berbagai bidang yang telah merambt luas. Dari rumah sakit, jasa pengiriman, Jasa peminjaman alat berat, dan lain sebagainya.
Namun mereka sendiri, Shinzou Corp, awal mulanya bergerak di bidang wine ekslusif yang telah dikenal di semua negara karena kenikmatannya dan satu – satunya yang termurah pada lini produk wine ekslusif. Kadang kalau aku sangat stress, meneguk satu gelas membuat hatiku menjadi hangat.
“Soal itu… jangan khawatir, paman. Saya sudah bilang ke papa kalau saya melakukan ini karena hati nurani. Saya nggak punya alasan untuk memecat mereka karena telah berusaha keras. Kadang, yang salah adalah situasi dan kondisinya,”
“Hahhh…. Kamu memang sama seperti ayahmu. Tapi tetap, paman nggak mau tahu. Saat ini juga kamu berikan nama – nama pegawai sales yang performanya sedang turun!”
“Ta-tapi, paman-“
“Mitsue-kun, paman ini melakukan demi kebaikan siapapun. Tolonglah,”
Sempat jantungan mendengar paman dari Kashiwagi-san meminta nama – nama pegawai sales yang performanya sedang turun. Yang pasti, aku tentu belum mencapai target juga. Namaku dipastikan hadir dalam catatan itu.
Tapi mendengar pembelaan dari Kashiwagi-san, aku mulai mengerti mengapa dirinya berusaha keras untuk menertibkan semua karyawan termasuk diriku. Aku mengerti seberapa besar tanggung jawabnya. Semua yang dikatakannya bisa saja adalah rasa kesal yang ia utarakan dengan maksud tertentu untuk menyindir para pegawai yang kurang memenuhi target harapan perusahaan.
(Aku akan bersikap baik dan lebih sabar pada Kashiwagi-san! Perasaan Kashiwagi-san membuatku tersentuh! Yosshh! Sudah kubulatkan tekadku!)
Aku mulai mengatur mindset. Jiwaku membara melebur haru atas perjuangan Kashiwagi-san. Lagipula selama ini, Kashiwagi-san menutupi kesalahan bawahannya.
Tiba – tiba…
Suara dan getaran langkah kaki mulai mendekat. Tentu aku berusaha hati – hati melangkah menjauhi tempat itu beberapa jengkal agar nggak timbul kecurigaan.
Seorang pira parubaya keluar dari tempat itu. Rambutnya agak diwarnai uban, berkumis, dan alis tebal. Yang pasti, orang ini adalah orang penting.
“Selamat siang, Yamashita-san!” sapaku membungkuk.
“Oh, Munekata-kun, selamat siang,”
Masutaro Yamashita adalah CEO dari perusahaan ini. Ia pria parubaya yang humble dan ramah. Aku pernah bertemu dengannya sekali di kedai soba dekat apartemenku. Kata pemilik kedai soba, Masutaro Yamashita-san adalah pelanggan tetap di sana. Nah, aku agak kaget mendengar sikapnya tegas tadi.
Kemudian saat hendak aku menuju kembali ke ruanganku bekerja, hampir saja menabrak Kashiwagi-san yang juga hendak keluar dari ruangan.
“E-eh? Ma-maafkan saya, maafkan saya, maafkan saya, Kashiwagi-san!” Aku membungkuk berkali – kali seraya meminta maaf sedalam – dalamnya.
“Hah… sudahlah, kembalilah bekerja,” ia membuang muka lalu hendak pergi. Daripada terlihat jengkel, roman mukanya tampak lelah. Kali ini ia membiarkanku, sepertinya….
Aku curiga saat melihat seisi ruanganku sepi. Sebelum ia pergi menjauh langsung kutanyakan saja padanya.
“Anu… kenapa sepi sekali, Kashiwagi-san?”
“Oh? Anda belum cek grup? Aku menyuruh mereka memperpanjang waktu istirahat setengah jam karena pimpinan ingin menemui saya…,”
“A-ah… iya juga….”
Ia pun pergi dengan langkah kaki cukup tergesa – gesa. “Sampai nanti, Munekata-san,”
Seketika kembali ke tempat duduk, aku mulai menata semua hal – hal penting yang akan kukerjakan sesuai arahan Kashiwagi-san saat memberiku pelatihan di awal hari pertamaku bekerja.
Beberapa klien yang telah kutandai nomor teleponnya mulai kutelepon. Mereka adalah tipikal klien – klien yang sulit diajak persetujuan. Saran Kashiwagi-san yang memilah data klien cukup merepotkan karena harus kerja dua kali. Tapi sebagai hasilnya, aku bisa memilah mana klien yang didulukan karena cepat mengambil kontrak.
“Ta-tapi… apakah anda nggak ingin mempertimbangkannya lagi, Enomoto-san?” sahutku dari gagang telepon dengan memohon.
“Saya inginnya begitu… tapi masalahnya pertimbangannya telalu banyak. Beberapa konsumen kami lebih cocok Limun dari Nagoya. Mereka juga punya limun dengan variasi rasa selain lemon jeruk nipis…”
Aku mulai memutar otak pada salah satu klien kami, Rika Enomoto. Beliau punya toko kelontong yang bertempatkan di tengah pusat pasar Okinawa. Potensinya cukup luas karena Okinawa adalah tempat wisata yang indah.
Satu fakta, bahwa Rika Enomoto adalah satu – satunya klien berpotensi yang belum pernah mengambil persetujuan bahkan dengan sales lain. Kashiwagi-san dan seniorku Kinji-san juga menyerah padanya. Karena Enomoto-san hanya pribadi yang cukup egois dan juga lokasinya sangat jauh.
Tapi aku nggak akan menyerah dengan mudah!
“Kebetulan baru – baru ini kami telah mengembangkan beberapa varian baru. Mereka juga telah beredar di Tokyo. Beberapa diantaranya soda bunga sakura, soda strawberry susu, soda nanas madu, soda kopi, dan soda teh apel. Sebagai rekomendasi, limun kopi adalah yang paling laris di sekitar Edogawa,”
“Hm…, cukup unik ya. Saya penasaran dengan soda strawberry susu… tapi…, bagaimana dengan rasanya, ya?”
Aku merasa Enomoto-san masih mempertimbangkan.
“Lagipula, bukannya itu akan buang – buang bila rasanya kurang cocok, kan? Jadi… saya mungkin harus mempertimbangkan itu lebih dalam-“
“Anda bisa berkunjung ke tempat kami untuk tester soal rasa, Enomoto-san! Nantinya anda bebas memilih yang mana saja yang cocok untuk anda, a-atau… mungkin anda belum puas dengan hasilnya boleh untuk memilih opsi batal! Nggak usah sungkan – sungkan kami selalu menyambut dengan baik!”
(Akan terus kukejar sampai Enomoto-san seenggaknya beliau mau meluangkan waktunya untuk jauh – jauh dari Okinawa datang ke Kumoishi! Aku akan berusaha terus memimpin diskusi ini!)
ns 18.68.41.177da2