Menurutku kisah masa lalu bisa menjadi tolak ukur dalam penilaian kepribadian seseorang, dalam hal ini bukan nasib jelek atau kesalahan seseorang yang menjadi penilaianku melainkan sikap dan tindakan yang dilakukan seseorang terhadap keadaan atau masalah yang ia hadapi, apakah ia bisa tetap mengambil tindakan-tindakan dan perkataan yang baik atau sebaliknya, sebenarnya salah satu faktor pandanganku tersebut beranjak dari kebiasaan ayah dan ibuku yang sering menceritakan cerita-cerita dari buku-buku dongeng yang mempunyai karakter utama yang baik hati dan disusul dengan kisah-kisah keteladanan dari tokoh-tokoh sejarah yang ku baca dari perpusatakaan sekolah yang akhirnya memupuk cara pandanganku tersebut.
Ngomong-ngomong perkenalkan namaku adalah Karina Soejiwa Putri merupakan seorang putri semata wayang dari pasangan Soejiwa dan Ratna.. ya! nama tengahku diambil dari nama ayahku.
Saat ini aku adalah teman sekantor Attharya dan telah mengenalnya cukup lama sehingga aku mengetahui kisahnya dengan mendiang maharani, pagi itu tanggal 17 juni kami mendapat kabar tentang kecelakaan yang mengakibatkan Maharani kehilangan nyawanya melalui whatsapp group, tak lama kemudian kepala divisi meminta kami memulai kegiatan kantor dari jam setelah makan siang dan meminta paginya untuk segera menuju ke rumah duka untuk menguatkan Attharya, pagi itu aku janjian dengan Cindy ia berkata akan menjemputku dan tentunya dengan tujuan agar bisa pergi bersama.76Please respect copyright.PENANAu6MODhM8LI
Dalam perjalanan Sheryl yang kebetulan teman sekelas Dhega (kakak mendiang maharani) di SMAN 70 mengungkapkan bahwa seharusnya malam nahas itu menjadi momen lamaran Attharya kepada maharani.
selama setengah jam perjalanan menuju rumah duka kami larut dalam pikiran masing-masing membayangkan betapa sedihnya Attharya, aku kebetukan melihat atharya mengangkat-angkat cincin emas dengan gembira sambil mengendarai sepeda motor classicnya dalam perjalanan pulang sekitar seminggu sebelum kejadian.
tak lama setelah melewati stasiun MRT Cipete kami sampai di rumah duka, terlihat pak Hadi kepala divisi kami telah tiba bersama teman-teman kantor yang lain rupanya kami yang terakhir tiba dan mereka kemudian berkata ingin masuk bersama setelah semua lengkap.
Rumah maharani merupakan sedikit dari rumah tua yang tersisa di kawasan ini dan masih terawat dengan sangat baik, saat kami masuk terlihat Bu Septi (Ibunda Attharya), keluarga Maharani, Attharya dan Dhega bersama-sama duduk di ruang tamu yang sebagian besar perabotannya sudah dipindahkan, Bu Wati (Ibu Maharani) masih menangisi kepergian putrinya dan bu Septi terlihat masih setengah memeluknya berusaha menenangkannya, melihat kami datang Dhega menghampiri kami, terlihat dipelupuk matanya masih sembab kemudian mengatakan bahwa prosesi penguburan telah selesai dilaksanakan dan berjanji akan mengantarkan kami ke makam, di sisi lain attharya melihat ke arah kami dan melempar senyum getir namun terlihat kembali menangis dalam diam rupanya ia masih belum memiliki cukup kekuatan untuk sekedar menyapa kami saat itu.
76Please respect copyright.PENANA38ygy77VX8
76Please respect copyright.PENANAlLVrTAjmYY
76Please respect copyright.PENANAQo0g0deDoM
76Please respect copyright.PENANACFZwOis77m