Sekarang tangan Tiar mulai beroperasi di daerah bawah, kubuka celana pendeknya hingga sekarang hanya mengenakan celana dalam saja, rupanya celana dalamku sudah basah.
Akhir Tiar melepas sekalian, sehingga tampak vaginanya yang masih kencang dan ditumbuhi rambut yang tidak banyak, membuat kemaluanku semakin tegang. Tiar bersihkan vaginaku dengan bekas celana dalamnya. Kemudian kupandangi dan kuusap-usap dengan penuh perasaan,Tiar tampak sangat menikmati sekali, dan saat jariku menyentuh klitorisku, aku menggelinjang dengan keras.
Sementara klitorisku masih diusap-usap dengan jarinya, aku semakin menggeliat-liat. Pada saat itu Tiar ingin sekali mencium vaginaku, karena sudah terangsang sekali. Saat Tiar mau menunduk untuk mencium, diangkat tangannya tapi pada saat itu aku langsung merapatkan kedua paha dan badanku tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.
"Aahhkk... oohh... Kak.. aahh!" Akhirnya aku diam beberapa saat, didiamkan saja, sebab aku baru saja merasakan orgasme.
Tubuhku terkulai lemas, Aku seperti tak bertenaga mendapatkan klimaks yang begitu membuatku sangat nyaman.
Tiar sepertinya jadi kasihan sehingga senjatanya juga ikut-ikutan turun. Dengan penuh rasa kasih sayang dia menghampirinya, duduk di pembaringan sejajar dengan buah dadaku dan menghadap ke arah wajahku.
Tubuhku ditutupi dengan selimut. Tiar belai rambutku dan mencium keningku, membuatku terharu dengan perilakunya itu.
Baru saja Tiar mau berdiri, tangannya kuraih, kemudian aku duduk lagi, tahu-tahu tangannya sudah ada di atas pahaku.
"Kak, baru kali ini Eva merasakan sensasi yang sangat luar biasa nikmatnya, sebab yang namanya disentuh oleh laki-laki Eva belum pernah, apalagi pacaran. Jadi Kakak adalah orang yang pertama yang menyentuh Eva, tapi Eva senang kok Kak. Tadi Eva merasakan nikmatnya sampai tiga kali Kak, Eva sangat puas kak!"
Dalam hatiku bertanya mengapa bisa sampai 3 kali, padahal aku kira cuma sekali. Pantas dia langsung KO. Mungkin karena dia tidak pernah dijamah laki-laki, jadi tubuhnya sangat sensitif sekali. "Kok diam saja, Kak? Apa Kakak juga udah puas?" tanyanya.
"Eva nggak usah pikirin Kakak, yang penting kamu sudah dapat merasakan nikmatnya orang bercumbu yang seharusnya belum boleh kamu rasakan.
Sekarang Kakak mau berangkat bekerja dulu, oke!" kataku.
"Kak gimana caranya biar Kakak juga bisa merasakan nikmat?", katanya dengan lugu. Tangannya yang masih ada
di atas pahaku tahu-tahu sudah melepas sabuk dan membuka celanaku.
"Biar Eva juga mau pegang punya Kakak seperti tadi Kakak pegang punya Eva, tadi waktu Kakak pegang memek Eva dan mengusap-usap, Eva mendapat kenikmatan luar biasa, berarti kalau punya Kakak Eva pegang dan diusap-usap Kakak juga merasa nikmat", kataku sok tahu.
Sekarang celana dalamku sudah kelihatan dan Eva mulai memegang dan meremasnya dari luar. Kemaluanku jadi tegak dan menyembul keluar dari celana dalamku. Dia terkejut dan takjub.
"Wah besar sekali." Kalau sudah begini aku jadi lupa lagi dengan diriku, aku menurunkan celana dalam Tiar agar aku dapat leluasa memainkannya. Kemaluannya yang sudah sangat tegak kugenggam dengan telapak tangan dan kuremas.
"Akh.. Eva, enak". Aku tambah bersemangat. Jari-jariku mengusap-usap kepala kemaluannya.
"Eva, teruskan sayang..." katanya dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku merasa kemaluannya sudah keras sekali. Aku meremas dan mengurut kemaluan milik Tiar semakin cepat.
"Eva!" serunya, "Kakak akan terasa lebih nikmat kalau Eva mau menciumnya!"
Kemudian dipindahkan kepalaku di pahanya dan susuku menempel di punggungnya, Tiar ajariku, mulanya disuruh cium batang kemaluannya kemudian disuruh jilati dengan lidah. Aku merasakan sesuatu yang lain yang tidak kualami jika dengan selama ini.
Rupanya aku juga menikmati dan mulai terangsang. Karena posisi kami kurang bebas,aku membimbingku bangun dari pembaringan dan duduk di lantai sementara aku tetap duduk di pembaringan, sehingga mukanya tepat di depan selangkangannya. Kini dengan leluasa dia dapat melihat kemaluannya yang semakin keras memuncak.
Mulutku perlahan main didekatkan ke arah kemaluan nya dan bibirku mengecup kepala kemaluannya.
Tanganku memegang pangkal kemaluan Tiar. Mulutku mulai ditempelkan pada kepala kemaluannya dan lidah disuruh menjilati ujungnya.
Dan Tiar juga mulai menyuruhku untuk dikulum di dalam mulut, mulutku mulai dibuka agak lebar.
"Eva.. enak ! Terus sayang, masukan terus lebih dalam lagi, nah... begitu sayang." Rambutku diusap-usap dan kepalaku pelan-pelan ditarik kemudian, mendorong lagi ke arah ke miliknya.
Aku melihat Tiar merasa sudah nggak tahan, apalagi sewaktu ku melakukannya semakin cepat.
Ketika aku merasa milik Tiar berkedut dan semakin membesar di dalam mulutku, tiba - tiba sperma miliknya mau keluar.
Pelan-pelan ditahan gerakan kepalaku, maksudnya mau menarik kemaluannya keluar dari mulutku.
Tetapi aku malah melawan gerakannya, dengan memegang pangkal kemaluannya lebih kuat dan mempercepat gerakan kepalaku.
Akhirnya Tiar tidak dapat menahan lebih lama lagi."Aahh …..aahh… aahh...!" Spermanya keluar di dalam mulutku dengan rasa nikmat luar biasa dan badannya sampai tersentak-sentak.
Kemudian kemaluannya ditarik dari mulutku. Aku melihat di mulutku belepotan dengan spermanya.
"Kamu pintar sekali, Kakak mendapatkan kenikmatan yang luar biasa", katanya berbisik.
"Eva.. juga Kak, sekarang Eva merasakan tulang-tulang Eva seperti lepas!" ujarku padanya yang tersenyum puas. Walaupun hanya melakukan sebatas petting, namun kami sama - sama mencapai klimaks
3711Please respect copyright.PENANAWyeQ7G30xX