"Apa pak? Budak seks? Intan siap memberikan semuanya buat Pak Jarwo kok, Pak Jarwo bisa entot Intan dimanapun kapanpun. Uuuhh remas terus tetek Intan dong pak.. Intan yakin kontol Pak Jarwo lebih bisa muasin memek Intan daripada kontol Rangga.. uuhh uuhh.." Intan semakin tidak bisa mengontrol kata-katanya ketika dia merasakan kerasnya penis Pak Jarwo yang sengaja digesekan ke belahan pantat Intan.
"Oke, bawa kopi dan susunya ke ruang tamu. Kamu harus telanjang, hanya pakai handuk dan temui saya. Bisa?" Pak Jarwo dengan sangat jumawa memerintah Intan.
Intan pun berbalik dan mengemuti jari-jari tangan Pak Jarwo sambil berkata dengan suara manja, "Apapun yang Pak Jarwo mau dengan tubuh Intan, Intan akan berusaha muasin Pak Jarwo dan membuat Pak Jarwo setia sama memek Intan uuhh.. Pak Jarwo tunggu aja di ruang tamu yaa.." usai berkata begitu, Pak Jarwo pun akhirnya meninggalkan Intan di dapur dan menuju ruang tamu.
Intan sendiri masih merenung di dapur, dia bingung kenapa dia mau mengiyakan permintaan Pak Jarwo untuk melayaninya pagi ini padahal Rangga, kekasihnya yang tampan, masih tidur nyenyak di kamarnya. Tapi dia tak ingin dia dan Rangga pada akhirnya dituduh berbuat asusila dan diarak keliling desa, mau ditaruh dimana harga diri dan nama baik keluarganya? Padahal sehari-harinya Intan memakai hijab, banyak pertanyaan muncul di kepalanya saat itu. Satu hal yang membuat Intan akhirnya mantap menjadi budak seks Pak Jarwo mulai pagi ini adalah ukuran penis Pak Jarwo yang tadi digesekkan ke pantat Intan, seakan membelai vagina dan lubang pantatnya. Intan seketika itu juga tersenyum dan membawa kopi panas ke ruang tamu.
"Ini pak kopinya, Intan mau siap siap dulu, Pak Jarwo tunggu ya.."
Sambil mengelus pantat Intan, Pak Jarwo berkata, "Iya pelacur, jangan lama-lama ya, saya tidak punya waktu banyak." Pak Jarwo tersenyum menjijikan.
Intan pun berjalan menuju kamar tidur sambil menggoyangkan pantat, mempertontonkan kemontokan tubuhnya pada Pak Jarwo, sampai didepan pintu, ia menengok ke belakang dan dengan kerlingan mata nakal, Intan menjilat bibirnya sendiri. Uuuh! Penis milik Pak Jarwo sudah tidak tahan ingin segera mencoblos vagina Intan saat itu juga tapi Pak Jarwo masih bersabar.
Tak berapa lama kemudian, Intan keluar hanya memakai handuk, ia berjalan menuju ruang tamu dan duduk menyamping di pangkuan Pak Jarwo. "Pejantannya Intan, nih maunya udah diturutin, sekarang pak RT cabul ini mau apalagi?". Intan berusaha menjadi pelacur yang baik walau dalam hatinya masih ada sedikit keraguan. Pak Jarwo yang ditanya seperti itu malah semakin memuncak birahinya, tapi memang beliau adalah pria yang sudah sangat matang, tidak mau terburu-buru maka sambil mengelus lengan Intan yang terbuka, ia berkata, "Sekarang berdiri di hadapan saya, buka handuknya, terus rentangkan sambil kamu duduk di pangkuan saya sekarang, ayo lakukan."
Intan segera berdiri, membuka lipatan handuknya dan memperlihatkan vaginanya yang tercukur rapi serta payudaranya yang montok dengan putingnya yang berwarna pink mencuat keatas, tanda dia sendiripun sebenarnya dalam kondisi terangsang. Perlahan-lahan dengan menyunggingkan senyum nakal, dia duduk di pangkuan Pak Jarwo, "Hmm bapak ini banyak maunya deh, aku juga paham kok caranya muasin tua bandot mesum kayak bapak, bapak tenang aja ya.." Sehabis berkata begitu, Intan perlahan mendekatkan bibirnya yang ranum ke telinga Pak Jarwo, "Jangan selesai terlalu cepat ya.. suamiku sayang.." Intan berbisik dengan begitu mesra dan itu membuat jantung Pak Jarwo semakin berdetak kencang.
Intan mengulum telinga Pak Jarwo dengan pelan dan mesra, dengan tangan masih memegang handuk dan memeluk leher Pak Jarwo, seakan-akan mereka tak ingin terlihat orang lain. Pak Jarwo pun tersenyum licik, menyadari ketidakpercayaannya begitu mudah ia menaklukan mahasiswi kedokteran yang sehari- harinya berjilbab ini. Dengan tangannya yang kasar, Pak Jarwo mengelusi buah dada yang hanya bisa dibayangkannya selama ini, "uuhh Pak Jarwo nakal ya tangannya, kok cuma dielus sih pak? Diremes juga dong. ini kan punya bapak sekarang hihi". Intan pun mulai terbawa arus birahinya ketika bibirnya menyentuh bibir Pak Jarwo yang kental dengan bau tembakau, tapi itu malah menambah gairahnya untuk mengulum bibir pejantan tuanya. "uhh hmm mmhh hmm uuhh Pak Jarwo lebih aktif dong uuhh hmm mmhh." Lidah mereka berdua saling bertautan, beradu seakan saling mendorong keluar. Kecipak suaranya juga sangat keras karena Pak Jarwo sangat menyukai seks yang sedikit kasar dan berisik, maka dia coba meludahi mulut Intan dan Intan dengan sangat setia menelan semua liur Pak Jarwo.
Pak Jarwo meremas payudara Intan dengan sedikit kasar, membuat Intan melenguh nikmat. Jari-jari tua itu mulai memilin puting mahasiswi kedokteran tersebut, pegangan tangan Intan pada handuk pun lepas karena Intan tidak tahan dengan sentuhan- sentuhan tangan pak RT tersebut. Tangan Intan mengelus rambut Pak Jarwo yang sudah memutih dengan penuh rasa sayang. "uuhh Pak Jarwooo.. bapak pasti udah lama gak ngerasain tubuh montok kayak Intan ya? Intan pagi ini jadi istri bapak deh, Intan akan bikin bapak ngerasain surga dunia ya.. uuhh..". Intan menarik kepala Pak Jarwo menuju payudaranya berharap putingnya diemut bibir tua namun menggairahkan tersebut. "Hmm umm mmm puting kamu memang manis, sama seperti orangnya hihi.." Pak Jarwo mencolek dagu Intan sehingga pipi Intan pun semakin memerah mendengar pujian Pak Jarwo tersebut. Pak Jarwo terus mengemuti puting Intan dan akhirnya.. mencupang payudara Intan dengan keras dan berisik. "Auuuww!! Pak Jarwo pelan- pelan dong ah, Intan gak mau Rangga sampe bangun nanti Intan gak ngerasain kontol Pak Jarwo pagi ini..".
Pak Jarwo melempar handuk yang tadi dipakai Intan, meremas pantat Intan dan menciumi lehernya. Pakr Jarwo berubah menjadi beringas karena ia sebenernya sudah tidak tahan dengan segala kata-kata yang keluar dari mulut Intan saat ini. Intan melenguh menahan desahannya yang sebenaarnya sudah tidak tertahankan, ia baru ingat bahwa ia lupa mengunci pintu kamarnya dan Rangga bisa keluar sewaktu-waktu. Tapi rasa takut ketahuan malah membuati birahinya makin meningkat. Intan berusaha melepaskan kancing-kancing kemeja Pak Jarwo saatd lidah Pak Jarwo semakin ganas melumuri leher Intan dengan liur. Intan melempar kemeja Pak Jarwo entah kemana, ia begitu kagum melihat dada bidang Paka Jrwo dan sedikit berbulu, "aaahh Pak Jarwo, biarkan saya yang bekerja melayani bapak ya.." Intanr tersenyum manja dan turun dari pangkuan Pak Jarwo secara perlahan sambil menciumi leher Pak Jarwo. "Aaahh Intan, kamu memang pintar sekali memainkan lidahmu di kulit bapak uuhh!" Pak Jarwo baru kali ini dimanjakan oleh lidah seorang perempuan, apalagi ketika ciuman Intan turun menuju putting Pak Jarwo, ia mencium, menjilat dan sedikit menggigit putting Pak Jarwo. Birahi Intan sudah tak tertahankan lagi, ia sudah bertransformasi menjadi layaknya pelacur jalanan yang menghamba pada kenikmatan seksual. Ciumannya kembali turun menuju perut Pak Jarwo yang sudah sedikit buncit, walau begitu sisa-sisa hasil fitness zaman dulu masih terlihat. Hmm dengan sedikit tergesa-gesa, Intan mencoba melepas ikat pinggang dan celana panjang milik Pak Jarwo, ia sendiri tidak sabar untuk memanjakan kontol yang tadi digesekkan ke belahan pantatnya.
ns 15.158.61.48da2