Batang penisku masih tegak sempurna setelah tercabut dari vagina Ustadzah Hanum. Terlihat bulu kemaluanku yang basah kuyup dan lengket oleh cairan vagina istri pertama Ustadz Hilman tersebut. Alfiah mengambil posisi yang sama dengan Ustadzah Hanum, menempatkan kedua kakinya yang sudah ditekuk di samping kanan dan kiri pahaku. Diraihnya batang penisku dengan tangan kanannya dari belakang, lalu diarahkannya ke liang vaginanya. Diturunkan pantatnya ke bawah agar vaginanya bisa menelan batang penisku seluruhnya.
Berbeda dengan vagina Ustadzah Hanum, vagina Alfiah terasa lebih sempit. Ini dibuktikan usahanya untuk memasukan batang penisku ke dalam vaginanya. Berkali-kali pantatnya diturunkan kemudian dinaikan lagi sedikit, lalu diturunkan lagi lebih ke bawah lalu di naikan lagi sedikit. Terus sampai hampir seluruh batang penisku masuk ke dalam lubang vagina Alfiah.
“Ugh!”
Lenguh Alfiah saat kepala penisku menubruk dinding terdalam vaginanya. Dimulai dengan goyangan pinggulnya maju mundur secara perlahan, Alfiah mengocok batang penisku dengan vaginanya. Otot vaginanya menjepit batang penisku, mengocoknya dengan gerakan naik turun yang simultan.
Di tempat pengimaman, Ustadz Hilman masih cukup perkasa menyetubuhi Ustadzah Hanum dalam posisi doggy style. Dari tempatku aku bisa melihat bagaimana pantat semok Ustadzah Hanum bergetar hebat akibat tumbukan selangakangan Ustadz Hilman yang bergerak maju mundur seolah tanpa henti. Berkali-kali aku bis amendengar lenguhan panjang dari Ustadzah Hanum saat suaminya menyentak darri belakang dnegan kekuatan penuh. Tak jarang keduanya juga mengumpat, mengeluarkan kata-kata kotor di tempat seorang imam memimpin sholat berjamaah.
Zaskia yang sudah pulih tenaganya setelah disetubuhi oleh Ustadz Hilman beranjak mendekatiku. Wanita muda itu menciumi pundakku dan leher belakangku. Payudaranya menempel di punggungku, bisa kusarasakan kedua putingnya yang kembali mengeras. Begitu pula payudara Alfiah yang menempel di dadaku. Kedua putingnya bergesekan dengan dadaku seiring dengan goyangan pinggulnya yang maju mundur kadang bergoyang naik turun. Lubang vagina Alfiah yang awalnya masih terasa kesat, sedikit demi sedikit menjadi licin, tapi tetap tidak mengurangi cengkramannya di batang penisku.
“Haahh sshhh haa” desah Alfiah seiring goyangan maju mundur pinggulnya yang bertambah cepat. Kutempatkan kedua tanganku di kedua bongkahan pantatnya yang montok, turut membantu goyangan pinggulnya dan juga menjaga agar tubuh Alfiah tidak jatuh ke bawah.
“Haah haah haah!!!”
Desahan Alfiah sedikit tertahan, karena selain menggoyangkan pinggulnya, Alfiah juga menekan tubuhnya ke bawah agar lubang vaginanya semakin membenamkan batang penisku. Seolah-olah Alfiah sedang mengulek-ulek batang penisku. Aku bisa merasakan benturan-benturan kepala penisku dengan mulut rahimnya, membuatku merasakan sedikit ngilu di kepala penisku.
Sejak tadi tangan kiri Alfiah berada di pundak kananku, ikut menjaga keseimbangan tubuhnya yang terus menggoyangkan pinggulnya. Sementara tangan kanannya terus meremas-remas payudara kanannya dan memilin-milin puting kanannya, sedangkan puting kirinya terkadang bergesekan dengan dada kananku, tulang punggungnya yang melengkung ke depan, serta matanya menatap mataku dengan pandangan sayu dan sesekali terpejam menikmati pergulatan birahi ini.
“Mas Azam, aku juga pengen ngrasain kontolmu…” bisik Zaskia tiba-tiba di telinga kananku. Rupanya wanita muda itu kembali bergairah setelah melihat pergulatanku dengan Alfiah.
“Heh? Oke..Oke…Bentar lagi ya…” Kataku sulit membagai konsentrasi karena masih digenjot Alfiah.
“Gantian posisi yuk!” Kataku pada Alfiah.
“Gangguin orang lagi enak aja Lu!” Keluh Alfiah sambil memanyunkan bibirnya ke arah Zaskia. Meskipun cemberut Alfiah tetap menurutiku, perlahan dia mengangkat pinggulnya ke atas, melepaskan penisku dari cengkraman vaginanya.
“Eegh!”
Desah Alfiah pelan saat seluruh penisku keluar dari lubang vaginanya. Kemudian Alfiah beranjak dari kedua pahaku ke samping kiriku. Sempat kulihat vagina Alfiah yang sedikit tembem dengan area labia mayora yang gundul dan labia minoranya yang basah oleh cairan kewanitaan.
Zaskia yang sejak tadi berada di belakangku, segera bergeser sedikit ke kanan tubuhku, memberikanku ruang untuk berganti posisi terlentang. Alfiah sudah tak sabar untuk kembali bersetubuh. Digenggamnya batang penisku dengan tangan kirinya. Lalu dikocoknya batangku pelan-pelan. Alfiah meludahi telapak tangan kirinya, kemudian dilumuri kepala penisku dengan air liurnya. Selanjutnya Alfiah mengangkangi tubuhku dengan bertumpu pada kedua lututnya.
“Ach….! Allah!!!”
Jerit Alfiah tertahan saat vaginanya menelan batang penisku. Alfiah menyondongkan badannya ke arahku dengan bertumpu pada kedua tangannya di kanan dan kiri tubuhku, mendekatkan bibirnya ke bibirku.
“Kenapa makin besar sih Mas…” katanya pelan sebelum bibirnya yang mungil melumat bibirku penuh nafsu.
Alfiah mulai menggoyangkan pinggulnya, membuat vaginanya yang rapat mengocok batang penisku naik turun. Aku membalas serangan Alfiah dengan meremas-remas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya dengan tangan kananku. Putingnya yang keras dan payudaranya yang sekal masih terasa kenyal menjadi sasaran pelampiasan rasa gemasku.
“Mba, geser, aku juga mau!” kata Zaskia tiba-tiba. Wanita muda itu duduk bersimpuh di atas kedua kakinya.
Tangan kananku kualihkan ke arah Zaskia. Kuusap kedua pahanya bergantian, lalu menjalar ke arah payudaranya. Kuremas-remas dan kumainkan putingnya bergantian kiri dan kanan, sambil tetap bibirku meladeni ciuman ganas Alfiah. Kemudian tangan kananku beralih ke arah perutnya, terus menuju ke arah pangkal paha.
Bulu-bulu vaginanya yang tercukur rapih masih terasa lembab dan kesat akibat persetubuhannya tadi bersama Ustadz Hilman. Kuusap-usap permukaan vaginanya dengan jari-jari tanganku. Kuputar-putar tanganku memainkan vaginanya.
“Uuuchhhhh! Maaas…!!!” Nafas Zaskia semakin berat saat kumainkan klitorisnya dengan jari tengahku. Kemudian kusorong jari tengahku hingga masuk ke dalam vagina.
Kumainkan lubang vagina Zaskia dengan ujung jari tengahku. Ke depan ke belakang, kemudian berputar, membuatnya ikut menggoyangkan pinggul mengikuti irama jari tengahku. Alfiah menyudahi ciumannya dengan satu kecupan panjang di bibirku. Lalu wanita muda itu menegakkan badannya. Selanjutnya Alfiah memutar tubuhnya perlahan ke arah kanan, tanpa melepaskan penisku dari lubang vaginanya.
Aku merasakan batang penisku seperti diplintir, mengingat lubang vagina Alfiah yang sempit. Seperti halnya diriku, Alfiah pun terengah-engah saat memutar tubuhnya. Sepertinya dia merasakan sensasi tertentu yang hanya dia sendiri tahu. Sekarang tubuh Alfiah dalam posisi memunggungiku.
“Lurusin kakinya Mas!” perintah Alfiah kepadaku.
Aku pun meluruskan kedua kakiku, sehingga kedua kaki Alfiah berada di samping kanan dan kiri pahaku, sementara bokong Alfiah yang montok duduk di tulang selangkaku dengan vaginanya yang masih tertancap batang penis.
Alfiah mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur, sambil sesekali membuat gerakan berputar, membuat kepala penisku mengaduk-aduk lubang kenikmatannya. Berkali-kali kepala penisku berbenturan dengan mulut rahimnya, hingga Alfiah mendesah dan meracau terus menerus.
Kulepaskan tangan kananku dari vagina Zaskia. Istri ketiga Ustadz Hilman itupun bangkit dan mengangkangkan kakinya di atas kepalaku dan bertumpu pada kedua lututnya. Sementara kedua tangannya berpegangan pada permukaan karpet. Vaginanya dengan labia minora yang sedikit keluar, kini hanya berjarak beberapa centimeter dari mulutku.
Dengan sedikit menarik kedua pangkal pahanya dengan kedua tanganku, kudekatkan vagina ke arah mulutku. Dapat kucium aroma harum khas cairan kewanitaan. Kumainkan klitorisnya dengan ujung lidahku, Ustadzah Hanum pun menggelinjang. Kuteruskan dengan sapuan dari lubang vaginanya ke klitorisnya. 519Please respect copyright.PENANAzA58e2Zent
“Ach!!! Mas Azam!! Enak banget!!!”
Desah Zaskia saat kubenamkan mulutku di vaginanya dan lidahku mulai berputar-putar di dalam lubang vaginanya, sambil sesekali kusedot klitorisnya yang sudah mengeras. Sementara itu di bagian bawah tubuhku, kurasakan goyangan Alfiah semakin cepat. Jepitan vaginanya semakin kencang meremas batang penisku. Alfiah semakin meracau tidak karuan. Hinggaa…
“Aaacchh!!! ALLAHUAKBAR!!!”
Jeritan panjang Alfiah kudengar, batang penisku terlepas dari cengkraman vaginanya diiringi semburan cairan hangat menerpa daerah pangkal pahaku. Selanjutnya Alfiah sepertinya beranjak dari atas tubuhku, berpindah ke samping kananku. Aku tidak dapat melihat posisinya, tapi aku masih mendengar suara nafasnya yang masih tersenggal. Aku masih berusaha memuaskan nafsu birahi Zaskia.
Mulutku tetap kubenamkan dalam vagina Zaskia, terus menggaruk-garuk liang senggamanya dengan mulutku. Menyedot dengan kuat klitorisnya, menghisap kuat bibir vaginanya, diiringi sapuan-sapuan lidahku di dalam lubang vagina. Saat itu, aku kembali merasakan kehangatan pada batang penisku.
Penisku kembali terasa dikocok. Tapi kali ini bisa kurasakan ada benda keras sesekali menyentuh batang penisku. Alfiah mengocok penisku dengan mulutnya. Sesekali Alfiah menghisap kepala penisku dan dimainkan lidahnya di kepala penisku. Salah satu tangannya berada di pangkal penisku, membantu mulutnya mengocok batang kenikmatanku.
Batang penisku mulai berkedut-kedut. Aku merasakan spermaku sudah sampai di pangkal, mendesak untuk segera menyemprot keluar. Alfiah sepertinya merasakan itu. Dia mengocok batang penisku menggunakan tangannya semakin cepat, sementara mulutnya menghisap-hisap kepala penisku. Dan…
“AAARRGHHTT…!!!”
Aku mengerang disertai tubuh yang mengejang. Orgasmeku ini berefek pada daya hisapku di vagina Zaskia. Hisapanku semakin keras terutama di bagian klitoris, tubuh Zaskia menggelinjang cepat.
“Aaaachh!!! Ampun Mas! Ampun!!!”
Jerit Zaskia diiringi tubuhnya yang mengejang dan disertai derasnya cairan vaginanya yang keluar dari lubang kenikmatan. Tidak sederas Alfiah, tapi cukup membuatku gelagapan menerimanya dengan mulutku. Kemudian wanita muda itu beranjak dari kangkangannya di kepalaku. Merebahkan tubuhnya di samping kiriku, karena Alfiah sedang berbaring di kananku sedikit ke bawah. Zaskia menciumku dengan mesranya.
“Enak banget Mas, makasih.” Kata Zaskia pelan sambil menciumku. Selesai menciumku, dia memelukku dan merebahkan kepalanya di dadaku.
Aku memegang daerah di sekitar penisku dengan tangan kanan. Terasa lengket. Kucoba menciumnya dengan mendekatkan tangan kananku ke hidungku, tapi aku tidak mencium adanya bau sperma. Aku merasakan ada kejanggalan. Ya, aku tak merasakan adanya spermaku yang menetes di sekitar penisku. Rupanya Alfiah menghisap dan menelan suruh spermaku yang keluar, benar-benar binal!
Sementara itu disaat aku dan Alfiah serta Zaskia sudah terkulai lemas setelah menuntaskan hasrat, di tempat pengimaman Ustadzah Hanum bersimpuh di bawah tubuh Ustadz Hilman. Aku sempat mengrenyitkan dahi karena di pangkuan Ustadzah Hanum nampak sebuah Al Quran dalam keadaan terbuka. Suaminya berdiri sembari mengocok batang penisnya dengan tangan kanannya, mengarahkan bagian ujung penisnya tepat di wajah serta mulut Ustdzah Hanum yang telah terbuka lebar.
“AARGGHHTTT!! AARRGGHHHTT!” 519Please respect copyright.PENANA0UbRYX1njD
Erangan parau dari mulut Ustadz Hilman bebarengan dengan semprotan sperma dari penisnya yang menyembur keluar dan membasahi wajah serta mulut Ustadzah Hanum. Beberapa cairan putih lengket itu juga membasahi lembaran Al Quran yang berada di pangkuan Ustadzah Hanum. Apa yang terjadi di sini benar-benar telah membuatku berubah pandangan pada Ustadz Hilman. Atas dasar seks, dia bahkan rela melecehkan simbol-simbol keagamaan yang seharusnya disucikan.
Aku tak menyangkal jika pengalamanku kali ini begitu berkesan, bahkan hanya dalam satu malam aku bisa melupakan sakit hatiku pada pengkhianatan yang dilakukan oleh Zahra. Pernikahan mut’ah dengan Anita ditambah orgy party di dalam mushola seolah menjadi obat kegalauanku atas masalah rumah tanggaku. Namun aku juga tak bisa menyangkal jika semua ini bertolak belakang dengan isi hatiku. Aku memang brengsek tapi tak seharusnya jadi sebrengsek ini.
Kokok ayam terdengar bersahutan saat kami berlima menyudahi orgy party di dalam mushola. Belum sepenuhnya berakhir karena Ustadz Hilman memerintahkanku untuk ikut mandi bersama di kamar mandi mushola. Bukan sekedar mandi, tapi ini adalah bagian dari penyucian dosa setelah melakukan perzinahan di dalam Mushola.
Meskipun kembali canggung, aku tetap menuruti perintah itu. Ustadzah Hanum bahkan dengan telaten membasuh serta membersihkan tubuhku hingga bersih. Selesai mandi aku berpamitan pada Anita, dari raut wajahnya yang kembali polos aku bisa lihat sebuah gurat kesedihan, terlebih hari ini juga aku jatuhkan talak pada dirinya untuk mengakhiri pernikahan mut’ah di antara kami berdua.
Ustadz Hilman sempat menyarankan aku untuk menunda talak hingga 45 hari ke depan, tapi aku tetap bersikeras mengakhirinya sekarang juga. Meskipun begitu aku berjanji pada Anita untuk kembali berkunjung ke ponpes An-Nisa, hanya sekedar menengoknya dan bercengkrama. Bagaimanapun gadis muda itu pernah jadi bagian dari perjalanan hidupku walaupun hanya dalam satu malam.
519Please respect copyright.PENANAKtT52V9w2F
BERSAMBUNG
Cerita ini sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION , KLIK LINK DI BIO PROFIL UNTUK MEMBACA VERSI LENGKAPNYA519Please respect copyright.PENANAvpUZ17gpMy