#8 Giliran Mbak Ratih, Ibu Tania
Tania sudah menyelesaikan kuliahnya. Sebentar lagi ia akan wisuda. Hubungan terlarang Aji dan Tania terus berlangsung. Namun pertemuan keduanya sudah tak lagi intens. Sejak beberapa bulan lalu, Tania sibuk dengan skripsinya. Aji juga sibuk dengan pekerjaannya.
Meski jarang bertemu, kadang keduanya melakukan VCS saat malam hari. Tania menurut saja dengan Aji. Karena Aji masih rutin mengirim uang jajan ke Tania. Setiap Tania minta, Aji langsung transfer uang ke Tania.
Di sisi lain, Aji sudah mulai ada rasa bosan dengan tubuh ponakannya. Ia sudah mencoba pengalaman baru dengan sejumlah wanita di Surabaya. Jadi, Tania bukan lagi prioritasnya.
Sebelum wisuda digelar, Tania pernah meminta Aji untuk datang ke wisudanya. Sudah 3 bulan lebih, keduanya tidak bertemu. Hal itu juga menjadi alasan Tania meminta Aji datang ke Malang.
Aji tidak mengiyakan permintaan Tania. Ia punya alasan sibuk dengan pekerjaan.
“Kling,” suara notifikasi di ponsel Aji.
Aji membuka ponselnya. Ada satu pesan Whatsapp dari nomor tak dikenal.
“Aji.” tulis pesan itu.
“Iya?” balas Aji.
“Ini Mbak Ratih,” beberapa detik kemudian langsung ada balasan. Ratih adalah ibu dari Tania.
Pesan ini bikin Aji terkaget. Kenapa ibu Tania tiba-tiba menghubunginya. Apakah dia tahu hubungannya dengan Tania. Kalau tahu, darimana tahunya, apakah Tania cerita.
“Oh, iya mbak, ada apa? jawab Aji sambil deg-degan.
“Bagaimana kabarnya? sukses ya di luar kota,” balas Ratih.
“Alhamdulillah mbak. Mbak sendiri gimana? keluarga gimana? tulis Aji berlagak peduli.
“Baik juga. Tapi Mas Husen sakit,” kata Ratih. Husen adalah suaminya, atau ayah dari Tania.
Husen adalah sepupu dari Aji, namun beda nenek.
“Sakit apa mbak? Sudah lama,” tanya Aji.
“Stroke ringan. Sudah sebelunan,” jawab Ratih. Memang usia Husen sudah cukup tua, yakni sekitar 56 tahun. Sementara Ratih lebih mudah, sekitar 45 tahun. Ratih dulu nikah di usia muda. Tania adalah kedua dari pasangan Husen dan Ratih.
“Semoga segera sembuh mbak,” kata Aji, masih deg-degan, apa maksud Ratih menghubunginya.
“Amin. Kamu kenapa lama gak pulang? tanya Ratih.
“Banyak kerjaan di Surabaya mbak,” jawab Aji.
“Oh ya mbak, ada apa menghubungi Aji? “ tanya Aji.
“Terimakasih ya Ji, sering bantu Tania. Tania cerita sering dikirim uang oleh kamu,” jawab Ratih. Deg-degan Aji mulai berkurang.
“Iya, tanti, ponakan yang lain sama kok, kalau minta, saya kasih, gak banyak sih. Hehe. Lihat rezekinya,” kata Aji.
“Soalnya kami akhir-akhir ini ngurangi uang jajan Tania. Karena ada kebutuhan lain, untuk berobat Mas Husen,” ucap Ratih.
“Santai aja soal itu, mbak,” ucap Aji.
“Syukurlah, bentar lagi Tania udah mau lulus,” kata Ratih.
“Oh iya ya, syukurlah mbak,” Aji berlagak tidak tahu.
“Wisudanya Sabtu depan, boleh minta tolong nggak Ji? tanyanya.
“Apa mbak?” tanya Aji.
“Temenin ke wisuda Tania. Karena rencana saya sendiri ke sana. Saya nggak ada barengnya, kakak dan adek Tania biar jagain ayahnya,” jawab Aji.
“Aduh, lihat ya mbak, apakah ada waktu,” jawab Aji.
“Tania yang minta kamu datang ke sana, mangkanya aku suruh ngubungi kamu,” jawab Ratih.
“Iya mbak, diusahain ya,” jawab Aji. Ia bersyukur, karena Ratih menghubunginya soal wisuda Tania, bukan karena hubungan terlarangnya dengan Tania.
Tak berselang lama, Ratih mengirimi pap foto bersama Husen.
“Ini aku sedang sama Mas Husen,” tulis Ratih.
Terlihat Husen duduk di kursi roda. Aji kemudian fokus ke Ratih, karena badannya masih terawat di usianya yang hampir kepala lima. Kulitnya putih mulus. Wajahnya masih segar dan kencang. Belahan payudaranya sedikit terlihat dibalik daster. Karena Ratih membungkuk saat berfoto itu.
“Salam ke Mas Husen mbak,” kataku.
“Iya disampein,” katanya.
“Nanti saya kabari, bisa atau enggaknya mbak,” ucap Aji.
“Terimakasih Ji,” jawabnya.
“Sama-sama,” tulis Ratih.
Aji kemudian memperhatikan foto Ratih dan suaminya. Ia fokus ke belahan buah dada Ratih. Aji mengakui kecantikan Ratih, jadi tak heran jika anaknya, Tania juga begitu cantik.
3216Please respect copyright.PENANAhaSd1CmOe8
***
3216Please respect copyright.PENANA9ebZRvAhHm
#9 Diajak Bahas Gituan
3216Please respect copyright.PENANAhOPTBdzpLL
Keesokan malam, Ratih kembali menghubungi Aji.
“Bagaimana Ji, Sabtu depan bisa kan datang ke wisuda Tania? tanya Ratih.
“Masih belum pasti mbak,” jawab Aji.
“Sudah tengah malam kok belum tidur mbak? tanya Aji.
“Pastiin dong Ji. Bisa ya, minta tolong. Cuma sehari aja,” jawab Ratih.
“Belum bisa tidur, Ji,” lanjutnya.
“Saya usahain mbak. Mas Husen sudah tidur mbak? balas Aji.
“Sudah, barusan tidur. Sekarang kutinggal di depan TV,” katanya.
Ratih kemudian mengirim foto di depan televisi. Paha dan kakinya ikut terfoto.
Aji pun fokus ke paha dan kaki mulus Ratih. Masih terawat dan tak jauh beda dengan Tania.
“Kok gak tidur bareng Mas Husen mbak? tanya Aji.
“Percuma tidur bareng, udah gak bisa berdiri punya Mas Husen. Hehe,” jawab Ratih.
“Loh, loh, aku gak tanya itu mbak. Hehe. Bukan itu maksudku,” balas Aji.
“Hehe, iya maaf Ji. Kamu di mana?” tanya Ratih.
“Masih diluar mbak, ini pulang ke apartemen,” jawab Aji.
“Hayo, dari mana aja kamu malam-malam? Enak ya tinggal di apartemen Ji,” kata Ratih.
“Biasa anak muda mbak. Gak enak mbak, gak ada yang mbarengi. Haha,” jawab Aji.
“Kamu kok gak nikah-nikah si Ji? Kan udah sukses biar ada yang mbarengi,” tanya Ratih.
“Belum ketemu jodohnya mbak. Hehe,” ucap Aji.
“Sementara biar aku wes yang mbarengi, gak apa-apa. Haha,” ujar Ratih menggoda.
“Haha, bisa aja mbak ini,” ucap Aji.
Kini Ratih mengirim foto selfie dirinya.
“Aku masih mudah loh Ji,” tulis Ratih genit.
Aji dibikin kaget lagi, tiba-tiba Ratih mengirimi foto. Memang sih, Ratih terlihat masih cantik.
“Aku bingung ngeresponnya kalau gini mbak. Bingung mau jawab apa. Haha,” kata Aji.
“Aku lama gak ketemu kamu, di foto profilmu, kamu terlihat tambah ganteng aja. Haha,” Ratih terus menggoda Aji.
“Apa sih mbak. Haha,” balas Aji.
“Iya mbak, udah lama gak ketemu, lebaran kemarin gak ketemu ya,” jawab Aji.
“Mangkanya kita ketemu di Malang Ji,” ucap Ratih.
“Iya mbak, diusahain ya,” kata Aji.
“Kamu usia berapa sih Ji kok belum nikah?” tanya Ratih.
“Udah 33 tahun mbak. Cariin jodoh dong. Hehe,” jawab Aji.
“Usia segitu, kira-kira masih perjaka nggak ya? Haha,” tanya Ratih terus menggoda mbak.
“Aduh mbak ini, dari tadi gitu aja. Menurut mbak? Haha? balas Aji.
“Kayaknya udah nggak deh, apalagi hidup sendiri di Surabaya. Haha. Benar kan?” ucap Ratih.
“Aduh, mau jawab jujur apa nggak ya. Haha,” ujar Aji.
“Hayo, kapan terakhir gituan Ji? tanya Ratih.
Aji kebingungan dengan sikap Ratih, yang ngobrolnya ke arah sensitif.
“Terakhir kemarin mbak. Haha,” jawab Aji.
“Ya kan, sama siapa Ji? hayo? tanya Ratih.
“Ada deh. Kalau mbak kapan terakhir? Haha,” tanya Aji.
“Maaf mbak. Jangan marah,” ucap Aji.
“Udah lama Ji sejak Mas Husen sakit,” jawab Ratih.
“Maaf ya mbak, jadi tanya gitu,” tulis Aji.
“Gak papa Ji, tenang aja. Aku senang bahas gituan. Haha,” Ratih makin berani ke Aji.
“Aduh mbak ini. Terus kalau mbak pingin gituan gimana dong? tanya Aji yang juga akhirnya berani.
3216Please respect copyright.PENANAacHS6JCrTs
***
3216Please respect copyright.PENANAXVwISFtOPr
#10 Kamu Jadi Kepingin?
3216Please respect copyright.PENANANbfpPNmQqE
“Rahasia Ji, Masak aku cerita ke kamu soal gituan. Haha,” jawab Ratih.
“Tadi mbak mancing-mancing bahas gituan, sekarang ditanya, malah bilang rahasia. Haha,” jawab Aji.
“Rahasia pokoknya, Ji. Haha,” ucapnya.
Aji pun penasaran, bagaimana jika Ratih kepingin berhubungan. Apa iya, Ratih tidak kepingin berhubungan badan. Apa iya, dia tidak memikirkan hal itu, tapi sekarang obrolannya mengarah ke situ.
Aji pun curiga, Ratih berselingkuh. Tapi, ia langsung membuang jauh-jauh prasangka buruknya itu.
“Ya udah mbak, rahasia ya. Jangan bahas gituan lagi. Haha,” ucap Aji.
“Kenapa Ji, kamu jadi kepingin ya. Haha,” goda Ratih.
“Udah mbak, gak enak bahas ginian. Wkwkwk,” ucap Aji.
“Aku mau otewe dulu ya mbak. Nanti kukabari lagi soal ke wisuda Tania,” lanjut Aji.
“Hayo, mau otewe kemana itu malam-malam gini. Haha,” balas Ratih.
“Masih aja mbak ini, mengarah ke sana,” ucap Aji.
“Ya udah Ji, ati-ati ya,” balas Ratih.
“Makasih mbak,” tutup Aji.
“Sama-sama,” kata Ratih mengakhiri obrolan malam itu di Whatsapp.
Di tengah perjalanan, Aji kepikiran obrolannya dengan Ratih tadi, kok bisa Ratih begitu berani ngobrol soal hal sensitif dengannya.
***
Hari sudah Kamis. Dua hari lagi, acara wisuda Tania di Malang. Ratih belum menghubungi Aji lagi soal itu.
Aji iseng-iseng membuka obrolannya dengan Ratih di Whatsapp. Nafsunya pun sedikit naik membaca obrolan yang dinilainya tidak wajar dengan istri kakak sepupunya itu. Apalagi sudah tiga hari ini, Aji tidak berhubungan badan dengan wanita.
Pikiran kotor Aji pun muncul. Ia memikirkan hal aneh-aneh tentang Ratih. Ia membayang Ratih dan bagaimana jika berhubungan dengannya. Apakah mungkin.
Aji pun mempersiapkan rencana kotornya dengan Ratih. Ia pun memastikan akan menghadiri wisuda Tania di Malang.
“Mbak, aku bisa hadir di wisuda Tania,” pesan Aji ke Whatsapp Ratih.
Beberapa jam, pesan itu baru dibalas oleh Ratih.
“Oh ya Ji, makasih ya,” balas Ratih singkat.
“Aku berangkat besok pagi mbak. Karena ada acara lain juga di Malang,” jawabnya.
“Mbak berangkat kapan?” tanya Aji.
“Gampang Ji, nanti saya kabari lagi. Ini masih ngurusi Mas Husen,” balas Ratih.
“Oke mbak,” kata Aji.
Pesannya pun tak dibalas lagi oleh Ratih.
Aji kemudian berganti mengirimi pesan ke Tania.
“Tan, ibumu minta aku datang ke wisudamu,” tulis Aji.
“Iya om, Tania yang minta. Minta tolong ya om. Karena cuma mama aja yang bisa ke sini. Terus kita bisa berangkat bareng ke kampusku naik mobil om. Datang ke sini ya om,” balas Tania dengan cepat.
“Aku besok pagi berangkat ke Malang. Ibumu kapan? Naik apa ke sana” tanya Aji.
“Belum tahu om, nanti kupastikan lagi. Yang penting malam sudah di sini,” jawab Tania.
“Aku tidur di mana besok? Di kosmu ta? Hehe,” tanya Aji setengah menggoda.
“Ha? jangan om kalau sekarang, ibu mau kuajak tidur di kosku,” jawab Tania.
“Ya udah aku tidur di hotel saja kalau gitu,” balas Aji.
“Oke om, kalau gitu,” balas Tania.
“Aku besok ke kosmu dulu ya?” tanya Aji.
“Ngapaian om? Hehe,” Tania bertanya, padahal ia tahu maksud omnya.
“Kangen kamu dek. Haha,” jawab Aji.
“Udah tahu aku maksudnya. Haha,” balas Tania.
“Ya udah tunggu besok,” tutup Aji.
***
Jumat sekitar pukul 10 pagi, Aji sudah sampai di Malang.
“Aku sudah di depan kosmu Dek,” Aji mengirim pesan ke Tania.
“Langsung ke atas om, ke kamar. Seperti biasanya,” balas Tania.
Aji pun menuju kamar Tania.
“Berangkat jam berapa tadi om? tanya Tania.
“Sekitar jam 7. Eh, ibumu jadi naik apa ke sini? Berangkat jam berapa? tanya Aji. Karena ia masih belum berkomunikasi lagi dengan Ratih.
“Katanya mau naik bus om, tapi gak tahu jam berapa ke sini. Ini masih sibuk ngerawat papa. Tadi pagi katanya masih mau ngatar ayah terapi,” jawab Tania.
“Suruh naik travel aja, nanti om ganti uangnya,” jawab Aji.
“Terimakasih om, saya bilangin ke mama,” kata Tania.
“Cuma makasih aja?” tanya Aji dengan muka mesum.
“Ih, om maunya,” ujar Tania.
Aji menutup pintu kamar Tania. Ia langsung memeluk erat Tania dan menciumnya penuh nafsu. Tania sudah cukup lama tak berhubungan dengan omnya, merespon ciuman itu dan ikut bernafsu.
“Kamu nggak kangen aku? Udah lama gak gituan dengan kamu,” ucap Aji sambil membuka bajunya.
“Kangen, om yang lama nggak ke sini,” kata Tania sambil tersenyum manja.
Keduanya kembali berciuman. Tangan Aji mulai bergerilya ke tubuh Tania.
3216Please respect copyright.PENANAnIiYRfNhiw
Bersambung...
ns 15.158.61.48da2