Puas saling mencumbu bibir, Bu Zubaedah menurunkan tubuhnya. Kali ini giliran wanita bertubuh sintal itu bersimpuh di bawah tubuh Pak Hamdan. Dari tempatku mengintip, aku bisa menyaksikan bagaimana kelincahan jemari Bu Zubaedah melepas pengait celana Pak Hamdan, seperti sudah sangat terbiasa akan hal tersebut. Detik berikutnya celana Pak Hamdan luruh begitu saja di atas lantai, batang penisnya yang mengeras sempurna mengacung tegak tepat di hadapan mata Bu Zubaedah.
“Kok makin gede sih? Kamu apain?” Tanya Bu Zubaedah dengan mata berbinar, seolah begitu mengagumi ukuran penis petugas keamanan sekolah itu.
“Dua minggu lalu aku ke tempat pengobatan alternatif, dan ini hasilnya.” Jawab Pak Hamdan seraya memamerkan batang penisnya.
“Hmmm…Pantes….” Kerling mata menggoda langsung diberikan oleh Bu Zubaedah.
Satu tangan Bu Zubaedah mulai memegang batang penis itu. Meremasinya bebarapa saat sebelum kemudian tangannya bergerak naik turun layaknya sedang mengocok sesuatu. Suara desahan lirih Pak Hamdan sayup-sayup mulai terdengar, kepanyan terdongak ke atas, dari ekspresi wajahnya yang seperti itu, aku menduga jika pria itu tengah merasakan kenikmatan yang teramat sangat.
“Ya Allah….” Desisku lirih saat detik berikutnya aku melihat Bu Zubaedah menciumi ujung penis Pak Hamdan.
Tak hanya menciumi, rekan kerjaku itu juga mengulumnya, memasukkan penis Pak Hamdan ke mulutnya! Perutku seketika mual, serasa tengah teraduk-aduk, namun rasa penasaranku jauh lebih besar. Aku tetap berada di tempatku sambil terus menyaksikan perzinahan kedua orang itu. Mulut Bu Zubaedah nampak kewalahan menampung seluruh bagian penis Pak Hamdan, petugas keamanan itu memang memiliki batang penis yang cukup besar, bahkan jauh lebih besar jika dibanding milik Dion.
Puas mengulumi bagian ujung penis, lidah Bu Zubaedah kini mengular di sekujur batangnya, diiringi desis nikmat Pak Hamdan, perempuan bertubuh sintal itu terus menggerakkan lidahnya hingga ke bagian pangkal. Tanpa rasa jijik sedikitpun mulutnya kemudian mengulumi kantong pelir Pak Hamdan, disedotnya beberapa kali hingga membuat Pak Hamdan kembali melenguh. Kedua tangan Pak Hamdan memegangi kepala Bu Zubaedah yang masih tertutup hijab panjang, pinggul petugas keamanan itu bergerak maju mundur, seolah sedang memperkosa mulut Bu Zubaedah.
Sensasi aneh itu kembali merayapi tubuhku, sebuah sensasi janggal yang membuat selangkanganku terasa lembab dan gatal. Menyaksikan dua orang tengah bercumbu mesra dalam balut perzinahan lambat laun membuat birahiku terpancing. Seumur hidup inilah kali pertama aku tak bisa mengacuhkannya, aku sama sekali tak bisa berpaling dari pemandangan erotis ini, dan lebih gilanya lagi aku ingin melihatnya hingga tuntas.
Cukup lama Bu Zubaedah mengulumi penis Pak Hamdan dalam posisi seperti itu, hingga akhirnya Pak Hamdan menarik kedua tangan Bu Zubaedah, membuatnya kembali berdiri berhadapan. Hanya dengan satu gerakan memutar, pria bertubuh tegap itu mengarahkan Bu Zubaedah untuk membelakangi dirinya. Bagian depan tubuh Bu Zubaedah bersandar pada tembok kamar mandi.
PLAK!!
PLAK!!
PLAK!!!
"Auuucchhh!!! Saakiittt!!!"
Tiga tamparan keras Pak Hamdan pada permukaan pantat Bu Zubaedah membuat perempuan berwajah cantik tersebut melenguh sakit. Bahkan saking kerasnya tamparan Pak Hamdan, sampai meninggalkan bekas merah pada permukaan pantat rekan kerjaku itu.
"Eeemcchhhh!!!!"
Bu Zubaedah melirik ke belakang ketika merasakan permukaan vaginanya yang sudah basah kuyup sedang digesek-gesek oleh benda tumpul. Seringai mesum Pak Hamdan kembali terlihat, dengan santai pria itu memainkan ujung penisnya pada pintu liang vagina Bu Zubaedah. Menggeseknya dari atas ke bawah secara perlahan hingga membuat tubuh Bu Zubaedah kelejotan menahan rasa geli dan gatal.
"Aaachhhh Paakkk!!!!" Lenguh Bu Zubaedah sambil menekan permukaan tembok dengan kedua tangannya.
"Kenapa sayang? Enak kan?" Goda Pak Hamdan, aku bisa menyaksikan bagaimana nafas tersenggal Bu Zubaedah. Ocehan Pak Hamdan seolah tak berarti apa-apa baginya.
"Emmcchhhh!! Paakkk!! Ammpuunnn! Aacchh!!"
"Apa? Ampun? Ampun katamu? Lonte kayak Lu nggak pantes dikasih ampun!!"
Tiba-tiba tanpa peringatan terlebih dahulu, Pak Hamdan menusukkan batang penisnya hingga melesak masuk ke dalam vagina Bu Zubaedah. Gerakan menusuk kasar yang diberikan oleh penis Pak Hamdan sontak membuat Bu Zubaedah berteriak kesakitan. Apalagi ditambah susulan gerakan kasar lain yang diberikan oleh Pak Hamdan, menghentak pinggulnya maju mundur dengan kecepatan tinggi.
"Aaachhh!!! Paak!!! Aaacchh!!!"
"Lonte kayak Lu harus diewe kasar kayak gini!!!"
Tangan Pak Hamdan menarik ke belakang kepala Bu Zubaedah yang masih terbungkus hijab, membuat kepala perempuan cantik itu terdongak ke atas. Dengan hanya bertumpu pada permukaan tembok kamar mandi, Bu Zubaedah dipaksa menerima tiap tusukan penis Pak Hamdan yang melesak cepat menyesaki liang senggama. Sesekali Pak Hamdan masih memberikan tamparan pada pantat Bu Zubaedah diselingi juga dengan umpatan serta makian. Aku tak tau apakaha setiap persetubuhan akan sekasar ini, bagiku umpatan dan makian adalah bentuk pelecehan verbal tapi kenapa ekspresi Bu Zubaedah sama sekali tak menunjukkan kemarahan?
"Aaucchhhhh!!!!" Suara parau Bu Zubaedah menggema memenuhi ruangan saat Pak Hamdan melepas penisnya.
Bongkahan padat pantat milik Bu Zubaedah yang masih menungging memungkinkan Pak Hamdan bisa melihat mulut vagina merekah dari belakang. Tanpa rasa jijik sedikitpun pria itu mendekatkan mukanya, mencium mulut vagina Bu Zubaedah, lalu kembali mempermainkan klitorisnya sejenak dengan ujung lidah. Bu Zubaedah merintih lirih, pantatnya terangkat lebih tinggi sehingga mulut vaginanya merekah lebih lebar di depan wajah Pak Hamdan. Pria itu memasukkan lidahnya lebih dalam, kemudian menghisap permukaan vagina bahkan sampai menimbulkan suara.
"Eeemmccchhhhh!!!!!"
"Gila! Enak banget Pak!! Acchh!!" Pekik Bu Zubaedah dengan ekspresi binal. Aku makin merasakan gejolak aneh dalam diriku, selangkanganku terasa semakin lembab dan cenderung becek.
Pak Hamdan lalu mengarahkan tubuh Bu Zubaedah untuk berpindah ke atas lantai masih dengan posisi menungging. Pria itu kemudian berlutut di belakang tubuh Bu Zubaedah. Pantat Bu Zubaedah mencuat tinggi seperti sudah bersiap untuk kembali menerima sodokan dari penis sang pejantan. Kedua tangannya menapak permukaan lantai. Kepalanya terkulai lemas setelah dihajar badai orgasme berkali-kali. Terdengar Bu Zubaedah mendesah lirih saat batang kemaluan Pak Hamdan perlahan menerobos masuk lewat belakang.
Kedua tangan Pak Hamdan mencengkeram pantat Bu Zubaedah. Sejenak pria itu berhenti bergerak. Bu Zubaedah menoleh ke belakang karena penasaran. Pak Hamdan menekan lagi pinggulnya perlahan-lahan, hingga Bu Zubaedah kembali mengerang dengan kepala terkulai lemas. Pak Hamdan berhenti lagi, tangannya mengusap-usap pantat Bu Zubaedah, mencengkeram agak kuat, lalu merekahkan bongkahan padat itu dengan kedua tangannya. Bu Zubaedah menoleh lagi ke belakang.
Tepat pada saat itu Pak Hamdan menekan kuat-kuat pinggulnya. Tubuh Bu Zubaedah sampai terdorong ke depan. Perempuan cantik itu langsung membalas memundurkan pantatnya, diputar-putar, berusaha keras agar batang penis Pak Hamdan masuk lebih dalam lagi. Bu Zubaedah kembali menoleh ke belakang. Pak Hamdan menekan lagi pinggulnya kuat-kuat! Kini Bu Zubaedah sudah siap.
Bersamaan dengan gerakan pinggul Pak Hamdan, perempuan itu menyambut dengan mendorong pantatnya kuat-kuat ke belakang. Batang kemaluan Pak Hamdan menyeruak masuk. Pria gendut itu menahan sejenak, lalu mendorong dorong lagi kuat-kuat. Bu Zubaedah kembali menyambut dengan gerakan seperti tadi. Kali ini perempuan itu mengerang lebih keras karena batang penis Pak Hamdan masuk lebih dalam.
"Enak?"
"Eeegghhhhh...En...Enaakkk..Pakkk...Eeeegghhh!!"
"Dasar lonte!"
"Aaachhh Paakkk!!! Aaachhh!!"
Sambil menikmati bertautnya kemaluan, Pak Hamdan memeluk erat tubuh Bu Zubaedah dari belakang sambil menciumi tengkuk perempuan catik itu. Bu Zubaedah yang sudah terbakar birahi berusaha menoleh ke belakang, seperti berharap agar Pak Hamdan juga menciumi bibirnya. Sambil meremasi buah dada Bu Zubaedah yang padat berisi, bibirnya mulai menciumi bibir sang betina.
Pak Hamdan menggerak-gerakkan pinggulnya dengan irama lembut dan teratur, menikmati bertautnya kemaluan mereka dalam posisi seperti "anjing kawin" sembari menciumi tengkuk dan leher Bu Zubaedah. Tubuh perempuan cantik itu menggeliat keenakan, pinggulnya bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan.
Beberapa menit kemudian, nafas Bu Zubaedah mulai memburu kembali. Pertanda birahinya semakin meninggi, mendaki puncak kenikmatan. Kedua tangan Pak Hamdan berpegangan pada pinggang Bu Zubaedah, sementara Bu Zubaedah pun mengatur posisi pinggulnya supaya lebih memudahkan Pak Hamdan melakukan penetrasi. Bu Zubaedah kembai melirik ke belakang, tatapan matanya amat sayu, apakah itu tatapan perempuan yang sedang tinggi birahinya?
Pak Hamdan kembali bergerak maju mundur. Satu kali, dua kali, dengan irama teratur namun di gerakan ketiga pria tambun itu merojok vagina Bu Zubaedah dengan kecepatan tinggi secara tiba-tiba. Nafas Bu Zubaedah semakin kencang terdengar, seiring dengan semakin kuatnya hunjaman batang kemaluan Pak Hamdan pada liang vaginanya. Pak Hamdan memompa terus. Semakin lama semakin cepat dan kuat. Bu Zubaedah semakin terengah-engah. Tubuhnya berguncang-guncang, sesekali sampai terdorong jauh ke depan, tapi tidak sampai terlepas karena Pak Hamdan menahan pinggangnya dengan kedua tangan cukup kuat.
"Aaaachh!!! Paakk!!! Aaachhhh!!"
"Suka kontolku? Hmmm?!!"
Pak Hamdan terus menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan kecepatan tinggi, satu tangannya kembali menarik kepala Bu Zubaedah dari belakang, mencengkramnya lebih kuat. Mulut perempuan itu sampai harus ternganga lebar, seperti sedang mengharap asupan oksigen lebih banyak lagi.
"Jawab lonte!!! suka kontolku nggak?!" Bentak Pak Hamdan tak sabaran karena Bu Zubaedah hanya menjawab pertanyaannya dengan suara lenguhan saja.
"I..Iyah Paakkk!! Aaachh!!! Aku suka kontol!!! Aaacchh!! Suka kontol Pak Pak Hamdan!!!" Pekik Bu Zubaedah untuk memuaskan dahaga ego petugas keamanan itu. Suara Bu Zubaedah terdengar semakin erotis. Nafasnya liar seperti banteng marah, erangannya bercampur dengan rintihan-rintihan manja penuh nafsu.
"Aaachhhh!! Iyeess Pakk!! Aaachhhh!!!"
Suara Bu Zubaedah terdengar makin keras, Pak Hamdan bahkan tak peduli lagi jika ada yang mendengarnya dari luar. Pak Hamdan makin mempercepat sodokan penisnya, ketika merasakan ejakulasi semakin dekat, pria itu lalu mencabut penisnya dari dalam liang senggama. Pak Hamdan kemudian membalikkan posisi tubuh Bu Zubaedah hingga terlentang, lalu secepat kilat pula Pak Hamdan menindih tubuh perempuan itu dan kembali memasukkan batang penisnya ke dalam vagina. Bu Zubaedah menyambut dengan mengangkat pinggul agak tinggi, kedua pahanya mengangkang lebih lebar untuk memberi kemudahan akses penetrasi. Pak Hamdan semakin brutal menggenjot tubuh Bu Zubaedah dari atas, penisnya keluar masuk di dalam vagina dengan sangat cepat, kuat, dan kasar. Bu Zubaedah menjerit-jerit mengiringi pencapaian puncak kenikmatannya.
"ARRGHHHTTTTT!!! PAAAKKK!!! AAACCH!!!!"
"EERRGHHHHTT!!!!"
Tubuh keduanya menegang untuk beberapa saat, sebelum kemudian tubuh Pak Hamdan tergelepar lemah di samping tubuh Bu Zubaedah. Dari tempatku berdiri, aku bisa menyaksikan lelehan cairan putih seperti halnya milik Dion meluber keluar dari celah liang senggama milik Bu Zubaedah. Akhirnya inilah akhir dari permainan tabu mereka berdua, tak mau sampai terpergok sedang mengintip, bergegas aku pergi dari kamar mandi. Semoga saja Dion sudah kembali ke kelas sehingga remaja itu tak perlu tau perubahan raut wajahku yang mendadak bersemu merah setelah menyaksikan persetubuhan antara Pak Hamdan dan Bu Zubaedah.
21106Please respect copyright.PENANA8jb1mwgz37
BERSAMBUNG
Cerita ini sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION , KLIK LINK DI BIO PROFIL UNTUK MEMBACA VERSI LENGKAPNYA
ns 15.158.61.45da2