#62921Please respect copyright.PENANApj2SZH6Srn
Ritual Aneh2921Please respect copyright.PENANAtbxnmofF7B
2921Please respect copyright.PENANAvJ3374CbTn
2921Please respect copyright.PENANAOlZc8X59nJ
Sudah 3 minggu sejak dari rumah Mbok Warni, jual-beli mobil bekasku makin lancar kembali. Sudah 15 unit terjual. Ada tren peningkatan penjualan yang lumayan.
Malam ini adalah Malam Jumat Legi, sesuai permintaan Mbok Warni, aku harus ke sana lagi. Aku tambah bersemangat, mungkin usahaku bisa tambah lancar lagi setelah aku ke sana lagi.
Pada malam hari, setelah Sholat Maghrib, aku pamit ke istriku untuk keluar. Aku alasan ke rumah teman untuk mengurusi soal jual beli mobil. Tentu istriku langsung mengizinkan jika aku keluar untuk soal pekerjaan.
Sampailah aku di rumah Mbok Warni. Namun malam ini kenapa sepi orang yang datang ke rumahnya. Tidak ada motor atau mobil dari tamu di halaman rumahnya. Begitu aku masuk ke teras rumahnya, juga tidak ada satu orang tamu pun yang datang. Tidak seperti sebelumnya.
Aku sedikit kebingungan, apakah Mbok Warni tidak ada di rumah. Pintu rumahnya juga tertutup. Padahal sebelumnya, Mbok Warni menyuruhku datang ke sini tepat saat Malam Jumat Legi.
Aku kemudian mengetuk pintu rumahnya. Tak berselang lama, ada perempuan yang membuka pintunya. Sepertinya dia asisten atau pembantu Mbok Warni.
“Silahkan masuk mas. Duduk di sini dulu mas,” ucapnya.
“Iya mbak. Terimakasih,” jawabku. Lalu aku duduk di kursi di depan ruangan tempat Mbok Warni menemui tamunya.
Tak berselang lama, Mbok Warni keluar, menemui aku. Aku langsung menyalaminya. Seperti sebelumnya, Mbok Warni memakai kebaya, tapi dengan warna lain. Rambutnya masih tetap digelung. Wajahnya tetap ada make up dan lipstik tebal.
“Terimakasih mbok, usahaku mulai lancar kembali,” aku langsung mengungkapkan keberhasilan Mbok Warni dalam membantu.
“Syukurlah. Eh, siapa namamu? aku lupa,” tanya Mbok Warni.
“Irwan, mbok. Tumben sepi tamu, mbok?” tanyaku.
“Oh ya Irwan. Memang kalau Malam Jumat Legi aku libur, tidak menerima tamu umum. Malam Jumat Legi aku buat untuk menemui tamu khusus, tamu yang perlu penanganan khusus atau penanganan lebih lanjut,” Mbok Warni menjelaskan.
“Ha? Berarti aku tamu khusus mbok?” tanyaku, penasaran.
“Iya Wan, saat aku menerawangku pertama kali datang ke sini. Selain usahamu yang dikasih pagar ghoib, dalam tubuhmu juga ada sesuatu yang tak terlihat terus mengganggumu. Sesuatu yang menutupi auramu, ini bisa bikin orang tidak suka sama kamu,” jelasnya.
“Ha? kok bisa gitu mbok? aku kok tidak merasa?” tanyaku.
“Iya, kamu tidak akan merasa. Tujuannya agar calon pembelimu tidak senang melihatmu, sehingga ia bisa batal membeli mobilmu. Tapi pas pertama kali kamu datang ke sini, sudah aku singkirkan, tapi belum bersih seutuhnya,” ucapnya.
“Oh, mangkanya sebelumnya aku alot sekali saat negosiasi dengan pembeliku mbok. Iya benar mbok. Kok bisa tiba-tiba ada sesuatu yang mengganggu di tubuhku mbok?” tanyaku, kembali penasaran.
“Kemungkinan besar pesaing usahamu yang melakukan itu, dia kasih pagar ghoib di tempat usahamu dan juga pada tubuhmu,” ucap Mbok Warni.
“Tolong bersihkan juga dari tubuhku mbok. Biar makin laris lagi usahaku,” pintaku.
“Iya, itu tujuanku memintamu ke sini malam ini. Aku akan membantu membersihkan tubuhmu. Membuang hal ghaib yang mengganggumu, membuang aura negatif pada tubuhmu. Aku juga akan kasih kamu pengasihan, biar orang-orang lebih suka saat bertemu denganmu. Biar usahamu makin lancar lagi,” ucapnya, bikin aku senang.
“Iya mbok, tolong ya mbok. Aku pingin usahaku makin lancar dan lebih besar lagi,” ucapku, semangat.
“Iya, malam ini adalah waktu yang pas untuk membuang hal negatif pada tubuhmu. Tapi butuh ritual khusus, untuk melakukannya,” ucapnya.
“Iya mbok, apapun itu, aku siap mengikuti perintah dari mbok,” kataku.
“Kalau kamu setuju, kita lakukan ritual itu malam ini,” ucapnya
“Saya sangat setuju mbok, demi usaha saya,” kataku.
“Iya, tunggu sebentar biar asisten saya menyiapkan apa yang dibutuhkan,” ujarnya.
Beberapa menit kemudian, asisten Mbok Warni datang dan mengatakan jika tempat dan kebutuhan untuk melakukan ritual telah siap.
Lalu Mbok Warni pun berdiri. “Ayo ikut aku,” ucapnya.
Aku langsung membuntutinya, pergi ke belakang, bukan ke ruangan yang sebelumnya untuk menemui tamunya.
Mbok Warni mengajakku di belakang rumahnya, menuju dekat sebuah sumur. Di sana sudah ada satu kursi, lalu aku disuruh duduk di situ.
“Lepas seluruh pakaianmu,” ucap Mbok Warni langsung bikin aku kaget.
“Ha? Semuanya mbok, celana juga?” tanyaku, memastikan.
“Iya, lepas semuanya, kamu telanjang,” katanya, tambah bikin aku kaget…………. Baca versi lengkapnya di:
https://novelkita.online/ritual-1-suro-bersama-simbok-full-chapter/2921Please respect copyright.PENANA0qRz4JhCUg
https://karyakarsa.com/Bacaya/ritual-1-suro-bersama-simbok2921Please respect copyright.PENANAguaTxJSJgR