“Aaahhh… Aaahhh… Enggak, sayaang. Jangan keluarin di dalem! Keluarin di perut aja kaya biasanya. Aku belum siap hamil, sayaang,” kata Wilda yang menolak Ricky keluar di dalam rahimnya. Ricky yang mendengar hal itu, mau tak mau menuruti perkataan Wilda.
“Iyaudah, sayang. Aahhh! Berarti aku keluar di perut kaya biasa. Aahhh!! Aahhh!! Aku keluar, sayang! Aahhh!! Aahhhhh!!!” jerit Ricky yang dia langsung mencabut batang penisnya, dan mengeluarkan cairan spermanya di perut Wilda. Wilda pun merasa jengkel.
Karena Ricky keluar tak sampai 3 menit, di sisi lain Wilda masih merasa sangat horny. Dia masih ingin melakukan seks, dia tak pernah puas sedikit pun ketika bercinta dengan kekasihnya itu. Meski Ricky memiliki tubuh yang cukup tinggi, namun kontolnya sangat kecil.
Cairan sperma Ricky yang keluar pun tidak terlalu banyak. Hanya menetes beberapa kali saja, dan hal seperti ini selalu saja terjadi. “Yahh, aku baru mulai ngerasain enak, kamu malah udah keluar aja. Iyaudah lah, padahal aku udah berusaha untuk menikmati loh tadi.”
Ricky pun kembali meminta maaf untuk kesekian kalinya. Karena membuat kekasih hatinya itu kecewa. “Maafin aku yaa, sayang. Aku akan coba olahraga dan latihan fisik, biar kalo main sama kamu bisa lebih lama. Aku juga gak tau kenapa bisa cepet banget keluar.”
“Iyaudah lah, mau gimana lagi? Ada untungnya juga kamu cepet keluar. Kita jadi bisa lebih cepet berangkat. Aku siap-siap dulu yaa,” jawab Wilda yang berusaha memetik hikmah baik aja dari pertarungan kelamin mereka. Wilda pun akhirnya berbenah sebelum jalan.
Dia kala itu menggunakan kerudung warna putih, sweater lengan panjang yang ketat warna putih, dan celana jeans warna biru muda. Penampilan standar Wilda setiap dia melakukan aktivitas sehari-hari. Wilda dikenal sebagai sosok wanita yang alim dan lembut.
Meski dia memiliki kekurangan dalam kecerdasan akademik. Namun dia dikenal sebagai sosok yang alim dan juga agamis. Ricky pun bermintat menjadikan Wilda sebagai kekasihnya, karena Wilda dikenal sebagai sosok yang alim dan setia. Tidak banyak tingkah.
Dan selalu menghindari pergaulan yang negatif. Selama 3 tahun hubungan pacaran mereka, Wilda tidak pernah melakukan hal yang mengecewakan Ricky. Meski Wilda sering merasakan kecewa dalam seks. Namun Wilda berusaha melupakan rasa kekecewaan itu.
Baginya seks dalam sebuah hubungan tidak lah penting. Yang paling penting adalah kesetiaan dan tanggung jawab atas hubungan percintaan itu sendiri. Setelah siap dengan pakaiannya yang rapi dan sopan. Mereka berangkat memulai hari pertama kuliah mereka.
Selama di perjalanan, Wilda lebih memastikan kapan Ricky akan menjemputnya. “Kamu hari ini ada kelas sampai jam berapa, sayaang? Aku soalnya kalo hari senin, cuma ada 3 kelas doang. Jam 9 pagi, jam 11, sama jam 1 siang. Jam dua siang aku udah bisa dijemput.”
Mendengar hal itu, ternyata jadwal mereka tidak cocok dan justru banyak perbedaan. “Yaahh, mana hari ini aku kuliah sampe sore lagi yaa. Aku hari senin malah full day kuliah. Jam 9, terus jam 11, jam 1, sama terakhir jam 3 sore. Kamu mau nunggu aku?”
“Kalo nunggu berarti aku nunggu berapa lama? Dari kampus kamu ke kampus aku berapa lama sih perjalanannya?” tanya Wilda yang terlihat bete. Karena justru jadwal kuliah mereka malah bentrok. Wilda dikenal sebagai sosok wanita yang tidak suka menunggu.
“Iyaa 30 menit sih dari kampus aku. Jam setengah 4 lewat lah aku udah nyampe di kampus kamu. Kamu tunggu aja sekitar jam segitu yaa sayang,” jawab Ricky, dan Wilda pun akhirnya tak punya pilihan. Wilda memang tidak bisa mengendarai kendaraan apapun.
Dia punya rasa trauma karena pernah kecelakaan waktu belajar sepeda motor. Dan itu lah yang membuat dia selalu bergantung kepada orang lain. Di sisi lain, mereka tinggal di tempat yang angkutan umumnya terbilang jarang. Meski di kota itu terdapat 3 kampus.
Tapi angkutan umum yang tersedia dari pemerintah sama sekali tidak memadai. Mereka pun memulai hari pertama perkuliahan mereka. Sebagai mahasiswa ekonomi, Wilda pun berusaha mendengarkan penjelasan dosennya. Meski dia sama sekali tak memahami.
Di dalam hatinya, Wilda pun berpikir apa bakatnya dan passion hidupnya. “Duh, mana aku gak ngerti lagi. Aku akutansi gak bisa, gambar gak ngerti, IT juga gak paham. Terus aku cari duitnya gimana? Kenapa aku harus terlahir dengan otak dodol seperti ini!”
Wilda sendiri bingung, apa bakat dalam hidupnya itu. Dia sama sekali tak mampu menguasai bidang akademis apapun. Baik sains, perhitungan, bahasa, dan berbagai hal lainnya tidak ada yang dia kuasai. Dia sudah berusaha mencari apa bakatnya sebagai wanita.
Wilda pun hari itu melalui hari kuliah dengan pikiran yang kosong. Tak ada satu pun mata pelajaran dari dosennya yang dia tangkap. Ditambah 3 mata kuliah pertamanya, mulai memberikan tugas yang tidak dia pahami. “Haahhh… Rasanya aku mau berhenti kuliah aja.”
Wilda pun menunggu sambil menggerutu, dia memesan minuman kopi sambil menunggu kekasihnya menjemputnya. Karena parasnya yang cantik dan kemolekan tubuhnya, meski sudah berpakaian sopan sekali pun. Tetap banyak kakak tingkat mendekat.
“Kamu maba dari fakultas apa? Sendirian aja di sini? Udah jam 3 sore masih belum pulang?” tanya seorang kakak tingkat cowo, yang berusaha mendekati Wilda. Wilda pun langsung menatap dengan sorot mata jutek. Dia sama sekali gak tertarik sama cowo itu.
“Aku nunggu dijemput cowo aku, Kak. Katanya dia udah di jalan nih. Iyaa sendirian, kan lagi nunggu pacar aku jemput,” jawab Firda dengan nada bicara yang jutek. Kebetulan kakak kelas yang mendekatinya itu, bukan sosok cowo yang menarik di matanya Wilda.
Namun meski begitu, kakak tingkat itu tetap berusaha duduk di samping Wilda dan mengajak Wilda ngobrol. “Kalo gitu aku temenin yaa, sampe cowo kamu jemput. Emangnya cowo kamu dari kampus mana? Kok bisa kalian pacaran tapi malah gak satu kampus sih?”
Wilda tidak tertarik dengan perbincangan itu, dan dia terkesan memainkan hpnya. Tidak merespon dengan baik apa yang ditanyakan kakak tingkat yang tidak dia kenali itu. Sampai akhirnya Ricky menjemput Wilda, dengan begitu saja Wilda melongos pergi saat itu.
Sambil naik ke atas motor sport pacarnya, Wilda pun melaporkan tindakan kakak tingkatnya kepada Ricky. “Sayaang, masa tadi ada kakak kelas yang sok deket sama aku. Langsung main duduk di samping aku, terus nanya-nanya gak jelas gitu. Apaan banget sih!”
Ricky pun yang mendengar itu, sama sekali tak ambil pusing. Karena Wilda dianggap sebagai sosok yang setia baginya. “Iyaudah gak usah kamu tanggepin aja. Ehh iyaa sayang, kita udah tiga tahun pacaran. Main ke rumah aku yuk? Kenalan sama mama dan papa aku.”8141Please respect copyright.PENANAZeo8XqTHFA
8141Please respect copyright.PENANA0pbG2UouAq