Suasana di dalam rumah makin canggung setelah pertengkaran antara Liana dan Sean. Mereka berdua makin jarang melakukan interaksi saat berada di rumah. Sean bahkan mulai sering pergi keluar dan pulang larut malam. Tak jarang remaja itu pulang dalam keadaan mabuk berat.
Liana sebenarnya ingin memperbaiki hubungannya dengan Sean. Tapi sebagai manusia biasa, Liana juga memiliki titik jenuh dan kesal. Perangai buruk yang ditunjukkan oleh Sean alih-alih menimbulkan simpati dalam diri Liana, malah justru membuat sang Mama makin menjaga jarak.
Sore itu setelah pulang kerja, Liana menyibukkan diri di dapur untuk makan malam. Seperti biasa, sejak siang Sean sudah pergi meninggalkan rumah dan pergi entah kemana. Biasanya remaja itu kembali saat hari sudah gelap namun hari ini Liana dikagetkan suara motor Sean yang sudah memasuki garasi padahal jam masih menunjukkan pukul 5 sore. Liana makin terkejut ketika mendengar tawa seorang perempuan di depan rumahnya. Liana pun bergegas berjalan menuju bagian depan rumahnya untuk memastikan.
“Selamat sore tante.”
Di depan pintu sudah berdiri seorang gadis cantik yang masih mengenakan seragam SMA. Wajahnya cukup cantik, namun yang membuat perhatian Liana teralih adalah penampilan seronok menjurus seksi yang ditampilkan oleh gadis tersebut. Rok seragamnya dimodel begiti seksi, bagian bawahnya hanya sebatas paha. Sementara seragam bagian atas seperti sengaja dipermak sedikit lebih kekecilan sehingga menampilkan lekuk dada gadis itu. Tak sebesar milik Liana, tapi jika dibanding gadis lain seusianya, ukurannya memang lebih besar.
“Ya sore, temennya Sean?” Tanya Liana. Sean berjalan mendekatinya dengan raut wajah datar.
“Pacarku, namanya Jesika. Jes, kenalin ini Mamaku.” Ujar Sean menjawab pertanyaan Liana pada Jesika.
“Halo tante, saya Jesika, ehm…saya pacarnya Sean.” Jesika mengulurkan tangannya untuk menjabat, Liana dengan kikuk menyambutnya.
“Ayo masuk Jes, kebetulan tante lagi masak. Kita makan malam bareng ya.”
“Nggak usah, kami nggak lama kok. Cuma mau ambil beberapa barang aja.” Sahut Sean.
“Ayo Jes, bantuin aku ambil barang di kamar.”
Sean langsung menarik tangan Jesika melewati Liana, seolah tak mempedulikan kehadiran Mamanya. Liana hanya bisa menghela nafas panjang menyaksikan tingkah ketus Sean. Wanita cantik itu menyadari jika sikap Sean yang cenderung acuh pada dirinya karena imbas pertengkaran mereka beberapa hari lalu.
Begitu Sean dan Jesika menghilang dari pandangan matanya setelah menapaki anak tangga menuju kamar, Liana menutup pintu rumah dan kembali menuju dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya. Saat memasak, Liana masih memikirkan gadis muda yang dibawa pulang oleh Sean. Inilah kali pertama anak semata wayangnya itu membawa seorang perempuan ke rumah dan mengenalkan pada dirinya.
Di satu sisi Liana bisa bernafas lega karena pada akhirnya Sean bisa mendapatkan kekasih. Itu artinya, dia tak perlu mengkhawatirkan lagi hubungannya dengan Sean. Tapi di sisi lain, Liana juga merasakan perasaan asing yang mendadak menyergap dirinya. Liana merasa jika kini sosok Jesika telah merebut Sean darinya. Sebuah perasaan aneh yang condong pada perasaan cemburu.
“Ah tidak! Aku tidak boleh menyimpan perasaan seperti ini! Sean adalah anak kandungku, aku harusnya bahagia akhirnya Sean memiliki kekasih.” Gumam Liana dalam hati mencoba mengingkari isi relung hatinya.
Liana berusaha mengalihkan isi pikirannya saat ini dengan memfokuskan pada pekerjaan dapur. Setelah beres menyiapkan makan malam, wanita bertubuh sintal itu kemudian melanjutkan dengan mencuci beberapa peralatan dapur yang kotor. Tak lupa Liana juga membersihkan dapur hingga kembali bersih. Tak terasa hampir setengah jam Liana sibuk di dapur namun Sean dan Jesika tak kunjung keluar dari kamar.
“Kenapa mereka nggak keluar-keluar ya?” Gumam Liana seorang diri sembari melihat jam dinding.
Karena rasa penasaran dan khawatir terjadi sesuatu pada Sean, Liana memutuskan untuk naik ke lanati dua, tempat dimana kamar Sean berada. Pintuk kamar Sean tertutup rapat dari dalam, suasana juga sangat sepi seolah tak ada tanda-tanda kehidupan. Liana makin mendekat ke arah pintu, karena rasa penasaran yang membuncah, wanita cantik itu menempelkan daun telinganya pada permukaan pintu.
“Occhhhhh..Yes…Fuck!”
DEG!
Jantung Liana seolah berhenti beberapa saat ketika telinganya berhasil menangkap suara desahan Sean dari balik pintu. Suara desahan itu makin lama makin kencang dan seskali terdengar suara erangan dari Jesika. Liana muntab, emosinya yang sedari tadi ditahan akhirnya jebol juga. Tanpa pikir panjang Liana langsung membuka paksa pintu kamar anaknya.
Betapa terkejutnya Liana ketika pintu kamar telah terbuka dan menyaksikan Jesika sedang mengulum batang penis Sean. Gadis SMA itu bersimpuh di bawah tubuh Sean yang berdiri di hadapannya. Bagian atas tubuh Jesika sudah terbuka, seragamnya berserakan di atas lantai kamar.
“Hei! Apa yang kalian lakukan?!” Bentak Liana.
“Mama apa-apaan sih?!” Balas Sean tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Jesika yang juga kaget buru-buru meraih seragamnya yang tergeletak di lantai dan langsung memakainya dengan tergesa. Gadis SMA itu nampak ketakutan setelah terpergok sedang mesum di dalam kamar Sean.
“Kamu yang apa-apaan?! Keluar kalian sekarang juga!” Hardik Liana.
Sean memakai kembali celananya kemudian menggandeng tangan Jesika keluar dari kamar. Raut wajah remaja itu begitu kesal. Di ruang tamu, Liana mendudukkan Sean dan Jesika. Wanita cantik itu benar-benar marah atas tindakan mesum mereka berdua. Sean dan Jesika hanya bisa menunduk, Jesika bahkan terdengar terisak karena habis-habisan dimarahi oleh Liana.
“Mama kecewa sama kamu Sean! Mama nggak nyangka kamu bisa nglakuin hal kayak tadi di rumah kita!” Sean hanya tertunduk, namun dalam hati remaja itu masih merasaa jengkel dan kesal pada Mamanya.
“Mama harap kamu nggak mengulangi hal seperti ini lagi Sean. Kasihan Jesika, lihat dia! Jesika masih SMA tidak seharusnya kamu mengajaknya melakukan hal buruk seperti tadi.” Sean masih mendengus kesal.
“Jesika, lihat Tante.” Jesika mendongakkan kepalanya, matanya terlihat sembab.
“Kamu masih terlalu muda untuk melakukan sex. Bayangkan kalau kamu sampai hamil, bagaimana masa depanmu nanti?” Ujar Liana memberi nasehat.
“Maafkan Jesika Tante, saya janji nggak akan mengulanginya lagi.” Kata Jesika sedikit gemetar.
“Sean, kamu juga harus janji untuk nggak akan nglakuin hal kayak gini lagi!”
“Kenapa selalu Sean yang harus nurutin maunya Mama? Sean udah gede Ma! Sean nggak mau diatur-atur terus kayak gini!”
Tiba-tiba Sean bangkit dari duduknya, untuk pertama kalinya dalam hidup dia berani meninggikan suara saat berbicara dengan Liana.
“Sean! Jangan kurang ajar kamu!” Hardik Liana yang juga terkejut atas perangai kasar anak semata wayangnya itu.
“Alah! Sean udah muak tinggal di sini! Lebih baik Sean pergi aja!”
Tanpa mempedulikan Liana dan Jesika, Sean langsung melangkah pergi meninggalkan ruang tamu. Liana berusaha untuk memanggilnya namun Sean sama sekali tak peduli. Remaja itu kemudian menyalakan motor lalu pergi dari rumah. Suara mesin motornya meraung kencang, menutupi suara teriakan Liana yang terus memanggil namanya.
2607Please respect copyright.PENANAmEAaip6F7l
***
Tedi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang melewati jalanan paving di sebuah komplek perumahan di selatan kota. Di kursi penumpang duduk Liana dengan tatapan kosong menyapu keheningan malam. Mereka baru mendatangi sebuah rumah yang menurut informasi dari Jesika adalah rumah sahabat Sean. Liana berharap akan dapat menemukan keberadaan anak semata wayangnya di rumah tersebut, namun harapan tinggallah harapan, Sean tak berada di sana.
Sore tadi setelah insiden pertengkaran hebat antara dirinya dengan Sean, Liana menelepon Tedi, wanita cantik itu meminta Tefi mengantarnya untuk mencari keberadaan Sean yang marah dan pergi dari rumah. Bagi Tedi, ini adalah salah satu jalan masuk lagi untuk semakin dekat dengan Liana. Maka tanpa pikir panjang Tedi langsung menyanggupi permintaan wanita yang begitu dicintainya itu.
“Semuanya akan baik-baik saja, Sean mungkin butuh waktu untuk menenangkan diri. Aku yakin, dia pasti akan kembali pulang.” Ujar Tedi sembari terus mengemudikan mobilnya.
“Ya aku tau, tapi tetap saja masih kepikiran. Sean nggak pernah sekalap ini, dia selalu tenang dan terukur. Mungkin aku belum bisa jadi Ibu yang baik buat dia.”
Liana menyapu gelapnya jalanan kota dari balik kaca jendela mobil. Pandangannya menerawang, dadanya terasa sesak mengingat hubungannya dengan Sean yang memburuk dalam satu minggu terkahir.
“Kamu jangan ngomong gitu. Sean beruntung memiliki Ibu seperti kamu. Sean masih remaja, emosi masih labil. Saranku jangan terlalu diambil hati, aku yakin dia baik-baik saja sekarang.” Ucap Tedi mencoba menenangkan Liana.
“Ya, semoga aja begitu.” Ujar Liana sembari menarik nafas panjang.
Tedi melirik ke arah Liana, malam ini wanita cantik itu mengenakan kemeja lengan panjang yang digulung hingga ke siku. Perhatian Tedi selalu terarah pada payudara Liana yang berukuran besar, kancing kemeja di bagian dada wanita cantik itu jika bisa berteriak mungkin saat ini sudah meraung-raung karena beban beratnya menahan desakan payudara Liana.
Jemari kekar Tedi beranjak dari gagang prosneling mobil menuju punggung tangan kanan Liana. Tak seperti sebelumnya, Liana sama sekali tak menghindari sentuhan fisik yang dilakukan oleh pria itu. Tedi bernafas lega, senyumnya mengembang. Inilah kali pertama mereka bisa bersentuhan secata langsung.
“Kamu tidak perlu khawatir, aku selalu ada untukmu.” Ujar Tedi.
“Terimakasih Ted, maaf malam ini aku merepotkanmu.” Balas Liana.
“Ah tidak, justru aku senang malam ini. Kapanpun kamu butuh bantuan, hubungi aku ya? Sebisa mungkin aku pasti membantumu.”
Keduanya sejenak saling bertatapan, senyum mengembang di bibir mereka. Ada debar rahasia yang menyelubungi dada. Liana lega karena ada sosok pria dewasa yang hadir untuk menolong, sementara Tedi bahagia karena Liana mulai bisa menerima kehadirannya.
2607Please respect copyright.PENANA5MqtCMPnSO
BERSAMBUNG
Cerita ini sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION , KLIK LINK DI BIO PROFIL UNTUK MEMBACA VERSI LENGKAPNYA
ns 15.158.61.18da2