Aku disini mengamati mereka hampir setiap hari, di kursi singgasanaku yang kecil, bukan berarti kecil itu rendah, kursiku maksudku singgasanaku sebenarnya besar hanya saja lebih besar dari rumah anjing Bulldog Awan ras Awan Putih penghujung Timur.
Umurku masih 7 tahun, aku memandangi seisi ruangan ini hanya putih dan kuning, warna kuning itupun karena cahaya matahari, kadang aku pergi ke dapur untuk mengambil beberapa kue awan yang baru keluar dari oven, sungguh nikmat bila dicampur dengan susu beku dari peternakan sapi daerah Awan Salju, segar. Dengan kue awan yang lembut seperti kapas dan susu beku yang segar aku memandangi ruangan ini untuk kedua kalinya, hingga aku meneguk habis minumanku. Begitulah keseharianku
Sampai suatu hari, aku memanggil pelayan wanita yang ada disampingku,
"Pelayan, bisa kau ceritakan bagaimana keadaan diluar, aku bosan disini," ucapku sambil memakan kue-kue dipangkuanku.
"Belum saatnya, Tuan Muda," ucap pelayanku, Catherine.
"Oh, ayolah. Jangan panggil aku dengan panggilan seperti itu," ucapku sambil memutar kedua bola mataku.
"Tapi, Tuan. Disini di ruang tahta. Saya tidak boleh memanggil nama anda. Lagipula ada Raja disana," ucap Catherine sambil menunjuk Ayahku yang tertidur.
"Hih, dia sedang tertidur, dia tidak akan tahu," ucapku mendecih tak suka.
"Tuan --"
"Panggil aku Richard. R-I-C-H-A-R-D." Aku memelototkan mataku ke arahnya.
Dia menghela napas.
"Richard," panggilnya lirih, seperti mendiang ibuku.
"Baiklah, ayo, kita ke taman belakang!" ajakku sambil menarik tangannya.
@@@
Ditaman belakang banyak bunga-bunga yang berkilauan seperti pelangi karena pembiasan cahaya, begitulah kata pelayanku, ah maksudku Catherine. Catherine sudah aku anggap seperti ibuku sendiri, sudah lama sejak aku berumur kira-kira 3 tahun. Dulu dia dekat dengan mendiang ibuku, memang sangat akrab. Karena dulu ibu tidak ditemani oleh Ayah, Ayah selalu sibuk akhir-akhir itu. Aku yang masih berumur 3 tahun hanya menikmati kue awan ditangan kecilku. Ibu pernah mengatakan, jadilah anak yang berani dan murah hati jangan mudah percaya dengan omongan orang lain, selalu gunakan akalmu sebelum bertindak agar kau tidak menyesal dan percayalah bahwa engkau tidak akan sendiri sebab selalu ada orang dalam pihakmu, panjang bukan? Haha, begitulah ibuku, cerewet. Tapi anehnya, setelah berkata demikian aku tidak pernah melihatnya lagi. Dari situ aku selalu bertanya-tanya, baik itu kepada Ayah, Penjaga, Catherine, bahkan Burung Pipit- ku, Fyi. Tapi mereka selalu diam.
1974Please respect copyright.PENANASdkb6CSiuj
1974Please respect copyright.PENANAfsFLP8c06n