Hari ini aku dan Nisa harus ke kampus untuk melakukan pendaftaran sebagai Mahasiswa baru. Ibunya Nisa juga ikut bersama kami, juga tentunya ditemani kakakku. Sesampainya kami di kampus, aku dan Nisa ternganga melihat gedung-gedung putih artistik yang menjadi ciri khas kampus ini. Ya, kampus ini dikenal dengan "Kampus Putih". Tentunya karena semua gedung di kampus ini bercorak putih. Bangunannya didesain dengan jenis klasik sehingga membuat kita seolah-olah berada pada era 90-an. Ditambah lagi dengan pohon-pohon dan taman bunga disana sini, kampus ini memang memberikan kesan nature yang begitu sempurna. Ada satu lagi ciri khas yang hanya dimiliki kampus ini, tidak dimiliki satupun kampus lain di kota dingin ini. Can you guest what is that?. 411Please respect copyright.PENANAHaccXIzaHu
"Danau", ya, danau adalah ciri khas kampusku. Danau sengaja dibuat di tengah-tengah area kampus sehingga memberikan kesegaran tersendiri bagi kampus ini. Oh ya, kondisi tanah yang tidak stabil membuat kampus ini memiliki jalan yang berkelok, naik turun. Inilah keseruannya, tidak monoton. Kan biar berasa kuliah sambil liburan naik gunung, iya kan guys?. Hehehe.
Kampus ini terbelah dua oleh aliran sungai terbesar di kotaku. Semakin indah kampus ini dengan sungai yang mengalir di bawahnya. Beberapa jembatan besar didesain sebagai penghubung, layaknya jalan biasa. Hanya saja di bawahnya kalian bisa melihat aliran sungai deras ketika melewati jembatan-jembatan itu. "Perfect", kataku dalam hati saat pertama menginjakkan kaki di kampus ini. Suasana kampus ini begitu sempurna, aku semakin bersemangat.
***
Beberapa bulan berlalu, aku dan Nisa kini telah resmi menjadi mahasiswa baru di kampusku. Universitas tempat kami kuliah terbagi menjadi tiga kampus. Sebut saja kampus A, kampus B dan kampus C. Kampus A merupakan kampus utama. Dikarenakan aku dan Nisa berbeda fakultas, kamipun harus menempati kampus yang berbeda. Aku menempati kampus A, sedangkan Nisa menempati kampus B.
Aku memilih jurusan Pendidikan Matematika sedangkan Nisa memilih jurusan Keperawatan. Entah kenapa, dari kecil aku begitu senang belajar dan mengajar. Mungkin karena turunan dari ayahku yang juga dulunya seorang guru. Aku bercita-cita ingin menjadi dosen yang disenangi semua mahasiswaku. Itu saja, aku hanya ingin bahagia dicintai semua orang. Ngomong-ngomong soal matematika, aku juga tidak tahu kenapa aku bisa memilih jurusan itu. Sejenak, aku takut jika aku tak mampu bertahan di jurusan itu. Exactly, karena matematika itu bagaikan monster bagi banyak orang. Tapi aku bukan tipe orang yang kalah hanya karena sedikit ketakutan. "Aku pasti bisa", yakinku.
***
Hari ini adalah hari pertamaku kuliah. Aku melihat kembali jadwal kuliah dan mengecek di ruang manakah mata kuliah pertama akan berlangsung. Aku sedikit bingung mencari ruangannya. Untungnya aku berpapasan dengan beberapa temanku yang juga kebingungan mencari ruangan. At least sekarang aku merasa tidak sendiri.
Beberapa menit kemudian kami akhirnya menemukan ruangan yang kami cari. Kamipun masuk ke dalamnya. Kurang lebih tersedia 50 kursi di ruangan itu. Aku bingung harus duduk di kursi yang mana, saat ini belum ada orang yang aku kenal sama sekali. Kucari posisi aman, ya, di tengah. Duduk di depan bagiku terlalu beresiko karena begitu dekat dengan meja dosen. Duduk di belakang juga terlalu membosankan bagiku. Sejak SD, aku selalu berusaha mendapat bangku paling depan. Tapi kini situasinya berbeda, aku perlu mempelajari kondisi terlebih dahulu.
Suasana kelas riuh oleh obrolan teman-temanku. Tak mau ketinggalan, akupun berusaha menyapa teman di kanan dan kiriku lalu mengajak mereka berkenalan. Meskipun dengan bahasa yang sedikit terbata-bata, aku berusaha berbicara dengan bahasa yang mudah mereka mengerti. Ya, hari pertama aku masih kesulitan memahami bahasa mereka. Bahasa Jawa yang mereka pakai sebagai bahasa sehari-hari begitu berbeda dengan bahasa daerahku. Akupun harus berusaha menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar mereka memahami apa yang aku bicarakan.
Inilah Indonesia dengan semboyan "Bhineka Tunggal Ika", walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Teman-temanku yang bisa berbahasa Jawapun memaklumi dan beralih bahasa ke bahasa Indonesia yang baik dan benar. Meskipun kadang-kadang juga terselip bahasa Jawa yang tidak aku mengerti. Sifatku yang penasaran membuatku selalu bertanya setiap kali aku mendengar kata dalam bahasa Jawa yang tidak aku mengerti. Untungnya merekapun dengan sabar menjelaskannya kepadaku.
***
Terdengar langkah kaki memasuki ruangan. Mata kuliah pertama hari ini yaitu mata kuliah Kewarganegaraan. Dosen yang mengajar mata kuliah ini berasal dari Jawa. Kalian pasti tahu apa yang terjadi selanjutnya. Ya, kelas ini tiba-tiba penuh dengan bahasa Jawa. Mahasiswa yang berasal dari luar Jawapun hanya terlihat garuk kepala dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dibicarakan. Setelah melalui proses lobi (udah kayak politik aja), akhirnya dosen kamipun tertawa dan baru sadar bahwa sebagian besar mahasiswa di kelasnya berasal dari luar Jawa. Setidaknya, efek positifnya adalah dosen kami mulai menggunakan bahasa Indonesia meskipun tidak jarang juga keceplosan berbahasa Jawa.
Satu jam berlalu, kuliahpun usai. Kami semua berbondong keluar ruangan. Di tengah-tengah rombongan mahasiswa yang sedang berdesakan keluar dari ruangan aku melihat satu temanku yang memiliki wajah yang familiar. Bukan kakakku, bukan adikku, bukan sepupuku. Aku yakin dia berasal dari satu daerah yang sama denganku. Kucoba untuk menyapanya dan menanyakan asalnya. Benar, dia berasal dari daerah yang sama. Oh my god, akhirnya aku menemukan juga satu orang yang setidaknya bisa memahami bahasaku dan berbahasa yang sama denganku.
"Mbak, namanya siapa? Asalnya dari mana?", tanyaku kepada salah satu teman yang barusan aku ceritakan tadi. "Aku Irene, asalku dari Ambon. Mbak namanya siapa? Asalnya dari mana?", dia balas bertanya. "Aku Kuk, ternyata kita satu daerah ya", balasku. Setelah percakapan ini kami semakin akrab dan akan lebih, aku yakin.
ns 15.158.61.20da2