“Hei berhenti!!”
196Please respect copyright.PENANAdSY5IvnFUB
Teriakan itu tidak membuat seorang anak laki-laki dengan seragam sekolah menengah yang sudah acak-acakan berhenti. Dia malah tersenyum sambil terus berlari, melewati jalanan setapak dan beberapa tikungan. Hingga sampai di sebuah dinding belakang sebuah sekolah, dia lalu melemparkan barangnya. Setelah mengambil jarak, dalam satu kali lompatan dirinya berhasil melewati dinding itu dan mendarat dengan selamat.
196Please respect copyright.PENANAiwioTkMuwL
“Rasakan” ujarnya sambil terkekeh
196Please respect copyright.PENANAiDKXhLeLGT
“Sepertinya berlari mengelilingi lapangan tidak membuatmu jera ya”
196Please respect copyright.PENANAe5RDyHvTAx
Anak laki-laki itu tersentak, membuatnya urung mengambil barangnya. Dengan gerakan kaku dia berbalik, menatap orang yang sepertinya memang sengaja menunggunya. Sial, batinnya mengumpat kesal, padahal ia sudah sangat yakin jika seluruh anggota kesiswaan telah selesai melakukan inspeksi pagi. Tapi tetap saja dia selalu bisa tertangkap basah, “Ayo berkumpul dengan yang lainnya”.
196Please respect copyright.PENANAFIqOSbB1Ds
Sambil menggerutu dan menggumamkan kata umpatan, dia mengekori orang yang tentunya anggota kesiswaan itu. Ada sekitar enam orang yang sudah berdiri di tepi lapangan, dan semuanya tentunya memiliki masalah masing-masing. Mungkin ada lebih dari sepuluh menit ketujuhnya mendapat petuah panjang dari guru kedisiplinan sebelum dibubarkan untuk mengerjakan hukuman mereka.
196Please respect copyright.PENANAlkUSRCPRg3
“Jangan lupa, taruhannya”
196Please respect copyright.PENANAa1qzzoqCcK
Seseorang berbisik saat keduanya mendapat hukuman menyikat toilet. “Diam!” dia menjawab sarkas, sibuk dengan acara menyikat toiletnya. Yang mengajaknya berbicara hanya terkekeh senang, sepertinya dia tidak perlu mengkhawatirkan makan siangnya beberapa hari kedepan. Tapi sayangnya otak bebal keduanya sudah bekerja merencanakan sesuatu, dan ketika waktunya tiba keduanya sudah melemparkan sikat dan sarung tangan karet.
196Please respect copyright.PENANAG0S8UWe0bf
“Angin! Senja! Jangan kabur!”
196Please respect copyright.PENANAy1QTy2og3d
Yang dipanggil memilih mempercepat lari mereka. Menyambar tas lalu dengan cepat menaiki tangga menuju lantai tiga. Keduanya segera masuk ke dalam laboratorium biologi yang tengah kosong saat itu. Bersembunyi di balik meja lalu mulai melempar tawa setelah saling menatap satu sama lain. “Kali ini apa?” yang bernama Senja bertanya antusias, jangan salah dia baru saja menang taruhan, hanya memastikan jika taruhan lainnya kemenangan ada di tangannya.
196Please respect copyright.PENANA1yRi1eUzbB
“Tenang, kali ini taruhannya menjadi milikku”
196Please respect copyright.PENANALOJVPDin91
Angin menjawab dengan jumawa, dia membuka tasnya dan mengambil benda yang dimaksud. “Sial! Kau benar-benar” Senja mengumpat namun nampak takjub melihat benda yang dibawa oleh Angin. Dia membawa sebuah jam saku antik, lebih tepatnya dia mencurinya di toko barang antik. Berdoa saja harga jam saku itu tidak menguras uang sakunya.
196Please respect copyright.PENANALrVd02Zl2M
“Eits!”
196Please respect copyright.PENANAJ08sY2rU3R
Angin menjauhkan jam itu saat Senja akan mengambil jam itu untuk melihatnya lebih dekat. Telapak tangan Angin terangkat, bergerak memberi isyarat untuk memberinya sesuatu terlebih dahulu, “Sialan” umpat Senja. Anak itu lalu merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa lembar uang lalu memberikannya kepada Angin dengan tidak rela.
196Please respect copyright.PENANAj2L3f1kLnn
Angin dengan bangga menjadikan beberapa lembar uang yang nilainya tidak sedikit itu sebagai kipas. Dia merasa menjadi orang kaya sekarang. Senja hanya bisa meratapi uangnya lalu memilih mengambil jam saku itu dan mengamatinya lebih dekat. Dia tidak akan melakukan taruhan lagi dengan Angin, anak bermasalah satu itu tidak bisa dikalahkan jika sudah menyangkut soal taruhan. Sepertinya Senja perlu diingatkan bahwa dia juga sama bermasalahnya.
196Please respect copyright.PENANAdE7jMhCHMo
Ketika bel pergantian kelas berdering, keduanya memutuskan untuk pergi ke kelas mereka. Berdoa saja jika mereka tidak menambah masalah, hukuman mereka sudah seperti tumpukan pakaian kotor yang belum dicuci satu minggu. “Si biang masalah akhirnya tiba!” yang dimaksud hanya membalas santai lalu berjalan menuju mejanya, beberapa teman kelasnya mendekat. “Kau beruntung sekali tidak ada di kelas pertama tadi” ujar temannya membuat kebingungan di wajahnya.
196Please respect copyright.PENANALJzFrGRFSS
“Guru kimia tadi mengadakan kuis lisan dadakan, dan kau salah satu yang terpanggil”
196Please respect copyright.PENANAHxnq6HoUL8
Yah, dia beruntung.
196Please respect copyright.PENANAOBhBpwD25k
“Ngomong-ngomong kau tidak tertangkap anak kesiswaan?”
196Please respect copyright.PENANAO8L3HJfXGv
“Mereka sudah hapal jalur belakang, sepertinya aku harus memutar otak untuk bisa lolos kali ini” jawabnya yang mendapat gelak tawa
196Please respect copyright.PENANAfZ1WEyEclB
“Memutar otak? Hei, sejak kapan Angin si biang masalah punya otak? Pemegang rangking dua dari bawah!”
196Please respect copyright.PENANAMI8weqOhDz
Ucapan itu membuat gelak tawa semakin kencang.
196Please respect copyright.PENANAB8B70eBfxQ
“Sialan kalian” umpat Angin
196Please respect copyright.PENANAlhYlavG979
Percakapan mereka tidak berlangsung lama, karena guru kelas sosial mereka telah tiba dan kelas kembali dimulai. “Angin!” sang pemilik nama memilih berlari melewati kerumunan orang-orang yang tengah menikmati istirahat makan siang mereka, tertawa senang karena kembali berhasil lolos. Melajukan langkah kakinya menuju kantin untuk mengisi perut, “Hei bodoh” sapa Senja yang juga sedang antri mengambil makan siang.
196Please respect copyright.PENANAX0ppx02MuX
“Hei yang lebih bodoh” balas Angin santai
196Please respect copyright.PENANARmOuSKFOAt
Keduanya saling berbicara, tak jarang melempar umpatan satu sama lain. Sudah terlalu menjadi hal yang sangat biasa bagi keduanya. “Aku mendengar teriakan guru di koridor, ulahmu?” tanya Senja sambil menyendok makan siangnya ke dalam mulut. Angin hanya mengangkat kedua bahunya acuh, namun senyum di mulutnya terlihat lebar sekali.
196Please respect copyright.PENANAuypfx1YK0c
“Hanya meletakkan lem super pada penghapus papan tulis”
196Please respect copyright.PENANA73iU1qDCjS
Angin dan seribu ide jahilnya.
196Please respect copyright.PENANAK4ntJUhP0m
“Sial”
196Please respect copyright.PENANAcqoOmGhXFq
Dan tentu saja Senja dengan umpatan takjubnya
ns 15.158.61.20da2