Sore itu, hari dimana diriku pertama kali melepaskan keperawananku. Walau hati ini sempat ragu, namun dengan dorongan nafsu dan rasa cinta, akhirnya kami berduapun melakukannya.
Disaat pertama kali dirinya mendorong masuk benda tumpul yang panjang itu, diriku sempat berdecik menahan sakit. Om John tak sekedar menggerayaiku, ia juga menuntun dan memberikan rasa nyaman kepadaku. Sesekali ia menanyakan rasa yang aku terima. Apakah sodokannya terasa nyaman atau menyakitkan bagiku.
Tetesan darah perawan mulai mengalir disekitar pantatku, ketika benda tumpul itu mulai masuk dan keluar secara berulang. Sakit rasanya, namun selang berapa lama aku mulai mengimbanginya dan perlahan menikmatinya.
Erangan demi eranganpun mulai terdengar. Om John beberapa kali meleguh sembari mengumpal, "Shhh!! Hmmm ahh!! Sempit banget, anjjing!" Kata-kata kotor itu tak membuatku risih, anehnya malah membuat semakin bernafsu dan menginginkan lebih.
"Om! lagiii.. Ahhh!! Nisa suka om!!"
"Nisa suka kontolnya om?" tanyanya disela-sela pergulatan kami.
"Nisa suka banget, om!"
Ia hanya terkekeh sembari asik mengompa dengan gaya dogy style.
Beberapa kali kami merubah gaya permainan. Sudah hampir 30 menit benda panjang itu menggempur liang kewanitaanku, hingga akhirnya cairan putih itu pun menyembur deras memasuki dinding rahimku.
"Aku sampai Nisaaa..!! Aaaarrrggghhh!!!" Om John mengerang, layaknya singa perkasa yang mengaum.
"Ahhhh... Om Johnn!!" Aku menerima tumpahan spermanya, seakan rahimku terasa hangat akan cairan kentalnya.
Sperma om Johnpun mulai mentes disela-sela himpitan kontolnya. Cairan itu tak mampu menampung lubang memekku. Kami berdua tumbang. Tubuh om John menimpaku. Suara deruh nafas kami semakin menambah keharmonisan ruangan itu. Mata kami bertemu, bersama dengan senyuman yang penuh arti.
"Aku mencintaimu, Nisa"
"Aku menyayangimu, om John"
***
POV Rian
Aku mengikuti laju motor itu dari belakang, kupasikan diriku tak terlihat namun tetap dalam pemantauan.
"Jaga jarak, Bang!" pintaku kepada supir taksi.
Setelah beberapa kilo meter jauhnya, akupun sampai dikawasan penginapan. Diriku heran dan bertanya, "mengapa Nisa datang ke tempat seperti ini?"
Rasa penasaranku mulai meggebu, ketika kulihat Nisa memasuki gedung diantara penginapan itu. Kuikuti dirinya masuk dari belakang, namun tingkahku yang mencurigakan, membuat penjaga wisma itu bertindak dan menghentikan langkahku.
"Permisi, ada yang bisa kami bantu?" tanya resepsionis kepadaku.
"Anuu.. kak, aku ingin kekamar.. Itu.. mau sama teman a..ku" ucapanku yang terbata-bata seketika membuat resepsionis itu ragu. Ia lantas menyarankanku untuk keluar dan meninggalkan tempat itu.
"Aku ingin masuk kak!! temanku yang cewek itu masuuk, kok aku dilarang!?" rengekku sembari menunjuk Nisa yang sudah berlalu.
"Gadis itu punya janji dengan seseorang"
"Dengan siapaa!?" tanyaku sembari membentak.
"Anda tidak perlu tahu!"
"Aku pacarnya! aku harus mengeluarkan dia dari sini" berontakku kemudian, sehingga resepsionis itu pun bertindak cepat agar diriku tak menimbulkan keributan.
"Sekurity...!! Sekurity..!!"
Dua pria berbadan gempal pun mendekatiku, menyeretku, lantas mengeluarkanku dari gedung.
Aku hanya bisa duduk tertunduk lesu di pinggiran jalan sebelah. Rasa khawatirku kepada Nisa teramat besar, beberapa kali diriku mencoba menelponnya, namun semua panggilan itu tak terjawab seakan terabaikan. Usahaku gagal, aku merasa gagal melindungi wanita yang sangat aku sayangi.
Beribu pertanyaan mulai menghantui pikiranku, "Apa yang dilakukan Nisa didalam gedung itu? Apakah benar kecurigaanku selama ini bahwa Nisa berkencan dengan pria lain?" Hatiku membara, menahan rasa marah yang teramat sangat.
Setelah 45 menit menunggu dengan perasaan panik, akhirnya kudapati Nisa keluar dari gedung itu. Kuperhatikan langkahnya mengangkang tergopoh-gopoh seakan menahan sakit. Tapi anehnya, wajahnya malah berkata lain; ia terlihat tersenyum, seakan ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Kudatangi Nisa dengan langkah cepat. Menyadari kehadiranku, raut wajah Nisa seketika berubah panik.
"Kenapa kau disini?! kenapa kamu masuk kedalam gedung ini?!" bentakku mengintrogasinya.
"Kamu mengikutiku?" tanyanya, berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Aku sedari tadi menunggumu disini! apa yang kau lakukan didalam?!" aku kembali bertanya, berusaha memastikan apa yang telah ia lakukan.
"Tidak ada.." jawabnya lesu, sembari menundukkan kepala.
"Anisa..!! jawab!!"
"Aku tidak melakukan apa-apa, Rian!"
"Bohong..!!" Bentakku "Apa kamu tidur dengan pria lain?!"
Dia hanya terdiam, dan terus menunduk.
"Apa kamu menjual dirimu?! dasar pelacur!"
.."Plllaaaakk!!! ~~" Tamparanpun melayang mengenai sisi wajahku.
Pipiku memerah, diriku terdiam membisu. Kulihat Nisa mulai kehilangan kesabaran. Nafasnya memburu, ia seakan muak menghadapi diriku.
"Jangan pernah muncul dihadapanku lagi, bajingan!!" ucapnya, kemudian meninggalkanku.
Nisa lantas pergi meninggalkan diriku yang mematung. Kulihat tubuhnya berlalu dan tenggelam bersama rintitan air hujan di sore itu.
Bersambung...
721Please respect copyright.PENANA7xRCYsb4ZG
721Please respect copyright.PENANAhE9duof7vJ