"Bisa bilang Ruka itu seorang penyihir"
Saat kami tengah menunggu kelanjutan dari rencana yang dibuat Ruka. Aku dan paman Khamsa beristirahat sejenak dibawah pohon dan saling mengobrol, lalu disana Aku mengetahui informasi yang sangat penting.
"Penyihir? Apa maksudnya?" Tanyaku bingung
"Bagaimana menurutmu pribadi tentang Ruka? Apa seorang manusia biasa dapat melakukan rencana semulus ini?" Tanya paman Khamsa
"Yah, menurutku ia memang bukan orang biasa. Bahkan disekolah orang orang menyebutnya jenius" Jawabku
"Benar, dapat dipastikan Ruka memang jenius. Tapi orang jenius ada banyak didunia ini. Namun mereka berbeda dengan Ruka" Ucap paman Khamsa
"Maksudnya?" Tanyaku
"Jenius dan gila itu berbeda tipis, mereka dapat melebihi pemikiran wajar manusia dan mengetahi banyak hal baru. Tetapi Ruka lebih dari itu, ia bukalah menemukan hal baru, tapi ia menciptakan hal baru itu" Ucap paman Khamsa tegas
"Aku masih tidak dapat mengerti" Ucapku heran
"Lebih dari ribuan kata untuk mendeskripsikan keperibadian Ruka. Tapi satu hal yang pasti" Ucap paman Khamsa
"Apa itu?" Tanyaku
"Ia hanya seorang siswa biasa sama sepertimu Fajar" Ucap paman Khamsa melihat kearah ku
"Menurutku siswa biasa tidak mungkin terlibat kasus seperti ini, Yah Aku juga sih" Ucapku lemas
"Hahaha, benar juga sih" Ucap paman Khamsa tertawa
Di kegelapan malam yang sunyi, kami masih menunggu kelanjutan dari rencana Ruka. Tidak ada tanda tanda dari dalam gubuk, sudah lebih dari sepuluh menit lebih kami menunggu dan masih belum ada perubahan sama sekali.
"Lihat pak RT sudah keluar" Ucapku memberitahu paman Khamsa
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pak RT pun keluar dari dalam gubuk.
"Kenapa dia tidak mengenakan baju?" Tanyaku heran
"Lihat Ruka juga keluar" Ucap paman Khamsa
Dan setelah semua berjalan lancar, akhirnya Ruka pun keluar dibelakang pak RT yang tidak mengenakan baju.
"FAJAR… KHAMS… KELUAR SAJA UDAH, SEMUA AMAN" Teriak Ruka
Tiba tiba Ruka berteriak kepada kami dan menyuruh untuk keluar.
"Yo Ruka" Ucapku berjalan ke arahnya
"Yo Fajar, Khams juga" Ucap Ruka
"Yo" Jawab paman Khamsa
Aku dan paman Khamsa pun menuju kearah Ruka dan menyapanya.
"Dasar main ketangkap saja" Ucapku sedih
"Maaf, maaf. Ini adalah salah satu rencanaku" Jawab Ruka bersalah
"Ngomong ngomong Ruka, pak RT kenapa?" Tanya paman Khamsa heran
"Oh, dia ini adalah bos dari Samudra Laut. Sekarang dia tengah berada dibawah pengaruh obat pengendali pikiran yang kubuat" Ucap Ruka angkuh
"Keren… kau bisa membuat obat seperti itu" Ucapku kagum
"Tentu saja" Jawab Ruka angkuh
"Lalu kartu itu untuk apa?" Tanya paman Khamsa
"Ini, adalah data dari segala kegiatan ilegal Samudra Laut" Jawab Ruka angkuh
Setelah berbicara cukup lama, kami bertiga pun langsung menuju ke markas Samudra Laut karena sudah ada pasukan khusus militer yang menciduk para anggota Samudara Laut.
Ruka dan paman Khamsa pun naik berboncengan sedangkan Aku bersama dengan pak RT yang tengah dikendalikan ini.
"Tenang saja jar, dia hanya melakukan apa yang kuperintahkan" Ucap Ruka
"Begitu ya" Ucapku lega
"Kau tidak mengerti maksudnya?" Tanya Ruka heran
"Memang kenapa?" Tanyaku kembali
"Ya sudah lah, kau memang bodoh ya" Jawab Ruka angkuh
"Hoi hoi, kata kata itu tidak bisa ku biarkan" Ucapku kesal
Dengan kencang kami menuju ke markas Samudra Laut. Aku tidak tahu pasukan apa yang telah menunggu disana, tapi pasti tidak heboh sekali pikirku.
"Apa ini?" Ucapku terkejut
"Pasukan khususnya, Aku yang memberitahu markas mereka" Ucap Ruka
Tidak sesuai dengan ekspetasiku. Ternyata pasukan khusus yang dimaksud Ruka bukanlah pasukan sembarang. Pabrik kentang didekat sekolahku yang biasa beroperasi hari jumat dan sabtu itu kini tengah menjadi sorotan media massa.
Terdapat puluhan mobil polisi, beberapa truk tahanan, bahkan sampai ada dua helikopter yang terbang diatas sana.
Aku hanya dapat duduk manis diatas motor paman Khamsa sambil menunggu Ruka dan paman Khamsa kembali.
"Bukan main ini mah" Ucapku kagum
Setelah menunggu cukup lama akhirnya Ruka dan paman Khamsa kembali dan menuju kearah ku.
"Fajar, sekarang semua sudah aman. Kau dapat kembali keseharian biasamu" Ucap Ruka serius
"Lalu bagaimana dengan kalian berdua?" Tanyaku
"Kami ada tugas selanjutnya, kita mungkin akan bertemu lagi pulang sekolah nanti dilapangan. Sampai hari itu Aku tidak akan ke lapangan dulu" Jawab Ruka
"Oh, baiklah kalau seperti itu" Ucapku lemas
"Aku pastikan informasi kau terlibat dengan ini semua akan dirahasiakan" Ucap Ruka yakin
"Tolong ya" Jawabku
"Selebihnya kita bicarakan saja nanti dilapangan ya" Ucap Ruka menjulurkan tangannya
"Iya, terimakasih Ruka. Aku tunggu dilapangan setelah pulang sekolah" Ucapku menjabat tangan Ruka
"Iya" Jawab Ruka
Setelah itu Aku kembali kerumah diantar paman Khamsa, dan sekaligus memberikan alasan mengenai kepergianku malam ini.
Organisasi Samudra Laut pun berhasil ditangkap, hal tersebut juga sudah tersebar dimana mana. Begitu pula dengan identitas asli pak RT dan keluarganya yang ternyata anggota Samudra Laut, tidak luput warga yang terdaftar sebagai anggota Samudra Laut pun ikut tertangkap tanpa sisa.
Begitu pula dengan kehidupan sehari hari ku, setelah kejadian semalam, ke-esokan harinya Aku pergi ke lapangan dan benar Ruka tidak ada disana, begitu pula dengan hari hari selajutnya.
Dan tidak terasa liburan pun selesai, Aku mulai berangkat kesekolah kembali. Hari pertama sekolah seluruh orang sudah lupa begitu saja dengan kasus Alwan yang baru terjadi akhir akhir ini. Hal itu disebabkan oleh berita mengejutkan dengan tertangkapnya organisasi Samudra Laut dikampung kami.
Tentu saja hari itu Ruka tidak hadir disekolah. Walaupun Aku mengetahui kejadian yang sebenarnya, tapi pemerintah tetap saja tidak menunjukkan identitas sebenarnya dari orang yang menangkap organisasi tersebut.
Kesampingkan saja hal tersebut, sekolah hari pertama terasa begitu cepat terutama dikelas ku. Kasus kematian Alwan masih misteri dan belum ada konfirmasi apapun dari pihak berwenang.
Sore hari nya, setelah pulang sekolah Aku pun langsung menuju ketempat Aku dan Ruka bertemu, yaitu dilapangan.
Tampak dari kejauhan dua sosok manusia tengah berdiri disana bersama sebuah sepeda motor. Dan sosok tersebut adalah Ruka dan paman Khamsa.
"Yo, lama tidak bertemu, Ruka, paman Khams" Sapaku
"Yo, Fajar sehat kah kau?" Sapa Ruka angkuh
"Yo Fajar" Sapa paman Khamsa
"Dasar Ruka masih saja sok" Jawabku sinis
Saat itu lagi lagi, Aku tidak mengerti jalan pikir Ruka. Ia memberitahuku sebuah kabar yang tidak masuk akal.
"Fajar, Aku akan memberitahumu sebuah informasi" Ucap Ruka serius
"Apa itu?" Tanyaku
"Sebenarnya Samudra Laut tidak ada kaitannya dengan kematian Alwan" Ucap Ruka kecewa
"Lalu, kenapa mereka mencariku?" Tanyaku bingung
"Bos mereka, pak RT hanya tidak suka saja denganmu. Tidak lebih dari itu, karenanya saat mereka menerobos rumahmu, mereka tidak menyakiti siapapun kan. Karena tujuan mereka hanya dirimu saja, dan tidak boleh melukai siapapun selain dirimu" Ucap Ruka serius
"Oh, begitu ya" Ucapku lega
"Maka dari itu, Aku masih akan terus mencari petunjuk mengenai kematian Alwan. Tampaknya kematian Alwan berada diluar akal sehat" Ucap Ruka kesal
"Ruka…" Ucapku khawatir
Ruka seorang siswa SMK Dewarata yang misterius ini kini tampak kesal. Baru kali ini Aku melihat Ruka yang berekspresi kesal seperti itu. Pasti kematian Alwan merupakan kasus yang lebih sulit dibandingkan dengan Samudra Laut.
"Jadi, Fajar kami berdua akan pergi. Dan disinilah perpisahan kita" Ucap paman Khamsa
"Benar, kami akan mencari informasi dari belahan dunia" Sambung Ruka
"Yang benar saja… kita tidak dapat bertemu kembali dong" Ucapku sedih
"Seperti itulah, terimakasih Fajar" Ucap Ruka menjulurkan tangannya
'Plukkk'
Aku pun langsung lompat dan memeluk Ruka yang telah sangat berkesan didalam kehidupanku. Mengetahui bahwa Aku tidak akan dapat bertemu dengannya lagi membuatku meneteskan beberapa air mata.
Aku sadar bahwa laki laki tidak pantas menangis, namun ada kalanya laki laki juga boleh menetaskan air mata untuk orang lain.
"Jaga dirimu baik baik ya sahabat, hiks" Ucapku memeluk Ruka
"Sahabat, ya. Lumayan menarik" Jawab Ruka heran
Hari itu menjadi hari terakhir Aku bertemu dengan Ruka serta paman Khamsa. Walaupun Aku masih ingin menanyakan berbagai hal kepada Ruka, tapi Aku tidak boleh menghalangi langkahnya itu.
Dengan sosok yang jenius serta pendamping yang kuat. Aku hanya dapat menyaksikan punggung dari kedua partner tersebut dibalik redupnya Sang matahari.
Entah hari apa yang menungguku esok, tetapi jika Aku berusaha sekeras mungkin pasti disana akan ada jalan untuk menjalaninya.
END238Please respect copyright.PENANAxT2Wub06Ky