"Kenapa?! Kenapa kau tidak pernah sudi memandangku?!"
209Please respect copyright.PENANAzcYymkBB4r
Hinata meringis karena telinganya tiba-tiba berdengung keras. Setsuna yang sedang ditangani oleh para perawat IGD mengernyit heran melihat sahabatnya itu dari tempatnya duduk. Mereka sedang berada di IGD sekarang, Hinata menunggu di sebuah bangku yang tepat berhadapan dengan tempat tidur dimana Setsuna sedang dipasangi perban pada kedua lengannya.
209Please respect copyright.PENANAeUuYbFQwRN
"Hinata? Kau baik-baik saja?" tanya pemuda itu khawatir.
209Please respect copyright.PENANAWdGu346te5
"Iya, telingaku hanya berdengung," jawab Hinata singkat, tidak ingin membuatnya semakin khawatir. Sejurus kemudian ia alihkan pandangannya pada dokter bertubuh agak gempal yang tengah menyelesaikan pemasangan perban di lengan Setsuna. "Paman, dia bisa ikut pulang denganku kan?"
209Please respect copyright.PENANAhtzwj81tkQ
Selesai menggunting plaster terakhir, dokter yang kelihatan tidak jauh lebih tua dari Hinata itu melepaskan sarung tangannya, kemudian mengambil sedikit handrub untuk membersihkan tangan dari botol pump di sebelah pembaringan. "Tentu saja, proses penyembuhannya berlangsung sangat cepat berkat bantuanmu. Tuan Tsuchiya tidak perlu kontrol kalau lukanya sudah menutup besok pagi," sahutnya ramah. "Yang tadi itu hampir saja. Kalau tidak ada kalian, tidak ada yang tau bagaimana nasib semua orang di rumah sakit ini."
209Please respect copyright.PENANAxy2HqcGIGC
"Benar, yang tadi itu lumayan sulit sih," Hinata bergumam lesu. Masih jelas dalam ingatannya kala yuurei itu menjerit keras di hadapan Setsuna. Bukan hanya serangan berbentuk suara, namun disertai plasma. Terlambat sedikit saja ia menembak kepala makhluk itu, Setsuna-lah yang akan kehilangan kepala. Memikirkan fakta bahwa dia baru saja hampir kehilangan sahabat masa kecilnya membuat wajahnya memanas ingin menangis, tapi sekuat tenaga dia tahan karena sedang berada di tempat umum.
209Please respect copyright.PENANAsl7DuufJJW
Setelah menyelesaikan semua keperluan lain, mereka pun meninggalkan rumah sakit menuju kediaman Aozora. Kepala ruangan Hinata menyadari ada yang tidak beres dengan ekspresinya setelah pertarungan, jadi ia menyuruhnya pulang untuk beristirahat. Tentu saja, mobil tetap dikemudikan oleh Hinata. Tak lupa mampir di minimarket membeli cemilan untuk dimakan Setsuna selama perjalanan karena belum sempat makan siang.
209Please respect copyright.PENANADlR52RKFUo
"Tadinya aku tidak percaya kalau dokter jaga itu memang pamanmu," mulai Setsuna sambil mengunyah apel hijaunya. Hinata hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. "Habisnya tidak ada mirip-miripnya."
209Please respect copyright.PENANARGRYh0gb4P
"Bagaimana bisa mirip? Ibunya dan nenekku saja hanya sebatas sepupu," tukas Hinata tanpa mengalihkan pandangannya. "Apalagi dia mirip ayahnya, dimana mau didapat letak kemiripannya?"
209Please respect copyright.PENANA1DIZn1GKnl
Setsuna nyengir mendengar penuturan itu. "Tapi kau hebat ya, paman dokter itu jadi juniormu di rumah sakit dan sebagai aparatur sipil negara. Padahal jelas-jelas dia lebih tua darimu," lanjutnya. "Hebat sekali. Itu baru namanya sahabat yang dapat dibanggakan."
209Please respect copyright.PENANA9dzZu4AjDi
Kali ini Hinata ikutan nyengir. "Apanya yang hebat? Cuma beda setahun usia sama pengangkatan, tidak perlu dilebih-lebihkan," tandasnya sesaat sebelum memutar kemudi mobilnya memasuki jalanan aspal beton. Mengabaikan Setsuna yang terus melongo takjub setelah mobil yang mereka tumpangi melaju meninggalkan pemukiman dan kini berada di tengah-tengah hijaunya hamparan sawah.
209Please respect copyright.PENANAoV4EPKSYV7
"Wah, indahnya. Kau setiap hari melalui jalan ini?" tanya Setsuna bersemangat.
209Please respect copyright.PENANALPJHYi1kbS
"Ya, Rudeanu memang dikelilingi persawahan. Jadi biar mau masuk lewat mana saja, pasti akan menemui tempat semacam ini," jelas Hinata.
209Please respect copyright.PENANAp8INPUJcs9
"Ck.. ck.. ck..." Setsuna menggeleng. "Kampung halaman Grand Duke Aozora memang tiada tanding. Sepertinya menghabiskan libur seminggu disini tidak ada salahnya."
209Please respect copyright.PENANAVgb6jBCYR2
"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu di Olinescu?"
209Please respect copyright.PENANAM2vK16S1LD
"Aku bisa mengirim laporan bahwa aku sedang terluka setelah bertarung melawan yuurei. Biasanya Ayah tidak akan mempermasalahkan," jawab Setsuna. Pandangannya tak lepas dari deretan pegunungan di ujung hamparan sawah. "Ryohei bisa mengambil alih selama aku tidak ada."
209Please respect copyright.PENANANssjSB0YB6
"Baguslah kalau begitu. Kebetulan kita juga butuh sering-sering bertemu untuk saat ini."
209Please respect copyright.PENANAI1sLVS3QIw
"Oiya, kudengar kau bertunangan dengan putra Grand Duke Arashi ya?"
209Please respect copyright.PENANAx6zbT4ubwp
"Benar. Ayah memberitaumu?"
209Please respect copyright.PENANAwxeZUQRy3a
"Paman Hizashi mengirim undangan ke Ayah. Tapi kami terlalu sibuk waktu itu."
209Please respect copyright.PENANABuDyPhjQUu
"....."
209Please respect copyright.PENANA9xfOtHqCPY
"Hah...." Setsuna menghela napas berat. "Seandainya saja aku menemuimu lebih awal."
209Please respect copyright.PENANA9UNavJTphM
Hinata langsung menoleh untuk memastikan apakah Setsuna mengatakan sesuatu atau tidak. Namun pemuda itu tidak pernah melepas pandangannya dari luar kaca jendela mobil. Senyum dan ekspresi kagumnya menghilang, berganti menjadi wajah datar bak papan irisan.
209Please respect copyright.PENANA0sdqd6I0Qh
"Apa perasaanku saja ya?" pikir Hinata sambil mengedikan bahu sebelum kembali berfokus pada jalanan di hadapannya.
209Please respect copyright.PENANAPOieKufc0P
Mereka sampai di rumah setelah hampir satu jam perjalanan. Hinata memilih jalur yang membuat mobilnya dapat memasuki halaman mansion agar Setsuna tidak perlu menaiki satu per satu anak tangga dari bawah bukit sampai ke atas walau jaraknya lebih jauh secara teknis. Sebenarnya kedua jalur tersebut dipasangi penghalang, jadi tidak sembarang orang bisa masuk ke kediaman Aozora begitu saja. Apalagi jalur yang baru saja dilewati Hinata, meskipun jalannya sangat mulus dan dipasangi aspal beton. Orang biasa hanya akan berputar-putar dan terus kembali ke tempat yang sama, dan parahnya bisa disergap yuurei jika tidak segera mengurungkan niatnya. Begitu pun tangga menuju puncak bukit dari jalur paling dekat, sampai besok tangganya tidak akan habis didaki.
209Please respect copyright.PENANA9PfALftqpM
Setibanya di rumah Hinata, mereka disambut oleh Nyonya Aozora. Wanita itu langsung panik setelah mengetahui bahwa lengan Setsuna terluka dan bergegas memerintahkan pelayan agar menyiapkan kamar untuknya beristirahat. Hidangan makan siang segera dihangatkan agar Hinata dan sahabatnya itu bisa makan siang sebelum lanjut beristirahat. Karena sepertinya mereka akan menggelar rapat tertutup dengan Tuan Aozora sebentar malam.
209Please respect copyright.PENANAlmMVx2QBmq
Namun ayah Hinata pulang agak terlambat hari itu karena harus melakukan pertemuan secara daring dengan keempat Grand Duke lainnya di kantor. Apa lagi kalau bukan untuk membahas perihal kemunculan yuurei di tempat kerja Hinata yang membuat Setsuna terluka. Berita itu sampai dengan cepat ke telinga Menteri Pertahanan alias Grand Duke Homura atas informasi dari Yukari, yang langsung mengambil alih situasi segera setelah Hinata dan Setsuna menghabisi yuurei tersebut.
209Please respect copyright.PENANAq4LW9w6xSZ
Selesai makan malam, Hinata melepas perban yang menutupi kedua lengan Setsuna untuk mengolesi lukanya dengan salep. Dia melakukannya di ruang tamu sembari menunggu kepulangan Tuan Aozora dan membicarakan beberapa hal terkait kedatangan Setsuna ke Corneanu.
209Please respect copyright.PENANAT4rAGnyc4R
"Sudahdah ada hasil dari penyelidikannya?" tanya Setsuna setelah seluruh perban di lengannya dilepaskan.
209Please respect copyright.PENANAgg6hdUtBTA
Hinata meletakkan gumpalan perban kotor tersebut ke dalam sebuah wadah besi dan mulai mengoleskan salep dengan hati-hati pada luka bekas goresan di lengan Setsuna yang mulai menutup. Pemuda itu terlihat meringis sesekali karena perih yang menusuk lukanya setiap bersentuhan dengan dinginnya salep. Namun dia harus bersabar karena itu adalah ramuan turun temurun keluarga Aozora yang sudah diakui kehebatannya. Selain mengobati, salep itu juga berfungsi untuk meminimalisir bekas luka. Jadi lukanya pasti sudah sembuh saat dia kembali ke Olinescu minggu depan.
209Please respect copyright.PENANAYLCloAEUEG
"Yukari sudah mengumpulkan semua bahan yang diperlukan dan Tohru sedang menyelidikinya," jawab Hinata sambil menutup rapat wadah salepnya lalu mengambil perban baru. Bersiap melilitkannya di lengan Setsuna. "Hasil awalnya keluar paling lambat besok pagi."
209Please respect copyright.PENANAVwEaq4aIia
"Dia sudah mengirim tim untuk melakukan investigasi?"
209Please respect copyright.PENANAGoFehMjiow
"Iya, Tohru langsung mengirim mereka segera setelah menerima laporan kemunculan yuurei. Jadi seharusnya mereka akan tiba dalam satu atau dua jam ke depan."
209Please respect copyright.PENANAPt0nTcoITz
"Cepat tanggap sekali tunanganmu itu," Setsuna mendengus dongkol.
209Please respect copyright.PENANAlyWTdEHXex
Hinata mendongak karena mendengar nada tidak suka dalam kalimat sahabatnya. "Kamu tidak suka?"
209Please respect copyright.PENANAAVuA61gMNo
"Rasanya agak menjengkelkan saat mengetahui kalau ada orang yang sama kompetennya denganku," tukasnya malas. "Apalagi dia adalah calon 'iparku'. Sepertinya aku tidak bisa bersantai sekarang."
209Please respect copyright.PENANAobnvhJVDcU
"Hei, apa-apaan itu?" Hinata tertawa mendengarnya. "Tohru itu masih di peringkat kedua jika dibandingkan denganmu. Kenapa harus kesal?"
209Please respect copyright.PENANAgDfrTG7atg
Setsuna menghela napas berat. "Sayangnya ini bukan wilayah kerja Tsuchiya. Kalau iya, sudah dari tadi aku juga mengirim orang-orangku."
209Please respect copyright.PENANAdjx7pebeZc
"Tapi yang penting kita sudah mengalahkan yuurei itu. Sisanya kita serahkan pada Tohru dan yang lain."
209Please respect copyright.PENANAWLvjBekCHQ
"Kau benar."
209Please respect copyright.PENANADa1GiEZpmr
Hinata menempelkan plaster terakhir dan meraih kemeja Setsuna yang tersampir di sandaran sofa. Baru saja pemuda itu selesai memakainya, tiba-tiba saja terdengar suara mobil yang bergerak memasuki halaman. Pasti Tuan Aozora yang baru pulang dari kantor. Kebetulan di luar sedang hujan deras, jadi Hinata berinisiatif menyambut ayahnya di beranda.
209Please respect copyright.PENANAImYT3LdVFZ
"Aku ke depan dulu," pamitnya pada Setsuna.
209Please respect copyright.PENANAho1t8yqJ4A
Sampai di beranda, ia melihat pintu depan sudah terbuka. Dua orang pelayan berdiri di kedua sisi bingkai pintu bersama ibunya. Tuan Aozora muncul tak lama kemudian dengan sebuah payung hitam di tangannya. Ekspresinya sangat datar sampai pandangannya menangkap keberadaan sosok putrinya di depan rak penyimpanan sepatu. Raut ketakutan langsung tergambar jelas di wajah lelahnya saat dia campakkan payungnya untuk berlari menghampiri putrinya.
209Please respect copyright.PENANAVw1xgxBFxE
Nyonya Aozora terkejut melihat adegan itu. Namun tidak berani menginterupsi suaminya yang tengah memeluk putri mereka dengan erat. Hinata yang mengerti situasi hanya membalas pelukan ayahnya tanpa bersuara. Beliau pasti sudah mendengar perihal kemunculan Satoru di Rudeanu sebelum yuurei di rumah sakit selama rapat tadi. Tidak ada yang tau betapa hancurnya mood Hizashi Aozora setelah mengetahui bahwa putrinya hampir terlibat langsung dengan putra iblis itu.
209Please respect copyright.PENANA8bXD8nPowL
"Kamu baik-baik saja? Ada yang terluka?" tanya pria itu bertubi-tubi setelah melepaskan pelukannya.
209Please respect copyright.PENANABPZQ4jcZAW
Hinata menggeleng sambil tersenyum tipis. "Aku tidak terluka sama sekali. Ayah tidak perlu khawatir," ujarnya. Hizashi langsung menghela napas lega mendengarnya.
209Please respect copyright.PENANARAjgOdIgS0
"Syukurlah kalau begitu, jantung ayah nyaris copot saat mendengarnya dari Grand Duke Homura tadi sore," lanjutnya lagi. Ekspresinya terlihat lebih tenang saat ia menitipkan tas beserta jasnya pada pelayan sebelum melepas sepatunya. "Ayah dengar Setsuna yang menghadapinya langsung. Bagaimana keadaannya?"
209Please respect copyright.PENANAI3GUO81HZW
"Hanya luka lecet di kedua lengannya. Kata Yasuharu, paling sembuh total dalam beberapa hari," jawab Hinata. Sesaat kemudian, dia memasang raut tidak enak di wajahnya. "Yang tadi itu, bikin ribut ya?"
209Please respect copyright.PENANApGKQ9ep78P
Hizashi berpikir sebentar lalu menghela napas panjang. "Ya, begitulah," gumamnya sembari mengelus rambut putrinya. "Sebaiknya kita bicarakan setelah makan malam saja. Ayo, kau juga Tohru."
209Please respect copyright.PENANAGKn4Z1vs9L
"Hah?" Hinata yang tadinya hendak berbalik badan mendahului ayahnya seketika membeku di tempat. Belum sempat bertanya, sosok tinggi seksi bersurai keperakan yang sangat dikenalnya telah berdiri di ambang pintu. Lengkap dengan ekspresi yang tidak kalah suramnya dengan sang calon ayah mertua.
209Please respect copyright.PENANAGpEfkipE1h
***
209Please respect copyright.PENANA796sSa2zLi
Hinata menuangkan teh hangat dengan hati-hati ke dalam gelas dan membiarkan Tohru meminumnya. Mereka sedang berada di ruang kerja Hinata dan duduk berhadapan di meja tamu. Berbeda dengan perabotan di bangunan utama, perabotan yang ada di paviliun sayap kiri ini hampir seluruhnya bersifat tradisional. Tentu saja meja kerja dan peralatan Hinata adalah pengecualian.
209Please respect copyright.PENANAZKUDXCuntW
"Aku memang melihat seseorang yang tampak tidak asing sesaat sebelum kejadian," ujar Hinata sambil menuang teh untuk dirinya sendiri. "Pantas saja aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi tidak sempat aku tegur karena tiba-tiba bertemu Dokter Grevier."
209Please respect copyright.PENANAcXDqYFouc7
Tohru menghela napas lega lalu menyesap tehnya kembali. "Untungnya kamu tidak sempat menegurnya. Bagaimana rasanya?"
209Please respect copyright.PENANAPFK4PlHG1m
"Saat berpapasan dengannya?"
209Please respect copyright.PENANApBu6PKYiB1
"Iya."
209Please respect copyright.PENANAhvBsz6FfYg
Hinata berpikir sejenak. Sejurus kemudian, alisnya berkerut dalam menampilkan kekesalan di wajah cantiknya. Tohru sedikit terkejut melihat perubahan itu, apalagi ketika Hinata memandangnya dengan tatapan tajam seakan hendak menerkamnya hidup-hidup.
209Please respect copyright.PENANAFjNBCcNFpq
"Entahlah, aku tidak mengerti," gumamnya pelan. "Rasanya seperti jiwaku bergetar hanya dengan melihat senyum misteriusnya itu. Apa aku ketakutan ya?"
209Please respect copyright.PENANAY8yMXTQZPs
Giliran Tohru yang mengambil jeda untuk berpikir. "Ketakutan? Kalau dilihat-lihat sih, itu bukan ekspresi orang yang sedang ketakutan deh," batinnya. "Apa dia tidak sadar kalau ekspresinya sama seperti paman setiap kali bertemu dengan orang yang paling dia benci?"
209Please respect copyright.PENANAfdmymKoXSv
"Jadi, Ayah langsung mengirim orang untuk investigasi?" tanya Hinata kemudian.
209Please respect copyright.PENANAzBB5FgPIdk
"Ya, paman tidak bisa membiarkan masalah ini. Jadi beliau langsung mengusutnya begitu ada laporan masuk," ujar Tohru. "Kita tidak tau apa tujuan kemunculannya di Rudeanu. Tapi kamu harus tetap berhati-hati. Kita tidak pernah tau apa yang sedang dia rencanakan."
209Please respect copyright.PENANAw2Eg8u437G
"Baiklah. Tapi..."
209Please respect copyright.PENANAesyAMEJ9oi
"Hm?" Tohru mendongak menatap wajah kekasihnya.
209Please respect copyright.PENANAxgsF4qIOfj
"Soal yuurei itu, dia mengatakan sesuatu setelah aku menembak kepalanya untuk pertama kali," ujar Hinata ragu-ragu.
209Please respect copyright.PENANARDgamDNf5s
"Dia bisa bicara dalam kondisi itu?" Tohru mengerutkan kening tidak percaya.
209Please respect copyright.PENANAcfIxx5NUut
Hinata mengangguk pelan. Kalau diingat-ingat, dia kalap menembak kepalanya tepat sebelum yuurei tersebut membuat Setsuna kehilangan kepalanya. Alih-alih mati di tempat setelah sebagian kepalanya hancur, dia malah berlari menghampiri Hinata sambil menjerit pilu.
209Please respect copyright.PENANAPZBso6tAtL
"Kau bisa membunuhku?! Kau bisa membunuhku kan?! Kumohon bunuhlah aku!!! Bunuh aku!!!!" ucapnya.
209Please respect copyright.PENANAkkJAfurbPV
Dia mencoba meraih Hinata, tapi Setsuna tidak membiarkannya. Dibantu shikigami Junko yang datang tepat waktu kala itu, dia berhasil memisahkan kepala dan badannya sebelum tangan hitamnya menyentuh Hinata. Dia terus tertawa dan berterima kasih hingga seluruh tubuhnya hancur lebur menyisakan sebuah orbs sebesar kelereng berwarna putih. Dan ada satu hal yang tidak sengaja tertangkap pendengaran Hinata sesaat sebelum dia menghilang sepenuhnya.
209Please respect copyright.PENANA54Ykh5AoWo
"Terima kasih telah membebaskanku...."
209Please respect copyright.PENANAicvd1xgBAb
Tohru tertegun mendengar cerita tersebut. Baginya, ini pertama kalinya dia mendengar yang seperti itu. Seorang yuurei yang meminta untuk dibunuh? Memang selama ini tidak pernah ada yang tau apa yang ada di dalam pikiran para yuurei. Pun setelah berubah menjadi seirei, mereka akan menjadi makhluk mengerikan yang senantiasa lapar akan daging manusia.
209Please respect copyright.PENANACVMzmccGGJ
"Ini kedengaran sangat aneh dan cukup menggangguku setiap kali mengingatnya. Jadi aku putuskan untuk memberitahumu," Hinata melanjutkan.
209Please respect copyright.PENANA5Ox3OkieIU
"Apa paman tau?"
209Please respect copyright.PENANAiRBWJmlPOo
Hinata menggeleng. "Aku tidak ingin membuatnya khawatir. Tapi kurasa kamu bisa membantuku menyelidikinya."
209Please respect copyright.PENANAFjI3JCH075
"Tentu saja, aku juga akan menyelidiki yang ini untukmu. Lalu bagaimana pembicaraanmu dengan Tuan Muda Tsuchiya?"
209Please respect copyright.PENANAsO5XX6sOLX
"Kami sudah bertukar informasi yang kami miliki dan berdiskusi semalaman." Hinata menyesap tehnya perlahan-lahan lalu mengambil sekeping cokelat mawar dan menggigit salah satu sudutnya. "Karena ada kemungkinan kalau penyataan Grand Duke Homura memang benar, kami putuskan untuk menyelidiki secara langsung di Monteanu."
209Please respect copyright.PENANAKTWDxOhmFH
"Sudah ada strategi?"
209Please respect copyright.PENANAVTdhK2VLU8
"Tentu saja. Karena ini bersifat konfidensial, maka Setsuna akan berangkat bulan depan sekalian untuk meninjau lokasi."
209Please respect copyright.PENANAqucUq38csX
Senyap sebentar. Mereka menyesap teh bersamaan sebelum Tohru secara tidak sengaja melihat sesuatu di atas rak meja kerja di belakang Hinata. Si pemilik ruangan yang menyadarinya lantas menoleh mengikuti arah pandangan Tohru dan mendapati bola salju pemberian Reiko di atas salah satu rak meja berisi aksesoris tablet dan laptop.
209Please respect copyright.PENANAnidmMQtSx5
"Aku tidak pernah melihat benda itu sebelumnya," gumam Tohru penasaran.
209Please respect copyright.PENANAUBv7A0eiUA
"Yeah, itu pemberian Reiko. Baru datang kemarin," sahut Hinata santai. "Desainnya sangat lucu, jadi aku memajangnya."
209Please respect copyright.PENANAH9qLSDvshL
"Pilihan yang bagus. Aku tidak tau kalau hubunganmu dengan Reiko sudah sedekat itu."
209Please respect copyright.PENANAhp2BqqVzfF
"Kami sering mengobrol di chat room setiap ada waktu luang. Apalagi orangnya seru kalo bicara soal buku dan film."
209Please respect copyright.PENANAGKrFSqJFra
"Benar juga. Padahal aku sengaja datang untuk memberikan hadiahmu selagi ada kesempatan. Ternyata masih ada yang mendahuluiku."
209Please respect copyright.PENANA0pHpLPpV1W
***
209Please respect copyright.PENANAntAiFRu0go
Olinescu, 1 bulan kemudian...
209Please respect copyright.PENANAJ1xMRQtPPY
Setsuna memakai jaket panjangnya di depan cermin sementara beberapa orang pelayan pria memasuki kamar untuk mengambil barang-barangnya. Pemuda itu dibantu oleh seorang wanita cantik bersurai keemasan yang tidak lain adalah ibu kandungnya sendiri. Usai memasukkan kancing terakhir, ia mengecup kening Setsuna dan mengelus rambutnya.
209Please respect copyright.PENANAJYSBqA0xad
"Putra ibu sudah terlihat lebih menawan sekarang," ujarnya lembut. "Harusnya kau membiarkan ibu menyuruh lebih banyak orang untuk membantu mengurus keperluanmu disana."
209Please respect copyright.PENANA5Bv2kVYb2t
"Ibu pikir berapa usiaku sekarang?" Setsuna balas mengecup pipi ibunya. "Lagipula hanya tiga bulan aku magang di rumah sakit itu. Ryohei saja sudah sangat membantu, apalagi untuk membuatkan kopi sehari-hari."
209Please respect copyright.PENANA0ZLtRoWyeT
"Kamu benar." Grand Duchess tertawa anggun mendengar perkataan putranya itu. "Ya sudah. Kita turun sekarang. Kamu harus menyapa ayahmu sebelum berangkat."
209Please respect copyright.PENANAxv90V1LJ4w
"Baik, Ibu."
209Please respect copyright.PENANAcApD2W3gGt
Di ruang kerja Grand Duke, Setsuna berpamitan pada ayah dan ibunya sekali lagi. Ketika Grand Duchess memeluk putranya, sang suami pun memeluk keduanya dan mengelus puncak kepala putranya. Walau ekspresinya terlihat datar, jauh dalam hatinya ia merasa senang sekaligus sedih. Tanpa terasa putranya sudah sebesar itu. Yang artinya, tanggung jawabnya sebagai seorang calon penerus juga akan semakin banyak.
209Please respect copyright.PENANApRKig0pN33
Setsuna adalah pemuda yang ceria sejak kecil, namun beliau khawatir jika sewaktu-waktu senyuman indah itu akan menghilang untuk selamanya. Setsuna adalah satu-satunya putra yang tersisa, sekaligus cahaya dalam hidupnya dan rumah tangganya. Melihatnya menangis di hari kematian kakak Hinata saja sudah sangat melukai hatinya. Apalagi jika pemuda itu harus menerima luka terberat dalam hidupnya suatu hari nanti. Sungguh ia tidak akan sanggup jika hari itu tiba.
209Please respect copyright.PENANAlxdJTdS67g
"Ayah tau kau pergi untuk menjalankan tugasmu, tapi ayah berharap kau bisa menikmati hari-hari disana," tukasnya sebelum beralih pada pemuda berkulit tan di belakang Setsuna. "Ryohei, jaga dia untukku. Pastikan dia tidak memaksakan diri atau melakukan hal bodoh yang bisa membuatnya terluka."
209Please respect copyright.PENANAawoktfNLFe
"Baik, Yang Mulia. Saya akan melindungi dan melahani Tuan Muda dengan nyawa saja," sahut pemuda itu penuh semangat.
209Please respect copyright.PENANAEFRjwNs41P
"Tidak perlu pake nyawamu juga kali," cibir Setsuna.
209Please respect copyright.PENANAhlgYIpsVFX
Grand Duke tertawa mendengar cibiran putranya, tangan besarnya menggosok kepala Setsuna tanpa dapat ditahan saking gemasnya. Sampai-sampai Grand Duchess ikutan sewot melihatnya.
209Please respect copyright.PENANAV1UIB0RF0A
"Apa yang Anda lakukan?!" paniknya sambil menjauhkan Setsuna dari jangkauan ayahnya. "Saya sudah bersusah payah merapikan rambutnya sekeren mungkin! Tapi Yang Mulia malah mengacaukannya! Lihat, dia jadi kelihatan seperti gembel habis bangun tidur sekarang!"
209Please respect copyright.PENANAQS00iBFKJK
"Maafkan aku, istriku. Ini hanya kebiasaan lama yang tidak bisa dilupakan," Grand Duke membela diri sambil tertawa. "Lagipula, bagaimana pun penampilannya, dia tetap putra keluarga bangsawan."
209Please respect copyright.PENANABgOXOX2peJ
"Hah? Orangtua macam apa yang senang melihat anaknya terlihat seperti homeless?! Padahal dia punya orangtua dan rumah semegah istana!"
209Please respect copyright.PENANAcp927B7M01
"Ya ampun ayah, ibu, bisa kita memperdebatkan masalah rambut ini? Aku bisa merapikannya dengan cepat, kok," Setsuna berusaha menengahi.
209Please respect copyright.PENANATF8p3jogwx
Ryohei maju dari belakang dan langsung merapikan rambut Setsuna dengan jari-jarinya sebelum perdebatan kedua orangtuanya semakin berlanjut. Dan hanya dalam beberapa detik, surai cokelat gelap Setsuna telah kembali ke bentuk semula.
209Please respect copyright.PENANAm2CUSfnA8N
"Grand Duchess, hair wax yang tadi Anda gunakan untuk menata rambut Tuan Muda adalah produk terbaru yang paling dicari oleh kawula muda belakangan ini," jelas Ryohei tanpa diminta. "Hanya dengan sedikit usaha, rambut Tuan Muda akan kembali rapi seperti sedia kala walau habis diterjang sihir angin keluarga Grand Duke Arashi."
209Please respect copyright.PENANARbudzJdSF5
"Sehebat itu?" Grand Duchess terpesona, sementara Grand Duke tampak berpikir keras.
209Please respect copyright.PENANApiggMQucZG
"Kalau begitu, haruskah kita membeli perusahaan yang memproduksi hair wax ini?" usulnya kemudian.
209Please respect copyright.PENANA3d5u6yxtyx
"Ayah, kumohon jangan lagi! Hair wax itu produk pertama setelah kita mengakuisisi perusahaan mereka bulan lalu!"
209Please respect copyright.PENANAu8aqN7pu5g
***
209Please respect copyright.PENANAaEOz7fF0Wp
Memasuki kawasan bandara, mobil yang membawa Setsuna bergerak mendekati sebuah jet pribadi dengan simbol kura-kura hitam tergambar di badannya. Kemunculan mereka sempat menjadi pusat perhatian. Tapi karena Setsuna sudah terlampau sering terlihat di bandara, ini bukan lagi sesuatu yang baru bagi para pekerja. Setsuna juga merasa lebih nyaman jika diperlakukan sewajarnya, bukan sebagaimana perlakuan untuk putra Grand Duke biasanya.
209Please respect copyright.PENANAEnJ5bXsMNT
"Bepergian lagi, Tuan Muda?" sapa salah seorang petugas yang membantu mengangkut barang-barangnya ke atas pesawat.
209Please respect copyright.PENANAoEIUQ4Xr7a
"Iya nih. Ada sedikit kerjaan di luar," sahut Setsuna ramah.
209Please respect copyright.PENANAmM9EOHZcHz
Mereka langsung lepas landas begitu semua persiapan selesai. Tujuannya masih sama dengan bulan lalu, yaitu pulau Sorajima. Salah satu pulau terbesar di Negara Kekaisaran Arslandia dimana kampung halaman Grand Duke Aozora berada. Setsuna tidak sempat mampir ke kediaman Aozora karena perjalanan dari bandara Beldiceanu membutuhkan waktu lebih dari lima jam. Jadi dia akan langsung ke provinsi tempat berdirinya kota Monteanu dan mengurus pendaftaran magang secepatnya.
209Please respect copyright.PENANACqIiAJ9QRm
Sebenarnya ini hanya akal-akalan Setsuna. Rencananya dia akan langsung memulai pergerakan tanpa menunggu Hinata, tanda kutip tetap terhubung dan bertukar informasi satu sama lain. Alangkah baiknya jika dapat diselesaikan tanpa harus merepotkan sahabat kesayangannya itu dan membahayakan nyawanya di kota yang dipenuhi yuurei tersebut. Dia sangat bersyukur atas keputusan Menteri Pertahanan yang menjadikan Hinata sebagai partner kerjanya. Beliau seakan mengerti apa yang paling dia inginkan.
209Please respect copyright.PENANA8fvfcbAUTw
"Apa tidak kedengaran egois tuh?" komentar Ryohei setibanya di kota Monteanu.
209Please respect copyright.PENANAWBaq5z9GIy
"Egois dari mananya?" Setsuna melirik sewot.
209Please respect copyright.PENANACde1iRHLSN
"Ya egois. Memangnya Anda tau dari mana kalau Nona Aozora tidak serius dengan kasus ini?" tekannya.
209Please respect copyright.PENANA6zhaYbdwNN
"Tau apa kau soal Hinata, huh? Namanya saja leisure hunter, dia adalah tipe orang yang sedapat mungkin tidak ingin terlibat dengan perburuan. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan Pilar Api begini. Bisa depresi dia."
209Please respect copyright.PENANACpRgx2fw8g
"Pilar Api?" Ryohei berpikir sejenak. Sejurus kemudian, dia menoleh kepada majikan mudanya yang cemberut. "Nona masih trauma ya?"
209Please respect copyright.PENANAKeqYlXvSU1
"Kakaknya ditelan hidup-hidup di depan matanya, gimana ga trauma?" Setsuna semakin sewot. "Ditambah lagi gara-gara aku yang tidak bisa melindunginya dari yuurei mirip cacing waktu itu. Fix mental breakdance!"
209Please respect copyright.PENANAy12Wd0vUTq
"Mental breakdown, Yang Mulia," Ryohei mengoreksi.
209Please respect copyright.PENANAL09USOdVnI
"Ya, itu maksudku. Mental breakdown. Kau ini, maklum dikit napa?"
209Please respect copyright.PENANA9NLhruSpAa
Tidak sampai satu jam perjalanan, mereka pun tiba di kota Monteanu. Hal pertama yang dilakukan adalah mencari rumah untuk menginap. Tapi berkat koneksi Grand Duke, tidak sulit menemukan sebuah rumah berlantai dua yang akan dikontrakkan tak jauh dari rumah sakit.
209Please respect copyright.PENANAfmGKANAr0C
Usai membongkar muatan, waktunya bersih-bersih. Ukurannya cukup besar untuk dua orang karena terdapat beberapa kamar, cukup untuk empat orang bahkan. Seandainya bisa, dia ingin mengajak Hinata menginap disini nanti. Sayangnya keberadaan Ryohei dan teman seangkatan Hinata justru menjadi penghalang. Makin tidak ada kesempatan untuk menikung Tohru donk.
209Please respect copyright.PENANAR6iKT2jaGX
"Tuan Muda tidak penasaran kenapa saya dipilih untuk menemani Anda?" tanya Ryohei tiba-tiba. Mereka sedang mengatur barang-barang Setsuna di kamarnya di lantai dua saat itu.
209Please respect copyright.PENANAMyhARR2F5g
Setsuna yang sibuk memasang seprei hanya menyahut cuek. "Tidak. Kenapa memangnya?"
209Please respect copyright.PENANAsALv2Z7HF1
"Supaya ada yang mengawasi agar Anda tidak sembarangan dengan tunangan orang lain."
209Please respect copyright.PENANAt01EF5p5F6
Jleb!
209Please respect copyright.PENANAEKPW7uOYf9
Setsuna menoleh kepada ajudannya itu dengan muka sejelek-jeleknya. Bagaimana ayahnya bisa tau akan niat busuknya ini? Ah, harusnya dia tidak pernah meragukan firasat dan naluri seorang ayah. Pasti seperti itu. Padahal sebenarnya tidak. Itu hanya akal-akalan Ryohei agar majikan mudanya tidak berbuat onar saat berada di luar jangkauan sang ayah.
209Please respect copyright.PENANAUgedRIExx1
Sementara itu di Rudeanu, Hinata yang tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya dikejutkan dengan pop-up di sudut layar komputernya. Sebuah email dari Ryohei. Dia mengklik balon notifikasi itu tanpa pikir panjang dan menemukan beberapa foto terlampir di dalamnya. Semuanya adalah foto selfie Ryohei dengan Setsuna sebagai latarnya. Ada-ada saja yang dilakukan pemuda itu di setiap foto. Entah itu memasang seprei, menyapu, mengganti bohlam lampu, menyiram tanaman, memasak, sampai memberi makan kucing-kucing yang berkeliaran di sekitar kontrakan.
209Please respect copyright.PENANANLNTNh0MyY
"Bagaimana, Nona Muda? Sudah terlihat low profile kan?" tulis Ryohei di subjeknya. Hinata sampai terkekeh pelan sambil menyalin foto-foto itu ke dalam online drive. Setelah itu tak lupa mengirim balasan.
209Please respect copyright.PENANAfApF89eRE2
"Luar biasa. Aku tidak tau kalau Setsu punya bakat menjadi ayah rumah tangga," balasnya. Ryohei yang biasanya kalem ternyata bisa ngakak berguling-guling demi membaca balasan itu. Setsuna pun sempat khawatir, ia mengira kalau ajudannya kesurupan yuurei yang kebetulan lewat.
209Please respect copyright.PENANAGwEmIFTGUE
Bersambung.....
ns 15.158.61.20da2