
Lidahnya yang basah, kini mulai menyentuh dan menjilati putingku. Pikiranku yang masih terkenang akan masa lalu. Akan masa pertama kali, aku dan Mas Danang bersenggama. Seketika kenangan di pikiranku itu pecah, ketika Mas Danang menghisap puting sisi kananku.
Slurrrppp…
“Aaahhh… I-Iyaa, Mas. Di situ, sayaang.” Hisapan bibirnya yang sangat kuat, bahkan melebihi hisapan bibir Mas Gema. Kini kembali aku rasakan, dan aku nikmati kembali. Aku pejamkan mataku, aku nikmati apa yang dilakukan Mas Danang kepadaku. Lidahnya menari liar.
Menjilati putingku naik turun, ke atas dan ke bawah. Yang membuat aku semakin terangsang, permainan lidahnya sangatlah cepat. Sementara puting sebelah kiriku, dimainkan dan diputar menggunakan jari telunjuk sebelah kirinya. Kedua payudaraku pasrah disentuh dia.
Jatuh ke dalam kuasa dan hasratnya, dihisap terus puting kananku dengan kuatnya. Hisapannya terasa dalam, panjang, dan penuh tekanan. “Aaahhh… Aaahhh… Terus, Mas. Aku suka cara kamu menghisap putingku. Nenen yang banyak, Mas. Biar kuat ngojeknya lagi, Mas.”
Mendengar perkataanku barusan, hisapannya jadi jauh bertambah kuat. Disedot kuat putingku, sambil ditarik ke atas menggunakan bibirnya. Aku menjerit keras, terperanjat akan hisapan kuat bibirnya. “Aaahhh… Enaak, Maas. Lagii… Lakukan lagi seperti tadi, Mas. Tolong!”
Mas Danang menuruti perkataanku, dihisap kuat dan ditarik berkali-kali putingku. Sampai vaginaku yang semula kering, kini terasa mulai basah karena tingkahnya itu. Kedua tanganku aku rentangkan ke atas. Agar Mas Danang bisa bermanuver bebas, sesuka semau dia.
Putingku bahkan sudah bukan lagi tegang, namun sudah mengeras sampai ke titik maksimalnya. Hanya Mas Danang, yang mampu membuat tubuhku jadi seperti ini. Putingku sampai penuh akan air liurnya, bahkan air liurnya sampai mengalir menuju belahan dadaku.
Sebagian juga ada yang mengalir ke perut, karena terlalu banyaknya air liurnya yang hinggap di payudara sebelah kananku. Kini lidahnya mulai bergerak, berpindah muara dari sebelah kanan ke sisi kiri. Puting sebelah kiriku memang sudah menunggu akan gilirannya.
Dia cemburu dan iri, akan puting sebelah kananku yang sedari tadi. Mendapatkan perhatian dan rangsangan yang melimpah dari Mas Danang. Kini dia bersiap dengan girangnya, ketika ujung lidah Mas Danang menyentuh puting kiriku. Aku sampai menjerit sangat keras lagi.
Sedari tadi, jeritanku sangatlah keras. Aku khawatir penghuni kontrakan sebelah, yang bernama Mas Dodit itu. Terganggu karena mendengar suara desahanku, namun aku memang tak mampu. Menahan desahan yang disebabkan rangsangan senikmat ini, aku memang lemah.
Aku wanita yang lemah, kini puting sebelah kiriku menerima perlakuan yang sama. Dihisap kuat putingku, sampai terdengar suara seruputan air liur di bibirnya. Sambil lidahnya menari lincah, berputar melingkar mengelilingi aerolaku. Sambil sesekali menyentuh putingku.
Sepertinya Mas Danang, sedikit memberikan perhatian khusus kepada puting kiriku. Iyaa dia layak mendapatkannya, karena dia sudah sabar menunggu akan gilirannya. Digigit kecil puting kiriku oleh Mas Danang. Digigit dengan lembut, dan dihisap kuat dengan satu kali nafas.
“Aaahhh… Kamu ganas banget, Mas. Tapi putingku menyukainya, rasa nikmatnya terasa sampai ke kepala. Lakukan lagi, Mas. Aaahhh… Aaahhh… Mas Danang, kamu luar biasa sayaang. Aaahhh… Aaahhh…” Mulutku mendesah, memuji akan kehebatannya memberikan rasa nikmat.
Payudara besarku, tunduk dan pasrah akan permainan bibirnya. Aku nikmati setiap serangannya, tak hentinya aku memejamkan mata. Mulut menganga, mengeluarkan desahan sambil tersenyum akan rasa nikmat. Zahra yang nakal, binal, dan juga liar. Kembali muncul lagi.
Sisi diriku yang lain itu, seakan bangkit setelah merasakan rangsangan yang begitu nikmat seperti ini. Aku bahkan sampai sedikit terlintas di pikiranku, iyaa hanya sedikit terlintas. Untuk menjadi istri kedua Mas Danang, istrinya pasti sangat beruntung. Punya suami seperti ini.
Namun sekali lagi, itu hanya pikiran yang terlintas saja. Mas Danang sejujurnya bukan tipeku, dari wajah sampai bentuk tubuhnya. Termasuk juga dengan pekerjaannya, tipe cowo yang aku suka ya seperti Mas Gema. Namun entah kenapa, pria seperti itu terlalu lembut sekali.
Ketika diranjang, dia terlalu lembut bagiku. Sedangkan aku suka yang kasar, keras, dan kuat. Setiap lelaki tidak ada yang sempurna, ada yang berwajah jelek dan hanya tukang ojek. Namun dia mahir memberikan rangsangan dan memuaskan wanita. Bahkan aku sampai tunduk.
Dan ada juga lelaki, yang tampan, kaya raya, tinggi, dan seorang pengusaha seperti Mas Gema. Namun di ranjang, dia sangat amatiran dan terlalu lemah lembut. Meski begitu, jika aku dipaksa dan harus untuk memilih. Aku akan memilih pria seperti Mas Gema, namun sepertinya.
Aku akan menjadikan pria seperti Mas Danang, sebagai lelaki simpananku. Hanya untuk memuaskan hasratku yang liar dan sulit untuk dibendung. Setelah dia merasa puas, menghisap kedua putingku secara bergantian. Bahkan membuat vaginaku sampai basah ke celana dalam.
Kedua tangannya mulai masuk ke dalam rok hitam yang aku kenakan. Dia menyentuh kedua sisi celana dalamku, kiri dan kanan dengan kedua tangannya. Dengan satu kali tarikan kuat, celana dalamku ditarik ke bawah hingga sampai ke lutut. Kembali ditarik lagi yang kedua.
Dan pada tarikan inilah, dia berhasil melepaskan celana dalamku dari kedua kakiku. Sekarang, hanya rok hitam ini sajalah, yang menempel di tubuhku. Aku sudah tak berbusana, bertelanjang dada, sudah tak memakai celana dalam pula. Aku sudah bersiap untuk berikutnya.
Mas Danang dengan lembut, merentangkan kedua kakiku lebar-lebar. Ke sisi kiri dan kanan, dia singkap rok hitamku ke atas. Dari yang semula panjangnya sampai lutut, sekarang membuntal dan berkumpul di pinggangku. Vaginaku sekarang sudah terlihat jelas oleh dia.
Mas Danang memposisikan wajahnya, tepat hanya beberapa senti di depan vaginaku. Dia memperhatikan vaginaku, yang sudah basah karena rangsangannya di kedua payudaraku. “Udah becek aja vagina kamu, Ra. Belum disentuh, belum dipegang, sudah sampai sebasah ini.”
Aku saat itu tersipu malu, aku panglingkan wajahku ke samping kanan. Lalu aku menjawab dengan sejujurnya. “Vaginaku basah karena perbuatanmu, Mas. Kamu merangsang leher dan putingku berlebihan. Sampai aku terasa hampir orgasme, dan vaginaku jadi becek.”
Mas Danang, mulai memasukkan jari tengahnya ke dalam vaginaku. Jarinya yang panjang itu, masuk dan hendak menyentuh titik paling senstif yang aku miliki. Namun tidak hanya sampai di situ, ujung lidahnya ikut menyentuh klitorisku. Dia sudah paham lokasinya.
Dia sudah mengerti, di mana klitorisku berada dan bentuknya seperti apa. Dikocoknya vaginaku menggunakan jari tengahnya, sementara lidahnya bergerak lincah, naik turun menjilati klitorisku. “Aaahhh… Aaahhh… Mass… Geli banget ini rasanya, Mas. Aaahhh… Enaak.”
Perlahan aku merasakan, pergerakan jari tengahnya semakin cepat temponya. Ditekuk jari tengahnya itu ke atas, dan seketika jari tengahnya itu berhasil menyentuh klitorisku. “Di sini yaa? Titik paling nikmat, yang pernah kamu bilang waktu itu? Apakah masih senikmat dulu?”
“Aaahhh… Aaahhh… Bukan senikmat dulu lagi, Mas. Kali ini lebih sensitif dan lebih nikmat, ketimbang pertama kali kamu menyentuhnya. Jari Mas lagi berhenti aja, titik itu disentuh rasanya geli bangeet,” jawabku yang menggeliat pelan layaknya cacing kepanasan.
Mas Gema hampir tidak pernah, menyentuh titik yang dinamakan sebagai G-Spot itu. Titik wanita yang katanya paling sensitif, namun sejujurnya titik paling sensitifku bukan di situ. Melainkan di leher rahim, dinding rahim, atau entahlah namanya. Namun ketika bisa mentok.
Ketika sebuah benda bisa menyodok vaginaku sampai mentok. Di sanalah titik ternikmatnya, yang ada di dalam vaginaku. Aku bisa sampai tergila-gila, di titik itu juga lah yang membuat pertama kali tidak waras. Dan Mas Danang juga yang pertama kali menyentuhnya.
Dia berhasil menyentuhnya, menggunakan penisnya yang panjang dan keras. Titik itulah, yang bisa membuat wanita sepertiku yang semula polos. Menjadi liar dan binal, aku bisa orgasme berkali-kali. Jika titik itu sampai bisa disentuh, apalagi dihentak menggunakan penis.
Waahh, aku bisa ngocor habis. Bener-bener bisa lupa diri aku, siapapun yang berhasil menyentuh titik itu. Akan mampu menundukkan aku, dan sayangnya ada banyak yang mampu. Dan sudah berkali-kali juga, aku ditundukkan dan dikalahkan oleh para pria bergairah hebat.
Vaginaku kembali dikocok oleh Mas Danang, digerakkan jari tengahnya maju mundur dengan kecepatan tinggi sambil ditekuk ke atas. Titik G-Spotku dipermainkan liar oleh jari tengahnya yang nakal. Dikocok terus vaginaku semakin cepat, sampai aku tak kuasa menahan.
Mulutku terus terbuka lebar, saat jari tengah sang tukang ojek itu. Mengocok vagina seorang istri pengusaha sepertiku. “Aaahhh! Mas, kamu hebat bangeet! Aaahhh! Aaahhh! Nikmat banget, Mas! Teruss! Lakukan lebih cepat lagi, Mas! Aaahhh! Aaahhh! Teruus, Maas!”
Mataku terpejam, mulutku terbuka lebar, kakiku mengangkang, kedua tanganku terangkat ke atas pasrah. Kenapa saat Mas Danang yang melakukannya, rasanya bisa sampai senikmat ini? Sudah ada banyak pria, yang berhasil mengocok vaginaku. Namun tidak pernah.
Tidak pernah sampai senikmat dirinya, jika yang melakukan hal itu kepadaku. Tiba-tiba jari manis Mas Danang, ikut masuk ke dalam pertempuran. Ikut masuk ke dalam vaginaku, sekarang dia mengocok vaginaku menggunakan dua jari. Dia fokus terus melakukan hal gila ini.
Dia kocok lebih kencang dan cepat, sampai terdengar suara percikan air yang berbunyi indah. Semakin lama terdengar semakin jelas, semakin keras, dan semakin banyak. “Aaahhh! Aaahhh! Aku rasanya mau keluar, Mas! Aaahhh! Aaahhh! Cairan yang keluar makin banyak!”
Terasa cairanku mulai mengalir keluar sedikit demi sedikit, kocokan jarinya benar-benar terasa nikmat luar biasa. Tak bisa aku gambarkan kenikmatannya dengan kata-kata. Rasa nikmatnya terasa sampai ke kepalaku. Ini baru kocokan jarinya, belum kocokan penis besarnya.
Semakin lama dia melakukannya, semakin banyak cairan cintaku yang mengalir keluar. Satu menit, dua menit, tiga menit, dan empat menit berlalu. Akhirnya aku takluk pada menit kelima. Aku tak kuasa menahan rasa geli dan nikmatnya, pantatku secara sendirinya bergerak.
Bergerak terangkat ke atas, saat vaginaku hendak mencapai orgasme pertamaku sore itu. “Aaahhh! Aaahhh! Mas aku udah gak kuat! Aaahhh! Aaahhh! Aku hendak keluar, Maas! Cairannya sudah ngumpul di vaginaku! Maass! Maass! Aaahhh! Aku sudah enggak kuat, Maas!”
Sudah tak mampu aku tahan, sambil memejamkan mata, meremas sprei kasur Mas Danang. Cairan vaginaku langsung lepas keluar tak bisa aku tahan. Muncrat keluar sangat deras, layaknya seperti mengeluarkan air seni. Namun kali ini lebih deras lagi, terasa begitu nikmat.
Mas Danang yang pengertian, dia menghentikan kocokan jarinya. Saat aku mencapai orgasmeku yang pertama. “Haahhh… Haahhh… Aku sampai ngos-ngosan, Mas. Kamu gila dan luar biasa banget. Ampuun, rasa gelinya masih berasa banget di dalam vaginaku ini, Maas.”
Tubuhku terasa begitu lemas, hilang seluruh tenaga seketika saat orgasme pertamaku tercapai. Namun aku adalah wanita yang tau diri, sedari tadi hanya aku yang merasakan nikmat. Mas Danang, bahkan dari tadi belum aku rangsang dan aku sentuh. Aku buka kedua mataku ini.
Dan melihat cairan cintaku, membasahi dada dan perutnya Mas Danang yang buncit itu. “Maas? Yaa ampun, maafin aku, Mas. Cairanku sampai muncrat ngenain dada sama perut kamu. Biar aku bersihkan dan lap menggunakan tisu, sekali lagi aku benar-benar minta maaf.”
“Hahaha, kamu tuh udah kaya sama siapa aja. Dulu malah cairan kamu bukan hanya mengenai dada. Tapi juga pernah mengenai wajah, Mas. Sudah gak usah dilap, kamu tentunya masih punya pekerjaan lain.” Aku seketika menatap matanya, sambil tersenyum nakal saat itu.
Aku cium terlebih dulu bibirnya yang hitam itu. Aku masukkan lidahku ke dalam mulutnya, dan berciuman dengan pria berusia 32 tahun ini, selama hampir 1 menit lamanya. Aku akhirnya memutuskan untuk melepas rok milikku, aku lempar jauh entah kemana saat itu.
Aku sudah paham, pekerjaan apa berikutnya yang harus aku lakukan. Aku tarik lembut celana jeans warna biru tua yang digunakan Mas Danang. Aku tarik beserta celana dalamnya, hingga terlepas penuh dari kedua kakinya. Seketika sebuah batang yang perkasa muncul di situ.
Berdiri tegak menghadap ke atas, laksana menegakkan keadilan hidup. Setelahnya aku genggam batang keperkasaan itu, Aku genggam bagian sisi paling bawahnya, yang dekat dengan buah zakar. Aku yang sudah berhasrat tinggi, dan penuh akan gairah yang menguasaiku.
Membuatku segera melahap penis Mas Danang, yang seingatku sepanjang 16 cm itu. Aku masukkan kepala penisnya ke dalam mulutku. Dengan penuh keberanian, dan hasrat seksual yang sudah menguasai diriku. Aku dorong mulutku ke bawah, hingga seluruh penis itu.
Masuk ke dalam mulutku dan menyodok tenggorokkanku. Aku tarik mulutku hingga ke kepala penisnya, aku dorong lagi hingga ke bagian pangkalnya. Aku tarik lagi, aku dorong lagi, aku tarik lagi, dan aku dorong lagi. Aku lakukan hal itu berulang kali, di penis sang tukang ojek.
Tak lupa aku sertai hisapan kuat, sampai berbunyi suara seruput air liurku di penis Mas Danang, setiap kali aku tarik mulutku ke atas. Aku lakukan hal itu dengan tempo yang semakin cepat. Dengan hisapan yang semakin kuat, sampai terdengar suara desahan nikmat dari pria itu.
“Aahhh… Sudah lama gak jumpa, sudah lama gak main bersama. Kamu sekarang malah makin binal aja yaa. Tambah dewasa, tambah hebat juga hisapan mulutnya. Aahhh… Enak banget, Zahra.” Mas Danang menikmati permainan bibirku, sambil mengelus lembut kepalaku.
Sesekali rambutku yang panjang sepunggung dimainkan olehnya. Semakin keras suara desahan yang keluar dari bibirnya. Semakin kuat dan semangat hisapanku di penis panjangnya ini. Entah sudah berapa tahun, bibirku ini tidak bertemu penisnya. Terakhir aku melakukan ini.
Satu minggu setelah mantan kekasihku yang bernama Arif wafat. 1333Please respect copyright.PENANAQMh2Jl0oTz
1333Please respect copyright.PENANAVtcg4ToiX4