
“Aaahhh! Aaahhh! Mas Dodit aku mau keluar, Maas! Aaahhh! Aaahhh! Aku udah gak kuaat! Aku keluaar, Maass!” Tubuhku seketika gemetar hebat, bukan main gemetarnya. Cairanku menyeruak keluar, melalui sela-sela antara vaginaku dan penis Mas Dodit saat itu.
“Tadi katanya nolak? Sekarang malah orgasme digenjot pakai penis aku? Jadi mau kamu apa? Kamu jadi perempuan jangan munafik dong. Udah tau digenjot itu rasanya enak kan?” jawabnya yang mengejek aku. Dia merasa telah menang, dan sudah berhasil bikin aku tunduk.
Iyaa dia tidak salah sepenuhnya, aku memang merasa tunduk dan dikalahkan karena genjotan penisnya itu. “Haahhh… Haahhh… Namanya perempuan, Mas. Gak akan mau disetubuhi pria yang gak dia kenal begitu aja. Mau sebinal apapun dia, tetap akan menolak.”
Cairan vaginaku mulai berjatuhan ke lantai, ada yang mengalir dari selangkanganku menuju ke kedua kaki belakangku. Kakiku rasanya gemetar bukan main, merasakan orgasme sambil berdiri. “Iyaudah makanya kita kenalan lebih deket. Biar terima disetubuhin aku ya?”
“Pi—Pindah posisi, Mas. Kalo mau dilanjutin kita pindah tempat. Tempat di sini terlalu sempit dan gak nyaman. Di sofa yang ada di depan aja yaa, Mas. Ayoo kita pindah ke sana.” Mas Dodit akhirnya menuruti permintaanku. Dan di sana kami kembali bertempur dan bercinta.
Malah justru aku yang mendominasi, ketika kami bermain di sofa ruangan paling depan. Mas Dodit duduk santai di atas sofa, sementara aku dengan ganasnya seperti wanita liar. Menggenjot penis Mas Dodit dengan vaginaku, aku naik turunkan pantatku dengan brutalnya.
Sampai aku berhasil orgasme berkali-kali dibuat oleh Mas Dodit. Permainan kami berlangsung selama hampir 30 menit lamanya. Selesai pada jam setengah 9 pagi, aku jatuhkan tubuhku di dalam dekapan dan pelukan Mas Dodit. Saking sudah lemasnya tubuhku saat itu.
Sofa yang ada di kontrakan Mas Danang, seketika basah kuyup karena cairan vaginaku yang berjatuhan di sana. Tapi aku gak masalah, aku akan keringkan sebelum dia datang. “Haahhh… Kamu hebat banget, Zahra. Gilaa kamu kalo udah horny, ganasnya bukan main.”
Sambil tersenyum dan mengecup bibirnya yang hitam itu, aku pun menjawab. “Kamu sudah membangunkan singa yang tertidur. Maka kamu akan jadi korban terkamanku. Aku mungkin terlihat lemah, dan terlihat gak berdaya. Tapi aku sangat kuat ketika di atas ranjang.”
“Mulai besok, kita main rutin yaa? Aku gak akan ngomong ke Mas Danang. Tapi aku ingin menikmati tubuh kamu setiap hari. Sumpah hari ini seru banget berhubungan intim sama kamu. Kamu mau gak main sama aku setiap hari?” tanya Mas Dodit dengan polosnya kepadaku.
“Itu tergantung kamu, bisa bikin aku tunduk atau enggak. Kalo kamu gak bisa, yaa gak mungkin bisa setiap hari juga. Jadi ketimbang kamu nanya begitu. Tanya ke diri kamu, kamu mampu gak bikin aku tunduk setiap hari?” jawabku yang tidak menjawab iya atau pun tidak.
Mas Dodit saat itu tersenyum dan tertawa kecil. Dia sepertinya gak paham apa yang aku maksud. Yaa sudah aku duga, dia hanya tukang ojek. Gak paham dengan kalimat seperti ini. “Hahaha, maksudnya apa? Iyaa tinggal main aja kok, ribet amat sampai harus bikin tunduk.”
Namun aku tetap tidak mengatakan iyaa, dan juga tidak mengatakan tidak. Iyaudah biarin aja, kalo dia bisa mancing hasratku, untuk aku mau main sama dia. Iyaa silahkan aja dipancing, aku gak akan melawan dan menolak. Tapi kalo dia gak bisa bikin aku horny kaya tadi.
Yaa bakal aku tolak, bahkan bisa aku pukulin dan aku usir. Setelah selesai berbincang, Mas Dodit pun bangun dan langsung berangkat ngojek. Aku hari itu memutuskan untuk pergi ke dokter. Untuk memeriksa kandunganku yang masih berusia 1,5 bulan. Harus aku periksa sih.
Untuk mengetahui kondisi anak di dalam rahimku seperti apa. Siang harinya, sekitar jam 11 siang. Aku pun keluar dengan pakaian rapi, aku pesan taksi online untuk pergi ke rumah sakit. Saat menunggu taksinya datang, bapak tua kemarin yang memperhatikan aku di tangga.
Dia terlihat lagi, dan dia memperhatikan aku lagi dari jauh. Dia tidak berkata apapun kepada aku, namun dia menatapku dengan sorot mata yang agak tajam. Seolah curiga atau tidak suka aku berada di sini. Namun aku berusaha cuek dan bersikap seolah gak ada apa-apa.
Tohh aku juga gak kenal dia siapa. Mungkin penghuni kos di sini, yang curiga dan gak suka sama kehadiranku. Setelah taksinya datang, aku langsung masuk ke dalam dan berangkat ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, aku langsung pergi ke administrasi terlebih dahulu.
Di sana aku jelaskan, kalo aku ingin periksa kandungan. Dan karena aku sudah periksa jadwalnya di internet, akhirnya aku datang sesuai jadwal dokter itu praktek. Dokter itu praktek sekitar jam 1 siang, dan aku daftar pada jam 12 siang. Dan untungnya aku bisa dapat jadwal.
Untuk langsung periksa kandungan hari ini, setelah menunggu selama 1,5 jam. Akhirnya giliranku untuk masuk, aku mengatakan apa adanya. Kalo aku sedang hamil di usia 1,5 bulan. Dokter pun memeriksa kandunganku pakai USG, dan katanya janin di perutku sangat sehat.
Iyaa soalnya aku memperhatikan asupan makananku setiap hari. Aku juga udah beli susu untuk ibu hamil, iyaa baru 3 hari yang lalu sih belinya. Dan dari pemeriksaan USG itu, ada kemungkinan, iyaa ini masih baru kemungkinan. Anak di dalam kandunganku anak perempuan.
Tapi jenis kelaminnya apa, baru bisa benar-benar diketahui dengan jelas. Ketika usia kandunganku di atas dua bulan. Bentuknya juga belum utuh kaya manusia, iyaa sudah berbentuk bayi. Tapi masih terlihat aneh, karena baru 1,5 bulan. Dan entah kenapa saat itu.
Aku rasanya mau menangis, saat melihat anak perempuanku di USG itu. Aku teringat lagi, saat aku diperkosa dan disetubuhi Mas Fahrul. Hingga aku hamil dan memiliki anak perempuan seperti sekarang. Pasti nanti anaknya akan sangat mirip seperti Mas Fahrul juga.
Kayanya penderitaanku, gak akan bisa berakhir dalam waktu dekat. Apalagi kalo anak ini terlahir, wajahnya seperti Mas Fahrul. Haduuh, bisa kena mentalku sampai seumur hidup. Setelah pemeriksaan selesai, aku pun diberikan resep dokter agar kandunganku tetap stabil.
Dan setelahnya aku kembali pulang ke rumah. Hari ini sudah genap 5 hari aku keluar dari rumah Mas Gema. Dan uangku yang sudah terpakai, sekitar 1 juta rupiah. Iyaa karena kemarin harus nalangin uang kontrakan Rini. Tapi yaa kan nanti bakal diganti, semoga aja ganti.
Keesokan harinya, aku kembali disetubuhi Mas Danang saat pagi sebelum berangkat kerja. Dan 1 jam kemudian, tepatnya jam 8 pagi. Mas Dodit yang masuk ke kontrakanku, dan gantian menyetubuhi aku. Hari ini aku gak ada kegiatan di rumah, jadi bakal seharian di rumah.
Ada kegiatan lagi besok, karena aku sudah mengabarkan ke Pak Alex. Kalo aku mau bekerja sebagai sekretaris di kantornya dia. Iyaa dari pada aku gak punya uang. Apa lagi aku akan punya anak, dan gak ada bapaknya juga. Siapa juga yang mau menanggung anakku ini?
Yaa pastinya hanya aku seorang, aku yang akan menanggung anakku sendirian. Aku memutuskan untuk menonton tv, sambil ngemil makanan yang aku beli saat perjalanan pulang. Sekitar jam 1 siang, tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu kamarku dengan sangat keras.
“Permisii! Danaang! Danaang tolong buka pintunya!” teriaknya yang entah kenapa membuat aku takut. Apakah Mas Danang juga telat bayar kontrakan? Soalnya kayanya yang teriak itu bapak-bapak tua. Dan suaranya itu besar dan ngebass banget. Tapi sayannya saat itu.
Mas Danang aku chat dan aku telfon, sama sekali gak diangkat. Mungkin karena lagi nganter penumpang yaa? Akhirnya dengan penuh rasa takut, aku buka pintu kamarnya. Dan aku melihat bapak tua, yang sejak kemarin sering memperhatikan aku dengan sorot yang tajam.
“I-Iyaa, Pak? Ada apa yaa, Pak? Mas Danangnya lagi keluar, dia seperti biasa lagi kerja. Apakah ada masalah? Soalnya Bapak ngentok pintu kamar kaya lagi marah,” tanyaku sambil sedikit gemetar. Aku saat itu hanya pakai minidress tanktop, jadi minidress dan juga tanktop.
Digabung jadi satu, atau penjelasan mudahnya. Kaya tanktop biasa, tapi kalo tanktop panjangnya kan cuma seperut. Nah kalo yang aku pakai ini, panjangnya sepaha atas. Paha atas, bahkan saat aku pakai baju ini, celana dalamku bisa terlihat. Tapi yaa kan aku sendiri di dalam.
Bapak itu dengan nada dan intonasi suara yang keras, dia pun bertanya kepadaku. “Kamu siapa? Kenapa Danang bisa masukin perempuan ke dalam kontrakan ini! Kamu tau peraturannya gak! Di kontrakan pria, gak boleh ada wanita yang menginap berhari-hari!”
Aku saat itu merasa gemetar, ketika Bapak tua bertubuh tegap dan garang itu membentakku. “Ma—Maaf, Pak. Tapi saya ini adeknya Mas Danang. Saya masih ada hubungan darah sama Mas Danang. Apakah meskipun saudara, tetap harus melapor dan tidak boleh?”
“Buktinya apa kamu saudara Danang? Kamu saudaranya yang mana? Adiknya? Ada bukti gak kalo kamu adik kandungnya Danang? Coba kamu keluarin ktp sama kartu keluarga kamu! Kalo gak terbukti, kamu saya minta untuk keluar!” bentaknya sangat keras dan garang.
“Sa—Saya gak ada buktinya, Pak. Soalnya saya sama Mas Danang itu adik sepupu. Lagi pula saya suda menikah. Kartu Keluara saya, sudah serumah dengan suami saya. Jadi gak ada bukti yang bisa saya kasih,” jawabku yang mencoba berpikir harus melakukan apa saat itu juga.
Aku sedikit melihat ke kiri dan ke kanan, dan aku melihat sepanjang lorong kontrakan ini. Kosong gak ada siapa-siapa, ketimbang aku diusir olehnya. Dan gak tau harus tinggal di mana. Mungkin baiknya aku gunakan andalanku, sebagai seorang wanita yang tidak jelek.498Please respect copyright.PENANApoS8LgzawT
498Please respect copyright.PENANAGHhTEM1Mup
“Iyaudah kalo gitu kamu pergi seka… Aahhh…” Aku saat itu langsung menggenggam penisnya, dari balik celana pendek yang dia kenakan. Dengan menunjukkan wajah menggoda, aku turunkan kedua tali minidressku ke bawah. Dan aku tunjukkan belahan payudaraku ke dia.
“Bapak jangan teriak keras-keras. Nanti gak dapet jatah dari saya loh. Yuukk masuk, Bapak penisnya udah besar begini. Sangee yaa ngeliat saya pakai baju seksi? Ayoo sini masuk Pak,” jawabku sambil menarik tangannya. Dan bapak itu terdiam pasrah, masuk ke kontrakan.498Please respect copyright.PENANA4vTXk1vVUj
498Please respect copyright.PENANAdpcTImvt9G