
“Uggkkhh!” Aku sampai merasa batuk, saat penis Mas Danang menyodok tenggorokan aku. Namun aku tetap melanjutkan aktivitasku, yang menghisap batang keperkasaan miliknya itu. Penis Mas Danang sudah basah penuh akan air liurku, dan dia terlihat sangat menikmatinya.
“Aahhh! Hisap lebih kuat, Zahra! Aahhh! Kekuatan hisapan mulut kamu, sama sekali gak berkurang sejak dulu, sayang.” Mas Danang terlihat tubuhnya menggelinjang. Saat beberapa kali mulutku tiba di pangkal batangnya itu. Air liurku bahkan sampai mengalir ke buah zakarnya.
Mengalir tetesannya ke sana, membuat kedua mataku teralih perhatian ke kedua buah zakarnya itu. Aku lepas penis Mas Danang dari mulutku, aku jilati sisi bawah penisnya dan aku hisap sesekali. Penisnya aku tegakkan ke atas, dan aku jilati sisi bawah penisnya menurun pelan.
Lidahku terus turun dari kepala penisnya, menuju ke penis bawah bagian tengah. Aku hisap sebentar di bagian sana. Sebelum aku turunkan lagi jilatan lidahku ke bawah. Hingga akhirnya jilatanku berakhir di kedua buah zakarnya. Sambil memegang tegak penisnya ke atas.
Aku emut buah zakar Mas Danang yang hitam itu. Agak berbau namun tidak menganggu bagiku. Aku hisap kuat, lalu aku tarik kulit buah zakarnya dengan mulutku. Lalu kemudian aku lepas, aku lakukan lagi di bagian sebelah kanannya. Terus berulang, sampai aku merasa puas.
“Aahhh… Damn! Kamu makin gila aja permainan mulutnya, sayang. Buah zakar aku habis kamu kenyotin. Kamu luar biasa banget.” Mas Danang memuji permainan bibirku yang sekarang. Padahal aku sama sekali gak pernah latihan, bahkan gak pernah sampai seperti ini.
Setelah aku menikah dengan Mas Gema. Seks yang kami lakukan sangat normal dan biasa. Mas Gema sering tidak nyaman, buah zakarnya aku emut dan aku hisap seperti ini. Padahal hampir setiap pria, yang buah zakarnya aku hisap kuat. Mereka sangat menyukainya.
Setelah puas aku menjilati dan menghisap buah zakarnya. Lidahku kembali bergerak naik, dari buah zakar menuju ke pangkal, dari pangkah menuju ke sisi tengah, dan berakhir di kepala penis Mas Danang lagi. Aku kembali masukkan penisnya ke dalam mulutku yang kecil.
Aku dorong kepalaku turun, sampai penisnya masuk seluruhnya ke dalam mulutku. Aku tarik lagi kepalaku ke atas, hingga tersisa bagian kepala penisnya saja. Aku dorong lagi, aku tarik lagi, perlahan tapi pasti aku percepat tempo pergerakan kepalaku. Aku kocok penis besarnya.
Menggunakan mulutku dengan semakin cepat, Mas Danang mulai terperanjat. Desahannya terdengar semakin kuat, tubuhnya sesekali terasa gemetar. Aku goyangkan kepalaku semakin cepat lagi, menggenjot penisnya yang basah tanpa memberi dia ampun.
“Aahhh! Aahhh! Zahra sudah, sayang. Aahhh! Aahhh! Kamu brutal banget nyedot penis Mas. Aahhh! Aahhh! Anjriitt, gilaa geli dan enak banget! Mas bisa cepet keluar kalo kamu nyedotnya kaya begini.” Mas Danang sampai mencengkram kuat kepalaku pakai kedua tangan.
Aku tunjukkan kepadanya, betapa hebat kemampuan mulutku dalam memuaskan seorang pria. Aku lakukan ini terus sampai dua menit lamanya. Aku apit kuat penisnya dengan bibirku. Aku genjot semakin cepat, hingga masuk ke kecepatan paling cepat yang aku bisa.
“Aahhhh! Mas keluaar, Zahraa! Aaahhhh!” Mas Danang berusaha menarik mulutku dari penisnya. Dan secara bersamaan juga, aku merasakan cairan yang hangat masuk ke dalam mulutku. Terasa pahit bercampur asam, iyaa aku sudah tak kaget. Sudah puluhan kali terjadi.
Sudah puluhan kali juga sperma Mas Danang, pernah masuk ke dalam mulutku. Aku diamkan penis Mas Danang di mulutku. Aku berikan dia kesempatan untuk menyelesaikan ejakulasinya. Aku selalu menyukainya, saat saat di mana seorang pria mengalami ejakulasi.
Entah kenapa di mataku, pria yang ejakulasi terlihat seksi. Seolah aku ingin membuat dia merasakan hal yang sama, terus menerus sampai aku puas melihatnya. Aku suka melihat seorang pria menggelinjang. Aku suka melihat seorang pria menjerit dan memejamkan mata.
Setelah selesai, aku cabut penis Mas Danang dari mulutku. Terkumpul sudah spermanya yang pahit dan asam itu, ditambah dengan aroma pandan di dalam mulutku. “Lwihaat, Mwass. Gleekk… Aaahhh, sperma kamu hilang dari mulutku. Aku bisa sulap dong, Mas. Hahaha.”
Mas Danang mencubit lembut kedua pipiku, dan dia tertawa puas akan tindakanku barusan. “Hahaha, kamu masih saja punya sifat kekanak-kanakan. Memang kamu gak banyak berubah, hanya penampilannya saja yang jadi lebih cantik. Haahhh… Mas berasa lega banget.”
“Udah lama tah, Mas? Spermanya gak dikeluarin? Tadi yang keluar banyak banget, sampai mulutku penuh sama sperma kamu. Bingung mau dibuang ke mana, jadinya aku telan aja semuanya,” jawabku yang sepertinya setelah ini, aku akan segera sikat gigi di kamar mandi.
“Iyaa, tapi Mas harus berangkat lagi nih. Udah jam 5 sore, gak berasa kita ciuman, nenen, sama oral aja sampai habis 30 menit. Biasanya jam segini jam pulang kerja. Penumpang ada banyak. Jadi Mas berangkat dulu yaa. Nanti malam kita lanjut lagi,” ujarnya buatku kecewa.
Aku menghela nafas, sejujurnya vaginaku masih terasa geli. Dan butuh disetubuhi Mas Danang, tapi yaa dia juga harus bekerja untuk anak istrinya. Aku tidak boleh egois dan memaksa. “Iyaudah gak apa-apa kalo gitu, Mas. Nanti Mas pulang sudah ada makanan di sini.”
Mas Danang akhirnya berangkat ngojek lagi, dalam posisi aku masih horny berat. Aku pun kembali memakai pakaianku, aku gunakan tanktop warna hitam dan hotpants warna putih. Aku coba periksa dapur Mas Danang, di sana ada kompor dan perlatan masak yang lengkap.
Tapi gak ada kulkas, dan bahan makanannya juga gak ada. Iyaa berarti aku cuma bisa beli bahan masakan untuk satu hari. Karena kalo langsung beli banyak, khawatir akan busuk dan terbuang percuma. Tadi Mas Danang sudah memberitahu, di mana lokasi tukang sayur di sini.
Jadi aku memutuskan untuk ambil cardigan. Lalu berjalan keluar dengan tanktop dan hotpants, sambil ditutup sedikit cardigan. Saat aku baru turun tangga, tiba-tiba aku melihat seorang bapak-bapak tua. Dia juga hendak naik tangga, tapi menunggu aku turun terlebih dulu.
Dia memandangi aku dengan tatapan sinis, namun tidak berkata apa-apa. Saat aku berjalan menuju ke tukang sayur, aku pun menjadi pusat perhatian di sini. Namun aku berusaha untuk cuek, dan membeli setengah ekor ayam, tahu, sayur buncis, dan bahan bumbu lainnya.
Aku berniat untuk masak ayam ungkep, dengan sayur buncis yang dicampur tahu. Karena aku sudah tidak tinggal bersama Mas Gema lagi. Jadi aku harus masak makanan yang sederhana. Tadi pun aku belanja habis 30 ribu, tahun 2017 awal ayam seekor masih 30 ribuan.
Aku beli setengah ekor, karena yang jual laki-laki, aku dikasih diskon hanya 13 ribu saja. Lebih tepatnya bukan dikasih diskon, tapi dibulatkan harganya ke bawah. Sesampainya di depan kamar kontrakan, aku kembali membuka kunci pintu. Namun secara bersamaan juga saat itu.
Aku melihat Mas Dodit keluar dari kamar, sambil menggunakan helm dan jaket ojek online. Sontak aku menyapanya dengan lembut dan ramah. “Loh? Mas Dodit? Kamu mau kemana, Mas? Mau ngojek lagi yaa? Tadi Mas Danang juga baru berangkat, baru 15 menitan.”
Mas Dodit kala itu tersenyum memandangiku, dan kedua matanya terfokus melihat ke belahan payudaraku. Aku mengetahuinya, namun aku biarkan. “Iyaa nih, Zahra. Mau ngojek lagi cari rezeki. Kamu habis dari tukang sayur? Wahh enak yaa, kalo ada cewe ada yang masak.”
“Iyaa, Mas. Soalnya aku kan cuma numpang di sini. Gak enak kalo aku cuma tiduran dan jadi beban Mas Danang. Mas Dodit kalo lapar dan gak ada uang, masuk aja kita makan bareng sama Mas Danang yaa,” jawabku menawarkan makan bersama, yaa hanya basa basi aja sih.
“Ohh, iyaa nanti kapan-kapan yaa. Aku pergi dulu yaa, Zahra. Sampai ketemu lagi kapan-kapan.” Mas Dodit akhirnya pergi, dan aku segera masuk ke dalam kamar kontrakan. Sebelum memasak, aku sempat memeriksa handphone. Dan saat itu Felisa mengirimkan aku pesan chat.
Yang berisi bahwa Mas Gema kebingungan, karena aku pergi tiba-tiba begitu saja. Selama 3 hari ini, Mas Gema sangat sering menyendiri di balkon rumah. Dan Felisa merasa kesulitan, untuk mendekati hati dan perasaan Mas Gema saat ini. Aku yang sudah kenal dia.
Aku memberikan saran, agar Felisa tetap sabar dan jangan menyerah. Mas Gema adalah sosok, yang akan luluh dengan sendirinya. Jika kita selalu ada untuknya, memberikan perhatian dan kasih sayang kita kepadanya. Iyaa ini berdasarkan pengalamanku pribadi, dia memang sulit.
Meskipun sejujurnya hatiku sangat sakit, namun aku terus membimbing Felisa. Agar dia bisa diterima oleh Mas Gema perhatian dan cintanya. Karena aku adalah istrinya Mas Gema, dan aku sangat paham dia sosok yang seperti apa. Asal Felisa mengikut semua perkataan aku.
Kemungkinan dia untuk gagal bisa dikatakan kecil. 3 hari masih lah waktu yang sebentar. Yang penting Felisa terus ajak ngobrol Mas Gema, buatin dia kopi setiap malam, masakin dia setiap pagi, buatin bekal makanan, dan duduk di sampingnya untuk mengajak dia berbincang.
Aku yakin dalam 2 atau 3 minggu, Felisa sudah akan mulai masuk ke dalam hati Mas Gema. Jika dua minggu sudah berlalu, dan tanda penerimaan itu sudah ada. Felisa tinggal nekat aja, serang Mas Gema secara seksual. Aku yakin dia yang sekarang gak akan melawan Felisa.
Karena Mas Gema sedang hancur dan bimbang. Jangankan memegang prinsip hidupnya sendiri, memegang kestabilan dirinya dia gak akan mampu. Jadi Mas Gema gak akan keras kepala menolak, untuk diajak berhubungan seksual. Asal Felisa mau nekat dan bergerak berani.
Karena dalam kondisinya yang hancur seperti ini. Perhatian dan kasih sayang kecil pun, akan sangat membantu Mas Gema. Jadi aku meminta Felisa untuk terus berjuang. Dan aku mendoakan semoga dia berhasil, meskipun aku sendiri juga pasti akan merasa sakit dan sangat cemburu.589Please respect copyright.PENANAZKqtP6NbL7
589Please respect copyright.PENANAXF3UHozBr1