"Ghoul memang makhluk yang merepotkan," ujar Tohru sambil meletakkan segelas kopi di atas meja. Mereka sedang nongkrong berdua di kafe kecil sebuah minimarket yang jaraknya paling dekat dengan rumah sakit tempat Toujurou dirawat. Hinata duduk di depannya, sedang membuka bungkusan cemilan saat Tohru kembali bersama dua gelas kopi panas.
211Please respect copyright.PENANATkubzsc3ot
"Lalu bagaimana dengan kondisi Toujurou?" tanya Hinata. Dia mengambil sebatang wafer salut rasa vanilla dan mengunyahnya tanpa ampun. "Kelihatannya sampai ada perforasi pada usus, pendarahannya juga cukup serius."
211Please respect copyright.PENANAKdCw4Q5sG8
"Kau masih ingat dengan gadis berkacamata yang menghampirimu?"
211Please respect copyright.PENANAHeRJddOb8a
"Gadis Nakamura itu?"
211Please respect copyright.PENANAwUEIXVrv6Q
Tohru menyesap kopinya lalu mengangguk pelan. "Dia seorang healer senior."
211Please respect copyright.PENANARIFt6SVnvc
Sepasang bola mata Hinata membulat. "Seriusan?"
211Please respect copyright.PENANACxJKIRQevM
"Hampir sama denganmu, dia memulai karir memburunya di bangku SMA. Makanya di tahun ini sudah termasuk senior berpengalaman walaupun masih berstatus mahasiswa. Luka Toujurou tidak cukup sulit ditangani olehnya."
211Please respect copyright.PENANAkGrsjmmVOL
"Wow. Hebat juga dia. Kecil-kecil begitu bisa menutup perforasi dengan mudah. Seharusnya dia masuk fakultas kedokteran kalau punya kemampuan seperti itu."
211Please respect copyright.PENANADo68TTZQVk
"Tapi sepertinya dia lebih tertarik berada di medan pertarungan."
211Please respect copyright.PENANAX4GMgDjCTg
"Aku tidak akan mengkritik keinginannya." Hinata mengabaikan Tohru dengan melihat keramaian jalanan sambil menyesap kopinya. "Hm.. ini enak sekali. Produk baru ya?"
211Please respect copyright.PENANA9dZJZ5O5XM
"Benar. Sudah kuduga, kamu pasti akan menyukainya," tukas pemuda itu ceria.
211Please respect copyright.PENANA6IumRy5dFf
Hinata hanya tersenyum lalu menyandarkan punggungnya di kursi. Surai hitam sepunggungnya menari-nari tertiup angin malam. Karet gelang berwarna hitam yang selalu dia gunakan untuk menguncir rambut sudah bergabung dengan kawan-kawannya di pergelangan tangan kiri bersama jam tangannya. Hinata hanya mengikat rambut untuk keperluan pertarungan dan kegiatan lainnya. Padahal dia lebih suka memotong rambutnya sependek mungkin. Tapi karena warnanya yang terbilang sangat langka dan berkilau indah seperti batu obsidian, Tohru begitu menyukainya sehingga Hinata memutuskan untuk tidak memotongnya.
211Please respect copyright.PENANAaBFiKle6AU
"Hinata..." celetuk Tohru kemudian yang dibalas deheman singkat. "Kamu ada waktu besok?"
211Please respect copyright.PENANAWRYHAwaDzQ
"Tadinya aku berencana untuk pulang besok. Tapi berhubung ada kejadian seperti ini, mungkin aku akan tinggal saja sampai cutiku habis," jawab Hinata santai tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. Tohru hanya berooh ria menanggapi. "Kenapa nanya begitu? Mau ngedate?"
211Please respect copyright.PENANArR8CslP0Cy
Mendengar itu, Tohru langsung senyum jahil. "Ih, tau aja kalo lagi kangen."
211Please respect copyright.PENANAWOB9hQiVMr
Hinata refleks menyemburkan kopi yang sedang diminumnya. Ekspresinya horor luar biasa saat dia dapati sang pacar malah berkedip-kedip manja dan sesekali menaikkan alis tebalnya. Tohru mungkin dikenal kalem dan cool dalam hal pekerjaan, termasuk ketika sedang berhadapan dengan kedua orangtuanya dan calon mertuanya. Dia hanya berusaha menjaga nama baik keluarga dengan menciptakan imej seorang putra pengusaha sukses yang sempurna. Dan hanya pada Hinata seorang dia menunjukkan sifat aslinya yang sesungguhnya amat sangat bobrok.
211Please respect copyright.PENANAICl5cLB45F
"Bisa kan? Langsung aku booking kamar hotel paling oke dekat anjungan kalau kamu mau."
211Please respect copyright.PENANAlULwY1RIy8
Reaksi Hinata kali ini jauh lebih parah. Sampai ada acara keselek sisa kopi yang tadinya sedang menunggu antrean untuk masuk tenggorokan. Gadis itu batuk parah. Tohru harus menghentikan ulahnya dan malah panik karena acara keselek pacarnya cukup serius. Hinata sampai menangis karena hidung dan tenggorokannya pedih. Pegawai kafe dan minimarketnya juga jadi ikutan panik melihat kondisi pelanggan mereka.
211Please respect copyright.PENANApbuXp81fVj
***
211Please respect copyright.PENANAmNENyK7WY1
Tohru baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk saat dia dapati sosok tinggi langsing Hinata sedang berdiri di balkon. Gadis itu masih mengenakan t-shirt putih oversize dan celana hitam panjang yang habis dipakai bertarung di fly over tadi, sambil menghisap vapor milik Tohru tentunya. Kelihatan dari asap putih yang mengepul di depan wajahnya dan aroma vanilla yang tercium selain aroma lavender dari pengharum ruangan.
211Please respect copyright.PENANAeVHODBmcND
"Ganti liquid lagi?" Hinata berbalik masuk dan meletakkan vapor tersebut di atas meja.
211Please respect copyright.PENANAqpMH2WgKE9
"Aku tau bulan ini kamu akan datang ke Beldiceanu, jadi aku memakai rasa kesukaanmu," jawab Tohru jujur. "Tidak kusangka akan bertemu denganmu secepat ini."
211Please respect copyright.PENANAm4lH31Hdoh
Hinata diam saja saat Tohru menarik kedua pundaknya dan menenggelamkan tubuhnya dalam pelukan. Ah, entah kapan terakhir kali dia merasakan kehangatan ini. Satu semester? Kurang lebih, itu pun bukan waktu yang singkat. Apalagi untuk sepasang kekasih seperti mereka. Kehangatan dan kokohnya pelukan Tohru selalu bisa membuat Hinata melupakan setiap permasalahan hidup yang mengganggunya. Long distance relationship ini benar-benar menyusahkan. Tohru harus menyelesaikan pendidikannya sebelum kembali ke Corneanu untuk membantu mengurus perusahaan ayahnya. Kalaupun Hinata ada urusan di Beldiceanu, belum tentu mereka punya kesempatan untuk menghabiskan waktu berdua.
211Please respect copyright.PENANAL1fKhlXtLI
"Aku selalu merindukan aroma ini." Tohru menghirup aroma rambut Hinata sepenuh hati.
211Please respect copyright.PENANAtbMh1XHUso
Hinata tertawa. "Padahal aku belum mandi loh."
211Please respect copyright.PENANA8h9JkNZ21v
"Bodo amat," tandas Tohru sambil mengeratkan pelukannya.
211Please respect copyright.PENANAU42UOnq1JF
***
211Please respect copyright.PENANAJjtnN901Bt
Hinata merasakan tubuhnya terguncang seperti sedang digendong seseorang sambil berlari. Dan memang benar adanya. Gadis mungil itu menatap wajah tegang ayahnya yang tampak jauh lebih muda. Beberapa orang berjas hitam mengawal mereka dari depan dan belakang menyusuri lorong utama sebuah gedung yang sangat besar, tak terkecuali kakak laki-lakinya yang masih berusia dua belas tahun. Semua orang tampak panik, seperti sedang dikejar sesuatu. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang terlihat ketakutan. Ditambah penerangan gedung yang entah kenapa berkelap-kelip seperti lampu diskotik dan membuat suasana semakin mencekam.
211Please respect copyright.PENANAQHFr3WMjXP
"Ayah, apa yang terjadi?" tanya Hinata polos.
211Please respect copyright.PENANAL3w1gvRUCc
Tuan Aozora masih menyempatkan diri untuk tersenyum di saat genting begitu. "Sebaiknya Hinata lanjut saja tidurnya. Kita akan segera kembali ke rumah," jawab pria itu lembut.
211Please respect copyright.PENANAIB0mNHkLyI
Hinata kecil menggeleng. "Disini berisik, Hinata jadi kebangun," rengeknya. "Kakak juga ikutan pulang?"
211Please respect copyright.PENANAGKuomP5iH0
"Kita semua akan pulang bersama-sama."
211Please respect copyright.PENANA0TTqcr7OQO
Tepat setelah mengatakan itu, pengawal depan mendadak berhenti. Tuan Aozora dan sisanya ikut berhenti setelah melihat sesosok wanita berdiri di tengah lobby. Rambut cokelat kusamnya sangat panjang, mengimbangi gaun lusuhnya yang tampak mirip dengan gaun pengantin.
211Please respect copyright.PENANAxuVHiCosjv
"Ah, sial! Padahal sebentar lagi kita bisa keluar!" salah satu pengawal depan mengumpat.
211Please respect copyright.PENANATHuEY1A0V7
Wanita menakutkan itu terkikik pelan. "Kau pikir bisa lari dariku, Hizashi Aozora?"
211Please respect copyright.PENANAHlAjgTJ8J2
Tuan Aozora bergerak sigap merengkuh kedua anaknya sedetik sebelum tubuh wanita itu membesar dan menjelma menyerupai manusia setengah ular raksasa. Seluruh pengawal depan dihempas dengan sekali kibasan ekornya, nampaknya langsung tewas di tempat. Hinata kecil yang menyaksikan kejadian itu sepenuhnya gemetaran hebat dalam pelukan sang ayah. Air mata ketakutan menggenang di pelupuk mata birunya tatkala mahluk mengerikan itu menatap langsung padanya dan menyeringai seram.
211Please respect copyright.PENANAMp4xrCaPEH
Seringaiannya semakin melebar, menampilkan deretan taring runcing yang mampu berobek daging dengan sangat mudah. Salah satu tangan kurusnya terulur hendak meraih Hinata ketika sang kakak tiba-tiba melangkah maju dengan katananya. Tuan Aozora berteriak memanggil putranya, tapi tidak digubris. Pria itu segera mempercayakan putrinya kepada salah satu pengawal sementara dia akan maju untuk menyelamatkan putranya. Tapi monster itu menyambar tubuh putranya dengan cepat dan melemparnya masuk ke dalam mulut. Langsung ditelan tanpa dikunyah.
211Please respect copyright.PENANAVlXTjuXkZZ
"HIKARU!!!!" Tuan Aozora berteriak parau. Pandangannya menggelap. Dia bahkan tidak menoleh saat tangannya menangkap katana antik yang dilemparkan oleh salah satu pengawal kepadanya. "Aku akan mengakhirimu disini, Lamia!!!"
211Please respect copyright.PENANAFJfSZhKqmM
Monster bernama Lamia itu kembali tersenyum. "Bagus sekali," ucapnya senang. "Itu baru namanya semangat muda."
211Please respect copyright.PENANAWrztvzkzlK
Hinata kecil yang masih gemetaran dalam pelukan salah satu pengawal wanita hanya terdiam menatap punggung ayahnya. Air matanya mengucur deras, namun bibirnya seakan terkunci rapat. Cukuplah dia kehilangan kakaknya hari ini, dia tidak akan sanggup jika harus kehilangan ayahnya juga. Makhluk bernama Lamia itu terlalu kuat untuk para manusia, dia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan ayahnya.
211Please respect copyright.PENANApBkti951xA
Bilah biru berkilaunya terhenti pada sepucuk beretta yang terselip pada sabuk di bawah lengan dari pengawal yang menggendongnya. Perhatiannya sempat teralihkan oleh jeritan tertahan ayahnya yang dihempaskan hingga menghancurkan tembok. Pikiran Hinata blank saat dia menyadari bahwa salah satu tangan Lamia bersiap untuk menghabisi ayahnya. Belasan pengawal bergerak cepat, namun mereka masih belum mampu menandingi kecepatan Lamia.
211Please respect copyright.PENANAdg9I2jpDuC
Gempa mengguncang kota saat Lamia mendaratkan tangannya, bersamaan dengan terbukanya mata Hinata. Hal pertama yang dia lihat adalah plafon kamar hotel yang dipesankan oleh Tohru semalam. Langit di luar jendela juga masih terlalu gelap, dan jam dinding menujukkan pukul setengah tiga dini hari. Sepertinya dia bermimpi buruk.
211Please respect copyright.PENANAeKeVq6yIu9
Tohru juga masih nyenyak di sebelahnya, capek habis begadang sambil mabar emong as dan pabji. Kebiasaan lama sejak kecil yang sulit dihilangkan, bahkan setelah mereka bertunangan seperti sekarang ini. Saudara-saudara mereka bahkan sampai khawatir, akan jadi seperti apa Hinata dan Tohru pas malam pertama nantinya? Bukannya melaksanakan kewajiban, eh malah mabar game yang lagi trend. Orangtua mereka terkadang masih suka kepikiran.
211Please respect copyright.PENANAm3HMXw8R1f
Pagi harinya, Tohru sengaja menyuruh pelayan agar mengantarkan sarapan ke kamar karena morning face Hinata sangat mengerikan. Bengkak pada matanya akibat kurang tidur baru mereda setelah mandi, itu pun doi masih kelihatan bad mood gegara masuk angin dan sesekali bersendawa.
211Please respect copyright.PENANA2Ph9wYZZQs
"Aku kaget loh, pagi-pagi mukamu udah serem," ujar Tohru sambil menyesap kopinya. "Lagi PMS?"
211Please respect copyright.PENANAQyshX4y3xL
"Bukan, tapi mimpi buruk." Hinata mengambil sandwich di piring dan menggigitnya. "Padahal udah lama, kok mendadak muncul lagi."
211Please respect copyright.PENANAHp07NssWfg
"Hah?" Tohru kebingungan. Padahal semua orang kan sudah biasa bermimpi buruk. Tapi mimpi seperti apa yang bisa membuat seorang Hinata badmood pagi-pagi begini? Sebuah mimpi lama yang tidak ingin dia ingat lagi sampai kapanpun...
211Please respect copyright.PENANASQ1fwgvbFZ
"Apa ini ada hubungannya dengan Lamia?" tanya Tohru asal tebak, langsung dipelototi oleh tunangannya. Tanpa Hinata jawab pun dia sudah tau jawabannya. "Jadi beneran gara-gara Lamia."
211Please respect copyright.PENANATD2SjO3p0V
Berhubung hari ini tidak ada jadwal di kampus, Hinata dan Tohru mengawali kencan mereka di salah satu mall terbesar di Beldiceanu. Tempat dimana doi bisa belanja sepuasnya tanpa harus mengeluarkan uang. Ya iya, kan ada Tohru yang bayarin? Sebenarnya ada sih mall dekat hotel tempat mereka menginap, tapi barang-barang disana sangat terbatas untuk otak anti-mainstream Hinata yang suka tiba-tiba ingin membeli barang random. Sedangkan motto Tohru adalah menghabiskan uang untuk kebahagiaan tunangannya.
211Please respect copyright.PENANAdSHEt5lfsH
Setelah belanja buku dan keperluan kantor, mereka memutuskan untuk menonton film vampir yang ditunjukkan Tohru semalam. Bercerita tentang seorang putri raja vampir yang merana dengan segala problematika hidupnya. Padahal pemeran utama ini terlahir sebagai seorang manusia dan tengah berjuang menghadapi penyakit yang ia sembunyikan dari semua orang. Dia terlalu kuat dalam bertarung sehingga tidak ada yang menyadari bahwa kematiannya sudah semakin dekat.
211Please respect copyright.PENANAV7TB8FAEQG
Jangankan Hinata, Tohru yang jelas-jelas seorang gentleman juga bisa menangis sesenggukan saat adegan dimana si pemeran utama menumpahkan seluruh kekecewaannya kepada ayahnya dengan pandangan marah. Kejadiannya dimulai setelah sang ayah menampar putrinya karena sebuah kesalahan yang dipicu oleh lawan mereka. Setelah keputusannya untuk tetap di sisi sang ayah yang membuatnya dibenci dan tidak lagi diakui oleh ibunya, kehidupan yang menunggunya justru lebih menyedihkan.
211Please respect copyright.PENANAjP0GocV8ZM
"Dasar ayah sialan!" sungut Tohru sambil mengelap air mata di wajahnya. Hinata sih rileks aja.
211Please respect copyright.PENANAFumPO55G52
"Aku akui kalau filmnya keren. Sangat keren malah," komentar Hinata dalam perjalanan menuju restoran favorit Tohru. "Tapi dramanya terlalu parah."
211Please respect copyright.PENANAJjIfnXlAqn
"Kamu tidak menyukainya?" Tohru menatap Hinata dengan wajah penuh penyesalan.
211Please respect copyright.PENANAiye9ZwC1l9
"Aku tidak bilang kalau aku tidak suka," tandas Hinata dongkol. "Bukan cuma actionnya yang keren parah, tapi plotnya luar biasa menguras emosi. Aku harus memberi rating yang bagus untuk ulasan filmnya."
211Please respect copyright.PENANAuwxzSBVyYW
"Oh? Oke. Senang kalo kamu suka," ucap Tohru sambil tersenyum bahagia.
211Please respect copyright.PENANAcXWfLESGtJ
"Eh, sepertinya ada buku yang kelupaan," celetuk Hinata kemudian.
211Please respect copyright.PENANAvq85jvkgPo
Tohru menaikkan sebelah alisnya. "Kelupaan di bioskop?"
211Please respect copyright.PENANAoIdljqpmIX
"Kelupaan beli," sahut Hinata. "Pesanannya kak Mamiko."
211Please respect copyright.PENANA1nzdgSSMqO
"Kak Mamiko yang kemarin belanja buku online malah dapat buku usang?"
211Please respect copyright.PENANA6ChkGxgvLu
"Iya. Kayaknya kapok beli online, jadi pake jastip dadakan. Kita mampir ke toko buku sebelum pulang ya?"
211Please respect copyright.PENANA5f2uGzXrJ9
"Okesip."
211Please respect copyright.PENANAofbgf5QXRT
***
211Please respect copyright.PENANAb5eKWlNhsk
Hinata melangkah menyusuri deretan rak buku dimana novel yang dia cari seharusnya berada. Dia tidak sengaja menemukan target nya ketika melintas di belakang seorang gadis yang sedang melihat-lihat deretan buku karya salah satu penulis kondang tanah air yang nama penanya memakai bahasa India. Hinata yang selalu to the point hampir dalam setiap urusan langsung menyambar buku incarannya, terkejut begitu tangan gadis di depannya tidak kalah cepat menyentuh buku tersebut.
211Please respect copyright.PENANAZqDu9Lf70N
"Oops, maaf!" ucap mereka bersamaan. Hinata dan gadis tersebut refleks menarik tangan masing-masing yang sebelumnya bersentuhan pada buku yang sama.
211Please respect copyright.PENANAom3YpFTcOy
Sang gadis pun menoleh dan langsung memasang ekspresi kaget standar. Dan seperti biasa, Hinata memasang ekspresi bingung sebagai balasannya. By the way, wajah gadis ini juga tidak asing. Pernah ketemu dimana ya?
211Please respect copyright.PENANA4gqicaq8tA
"Kak Hinata?!" pekiknya heboh, membuat Hinata mangap semakin bingung.
211Please respect copyright.PENANAaQGeQZbzF6
"Sepertinya aku memang pernah melihat anak ini sebelumnya," Hinata membatin.
211Please respect copyright.PENANAKW0leigCMm
"Ah, kak Hinata pasti tidak mengenalku," ujar gadis itu sambil mengulurkan tangannya. "Namaku Reiko Hoffman, mahasiswa tahun kedua dari fakultas ekonomi dan bisnis. Salah seorang sahabatku adalah fans berat kak Hinata."
211Please respect copyright.PENANANsl6N5GUMe
"Benarkah? Jadi tersanjung mendengarnya," kata Hinata sambil tersenyum lebar. "Sepertinya kami lebih terkenal dari yang kupikirkan selama ini."
211Please respect copyright.PENANArjXX9NITSL
"Tapi setelah melihat kakak dari jarak sedekat ini, sepertinya aku juga jadi ikutan ngefans."
211Please respect copyright.PENANA4SIBEM13Es
"Hm?!" Jidat Hinata yang tertutupi poni kembali berkerut bingung. "Apa aku sekeren itu? Sepertinya aku harus menanyakannya kepada Tohru dan Toujurou setelah ini."
211Please respect copyright.PENANAbjzZqXwIO2
Mereka berakhir di sebuah kafe. Hinata memutuskan untuk mentraktir Reiko dengan seporsi chocolate parfait sebelum berpisah sambil menunggu jemputan gadis itu. Untunglah Tohru tidak cukup mengganggu saat kedua gadis itu asyik membicarakan hobi dan kehidupan perkuliahan mereka di Kasai. Dia hanya senyam-senyum tidak jelas, sepertinya sedang kelewat bangga karena tunangannya ternyata punya banyak fans di kampus. Apalagi Reiko adalah putri bungsu keluarga Hoffman yang terkenal cantik dan menawan seperti putri bangsawan. Tentu ini bukan sesuatu yang biasa terjadi jika mengingat kesan pertama orang-orang terhadap Hinata di masa lalu selalu saja buruk.
211Please respect copyright.PENANA6xluBK3TPl
"Jadi sekarang Reiko sudah semester berapa?" tanya Tohru kemudian.
211Please respect copyright.PENANADwJz6ZPJ86
"Eh?" Reiko tampak kaget ditanya mendadak. "Baru masuk semester empat, kak."
211Please respect copyright.PENANAHQW3aXN5Ox
"Wah, jadi terlambat beberapa semester ya?" Ekspresi Tohru berubah sedih. Hinata menyadari perubahan itu, tapi memutuskan untuk tidak berkomentar.
211Please respect copyright.PENANAXFxyZvEvEy
"Iya, untungnya masih dimaklumi oleh pihak kampus," balas Reiko dengan senyuman.
211Please respect copyright.PENANAVmVWc8wqPc
"Itukan hak mahasiswa juga, dan kewajiban kampus tentunya," tukas Tohru sambil menggoyangkan cangkir lattenya. "Drop out tidak boleh diputuskan begitu saja tanpa melihat kondisi mahasiswa."
211Please respect copyright.PENANAhQq0ezccgg
"Benar. Tidak kusangka perawatannya membutuhkan waktu yang cukup lama."
211Please respect copyright.PENANAyw37ZFzokc
"Tapi yang paling penting sekarang kamu bisa kembali menjalani hari-hari seperti biasa," Hinata menambahkan. "Kamu masih muda, perjalananmu masih panjang. Kamu harus hidup sebahagia mungkin, Rei."
211Please respect copyright.PENANAFS8aAVpfRP
"Terima kasih, kak."
211Please respect copyright.PENANAsVsR5vDwNm
Mereka baru berpisah setelah jemputan Reiko datang. Hinata dan Tohru tidak sempat berkenalan dengan pemuda yang katanya merupakan kakak sepupu Reiko itu. Alasannya karena Reiko langsung beranjak pergi dengan tergesa-gesa sebelum pemuda itu memasuki kafe, sehingga Hinata dan Tohru hanya bisa melambai dari jauh.
211Please respect copyright.PENANAjmCpzT7Zjl
"Dia gadis yang menarik dan menyenangkan," guman Hinata senang.
211Please respect copyright.PENANAn1GAqKYstN
"Dia memang seperti itu sejak kecil," sela Tohru. "Jujur, aku merasa lega karena dia sama sekali tidak berubah setelah insiden itu."
211Please respect copyright.PENANApp9EDIXRks
"Tapi kasusnya sudah dipecahkan, bukan?"
211Please respect copyright.PENANAXszFMzvOBQ
"Yeah, semuanya sudah selesai. Aku tidak pulang ke Corneanu selama beberapa bulan di antara tahun 2083 dan 2084 karena sibuk membantu mengurus kasus itu."
211Please respect copyright.PENANAxSgkYVXJxu
"Syukurlah kalau semuanya sudah tuntas."
211Please respect copyright.PENANA3hWTaXVdHj
Sementara itu, Reiko sudah sampai pada elevator terakhir yang akan membawanya ke lantai dasar. Senyum manis tidak luntur dari wajah cantiknya sampai pemuda di sebelahnya menyeletuk.
211Please respect copyright.PENANAa6K2xdzWgt
"Kau tampak sangat senang. Sepertinya kau menemukan sesuatu yang menarik," kata pemuda bersurai biru tua itu datar.
211Please respect copyright.PENANAWDQ2o99bXf
Reiko mengangguk ceria. "Dugaanmu selalu saja tepat ya."
211Please respect copyright.PENANAg89itaobkf
Pemuda itu mengerutkan kening sebentar lalu memasang ekspresi datar kembali. "Pasti salah satu dari orang yang di kafe tadi."
211Please respect copyright.PENANAUNYh3LAhBn
Reiko hanya menoleh kepada sepupunya sebentar lalu kembali berpaling. Senyum ceria masih saja bertengger di wajah cantiknya, berbanding terbalik dengan pemuda kaku di sebelahnya.
211Please respect copyright.PENANAzFJk81slzi
"Itu tunangannya kak Tohru, namanya Hinata," sahutnya. "Dia salah satu mahasiswa yang mengikuti program tubel di universitas kami. Natsume ngefans berat padanya."
211Please respect copyright.PENANAQhTDoqsAtX
"Sepertinya cukup populer ya. Tidak heran sih, penampilannya keren begitu."
211Please respect copyright.PENANAI77tS6qnag
"Kamu setuju dengan pendapatku rupanya."
211Please respect copyright.PENANACkizrHzd99
"Kau ingin aku mencari tau tentangnya?" tawar pemuda itu yang dibalas pelototan penuh semangat oleh Reiko.
211Please respect copyright.PENANAwcv8frY0P7
"Serius?!" tanya gadis itu tidak percaya.
211Please respect copyright.PENANAFSYrAbqLnR
Hikaru menghela napas dongkol. "Kau mau yang berapa rius, Nona Muda?"
211Please respect copyright.PENANAK6pkUqW2Xs
***
211Please respect copyright.PENANAYAwdaFBSca
"Jadi penelitian nanti rencananya dimana?" tanya Tohru santai. Mereka sudah berada di parkiran basemen mall, sedang dalam perjalanan menuju mobilnya. Rencananya setelah ini mereka akan kembali ke hotel untuk makan siang sebelum lanjut ke agenda berikutnya.
211Please respect copyright.PENANA86RfZfteOP
"Belum pasti sih, tapi aku ada rencana ke Monteanu," jawab Hinata. "Intinya tergantung teman-teman PNSku sih, biar bisa saling membantu kalau ada yang mengalami kesulitan. Tapi sering kali sesuatu tidak berjalan sesuai rencana."
211Please respect copyright.PENANAvDqkMOUBAb
"Kamu benar."
211Please respect copyright.PENANA9QH5GoahWr
Mereka berhenti di dekat salah satu mobil sport mahal. Seperti biasa, Tohru membukakan pintu terlebih dahulu untuk Hinata. Baginya, Hinata adalah orang yang sangat penting dalam hidupnya. Tindakan kecil seperti ini tidak akan menjadi masalah untuknya walaupun mereka belum berada dalam ikatan resmi.
211Please respect copyright.PENANAHyxkUG6Onn
"Jadi, bagaimana dengan penyelidikannya? Apa sudah ada perkembangan?" tanya Hinata kemudian. Mobil sport yang mereka tumpangi telah melaju membelah jalanan kota yang lebar dan ramai oleh hiruk-pikuk kendaraan di siang hari.
211Please respect copyright.PENANAtR6dEsElU0
"Masalah kemunculan ghoul di tengah kota?" tanya Tohru, hanya ingin memastikan. "Timku sudah bergerak sejak pagi sesuai dengan data yang didapatkan."
211Please respect copyright.PENANAuSWR5oRLKr
Hinata menyeringai. "Sigap juga."
211Please respect copyright.PENANAQLX2UoxdeA
"Ya harus donk," sungut Tohru percaya diri. "Apa kata orang kalau calon menantu pertama keluarga Aozora tidak sigap dalam bekerja seperti calon ayah mertuanya."
211Please respect copyright.PENANAxmbKizgUZy
"Dasar alay," Hinata tertawa. "Sampai sekarang belum ada informasi apa gitu?"
211Please respect copyright.PENANADDOV8cWAT0
"Sebenarnya bawahanku mengirim informasinya pas kamu sedang ngobrol dengan Reiko. Karena pekerjaan hunter itu bersifat konfidensial, makanya kusimpan untuk sekarang."
211Please respect copyright.PENANAJ3u4LX6c4i
"Kamu benar. Bakalan susah kalau pekerjaan sampinganku bocor ke telinga para fans."
211Please respect copyright.PENANA59SCPLBvW4
"Nama ghoul itu adalah Shunji Miyazawa, berprofesi sebagai seorang kuli pelabuhan. Menurut informasi yang berhasil kami kumpulkan dari para tetangga kontrakannya, Miyazawa mulai terlihat aneh sejak dua tahun terakhir." Tohru mulai menjelaskan selagi Hinata menscroll data yang baru saja dikirimkan kepadanya melalui aplikasi khusus hunter Departemen Pertahanan. "Dia hampir tidak pernah terlihat di siang hari dan hanya keluar dari kontrakannya pada malam hari. Warga tidak menaruh kecurigaan sama sekali karena pekerjaannya sebagai kuli pelabuhan memang baru dimulai pada dini hari."
211Please respect copyright.PENANAIDRgcrqoBC
"Ada perubahan dari segi sikap dan perilaku?"
211Please respect copyright.PENANAYXKIUDND7U
"Selama dua tahun terakhir, Miyazawa yang biasanya dikenal hangat dan ramah mendadak berubah dingin dan kaku. Tidak nyaman berada di tengah-tengah masyarakat dan hanya keluar untuk bekerja. Tapi perubahan mencolok lainnya terlihat dari gaya hidup seperti pakaian dan kendaraan."
211Please respect copyright.PENANAcHyYsQMbC2
Hinata yang tadinya mulai menikmati pemandangan di luar kaca jendela mobil diam-diam memicingkan mata. "Sebelumnya dia beneran orang susah ya?"
211Please respect copyright.PENANA7fKpvXhMpS
"Bisa dibilang begitu. Di masa lalu, ayahnya kabur dengan meninggalkan banyak utang. Ibunya meninggal tak lama kemudian sehingga utang-utang itu menjadi tanggung jawab Miyazawa. Perubahan kondisi ekonomi seperti ini merupakan tanda paling umum dari seseorang yang melakukan perjanjian dengan iblis."
211Please respect copyright.PENANAy1cXDbO9SK
"Tidak salah lagi. Melihat kemampuannya kemarin, terlambat sedikit saja identitasnya ketahuan, dia bisa menjadi seirei yang merepotkan."
211Please respect copyright.PENANAqPyqjVlbCF
"Aku jadi penasaran, sudah berapa banyak manusia yang dia makan selama dua tahun terakhir sampai bisa meningkat secepat itu." Tohru tersenyum miris. "Teman-teman masih terus melakukan penelusuran, sepertinya mereka sudah bergerak ke tempat kerjanya. Kita akan mendapatkan hasilnya paling lambat nanti malam."
211Please respect copyright.PENANACCFC20uVWQ
***
211Please respect copyright.PENANAVWfpwRAJkt
Dini hari menjelang, lampu ruangan di seluruh bangunan kompleks rumah keluarga Hoffman sudah dimatikan. Tidak ada lagi kegiatan bahkan oleh pekerja dan pelayan, kecuali sebuah kamar di salah satu paviliun yang lampunya masih menyala remang-remang.
211Please respect copyright.PENANAXOvizraScu
Hikaru melepaskan mousenya dan memutar kursinya pada sudut sembilan puluh derajat untuk mengisi gelasnya pada mesin pembuat kopi yang diletakkan di meja samping. Dari ketiga layar komputer di meja kerjanya, layar sebelah kiri menampilkan dua jendela yang berbeda. Jendela pertama menampilkan situs resmi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, sedangkan jendela di sebelahnya menampilkan situs rahasia milik Departemen Pertahanan. Namun kedua situs tersebut memuat informasi dari satu orang yang sama lengkap dengan pas fotonya.
211Please respect copyright.PENANAjHPUpDaaKs
Puas menyeruput kopinya, Hikaru meletakkan gelas tersebut sebelum kembali meraih mouse di sebelah kanan keyboardnya. Langsung saja foto-foto Hinata bermunculan memenuhi layar komputer tersebut setelah dia mengklik sebuah ikon di taskbar, dimana salah satu foto diambil sesaat sebelum pertarungannya melawan ghoul di fly over. Senyum manis di wajah Hikaru mengembang begitu pandangannya menangkap keberadaan katana yang tersemat di pinggang gadis itu.
211Please respect copyright.PENANAbEoXU0tWWZ
"Kesetaraan gender di era ini benar-benar luar biasa," gumamnya pelan sambil melepaskan kacamata frame tebalnya. "Aku tidak pernah menyangka kalau dia masih punya cukup keberanian untuk bergabung dengan Departemen Pertahanan. Ini jadi bukti kalau darah keturunan Aozora bukanlah sebuah lelucon."
211Please respect copyright.PENANA6AphLNXhWM
"Tidak peduli apapun gendermu. Selama di dalam dirimu mengalir darah salah satu dari kelima bangsawan kuno, medan pertempuran akan menjadi panggungmu."
211Please respect copyright.PENANAqrvsmkBCZG
Bersambung...
211Please respect copyright.PENANAfosvTzXAKu
211Please respect copyright.PENANAY3hRn3xHNa