Bagian 6
11163Please respect copyright.PENANAEjjyB2xska
Kendati rumah kos mulai dihuni oleh beberapa orang, sunyi tak lagi menghiasi ruangan demi ruangan, aku tetap suka pergi kemana-mana sendiri. Duduk di kafe sembari menyelesaikan pekerjaan dan menyaksikan sinema di bioskop. Aku terbayang ketika masih bersama Ilham. Beberapa hari aku sudah tak merespon, cukup berat. Itu demi kebaikan Ilham dan Winda. Keadaan di kantor, kami baik-baik saja. Masih bertegur sapa, tetapi sudah jarang saling bicara.
11163Please respect copyright.PENANAo4CT61D0dW
Satu hal yang membuat aku bisa melewati masa sulit ‘baper’ dengan Ilham, adalah suasana ramai tempat kosku. Aku sudah jarang menderita sepi kronis di kamar. Meskipun demikian, masih miskin perhatian. Suamiku belum mau berubah. Apakah aku yang akhirnya harus mengalah? Di samping itu, ada penghuni baru yang ternyata adalah sepupuku dan suaminya, Mba Rini dan Mas Johari. Mereka berdua dekat dengan keluargaku karena Rini adalah sepupuku, anak dari kakak ibu. Sementara Mas Johari berteman dekat dengan suamiku, satu komunitas bulu tangkis di perumahan aku tinggal karena rumah kami satu deret. Keduanya berencana menghabiskan waktu di Jakarta kurang lebih sebulan dalam rangka terapi pengobatan. Konon Rini sedang mengalami penyakit serius, mereka tak mau menyebutkan.
11163Please respect copyright.PENANAfVSJuLiSV2
“Mas, kok kamu enggak bilang-bilang kalau Mas Johari dan Mba Rini mau ke Jakarta? Aku sampai kaget loh. Mereka tinggal satu tempat kos dengan aku”
11163Please respect copyright.PENANAPuhgP49NDz
“Ibu yang kasih tahu, barangkali mereka enggan menghubungi kamu takut merepotkan”
“Coba kamu hubungi Ibu”
11163Please respect copyright.PENANAIyHwPp40uF
“Iya nanti aku hubungi ibu”
“Kamu lagi apa?”
11163Please respect copyright.PENANAXJk0tlTi34
“Nanti lagi ya, aku lagi di jalan, cari makan”
11163Please respect copyright.PENANAhNJkatIWDJ
“Iya Mas, hati-hati”
11163Please respect copyright.PENANAsIJAihq2N6
Mas Pras selalu begitu. Aku sudah putus asa mengubah kepribadian suami. Aku biarkan saja dulu apa yang dia lakukan di sana. Pada waktunya nanti aku akan bereskan.
11163Please respect copyright.PENANAYs66ulq7Rf
Semenjak kehadiran Mba Rini dan Mas Johari, Aku banyak ngobrol dengan mereka. Keduanya sangat menyenangkan. Bukan sesuatu yang baru karena jika aku di kampung akan kedatangan salah satu dari mereka. Kami membicarakan perihal keadaan rumah kami di kampung, makanan enak di Jakarta, dan pekerjaan kami masing-masing. Mas Johari merupakan seorang guru yang mengajar di Solo. Ia mengambil cuti. Rini adalah Ibu rumah tangga yang telah dikaruniai 2 orang anak. Anak-anak mereka sedang dititipkan kepada kakek-neneknya. Mereka berdua lebih tua dariku.
11163Please respect copyright.PENANAeB6HoygNqW
“Kamu kuat banget May di sini, suamimu enggak dibujuk kemari saja?”, tanya Rini diiringi senggolan Johari.
11163Please respect copyright.PENANAj1lhYIcyGR
“Kamu bicaranya jangan seperti itu, peka sedikit”
11163Please respect copyright.PENANAWV9w8QHOoj
“Hehehe iya maaf, Paah”
11163Please respect copyright.PENANAxtbMuXTiEY
“Enggak apa Mas Johari, ya begini keadaanku. Perlu waktu melunakkan hati dan pikiran Mas Pras”, ucapku mengamati wajah Mba Rini sedikit pucat.
11163Please respect copyright.PENANA6yUFYUYde2
“Kami juga berusaha bujuk dia, kalau memang dia sayang anaknya, tidak seharusnya dijauhkan dari ibunya”
“Anakmu tetep perlu perhatianmu, May”
“Apakah kamu mau secara emosional tidak dekat dengan anakmu?”
11163Please respect copyright.PENANAaolwyyXwhO
“Aduh, tentu aku enggak mau sampai terjadi begitu Mba”
“Tapi bagaimana lagi, Mas Pras keras kepala”
11163Please respect copyright.PENANAJiCcfAnXez
“Kamu sudah bicarakan dengan kakakmu apa yang terjadi?”
11163Please respect copyright.PENANAkDVmtuOSIU
“Mba Laras? Mungkin saat ia dan aku pulang bersamaan, akan aku ceritakan, aku tak bisa cerita ke dia melalui telepon”
11163Please respect copyright.PENANAyaATXGf5nt
“Mesti segera diselesaikan”
11163Please respect copyright.PENANAx33XqDdByw
“Mauku juga begitu, Mas, kamu tahu sendiri kan Mas Pras seperti apa?”
11163Please respect copyright.PENANAPIS6bda458
“Iya, dia sepertinya sudah terlanjur nyaman dengan keadaan yang sekarang”
“Aku bilang ke dia, dia enggak harus cari nafkah, intinya dia bisa menjadi bapak rumah tangga yang baik, asalkan sikap jeleknya itu dihilangkan”
11163Please respect copyright.PENANA7ilLsmhBwx
“Nah! Mauku begitu Mas! Tapi tetep saja Mas Pras merasa dirinya sekarang yang paling benar”
“Aku enggak tahu kira-kira siapa yang bisa menasehati dia”
11163Please respect copyright.PENANAd4sTDtARMI
“Mungkin dia juga minder dengan kamu”
“Dia merasa tidak bisa menafkahi, sedangkan kamu mampu segalanya tanpa dia”
“Kamu harus bicara empat mata dengan suamimu, May”
11163Please respect copyright.PENANATQBxPmv0VM
“Baik, Mba”
11163Please respect copyright.PENANADej9FjUKeO
Kami sedang menyantap semangkuk bakso panas bersama di sebuah warung dekat rumah kos. Mas Johari dan Mba Rini tinggal satu perumahan dengan ibu dan juga aku. Mereka sudah tahu betapa peliknya masalah rumah tanggaku, yakni suamiku yang sulit dibujuk menemani di Jakarta. Ibu yang telah menceritakan. Di sisi lain, Mas Johari adalah teman dekat Mas Pras, karena pernah satu sekolah. Mereka kerap olahraga bersama, yakni bermain bulutangkis pada malam hari seminggu 3 kali. Itulah keseharian suamiku. Selain mengurus anak kami dan sibuk dengan ponselnya, ia juga gemar bermain bulutangkis. Ia dan Mas Pras tergabung dalam satu komunitas. Seperti aku bilang, aku tak perlu merisaukan aktivitas suamiku di kampung apa saja, karena banyak kerabat atau teman yang bisa kutanyai.
11163Please respect copyright.PENANA1UDcUr1FB9
Pasangan ini betul-betul membuatku nyaman dan berpendapat alangkah baiknya mereka bisa berlama-lama di sini menemaniku. Berkat mereka, aku jarang keluar uang untuk ke Mall dan lebih menginginkan pulang tepat waktu agar bisa bicara banyak dengan Mas Johari dan Mba Rini.
11163Please respect copyright.PENANAuPcMNWYuGN
Lagipula Mas Johari dan Mba Rini kukenal juga suka berolah raga. Mereka pasangan yang rutin lari atau jalan pagi bersama di kampung.
11163Please respect copyright.PENANAZCteBaEr2z
“Kamu mau kemana?”
11163Please respect copyright.PENANA1X6OJGa4Au
“Mau lari pagi Mas…”, jawabku. Pada hari Sabtu aku biasa lari pagi mengitari daerah rumah kosku. Saat keluar kamar, aku mendapati Mas Johari sedang mengenakan sepatu.
11163Please respect copyright.PENANAlcz6G5h99d
“Mas sendiri mau ke mana? Olahraga juga?”
11163Please respect copyright.PENANA4klgX7fxB5
“Iya, masa nyangkul. Hahahaa”
“Kamu mau lari kan?”
11163Please respect copyright.PENANAVcJqu4y7pC
“Iya betul”
11163Please respect copyright.PENANApEcBDPRU02
“Bareng aja, aku juga mau lari”
11163Please respect copyright.PENANAR6WLe0K2bT
“Mba Rini enggak diajak?”
11163Please respect copyright.PENANAizOAKofG5h
“Dia sedang tidak enak badan”
11163Please respect copyright.PENANAc0gkhHk9xM
“Apa sudah ada obatnya? Aku perlu bertemu dan mengecek”
11163Please respect copyright.PENANA9eQRlvHE90
“Tidak! Tidak usah! Dia perlu banyak istirahat”
“Yaudah, yuk kita berangkat”
11163Please respect copyright.PENANAVh448Z4C3h
Aku biasa olahraga lari dengan outfit celana training panjang biru donker dan juga sweater panjang berwarna biru muda. Rambut panjang kukuncir ke belakang agar tidak kusut oleh keringat. Sementara Mas Johari mengenakan celana pendek hitam sehingga menunjukkan jelas betis kerasnya dan daerah tulang kering yang banyak ditumbuhi bulu-bulu kaki merayap. Pakaian yang menempel di badannya adalah jersey pemain sepak bola, tertulis di bagian belakangnya nama mas Johari sendiri.
11163Please respect copyright.PENANA1mqppLWwMH
Kami mulai aktivitas lari pagi kami dengan berjalan kaki di tengah orang-orang yang masih terlelap dan langit yang masih cukup gelap selesai subuh. Selagi pemanasan, Ia banyak bertanya mengenai warga sekitar dan pemukimannya. Ia mengatakan aku beruntung mendapatkan tempat kos yang berdekatan dengan kantor sehingga tidak memakan ongkos dan sekitarnya banyak tempat makan. Ketika kami mulai ancang-ancang berlari, Mas Johari tak lagi banyak bicara. Aku juga fokus dengan kecepatan lariku yang berupaya mengimbangi Mas Johari yang berlari agak cepat.
11163Please respect copyright.PENANA8qnZBqVF1g
“Mas Pras apa masih sanggup lari secepat ini, Mas?”
11163Please respect copyright.PENANAklqkIvXSP0
“Hahah dia sudah kendor, mungkin karena sudah kebanyakan rebahan, May. Main badminton tak bisa lama-lama dia, banyak duduknya”
11163Please respect copyright.PENANA27IQbptYsj
“Oh begitu ya”
11163Please respect copyright.PENANAVq6WUDrgmI
“Kamu yang kerja justru malah lebih kuat ya fisiknya?”
11163Please respect copyright.PENANAdS1BtLj2qG
“Ah biasa saja, Mas Hehehe… karena rutin aja ini setiap akhir pekan, kalau sempet ya disempetin”
11163Please respect copyright.PENANAEkXdEUHiEx
“Enggak jadi masalah, yang terpenting kamu masih berolah raga, bakar kalori”
11163Please respect copyright.PENANAemFC4quYyo
“Betul”
11163Please respect copyright.PENANAbETa1h95bg
Awalnya aku begitu antusias karena ada yang menemaniku berolah raga untuk pertama kali di Jakarta. Namun, karena terpaksa mengimbangi kecepatan Mas Johari, aku sedikit kewalahan. Parahnya, kedua payudaraku turut jelas bergoyang. Untuk mencegahnya, aku beberapa kali mengendurkan kecepatan. Aku khawatir ketika orang-orang sudah banyak yang melintas dan keluar rumah mutlak bakal melirik ke arahku. Aku tak mau itu terjadi. Malahan aku akan langsung berhenti berlari. Kemudian Mas Johari sepertinya memahami keadaanku. Dia turut mengendurkan kecepatannya. Apakah karena dia mengetahui aku mulai kewalahan atau karena melihat payudaraku berayun karena berlari agak kencang? Entahlah aku tak mau berpikir terlampau jauh mengenai suami dari sepupuku ini.
11163Please respect copyright.PENANAE51omGYgUr
Kemudian ketika sampai di sebuah taman perumahan, 30 menit setelah kami berlari meninggalkan rumah kos, Ia meminta berhenti sejenak. Kami berjalan kaki ke arah bangku besi baja yang melengkung tertancap ke tanah.
11163Please respect copyright.PENANAfZYRSTCE6B
“Maaf yaa, kecepetan tadi lariku ya?”
11163Please respect copyright.PENANAwNrLhOjJ4H
“Hahaha ya mas, kalau bisa pelenin sedikit”
11163Please respect copyright.PENANAnf37ZgTK4B
“Siap! Kita istirahat dulu ya”
11163Please respect copyright.PENANAiYyMs7nyXx
“Iya”, ujarku mengatur nafas dan mengusap keringat yang membasahi leher.
11163Please respect copyright.PENANAM6AYt00mXa
“Kamu ada kenal dengan orang sini?”
11163Please respect copyright.PENANARO47MApT3P
“Enggak Mas, ya penjaga kos saja, selebihnya tahu muka”
“Ada apa?”
11163Please respect copyright.PENANAqVwcCH2Iia
“Aku lihat kemarin sekitar sini lingkungannya cukup kondusif, tetapi sedikit rawan ya karena kamu perempuan seorang”
11163Please respect copyright.PENANAZSQEgnILh1
“Selama ini masih aman-aman aja, ya karena aku waspada juga”
11163Please respect copyright.PENANA4B5ZfuIMW4
“Tidak bermaksud apa-apa, hanya kamu dari luar penampilannya secara fisik sudah mencolok, pasti kamu paham kan apa maksudnya?”
11163Please respect copyright.PENANAUAN53ZSxtF
“Iya paham”
11163Please respect copyright.PENANAjvONH7xzAi
“Alhamdulillah bagus kalo mengerti”
“Pras, pras, kamu itu bisa-bisanya tega istrimu ditinggal sendirian di Jakarta yang keras”, ucap Mas Johari mengambil nafas hendak berlari lagi.
“Masih sanggup berlari?”
11163Please respect copyright.PENANArij9HW0Xb3
“Masih”
11163Please respect copyright.PENANAOqME5ToJGx
Mas Johari menyadari kesendirianku di Jakarta yang penuh ancaman. Bahkan ia mengetahui secara fisik diriku mengundang bahaya. Tak heran, ketika matahari mulai terlihat dan keramaian bermunculan kami berhenti berlari. Mas Johari mengajakku sarapan di sebuah warung nasi uduk. Di sana kami melanjutkan obrolan. Ia menanyakan keseharianku selama tinggal sendirian di kawasan ini, termasuk bahaya apa saja yang pernah mengintai. Baik Mas Johari dan Mba Rini acap mampir ke rumahku di kampung. Begitu sebaliknya. Aku berharap dari seluruh cerita yang kujelaskan bisa disampaikan ke suamiku agar ia tersentuh mendengar.
11163Please respect copyright.PENANAIINMUb671G
Kedekatan kerabat ini justru dianggap lain oleh Ilham ketika Mas Johari mengunjungi museumku. Ia baru saja pulang menemani Mba Rini terapi, namun Mba Rini lekas kembali ke tempat kos. Mas Johari langsung bertolak ke museum sendirian, ingin melihat tempatku bekerja. Karena tak muda lagi dan wajah yang terkesan tidak ganteng, rambut yang ikal disertai salah satu gigi seri bawah yang berlubang, Ilham mencurigai Mas Johari ada menaruh hati denganku. Ia patut diwaspadai. Ilham sok tahu, bisa-bisanya menuding salah satu kerabatku demikian. Aku semakin kesal dengan dia.
11163Please respect copyright.PENANAVe09jPrPWP
“Hati-hati Mba!”
11163Please respect copyright.PENANAkP2GJKnivy
“Cukup Ham, cukup! Aku enggak suka dengan sikap kamu yang masih begitu!”
11163Please respect copyright.PENANA4FESFKSMvI
“Iya, Mba. Aku mengerti. Aku hanya mau melindungi kamu, aku kan melakukannya karena aku keluargamu di sini”
11163Please respect copyright.PENANAhnKa1OZJ8S
“Tapi dia itu keluargaku juga, Ilham!”
11163Please respect copyright.PENANAs8xJLnXqA1
“Aku merasa ada yang janggal aja sama orang itu”
11163Please respect copyright.PENANAZQABww9LcH
“Ilham! Cukup! Jangan pernah ikut campur urusan Mba lagi, jelas?!”
11163Please respect copyright.PENANA0xDb7UQe5L
“Mba?!”
11163Please respect copyright.PENANA4SjyhIoSls
“Cukup!”
11163Please respect copyright.PENANACDB09x26vv
Bukan pertama kali terjadi peristiwa serupa. Dulu Bimo salah satu partner kerjaku menangani publikasi pameran pernah dituduh ingin berniat macam-macam denganku ketika ia berkunjung ke museum karena alasan kemitraan kerja kami. Sayangnya, Aku percaya begitu saja dengan ucapan Ilham. Pada akhirnya aku tidak pernah melihat bukti atau tanda bahwa orang-orang, terutama laki-laki yang dekat denganku sebagai keluarga, teman, atau kerabat yang diseleksi oleh Ilham, mereka bersalah. Beberapa di antara mereka diblokir oleh Ilham menggunakan akun medsosku agar tidak bisa menghubungiku. Aku pun jadi dihantui rasa bersalah. Namun, ilham dengan enteng mengatakan untuk tidak terlalu mempermasalahkan.
11163Please respect copyright.PENANAxmoK500scz
“Mau minum apa Mba dan Mas?”
11163Please respect copyright.PENANAJmlEhOhYfV
“Aduh, enggak perlu repot-repot May, kami hanya mau bertamu ke tempatmu saja, kamu kan baru datang dari Jakarta”
11163Please respect copyright.PENANAdximz4k5cq
“Tapi tetep yang namanya tamu hehehe”
11163Please respect copyright.PENANAklvfSzh4Tc
“Sudah Apa saja, kamu ini ya kayak kami orang lain”
“Padahal, saat kamu lagi enggak di sini, kami suka sekali kemari tengok ibu dan anakmu”
11163Please respect copyright.PENANAxdWFZDOCXv
“Terima kasih ya Mba dan Mas, aku banyak merepotkan kalian”, pernah beberapa waktu ketika di kampung, aku menyambut Mas Johari dan mba Rini dengan posisi hanya mengenakan daster. Kendati tidak sopan, karena rumah yang dekat dan famili yang sering mampir membuat semua jadi sudah terbiasa. Sebaliknya ibuku selalu mampir ke tempat mereka saat belum mandi. Wajar, karena rumah dan kampung halamanku bukan daerah tempat tinggal orang-orang berduit. Aku jadi PNS saja satu kampung heboh dan gembiranya menyebar kemana-mana.
11163Please respect copyright.PENANApGUPWcrleI
“Kenyang banget, sampe mules ini perut”
“Aku masuk dulu ya”
11163Please respect copyright.PENANAIfT4YKCucT
“Iya, Mas, terima kasih ya atas traktiran nasi uduknya”
“Kalau bisa lain kali, jangan nasi uduk lagi”
11163Please respect copyright.PENANAIMRqUzDQUf
“Oke, siap!”, Mas Johari buru-buru masuk kamar kosnya. Mereka sudah sebulan lebih berada di sini. Konon, mereka ingin menambah sebulan lagi. Pada akhirnya aku tahu juga terapi apa yang sedang di jalani Mba Rini. Sepupuku itu sedang dirujuk terapi pengobatan kanker di Jakarta. Untungnya saja penyakit mengerikan yang dialami Mba Rini masih gejala ringan. Itu mengapa Mba Rini tidak ikut olahraga lari bersamaku dan mas Johari.
11163Please respect copyright.PENANAfQDYJlfm85
“Maya! May!”
11163Please respect copyright.PENANACaSV1alyPo
“Iya Mas?! Ada apa?!”
11163Please respect copyright.PENANAezG3LLQRh7
“Aku boleh pinjam kamar mandimu sebentar? Rini sedang buang air juga di dalam, sedangkan aku sudah kebelet sekali ini, bisa-bisa jatuh duluan kotorannya”
11163Please respect copyright.PENANACPy3aM3Y4K
“Aduh!”, Aku yang sedang berganti pakaian, buru-buru mengambil pakaian terdekatku, lalu lekas membukakan pintu dan mempersilakan Mas Johari tergesa-gesa masuk ke kamar mandiku.
11163Please respect copyright.PENANA7x6MrfCwwW
“Mas Johari mana?”
11163Please respect copyright.PENANAGoCviD7e3f
“Ada di dalam, Mba”
11163Please respect copyright.PENANAKUCRtTD0qE
“Hehehe, maaf ya, tadi mba juga lagi buang air”
11163Please respect copyright.PENANABo3gwktNy0
“Lanjutin aja Mba lagi, kalau masih ganjel”
11163Please respect copyright.PENANAvwjmVhcJMn
“Sudah”
11163Please respect copyright.PENANAIoKoLjrkYJ
“Alhamdulillah lega…”
11163Please respect copyright.PENANARFLiqzrgeY
“Maaf ya”
11163Please respect copyright.PENANAtfyr6vtk6m
“Tidak perlu minta maaf, kecuali tadi sudah keburu jatuh kotorannya baru kamu minta maaf hehehehe”, Mas Johari bergurau dengan istrinya, membuat aku iri dengan mereka. Seandai aku dan suami seperti mereka. Barangkali tidak perlu ada drama-drama dalam hubungan kami.
11163Please respect copyright.PENANAxcYpJrNxLB
“Terima kasih ya, May. Kami ke dalam dulu”
11163Please respect copyright.PENANAhNqEciqudh
“Iya silakan”
11163Please respect copyright.PENANAGwQj1vAYjr
Aku kembali melanjutkan aktivitasku. Karena sudah bau keringat. Aku ingin segera mandi demi mengharumkan badan. Sesampainya di kamar mandi, aku mendapati ponsel Mas Johari berada di dekat westafel yang berada di dalam Aku berupaya mengambilnya. Namun, gejolak penasaranku muncul. Aku ingin memeriksa siapa tahu Mas Johari menyimpan foto-foto anak dan ibuku di kampung ketika bersama mereka karena suamiku jarang mengirim foto.
11163Please respect copyright.PENANAMr5LHgMgt7
Namun yang kudapatkan adalah
11163Please respect copyright.PENANA11mtpPnn7D
“Astaghfirullah! Dapat dari mana Mas Johari ini semua?!”
11163Please respect copyright.PENANA4l2eRVtOjO
Aku tercengang. Mas Johari menyimpan foto sensual ketika mengenakan daster dan pakaian dalam. DEGH. Buyarlah semua pandanganku.
ns 15.158.61.45da2